Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Vol. VI, No. 06/II/P3DI/Maret/2014

Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

PENINGKATAN KEKUATAN MILITER DI KAWASAN


DAN PERAN ASEAN REGIONAL FORUM
Simela Victor Muhamad*)

Abstrak
Pada pertengahan Maret 2014, Stockholm International Peace Research Institute
(SIPRI) melaporkan hasil kajiannya tentang terjadinya peningkatan kekuatan militer
di dunia, termasuk di kawasan Asia. Peningkatan kekuatan militer suatu negara
merupakan keniscayaan, terlebih lagi jika ada faktor penggerak ke arah sana.
Peningkatan kekuatan militer akan menjadi masalah jika disalahpersepsikan sebagai
bentuk ancaman bagi keamanan di kawasan. Untuk menghindari kesalahpahaman,
dibutuhkan transparansi dan kepercayaan strategis. ASEAN Regional Forum (ARF),
sebagai forum keamanan multilateral di kawasan dapat berperan membangun
transparansi dan kepercayaan strategis tersebut melalui pengembangan dialog dan
konsultasi secara aktif dan konstruktif.

Pendahuluan

senjata, di mana dalam kurun lima tahun


mencapai 14 persen dari total impor senjata dunia.
Jumlah ini mengalami kenaikan dua kali lipat dari
presentase impornya pada 2004-2008 yang hanya
sebesar 7 persen. Dengan presentase ini, impornya
sekitar tiga kali lipat dari negara tetangganya,
Tiongkok dan Pakistan. Pemasok utama senjata
ke India pada 2009-2013 adalah Rusia, sekitar
75 persen, lalu diikuti Amerika Serikat (7 persen)
dan Israel (6 persen). Sedangkan impor senjata
Pakistan sebesar 5 persen, yang sebagian besar
berasal dari Tiongkok (54 persen) dan Amerika
Serikat (27 persen).
Negara-negara
Asia
lain
yang
m enunjukkan presentase im por besar adalah
Korea Selatan dan Singapura. Korea Selatan,
m eskipun presentasenya besar, nam un
sebenarnya im por senjata m ereka relatif

Di tengah ketegangan yang m asih


terlihat di sejum lah titik di Asia, Stockholm
International Peace Research Institute
(SIPRI) dalam siaran persnya, 17 Maret 20 14,
m elansir data soal kenaikan im por senjata
dunia pada kurun 20 0 9-20 13. SIPRI adalah
lem baga pem ikir berbasis di Stockholm ,
Swedia, yang m engawasi perdagangan
senjata dunia. Menurut data SIPRI, jum lah
im por senjata konvensional utam a dunia
m engalam i kenaikan sebesar 14 persen
pada 20 0 9-20 13 dibandingkan kurun waktu
sebelum nya, 20 0 4-20 0 8. Dari 10 besar
negara im portir senjata dunia, 5 berasal dari
benua Asia, yaitu India, Tiongkok, Pakistan,
Korea Selatan, dan Singapura.
Di Asia, India memimpin dalam impor

*) Peneliti Madya Bidang Masalah-Masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Inform asi (P3DI),
Sekretariat J enderal DPR RI. Em ail: victorsim ela@yahoo.co.id.
Info Singkat
20 0 9, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Inform asi (P3DI)
Sekretariat J enderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 20 88-2351

