Anda di halaman 1dari 17

Makalah Akhir Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional I

GAME THEORY: INSTRUMEN ANALISIS


DALAM RENCANA KENAIKAN TARIF
IMPOR MOBIL MEWAH PRODUKASI
JEPANG DI AMERIKA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERDAGANGAN JERUK
FLORIDA (1995)

Aisha Rasyidila (1006694284)


Departemen Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Soial dan Ilmu Politik

2011

BAB I
PENDAHULUAN
Game theory merupakan suatu teori yang menggambarkan kemungkinankemungkinan yang terjadi akibat tindakan suatu aktor di dunia internasional, dan melihat
peluang terjadinya stabilitas dan keuntungan atas tindakan tersebut. Dalam ilmu
hubungan internasional, penerapan game theory pada unit states dapat terlihat dari
persaingan kedua negara pada berbagai bidang, termasuk bidang perdagangan.
Permasalahan yang digunakan dalam penerapan game theory pada makalah ini
merupakan kekhawatiran terjadinya trade war dalam perdagangan antara Jepang (yang
mengekspor mobil mewah) dan AS (yang mengekspor jeruk florida). Lalu bagaimanakah
game theory secara praktis berperan dalam perdagangan tersebut? Makalah ini akan
membahas

penerapan

game

theory

sendiri,

serta

memperlihatkan

bagaimana

kemungkinan-kemungkinan yang terdapat di dalam game theory tersebut dapat


menciptakan trade war di dalam perdagangan.
1.1 Latar Belakang
Ilmu Hubungan Internasional pada dasarnya mengkaji tentang hubungan antar aktor,
baik itu aktor pemerintah, non-pemerintah, serta perusahaan multinasional. Hal ini
seringkali dibahas dengan menggunakan pendekatan game theory; sebuah pendekatan
formal yang dapat membantu memprediksikan kemungkinan yang terjadi di dalam
hubungan antar aktor, baik itu dua atau lebih, untuk mengambil keputusan yang nantinya
akan berpengaruh besar bagi dunia internasional.
Sejak pertama kali dipublikasikan dalam Game Theory, of Games and Economic
Behaviour, oleh vonn Neumann dan Morgenstan pada tahun 1944; game theory menjadi
sistem analisis formal pertama yang dapat diperhitungkan dalam format penelitian sosial
(Correa 2002).
Pada makalah ini, pendekatan game theory akan dibahas dalam perdagangan bilateral
antara Amerika Serikat dan Jepang pada tahun 1995 menggunakan pendekatan deduktif.
Permasalahan Jepang dan Amerika Serikat sesungguhnya berakar pada kekhawatiran
kedua negara akan terjadinya trade war. Mobil mewah produk Jepang yang rencananya
2

akan dikenakan tarif sebesar 100% tidak hanya menimbulkan kecemasan bagi pihak
Jepang saja, namun juga bagi sektor agrikultur AS, khususnya para petani Jeruk. Mereka
takut kenaikan pajak mobil mewah dari Jepang ini menimbulkan reaksi kenaikan import
Jepang bagi produk Jeruk mereka.
Hal inilah yang nantinya akan dibahas menggunakan game theory, serta
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi akibat tindakan suatu pihak dalam
perdagangan bilateral tersebut. Makalah ini akan dibahas dalam dua level unit analisis,
yaitu unit negara (AS-Jepang), dan unit kelompok (Perusahaan), sehingga permasalahan
dapat dilihat lebih dalam, tidak hanya dari satu sudut pandang, melainkan dari beberapa
sudut pandang yang berbeda.
Tujuan utama dari makalah ini adalah mendemonstrasikan penerapan kemungkinankemungkinan yang terdapat pada game theory sebagai instrumen analisis dalam ilmu
hubungan internasional, khususnya pada bidang perdagangan. Pendekatan yang
digunakan merupakan elementary approachment dari game theory sebagai suatu bentuk
integral dari Ilmu hubungan internasional, sehingga tidak menggunakan banyak
perhitungan matematis di dalamnyaSebuah Pendekatan yang juga dipakai oleh Hector
Correa (2002) dan Powell (1999).
1.2 Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang, penulis menyimpulkan permasalahan ke dalam sebuah
pertanyaan: Bagaimanakah penerapan game theory dalam rencana kenaikan tarif impor
mobil mewah Jepang di Amerika, dan pengaruhnya kepada sektor perdagangan jeruk
Florida 1995?
1.3 Kerangka Konsep
a. Prisoners Dilemma (Game) Theory
Prisoners Dilemma merupakan teori yang diciptakan oleh John von Neuman dan
Morgenstan dan digunakan pertamakali pada tahun 1944. Teori ini merupakan turunan
dari Game Theory, dan melibatkan dua aktor yang dihadapkan kepada pilihan: untung
atau dirugikan.

