APR 26
1 Votes
rennycandradewi@yahoo.com
Definisi power suatu negara menurut liberal ditentukan oleh kekuatan ekonomi
dan industrialisasi. Boleh jadi suatu negara tidak memiliki luas wilayah yang signifikan
tetapi dilain sisi ia memiliki basis ekonomi dan industri kuat, maka negara tersebut bisa
diasumsikan negara kuat. Power menurut Marxisme ditentukan oleh dominasi kelas yang
lebih tinggi kepemilikan faktor produksi untuk bisa menindas kelas marjinal.
Dalam bukunya, Robert Dahl mengulas dengan jelas apa yang dimaksud oleh
power. Robert Dahl menamai power sebagai suatu atribut yang melekat secara langsung
pada suatu negara ketika ia dibandingkan dengan negara lain. Kedua, power menurut
Robert Dahl adalah kemampuan suatu negara untuk membuat negara lain melakukan
sesuatu yang semula tidak diinginkannya. Power yang meliputi tangible dan intangible
power (Anonim, 2008).
Balance of power
Pengertian yang demikian banyak dan luas sebagaimana diutarakan oleh Inis
Claude (1962: 13) disebabkan konsepnya yang mudah dipahami serta banyaknya literatur
antara lain sebagai berikut (Sheehan, 1996, p.1-2):
2. Aksi dari negara lain untuk menghambat negara tetangganya untuk menjadi lebih
kuat dan menjaga keseimbangan dan kesejajaran antarnegara tetangganya
terdekatnya (Fenelon, 1835);
Balance of power sebagai reaksi yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas keamanan
regional antarnegara yang berdekatan.
Balance of power sebagai kolektif reaksi untuk mencegah terbitnya satu kekuatan
dominan yang berpotensi mendesak yang lemah.
4. Suatu penyusunan hubungan sehingga tidak akan ada negara yang berada pada
posisi lebih kuat di atas negara-negara lainnya (Vattel, 1916);
Seperti halnya poin ketiga yang mana balance of power sebagai kolektif reaksi karena
adanya kesadaran bersama untuk menghindari munculnya negara yang terkuat di antara
yang lainnya.
Balance of power sebagai tool efektif untuk melakukan check and balance posisi dan
pemetaan power yang dimiliki masing-masing negara.
Balance of power merupakan efektif tool untuk mendispersi power guna mengurangi
potensi konflik dan perang.
OPINI
Balance of power merupakan ide, konsep politis sekaligus strategi kebijakan yang
relevan terhadap kondisi empiris situasi politik internasional yang anarkis yang tertuang
dalam beragam definisi dan pengertian berbeda, kemudian dipelajari menjadi panduan
kebijakan politik luar negeri baik oleh praktisi hubungan internasionaluntuk
memahami perilaku kolektif states, maupun statesmen sebagai strategi untuk menyusun
perjanjianagreement dalam usaha membela kepentingan nasional. Secara khusus,
ASEAN sebagai rezim regional menjadi ilustrasi adanya pengaruh faktor balance of
power pada perilaku anggotanya yang secara politis saling berseberangan tetapi masih
mempertahankan konsep sekuriti sebagai alasan mendasar mendirikan kelompok
kerjasama kooperatif maupun satuan organisasi regional yang dijanjikan mampu
menciptakan stabilitas dan keamanan kawasan.
Berkaitan erat dengan power, di dalam balance of power terdapat konsep national
interestdan objectives antara lain tujuan fundamentalnya adalah menolak adanya
hegemoni secara regional maupun global, yang pada intinya untuk mencegah terbitnya
hegemoni dengan mengijinkan semua state untuk memelihara identitas, kesatuan, dan
independensinya, hingga pada level optimal mencegah potensi agresi perang, dan lain
sebagainya. Teori balance of power maka dari itu erat kaitannya dan kedudukannya
selaras dengan pandangan tradisional realis mengenai hubungan internasional.secara
tidak langsung dimaksudkan untuk menyediakan kondisi internasional yang stabil dan
damai (Emmers, 2004, p.42), sekaligus sebagai faktor penstabil dalam masyarakat
negara-negara yang berdaulat Morgenthau, 1955. p.185) Dari pengertian di atas, intinya
teori balance of power sebenarnya merupakan konsep penting dalam menciptakan dan
memelihara stabilitas komunitas internasional. Balance of power sebagai suatu strategi
umumnya diterapkan oleh hegemon untuk mencegah timbulnya satu kekuatan yang
sanggup menyaingi sphere of influencenya.
Fase yang menjelaskan turunnya pamor hegemoni adalah ketika (1) peraturan-
peraturan yang dibuat sudah tidak ditaati oleh negara-negara lain, (2) hegemoni mendapat
tantangan dari pergolakan ekonomi domestik dan perlawanan dari entitas yang tidak
menyukainya, (3) adanya negara core baru yang muncul dari negara periphery maupun
semiperiphery. Jika kekuatan hegemoni tersebut tidak mampu bertahan dari ancaman-
ancaman tersebut, maka ia cenderung akan mengalami diintegrasi (collaps) (Flint, 2007).
Teori stabilitas hegemoni, isu keamanan dan politik menjadi subjek utama yang
mengakibatkan dinamika pada ekonomi internasional. Kedua hal tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain dimana ekonomi internasional tidak bisa dipisahkan dari
politik dan kebijakan suatu negara apalagi yang berkaitan dengan isu keamanan. Suatu
hegemoni mutlak diperlukan untuk menjaga kestabilan politik dan keamanan. Secara
langsung keamanan dan politik menjadi lingkungan tempat berkembangnya ekonomi
internasional. Sehingga bisa juga ditarik kesimpulan ekonomi dan lingkungan saling
berhubungan, jika lingkungan berubah maka ekonomi juga mengikutinya.
Pertanyaan berikutnya, teori manakah yang paling relevan? Secara pribadi saya
ingin berpendapat bahwa tidak ada teori yang benar-benar 100% relevan terhadap tatanan
ekonomi internasional sekarang. Ketiganya saling komplementer dari pada kontradiktif.
Dalam hal tertentu, ekonomi internasional bergerak berdasarkan supply and
demand aktor-aktor ekonomi di luar state. Yang membuat integrasi ekonomi terjadi pada
level yang sangat signifikan. Hal ini seolah menyiratkan bahwa perekonomian itu
bergerak sesuai dengan invisible hand-nya Adam Smith. Artinya tidak ada faktor lain
yang diikutsertakan dalam telaah dinamika ekonomi politik internasional. Akan tetapi
seolah teori ini menjadi ketinggalan jaman, ketika faktor politik dan lingkungan
dilibatkan. Negara tetap menjadi aktor utama dan influensial dalam mempengaruhi dan
mengarahkan tatanan dunia sesuai dengan yang diinginkan, dalam hal ini disebutkan oleh
seorang hegemon.
REFERENSI
Mingst, Karen. 2009. The Essentials of International Relations. New York: Norman Pub.
Ch. 3., 68-72.
Wallerstein, Immanuel. 1974. The Modern World-system. New York: Academic Press.
Hobden, Stephen and Richard Wyn Jones. 2001. Marxist Theories of International
Relations, ins: Baylis, John and Steve Smith. 2001. The Globalization of World Politics.
London: Oxford University Press. Ch. 10., p 200-226.
Emmers, Ralf. 2004. Cooperative Security and Balance of Power in ASEAN and The
ARF. New
Sheehan, Michael. 1996. The Balance of Power: History and Theory. New York :
Routledge
http://frenndw.wordpress.com/2010/04/26/power-balance-of-power-teori-stabilitas-
hegemoni/