-5-

m enurun dalam dua kurun waktu (20 0 420 0 8 dan 20 0 9-20 13), sedangkan Singapura
m engalam i
sedikit
peningkatan
yang
awalnya 2 persen m enjadi ham pir 3 persen.
Untuk Korea Selatan, m eskipun m engalam i
penurunan im por senjata nam un anggaran
pertahanannya m ulai 20 14, dan untuk lim a
tahun ke depan, m eningkat m enjadi 214
triliun Won.
J epang, yang setelah Perang Dunia II
kekuatan m iliternya dibatasi hanya untuk
peran bela diri, juga berupaya m eningkatkan
kem am puannya dengan m enaikkan anggaran
m iliternya sebesar 5 persen untuk lim a tahun
ke depan (20 14-20 19) senilai 24,7 triliun Yen
atau sekitar 240 juta dollar AS, term asuk
di dalam nya akan m elakukan pem belian
jet tem pur silum an (Stealth), kapal selam
dan kapal canggih lainnya. Tiongkok, yang
m enaikkan anggaran m iliternya sebesar 12,2
persen pada 20 14, tidak diragukan lagi akan
terus m em odernisasi dan m eningkatkan
kinerja angkatan bersenjatanya.
Ketegangan di Laut China Selatan
(LCS) yang belum surut, akibat tum pang
tindih klaim teritorial, telah m em aksa
Vietnam dan Filipina yang terlibat sengketa
dengan
Tiongkok juga m eningkatkan
kapabilitas m iliternya. Vietnam m em beli
berbagai senjata dari Republik Ceko,
Kanada, dan Israel serta kapal selam
dari Rusia. Vietnam bahkan dikabarkan
tengah m em esan peluru kendali dari India.
Sem entara Filipina m enargetkan pem belian
dua kapal penyergap baru, dua helipkotper
anti-kapal selam , tiga kapal cepat patroli
pantai, ditam bah delapan kendaraan serbu
DP EL KLQJJD   ,QGRQHVLD VHEDJDL
bagian dari negara-negara di kawasan, juga
terus m eningkatkan kapabilitas m iliternya,
di antaranya dengan m enargetkan di
tahun 20 14 ini kekuatan pokok m inim um
(Minimum Essential Force/ MEF) pada
rencana strategis I dapat m encapai 40 -42
persen, yang di dalam nya juga m encakup
penam bahan alutsista TNI.
Data terbaru SIPRI dan perkem bangan
kapabilitas
m iliter
negara-negara
di
kawasan ini seolah-olah m em beri sinyal
adanya peningkatan kekuatan m iliter, atau
bahkan ada yang m enyebutnya telah terjadi
perlom baan senjata di antara negaranegara kawasan. Kajian singkat ini m encoba
m em aham i
apa
yang
m enggerakkan
terjadinya peningkatan kekuatan m iliter

tersebut, dan bagaim ana seharusnya ARF,


sebagai forum dialog penting di kawasan,
berperan.

Faktor Penggerak
Peningkatan kekuatan m iliter suatu
negara m erupakan keniscayaan, terlebih
lagi jika ada faktor penggerak ke arah sana.
Artinya, peningkatan kekuatan m iliter
negara-negara di kawasan ini tidak berdiri
sendiri, tetapi ada faktor yang m enggerakkan
ke arah itu. Dalam konteks kawasan Asia,
NKXVXVQ\D$VLD7HQJJDUDGDSDWGLLGHQWLNDVL
bahwa faktor-faktor penggerak tersebut
adalah
adanya
ketegangan
regional,
kebutuhan
proyeksi
kekuatan
baru,
pergeseran aktivitas m iliter Am erika Serikat
(AS) ke Asia, dan sem akin m eningkatnya
kehadiran Tiongkok di LCS.
Terkait dengan ketegangan regional,
hal ini m em ang m asih terus terjadi di
kawasan yang disebabkan oleh, antara
lain, belum tuntasnya m asalah perbatasan
yang tum pang-tindih di perairan teritorial,
zona tam bahan, dan juga Zona Ekonom i
Ekslusif (ZEE) di antara sejum lah negara
di kawasan. Dari 60 batas m aritim yang
diperm asalahkan, baru 20 persen yang
dapat diselesaikan. Masalah perbatasan di
perairan teritorial sangat sensitif karena
hal ini m enyangkut kedaulatan teritorial
suatu negara, sem entara m asalah di ZEE
m enyangkut kepentingan energi dan sum ber
daya m aritim suatu negara. Tum pang-tindih
klaim teritorial di LCS, yang m elibatkan
Tiongkok dan sejum lah negara ASEAN,
tentunya juga m enjadi bagian yang dapat
m em icu ketegangan regional.
Kekuatan m iliter suatu negara idealnya
juga harus m am pu m erespons perubahan
kebutuhan m iliter ke depan, sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan yang dihadapi.
Hal ini bisa terjadi apabila kekuatan m iliter
yang dibangun juga diproyeksikan ke arah
pem enuhan kebutuhan dan tantangan
itu. Kebutuhan dan kem am puan proyeksi
kekuatan m iliter ini biasanya akan terlihat,
m isalnya, pada
saat
dilaksanakannya
latihan operasi m iliter dan ketertiban di laut
bersam a di antara negara-negara kawasan.
Di sini, m asing-m asing negara biasanya
dapat m engukur kelebihan dan kekurangan
kekuatan m iliternya. Apalagi, tantangan
m iliter saat ini dan ke depan tidak saja
m enyangkut isu-isu tradisional, seperti
-6-