Teori ini diibaratkan dengan menempatkan dua orang tahananyang melakukan


kejahatan serupa dengan hukuman satu tahun penjarake dalam dua ruang yang
terpisah. Kedua tahanan tersebut diberi dua pilihan yang sama untuk mengakui
(defects/betray), atau tidak mengakui kejahatannya (assist/cooperative). Terdapat tiga
kemungkinan yang serupa yang dapat diperoleh oleh tahanan-tahanan tersebut: yang
pertama, apabila kedua tahanan tersebut mengakui kejahatannya, maka hukuman mereka
akan dikurangi menjadi 6 bulan. Kedua, apabila mereka sama-sama tidak mengakui,
maka keduanya hanya akan dihukum selama satu bulan. Tetapi, pada kemungkinan
ketiga, apabila salah satu dari mereka mengaku, dan satu tahanan lainnya tetap memilih
untuk diam, maka tahanan yang mengaku tersebut akan bebas, sedangkan tahanan yang
diam, akan mendapatkan hukuman satu tahun penuh.
Apabila dilihat dari prespektif state sebagai unit pembahasan, maka variabel yang
muncul di tabel perbandingan sebagai berikut.

Reaktif
Pasif

Reaktif
3:3
4:1

Pasif
1:4
2:2

Dapat dilihat pada tabel diatas, dua korelasi yang terdapat dalam tabel ini dapat
menciptakan kemungkinan yang bebeda ketika bertemu dengan korelasi lainnya. Kedua
belah pihak yang terlibat tentu secara alamiah akan berusaha mencari poin tertinggi agar
dirinya tidak dirugikan.
Pilihan pertama dengan poin terbesar adalah apabila kedua pihak memutuskan
untuk sama-sama melakukan sifat reaktif (kolom 2.2). Pilihan ini mengondisikan kedua
negara untuk sama-sama mempertahankan kekuatannya dengan mengimbangi posisinya
dengan negara pesaingnya. Pilihan ini dinilai sebagai pilihan yang paling menguntungkan
karena jumlah keuntungan kedua pihak menjadi stabil dalam level yang tinggi, sehingga
perputaran uang dari pajak pun akan semakin banyak (poin 3:3).
Pilihan kedua yang lebih menekankan ke arah sifat pasif. Pilihan ini berujung pada
keadaan di mana kedua pihak tidak mendapatkan keuntungan yang tinggi, namun samasama terhindar dari konflik(poin 2:2).

Pilihan yang terakhir, (tabel 3.2 dan 2.3) menjadi pilihan yang paling tidak
menguntungkan bagi salah satu pihak. Perbedaan poin keuntungan yang cukup besar (1:4
poin), diakibatkan oleh timpangnya tindakan suatu negara. Ketika negara tersebut bersifat
reaktif sedangkan negara lainnya bersifat pasif, maka negara reaktif tersebut akan
mendapatkan keuntungan yang besar dari negara pasif sehingga negara reaktif menjadi
superior, sedangkan negara yang pasif menjadi negara yang inferior.
Pada dasarnya negara-negara memiliki sifat untuk mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya, dan menghindari kerugian. Karena itu, karena tidak ada negara yang
bersedia merugi, maka negara akan cenderung mencari solusi yang dapat menguntungkan
keduanya. Hal ini didukung dengan teknologi informasi dan teknologi yang terus
berkembang,

sehingga

kesalahpahaman

dalam

pengambilan

keputusan

dapat

diminimalisir. (Morgenstan dan Neumann 1944)


b. Chicken Game Theory
Chicken Game Theory merupakan turunan dari Game Theory, yang melibatkan dua
aktor, yang dihadapkan kepada pilihan: konfrontasi atau damai. Chicken game theory
menjadi sebuah tolak ukur dalam menentukan probabilitas keuntungan dan kerugian dari
suatu pihak dalam melaksanakan tindakannya untuk meminimalisir dampak peperangan
(Russell 1959).
Konfrontasi