sengketa antarnegara tetapi juga isu-isu nontradisional, seperti kejahatan lintas negara,
m isalnya.
Pergeseran aktivitas m iliter AS ke Asia,
tam paknya juga telah m em engaruhi negaranegara di kawasan untuk m enyesuaikan
diri atas kem am puan m iliternya. Setidaktidaknya, hal itu dilakukan untuk bisa
sedikit m engim bangi kehadian m iliter AS
yang kini diproyeksikan ke wilayah Asia.
Negara-negara di kawasan, sebagai tuan
rum ah, tentunya tidak ingin hanya m enjadi
penonton dalam m elihat kehadiran m iliter
AS di Asia. Mereka juga perlu m enam pilkan
diri dengan percaya diri dalam m enghadapi
kekuatan m iliter AS sebagai salah satu
kekuatan m iliter terbesar di dunia. Untuk
itu, peningkatan kekuatan m iliter m enjadi
pilihan yang harus dilakukan oleh negaranegara Asia sekaligus untuk m em bangun
kem andirian dalam hal pengam anan wilayah
kedaulatan negara.
Tam pilnya Tiongkok, sebagai negara
besar di kawasan dengan m odernisasi
m iliternya,
sudah
tentu
juga
turut
m em engaruhi negara-negara di kawasan
untuk m eningkatkan kekuatan m iliternya,
terutam a negara-negara yang m em iliki
sengketa teritorial dengan Tiongkok di LCS
dan Laut China Tim ur. Dalam beberapa
tahun ini, Tiongkok terus m em perlihatkan
DJUHVLYLWDVQ\D GL $VLD 3DVLN WHUXWDP D GL
LCS yang bersinggungan dengan beberapa
negara anggota ASEAN dan Laut China
Tim ur yang bersinggungan dengan J epang.
Tiongkok, dengan belanja m iliternya yang
terus m eningkat (kedua tertinggi setelah AS),
terus m em bangun kekuatan m iliter yang
lebih m odern dan sudah tentu diproyeksikan
untuk dapat m enerobos lebih dalam ke
perairan sengketa di LCS dan Laut China
Tim ur.
Di luar faktor penggerak di atas,
m odernisasi m iliter atau peningkatan
kekuatan m iliter yang terjadi di Asia,
khususnya Asia Tenggara sesungguhnya
juga m erupakan konsekuensi logis dari
pertum buhan ekonom inya. Hal inilah yang
terjadi pada lim a negara utam a di Asia
Tenggara, yang disebut dengan the Big
Five, yaitu Singapura, Thailand, Indonesia,
Malaysia dan Vietnam . Selain itu, m eluasnya
cakupan keam anan regional yang harus
dijaga, yang didasari oleh kepentingan
nasional m asing-m asing, telah turut pula

m endorong negara-negara di kawasan untuk


m elakukan peningkatan kekuatan m iliternya
agar dapat m enjangkau cakupan wilayah
keam aannya. Indonesia, Malaysia dan
Singapura, m isalnya, berkepentingan dengan
keam anan Selat Malaka, begitu juga dengan
negara-negara Asia lain yang m enjadikan
perairan strategis tersebut sebagai jalur
pasokan energi dan perdagangan m ereka.

Peran ARF
Peningkatan kekuatan m iliter tentu
saja m enjadi hal yang sensitif sebab dapat
m enyebabkan security dilemma bagi negara
lain. Adagium security dilemma setidaktidaknya m enegaskan dua hal. Pertama,
upaya
peningkatan
kekuatan
m iliter
suatu negara kecenderungannya selalu
dim aknai sebagai sarana pengem bangan
kekuatan ofensif oleh negara lain, dan
kedua, sulit dibedakannya antara kekuatan
defensif dengan kekuatan defensif. Hal
ini bisa m engakibatkan terjadinya salah
kalkulasi (miscalculation), salah penilaian
(misjudgment) dan saling m encurigai
(mistrust). Untuk m enghindari hal tersebut
m aka negara-negara di kawasan perlu
m em bangun rezim transparansi strategis
dalam
kerangka
keam anan
bersam a
(common security) m elalui forum dialog.
Forum untuk itu sebenarnya sudah ada
di kawasan, terutam a yang diinisiasi oleh
ASEAN, yakni ASEAN Regional Forum
(ARF). ARF m erupakan forum dialog dan
konsultasi m engenai hal-hal yang terkait
dengan politik dan keam anan di kawasan,
serta untuk m em bahas dan m enyam akan
pandangan antara negara-negara peserta
ARF untuk m em perkecil ancam an terhadap
stabilitas dan keam anan kawasan. Dalam
kaitan
tersebut,
ASEAN
m erupakan
penggerak utam a dalam ARF.
ARF m erupakan satu-satunya forum
di level pem erintahan yang dihadiri oleh
seluruh negara-negara kuat di kawasan
$VLD 3DVLN GDQ NDZDVDQ ODLQ VHSHUWL $6
Republik Rakyat Tiongkok, J epang, Rusia
dan Uni Eropa. Peserta ARF berjum lah
27 negara yang terdiri atas seluruh
negara anggota ASEAN, 10 negara Mitra
Wicara, serta beberapa negara di kawasan.
Berdasarkan
peserta
ARF
tersebut,
sesungguhnya ARF dapat m em ainkan peran
penting dalam m enciptakan dan m enjaga
stabilitas serta keharm onisan kawasan. ARF
-7-

perlu m eningkatkan dialog dan konsultasi


konstruktif m engenai isu-isu politik dan
keam anan yang m enjadi kepentingan
dan perhatian bersam a, dan m em berikan
kontribusi positif dalam berbagai upaya
untuk m ewujudkan FRQGHQFH EXLOGLQJ
measures (CBMs), constructive engagement
dan preventif diplomacy di kawasan.
Langkah-langkah
CBMs
dan
preventif diplomacy yang ditem puh oleh
ARF, dalam rangka m enciptakan dialog
keam anan, dilakukan m elalui kerja sam a
m iliter yang didasarkan atas dasar adanya
kom unikasi,
transparansi,
pem batasan
(limitation GDQYHULNDVL+DOWHUVHEXWSHUOX
diim plem entasikan dalam program -program ,
antara lain kerja sam a dalam pengawasan
senjata yang dipakai di lapangan dan kerja
sam a dalam perjanjian non-proliferasi;
transparansi terhadap kekuatan m iliter yang
dim ilikinya atau yang digunakannya dengan
m em publikasikan dokum en-dokum en yang
berkaitan
dengan
kebijakan-kebijakan
pertahanan dan keam anan; kegiatankegiatan bersam a seperti latihan m iliter
bersam a, kursus-kursus pelatihan, saling
m engunjungi fasilitas-fasilitas m iliter dan
observasi pelatihan-pelatihan di antara
m ereka. Peran ini yang harus dilakukan
oleh ARF dalam m enyikapi isu peningkatan
kekuatan m iliter di kawasan.