Menghindar

Konfrontasi

(Dare)
0,0

(Chicken)
7,2

(Dare)
Menghindar

2.7

6,6

(Chicken)
Dua korelasi di dalamnya adalah chicken (menghindar) dan dare (konfrontasi).
Dapat terlihat bahwa apabila kedua pihak tetap memutuskan untuk melakukan
konfrontasi, maka akan tercipta peprangan yang dianggap merugikan, sehingga hasil
yang didapat oleh kedua pihak adalah 0. Maka di dalam chicken game theory hal yang

paling dihindari adalah kehancuran akibat perang sehingga kedua pihak tidak akan
melakukan konfrontasi tanpa adanya informasi bahwa pihak lain telah menghindarinya.
Pada tabel 2.2 dan 2.3, kemungkinan ini adalah kemungkinan yang peling
menguntungkan salah satu pihak. Terlihat bahwa salah satu pihak mendapatkan 7 (nilai
tertinggi dalam kemungkinan; yang juga berarti bahwa pihak ini menang), dan satu pihak
yang menghindar mendapat poin 2 (tergolong poin yang rendah). Hal ini dikarenakan
salah satu pihak dapat dikatakan menang karena berhasil mengambil resiko lebih jauh
yang mengarah pada konflik, sedangkan pihak lainnya menolak resiko tersebut sehingga
mundur terlebih dahulu dan dikatakan sebagai pihak yang chichken atau pengecut.
Tindakan yang merupakan equilibrium dalam chicken game theory ini adalah samasama menghindar. Kedua belah pihak akan sama-sama menghindari konflik, sehingga
tidak ada pihak yang diuntungkan secara berlebih dan tidak ada pihak yang dirugikan
sehingga poin keuntunganya menjadi sama, yaitu (6:6). Dalam hal ini tidak akan ada
perang yang tercipta dari konflik, karena biasanya poin ini tercapai akibat adanya
komunikasi dan negosiasi di antara kedua belah pihak.
c. Trade War
Trade war merupakan suatu kondisi ketika di dalam perdagangan internasional
(khususnya impor), dua negara atau lebih berlomba-lomba menaikkan pajak barang
impor yang masuk ke negara masing-masing. Kenaikan pajak ini dapat diakibatkan oleh
beberapa hal, diantaranya penciptaan trade barier (atau kondisi ketika suatu negara
secara sengaja membuat kondisi agar produk luar negeri sulit masuk ke dalam negerinya
untuk mempertahankan posisi autarkinya 1), atau untuk mendapatkan profit yang lebih
besar dari bea impor tersebut.
Apabila tarif tersebut telah ditetapkan, negara-negara eksportir biasanya akan
merespon dengan ikut menaikkan biaya impor di negara mereka (untuk jenis produkproduk yang biasanya diimpor oleh negara importir), sehingga pajak impor mereka
menjadi berimbang. Hal inilah yang menimbulkan perlombaan untuk saling menaikkan

Kondisi dimana negara tersebut mengusahakan self suficiency di dalam negerinya, sehingga produkproduk buatan lokal digiatkan, dan produk luar negeri diatur lalu-lintas pemasukannya. (Deardorf Glossary
of International Economics)

pajak impor, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, atau
setidaknya keuntungan yang seimbang. (Business Dictionary)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Game Theory Dalam Trade War di pada Dua Unit Negara dan Unit
Kelompok
a. Unit Level Negara
Dalam perspektif strukturalis, prisonners dilemma, dapart menjadi sebuah tolak
ukur dalam menentukan probabilitas untung-rugi dalam perdagangan internasional. Hal
ini ditujukan ketika suatu pihak melaksanakan tindakannya untuk mencapai perdagangan
internasional yang menghasilkan profit tinggi. (Russell 1959)
Penerapan game theory dalam trade war ini berkaitan dengan besarnya pajak impor
perdagangan antara dua negara. Kenaikan pajak impor dapat menambah profit negara
pengimpor produk, dan di sisi lan merugikan negara eksportir. Pada kondisi ini, maka
suatu negara akan diuntungkan karena mendapatkan penghasilan pajak yang tinggi, dan
satu negara lainnya menderita kerugian karena harus membayar pajak lebih atas impor
mereka ke negara tersebut. Maka dari itu, untuk merespon tindakan negara pengimpor,
negara pengekspor akan ikut menaikkan pajak sebagai tindakan defensif untuk
memperkecil selisih kerugian.
Apabila dikaitkan dalam tabel sederhana pada bab I, maka tindakan mengimbangi
kenaikan pajak ini merujuk pada kemungkinan bahwa kedua negara sama-sama
menginginkan keuntungan yang tinggi. Adalah hal yang wajar apabila suatu negara
terancam mengalami kerugian dan menanggulanginya dengan melakukan upaya-upaya
yang membuat negara tersebut dapat bertahan (Brams 1975).
Hal ini tidak akan terjadi apabila kedua negara yang melakukan perdagangan
tergabung dalam free trade area. Dapat dikatakan bahwa free trade area sendiri
menghilangkan trade barier, sehingga memberi kemudahan bagi laju perdagangan
internasional, baik untuk pengimpor maupun pengekspor, dengan meniadakan atau
mengurangi tarif perdagangan. Karena itu, di dalam free tade, rata-rata laju perdagangan
internasional akan semakin pesat. Barang-barang dari luar negeri dengan harga yang
murah akan semakin mudah dijumpai di pasaran domestik (dikarenakan pajak impor
8

yang ringan), dan barang-barang produksi dalam negeri pun akan semakin mudah
diekspor dan memasuki pasaran luar negeri.
Free Trade sendiri merupakan salah satu bentuk dari penerapan kemungkinan
kedua dalam tabel sederhana (bab I), dimana kedua negara sama-sama bersifat pasif atau
damai, untuk menghindari konflik serta mempererat hubungan antara kedua rekan bisnis
perdagangan.
Pada dasarnya, dalam dunia perdagangan, profit menjadi sesuatu yang utama,
sehingga kerugian menjadi sesuatu yang sangat dihindari. Maka wajar apabila suatu
negara merespon kenaikan pajak impor dari negara lain dengan menaikkan pajak impor
di negaranya sendiri, sebab, apabila negara pertama tidak melakukan respon, maka
negara tersebut harus membayar lebih besar untuk membayar biaya perdagangannya.
b. Unit Level Kelompok
Selain sebagai penyeimbang, pada level kelompok, kenaikan tarif

juga

memperbesar hambatan perdagangan, karena kemungkinan besar produk yang


diperdagangkan dan terlibat di dalam trade war akan berbeda. Hal ini, akan tetap
merugikan apabila dipandang dari unit kelompok, atau para pengusaha, karena akan
menambah biaya tambahan produksi mereka.
Oleh karena itu, pada unit level kelompok, game theory yang akan ditetapkan
merupakan chicken game theory.
Kenaikan tarif impor akan dianggap oleh suatu pihak sebagai sesuatu yang
merugikan karena menambah biaya produksi, dan secara otomatis menaikkan harga
barang tersebut di pasar. Dalam arti lain, keuntungan yang didapat oleh pengusaha pun
akan semakin sedikit, apabila dibandingkan dengan keuntungan negara keseluruhkan
karena trade war tersebut.
Pilihan untuk melakukan trade war, atau sama-sama menaikkan tarif impor disini
menjadi pilihan yang paling merugikan bagi para pengusaha. Itu berarti equilibrium yang
dituju merupakan keadaan damai, diamana kedua negara sama-sama membatalkan tarif
impornya.
Tetapi kondisi pengusaha sendiri bagaimanapun tergantung pada keputusan negara
untuk menaikkan tarif atau tidak. Kondisi level unit kelompok ini diharapkan dapat