m encegah gangguan keam anan di jalur


perairan strategis ini.
Peningkatan kekuatan m iliter negaranegara di kawasan akan m enjadi m asalah,
jika disalahpersepsikan dan dicurigai sebagai
bentuk ancam an bagi keam anan di kawasan.
Untuk
m enghindari
kesalahpaham an
dan destabilisasi keam anan, dibutuhkan
transparansi dan kepercayaan strategis, dan
ARF, sebagai forum keam anan m ultilateral
di kawasan, dapat berperan m em bangun
transparansi dan kepercayaan strategis
tersebut m elalui pengem bangan dialog dan
konsultasi yang konstruktif. Kepercayaan
strategis perlu terus dibangun di kawasan,
tidak saja oleh pem erintah, tetapi juga oleh
DPR RI m elalui diplom asi parlem en. DPR
RI, m elalui diplom asi parlem en, perlu juga
m em ainkan peran untuk m em ajukan budaya
dam ai, toleransi dan dialog di antara negaranegara kawasan, di sam ping m engingatkan
pentingnya hal ini kepada pem erintah
m elalui pelaksanaan fungsi pengawasan.

Rujukan
1.
2.
3.

Penutup
Peningkatan kekuatan m iliter negaranegara di kawasan sebagai sesuatu yang tidak
bisa dielakkan karena sejum lah faktor yang
secara rasional politis dapat m enggerakkan
ke arah itu. Yang m enjadi inti perm asalahan
sebenarnya bukanlah peningkatan kekuatan
m iliternya, tapi apa tujuan dari peningkatan
kekuatan m iliter itu sendiri. Sejauh ini yang
terlihat adalah peningkatan kekuatan m iliter
tersebut, terutam a di ASEAN, ditujukan
untuk strategi penangkalan (deterrence)
dan bersifat defensif, bukan ofensif. Melihat
NRQGLVL JHRJUDV QHJDUDQHJDUD $6($1
yang pada um um nya m em iliki wilayah laut,
m aka kepentingan untuk m elindungi dan
m engawasi wilayah laut m enjadi prioritas
yang harus dilakukan karena m enyangkut
kedaulatan negara. Terlebih lagi kawasan
ini m em iliki jalur perairan strategis yang
m enjadi urat nadi pelayaran internasional.
Oleh karena itu, penguatan strategi
penangkalan m enjadi penting di sini untuk

4.
5.

6.

7.
8.

-8-

Andrew T.H. Tan. 20 14. The Arms Race


in Asia: Trend, Causes and Implications.
New York: Routledge.
Veeram alla Anjaiah, Chinas SCS claim
threatens RI sovereignty, The Jakarta
Post, 17 Maret 20 14.
Anggaran Militer China Naik 12,2
Persen, Kompas, 6 Maret 20 14.
Sinyal Perlom baan Senjata di Asia,
Koran Tempo, 19 Maret 20 14.
"ASEAN m engem ukakan keprihatinan
atas zona m aritim baru China, http:/ /
a p d fo r u m .co m / id / a r t icle / r m ia p /
a r t icles/ on lin e/ fea t u r es/ 20 14 / 0 1/ 30 /
asean-china-m aritim e, diakses tanggal
19 Maret 20 14.
India Im portir Senjata Utam a Dunia,
Republika Online, 17 Maret 20 14.
h t t p : / / www.r e p u b lik a .co .id / b e r it a /
in tern asion al/ global/ 14/ 0 3/ 17/ n 2kuoain d ia -im p or t ir -sen ja t a -u t a m a -d u n ia ,
diakses tanggal 19 Maret 20 14.
SIPRI Yearbook 20 13, http:/ / www.sipri.
org/ yearbook/ 20 13, diakses tanggal 20
Maret 20 14.
South Asia and Gulf lead rising trend in
arm s im ports, Russian exports grow, says
SIPRI,
http:/ / www.sipri.org/ m edia/
p r essr elea ses/ 2 0 14 / AT_ m a r ch _ 2 0 14 ,
diakses tanggal 20 Maret 20 14.

Anda mungkin juga menyukai