menjadi salah satu pertimbangan level states untuk mencapai kondisi perdagangan tanpa
hambatan.
Karena itu, unit level kelompok di dalam trade war akan bisa dipastikan berusaha
untuk mengarahkan negara pada keputusan penghapuskan tarif, dengan menghilangkan
ego untuk mendapatkan keuntungan, sehingga pasar yang tanpa hambatan dapat tercapai.
(Correa 2002)
2.1 Kenaikan Tarif Impor untuk Mobil Mewah Jepang di Amerika, serta
pengaruhnya terhadap ekspor sektor Agrikultur Jeruk Florida.
Pada tahun 1995, pemerintah Amerika Serikat berencana untuk menaikkan tarif impor
untuk 13 jenis mobil mewah dari Jepang (khususnya untuk produk Lexus, Nissan Infinity,
dan Honda Acura) sebesar 100%. Hal ini dikarenakan mobil produk Jepang mulai
menggeser mobil produksi AS pada pasar domestik AS, sementara di sisi lain, Jepang
tidak mau membuka pasarnya untuk negara asing, sehingga produk otomotif AS tidak
dapat mencapai pasaran Jepang. Hal ini dianggap tidak adil bagi AS sehingga kenaikan
pajak impor ini dianggap sebagai suatu brikmanship strategy2, agar Jepang mau
membuka pasarnya bagi produk automotif AS.
Tindakan AS ini, ternyata tidak hanya menimbulkan kekhawatiran bagi pihak Jepang
saja, namun juga dari pihak pengusaha agrikultur domestik di Florida. Hal ini
dikarenakan Jepang merupakan salah satu target pasar terbesar AS untuk impor jeruk,
khususnya jeruk bali. Tercatat bahwa 45% produk jeruk Florida diekspor ke jepang,
kgususnya jeruk bali, dengan biaya pengiriman lebih dari 135 juta dolar setiap tahunnya.
Pencetusan tarif impor di bidang impor agrikultur AS ini dicetuskan oleh salah satu
penasihat senior Jepang, yang melihat bahwa Jepang akan sangat dirugikan dengan
kebijakan AS ini. Harga mobil mewah jepang yang tadinya berkisar antara 35000 USD50.000 USD kemungkinan akan naik hingga dua kali lipat. Hal ini membuat mobil-mobil
tersebut dikhawatirkan tidak dapat bersaing dengan mobil-mobil yang diproduksi oleh
Eropa dan Amerika.
Pada musim terakhir, Florida tercatat mengekspor 10.4 juta karton jeruk bali ke
Jepang, atau sekitar 25% dari seluruh perusahaan petani jeruk di AS. Hasil ini agak
2

Kondisi di mana suatu negara berusaha untuk menekan negara lain ke jurang bahaya, demi mengubah
pendirian atau tindakan negara tersebut. (Correa 2002)

10

menurun dari musim sebelumnya, yaitu 11.6 karton Jeruk bali, dikarenakan oleh faktor
cuaca.
Akan sangat sulit bagi AS untuk mencari pasar sebesar Jepang di bidang agrikultur,
khususnya jeruk bali. Apabila pada saat produksi menurun itu, pemerintah AS dapat
mendapatkan pasar untuk penjualan jeruk produksi florida, maka kekhawatiran tersebut
akan hilang.
Dalam

hal

ini,

maka

Amerika

Serikat

dan

Jepang

harus

sama-sama

mempertimbangkan apakah trade war sendiri membawa keuntungan bagi semua pihak,
atau hanya pada unit level negara saja.
2.2 Reaksi Jepang atas Ancaman Kenaikan Pajak Impor Mobil Mewah AS
Pemerintah Jepang tampak menyadari bahaya laten yang mungkin akan terjadi pada
level kelompok (kelanjutan nasib para pengusaha mobil di Jepang, dan sulitnya
mendapatkan pasokan Jeruk Bali dari AS), sehingga akhirnya Jepang mengusahakan cara
lain untuk menghindari trade war, yaitu dengan membawa kasus ini kepada WTO.
Jepang menuntut bahwa Amerika telah melanggar pasal I dan pasal II tentang
pencekalan perdagangan terhadap produk yang paling diminati konsumen. Menurut
Jepang, pasal ini sejalan dengan pasal XXIII (yang sebelumnya dilayangkan oleh
Amerika kepada WTO karena Jepang tidak mau membuka pasar otomotifnya kepada
AS). Jepang berargumen bahwa pasal XXIII yang diajukan oleh AS merupakan landasan
hukum yang kontradiktif, karena pasal tersebut berbunyi pihak-pihak yang terlibat
dilarang menetapkan keputusan unilateral secara sepihak untuk langkah-langkah
perbaikan. (Saxohouse, 2010)
AS sendiri dinilai Jepang telah memberlakukan acaman sepihak karena takut produk
Jepang menguasai pasar Amerika. Karena itu, Jepang berusaha agar produknya tetap bisa
berada di pasaran AS tanpa harus mengalami kenaikan tarif, begitu juga dengan produk
jeruk dari florida.
Akhirnya di bawah WTO, keputusan kenaikan tarif kendaraan mewah Jepang di AS
ditangguhkan. Pemerintahan Clinton pada Juni tahun 1997, memutuskan untuk meninjau
ulang perjanjian bilateral antara Amerika Serikat dan Jepang mengenai penjualan produk
otomotif kedua negara. Perjanjian baru tersebut dibuat dengan format yang lebih ringan

11

dan peraturan-peraturan yang tidak memihak ke salah satu pihak, termasuk permintaan
pengertian dari Jepang kepada AS, mengenai pandangan fundamental Jepang terhadap
pasar yang membatasi produk asing masuk ke dalam negaranya untuk mencegah krisis
ekonomi. Amerika juga disini menuntut transparasi kebijakan Jepang mengenai pasarnya,
serta

meminta

Jepang

merubah

fleksibiltas

pasarnya

untuk

produk-produk

telekomunikasi, peralatan kesehatan, obat-obatan, dan pelayanan finansial. (Cooper,


2011)
Perjanjian ini menjadi sebuah sharing antara kedua negara mengenai perdagangan
produk mereka dan hambatan-hambatannya untuk dapat masuk ke pasar kedua negara.
memperlihatkan bahwa Jepang bisa saja memberlakukan trade war terhadap produk
Jeruk Florida, namun tetap berusaha untuk mempertahankan tarif perdagangan yang
rendah dengan mempertimbangkan industri sektor otomotif di negaranya. Dengan hasil
ini juga, jeruk Florida tetap bisa masuk ke pasaran Jepang tanpa harus terancam terjebak
di dalam trade war, sehingga Jepang juga dapat memetik keuntungan dari sana.
2.4 Analisis Kasus berdasarkan Game Theory
Kasus perdagangan antara Amerika Serikat dan Jepang ini, apabila di analisis
berdasarkan game theory, maka terlihat bahwa ada dua level unit yang saling
memengaruhi, yaitu level unit kelompok, dan negara.
a. Unit Level Negara AS-Jepang (Prisonners Dilemma Game Theory)
Pada unit negara, rencana kenaikan pajak mobil mewah di AS sendiri di sini pun
bertujuan untuk mencegah produk Jepang menguasai pasar otomotif AS. Terlihat bahwa
AS berusaha untuk mempertahankan posisi autarkinya, dan melaksanakan kebijakan
untuk melindungi produk-produk lokalnya.
Di sisi lain, tindakan ini juga merupakan sebuah strategi pemicu agar Jepang mau
membuka pasarnya untuk produk-produk Amerika. Pasar Jepang yang tertutup membuat
AS berpikir bahwa kondisi ini tidak adil, karena Jepang seharusnya memberlakukan
perlakuan yang sama dengan AS mengenai pasar. Dengan menaikkan pajak impor, maka
brikmanship strategi ini pun diharapkan dapat menggerakkan Jepang untuk mengikuti
kemauan AS.

12

Apabila dikaitkan pada tabel sederhana prisoners dilemma yang ada di bab I, maka
akan terlihat bahwa Jepang memiliki pilihan untuk menyesuaikan tarif, tidak melakukan
apapun, atau bernegosiasi dengan AS.
Menaikkan

Tidak

Tarif (JPG)

menaikkan

Menaikkan

3:3

Tarif (AS)
Tidak

4:1

Tarif (JPG)
1:4
2:2

menaikkan
Tarif (AS)
Dilihat dari tabel diatas, bahwa keadaan awal adalah kolom 3.3. Pada saat AS
memberlakukan kenaikan tarif impornya, maka Jepang secara otomatis berada dalam
posisi tabel 3,2, dimana Jepang merugi karena harus membayar tarif yang tinggi,
sementara AS dapat memasuki pasar agrikultur (khususnya jeruk) di Jepang tanpa
hambatan apapun.
Maka ada dua kemungkinan yang dapat memposisikan Jepang Sejajar dengan AS,
yaitu pada tabel 2,2 dan tabel 3.3.
Pada tabel 2,2, kemungkinan untung yang bisa didapat oleh kedua negara merupakan
kemungkinan yang paling besar, tergantung besarnya pajak impor yang mereka terapkan
di pasar mereka. Hal ini mengandung unsur kontinuitas, dimana suatu kenaikan tarif,
akan terus mengundang kenaikan tarif dari pihak lawan; begitu juga sebaliknya.
Kemungkinan Jepang ini terlihat pada wacana Jepang untuk mentuk mengimbangi
naiknya tarif impor AS, dengan menaikkan tarif impornya pada sektor agrikultur Jeruk
Florida.
Tetapi yang terlihat pada praktiknya, Jepang lebih memilih melaksanakan pilihan 3,3
untuk sama-sama menurunkan tarif impor dengan jalur negosiasi melalui WTO (dan
akhirnya diputuskan ulang pada Juni 1997). Pilihan ini menempatkan Jepang dan AS
kembali kepada posisi awal, dimana kedua negara tidak memberlakukan kenaikan pajak
apapun, baik untuk produk mobil mewah dari Jepang, dan jeruk dari Florida, AS.

13

Timbul sebuah pertanyaan, apakah hal yang memengaruhi Jepang untuk menghindari
trade war?
b. Unit Level Kelompok (Chicken Game Theory)
Pada dasarnya, pertimbangan keuntungan dan kerugian pada level analisis kelompok
pengusaha, akan berbeda dengan level negara. Rencana kenaikan tarif mobil mewah
Jepang membuat ancaman bagi kedua belah pihak, baik itu pengusaha mobil AS, maupun
petani jeruk Florida. Hal ini dikarenakan tarif impor yang berlaku untuk produk-produk
yang diimpor, akan masuk ke dalam kas negara, bukan kas perusahaan.
Tarif impor akan membuat perdagangan kedua negara menjadi semakin sulit. Selain
diperlukannya biaya yang lebih besar untuk distribusi, harga produk sendiri akan menjadi
semakin mahal, dan kemungkinan akan melejit melebihi daya beli konsumen.
Menaikkan

Tidak

Tarif

Menaikkan

Menaikkan

0,0

Tarif
7,2

Tarif
Tidak

2.7

6,6

Menaikkan
Tarif
Maka, seperti yang terlihat pada tabel di atas, posisi yang paling dihindari adalah
ketika negara memberlakukan trade war, sedangkan equilibrium kedua belah pihak akan
berada pada titik 6,6ketika kedua negara menghapuskan tarif impornya.
Pada kondisi ini, unit level kelompok tidak memiliki power untuk berbuat apapun
dalam perdagangan, sehingga segala keputusan tergantung pada level unit negara.
Apabila Jepang mendengarkan kehendak AS, dan kedua negara sama-sama membatalkan
rencana untuk menangguhkan kenaikan tarif, maka level unit kelompok akan
diuntungkan; dan apabila Jepang bersikukuh bertahan dan memberlakukan kenaikan tarif
impor jeruk florida di pasarnya, maka kedua kelompok akan dirugikan.

14

Begitu juga apabila hanya salah satu negara yang memberlakukan tarif; maka
pengusaha negara pengekspor akan dirugikan oleh kemungkinan itu, sedangkan
pengusaha di negara pengimpor tidak akan mengalami kerugian (poin 2,3 dan 3,2).
Maka dari itu, kesejahteraan para pengusaha menjadi salah satu pertimbangan negara
dalam memutuskan apakah negara tersebut dapat terlibat dalam trade war atau tidak.
Pengusaha tentu menjadi salah satu penyumbang devisa negara dalam jumlah besar,
sehingga kekuatan yang mereka miliki merupakan kekuatan ekonomi; dan negara,
sebagai salah satu pihak yang diuntungkan, harus melindunginya dari pengaruh pasar
asing.

BAB III
KESIMPULAN
15

Penerapan game theory dalam kasus ini terlihat dalam dua sudut pandang level
analisis, yaitu negara dan kelompok. Berdasarkan prisoners dilemma, sesungguhnya
suatu negara akan cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
menyeimbangkan tarif yang berlaku di negara importir. Hal ini dikarenakan negara akan
menghindari kemungkinan bahwa hanya negaranya saja yang dirugikan dalam
perdagangan tersebut.
Akan tetapi, pada kaus ini, Jepang lebih memilih untuk membawa AS kepada jalur
negosiasi WTO untuk sama-sama menghilangkan tarif impor. Tindakan ini tentu didasari
oleh beberapa pertimbangan, diantaranya dengan hambatan perdagangan yang akan
dialami oleh unit level kelompok (pengusaha) apabila sampai terjadi trade war.
Unit level kelompok sendiri cenderung memandang permasalahan ini dari chicken
game theory dimana, satu equilibrium yang paling menguntungkan bagi kedua pihak
adalah dengan menghilangkan pajak impor. Kedua pihak akan menghindari trade war
karena merasa sama-sama dirugikan atas naiknya tarif impor.
Tetapi unit level kelompok tidak memiliki kekuatan untuk menentukan tarif impor,
karena keputusan tersebut berada di level negara. Oleh karena itu, unit level negara perlu
mempertimbangkan keadaan level kelompok terlebih dahulu sebelum membuat
keputusan, sehingga pengusaha-pengusaha domestik dapat melakukan transaksi tanpa
hambatan.

REFERENSI

16

Aumann, Robert. (2006) Acceptable points in general cooperative n-person games, in R. D. Luce and A.
W. Tucker (eds.), Contributions to the Theory 23 of Games IV, Annals of Mathematics Study 40, 287324,
Princeton University Press, Princeton NJ.
Brams, Steven J. (1975) "Game Theory and Politics", The Free Press: New York, NY
Brams, Steven J. and Kilgour D. Marc (1988) "Game Theory and National Security", Basil Blackwell
Inc.: New York, NY
Brams, Steven J.; Doherty, Ann E. and Weidner, Matthew L. (1994) "Game Theory: Focusing on the
Players, Decisions and Agreements", in Zarman, William I., International Multilateral Negotiation:
Approaches to the Management of Complexity, Jossey-Bass Publishers: San Francisco, CA
Bennett, Peter and Nicholson, Michael (1994) "Formal methods of analysis in IR", in Groom, A. J. R.
and Light, Margot (eds.), Contemporary International Relations: A Guide to Theory, Pinter
Publishers: New York, NY
Binmore, Ken (1992) "Fun and Games: A Text on Game Theory", D. C. Heath and Co: Lexington, MA
Brams, Steven J. (1990) "Negotiation Games: Applying Game Theory to Bargaining and Arbitration",
Routledge, Chapman and Hall, Inc.: New York, NY
Business Dictionary. Trade War. Style Sheet. (http://www.businessdictionary.com/definition/tradewar.html) Accesed in 24 December 2011, 11.31 PM.
Cooper, William H. (2010). U.S.-Japan Economics Relation: Significants, Prospects, and Policy Options.
Washington, DC: Congressional Research Service. Pp. 20-22
Dawson, Chester (2004). Lexus: The Relentless Pursuit. Hoboken, NJ: Jon Wiley & Sons. ISBN 0-47082110-8.
Deardorffs Glossary of International Economics. Style sheet. (http://wwwpersonal.umich.edu/~alandear/glossary/c.html#ClosedEconomy|Deardorff%27s) Accesed in 24 December
2011, 11.01 AM.
Ocala Star-Banner Newspaper. Florida Cirtus May Get Squeezed in Trade War. Style Sheet. Florida:
Friday, 19 May 1995.
Orlando Sentinel. If Japanese Strikes Back, States Citrus Could Get Hit. Style Sheet.
(http://articles.orlandosentinel.com/1995-05-19/news/9505190069_1_florida-citrus-japan-grapefruit),
acceded in 24 December 2011, 2.30 PM.
Powell, Robert (1999) "In the Shadow of Power", Princeton University Press: Princeton, NJ
Reynolds, Philip A. (1994) "An Introduction to International Relations" (3rd. ed.), Longman
Publishing: New York, NY
Saxonhouse, Garry R. (2010) Japan Economy Retrinspect, World Scientific Publising Co.Pte. Ltd.:
Hackensack, USA.
Straffin, Philip D. (1993) "Game Theory and Strategy", New Mathematical Library N. 36, The
Mathematical Association of America: Washington, DC

17

Anda mungkin juga menyukai