Seismic Unix adalah program untuk mengolah data seismik yang digagas oleh Center for Wave
Phenomena, Colorado School of Mines. Seismik Unix atau sering dikenal dengan SU merupakan open
sourceyang
bekerja
didalam
platform
Unix/Linux.
Didalamnya terdapat ratusan function yang cukup lengkap yang diperlukan untuk pengolahan data
seismik.
Untuk menginstall program SU didalam PC atau Laptop, berikut adalah tahapan yang bisa diikuti:
1.
Install Linux OS misalnya Ubuntu 10.10 yang compatible dengan hampir semua PC atau
Laptop. Ubuntu 10.10 bisa didownload secara gratis. Googling dengan kata kunci ubuntu10.10-desktop-i386.iso
2. Download SU di sini
3. Pada terminal Linux, ketiklah: mkdir seismic_unix untuk membuat directory baru yang
bernama seismic_unix
4. Pindahkan file yang didownload pada tahapan 2 dibawah directory seismic_unix
5.
Lalu masuklah ke directory seismic unix dengan mengetik cd seismic_unix pada terminal,
sehingga jika anda mengetikpwd anda akan berada di /home/agus/seismic_unix (contoh)
Semua file yang diekstrak dengan tar di atas akan disimpan dibawah directory src yang secara
otomatis terbentuk.
8. Masih didalam direktory seismic_unix, install beberapa aplikasi yang diperlukan dengan
mengetik: sudo apt-get install lesstif2 lesstif2-dev gfortran libglu1mesa libglu1-mesa-dev freeglut3 freeglut3-dev libxmu6 libxmu-dev
libxi6 libxi-dev
9. Reboot mesin anda
10. Masuklah ke directory src sehingga anda berada di: /home/agus/seismic_unix/src
11. Ketik: gedit Makefile.config lalu gantilah CC = cc dengan CC = gcc dan C++ = c+
+ dengan C++ = g++ lalu save dan exit
12. Pada terminal linux, ketik: export CWPROOT=/home/agus/seismic_unix enter lalu
ketik lagiexport PATH=$PATH:$CWPROOT/bin
13. Masih didalam directory src ketik: make install lalu entermake xtinstall lalu
enter make finstall lalu entermake mglinstall lalu enter make xminstall lalu
enter
14. Test program dengan mengetik pada terminal: suplane | suxwigb Maka anda akan
mendapatkan plot berikut:
NOTE: Setelah logout, keluar terminal, atau membuka terminal baru, kadang-kadang perintah SU
tidak dikenal dengan munculnya pesan .."command not found" , untuk mengantisipasi hal ini ketik
kode berikut di ./bashrc, gedit ~/.bashrc lalu save :
export CWPROOT=/home/agus/seismic_unix
export PATH=$PATH:$CWPROOT/bin
Untuk mengekplorasi lebih jauh, anda bisa melihat demonya pada directory demos dibawah directory
src:
/home/agus/seismic_unix/src/demos
Contoh saya membuka directory 3D_Data_Viewing, lihatlah README file untuk instruksinya. Pada
terminal saya ketik sh Make3Ddatautuk mengenerate data seismic dengan format su i.e. data3d.su
lalu
ketik sh
Trip4 untuk
mendapatkan
gambar
berikut:
seismic.
Untuk melakukan latihan pengolahan data seismik, berikut adalah tahapan yang bisa diikuti:
Tahap1:
Download data seismik 2 dimensi dengan format segy (388.9MB) disini
Tahap2:
Simpanlah file tersebut dalam folder tertentu, katakanlah processing, lalu ekstrak sehingga kita
akan memperoleh beberapa file berikut: Line_001.sgy, Line_001.SPS, Line001.RPS, Line_001.XPS,
dan Line_001.TXT. File dengan ektensi SPS dan RPS berisikan informasi sumber-penerima seperti
indeks (nomor), koordinat, elevasi, statik, dll. File XPS berisikan informasi hubungan sumber-
penerima (relational) dan TXT berisikan informasi tentang parameter survey. Berikut adalah isi dari
Line_001.TXT:
Tahap 3:
Untuk melakukan processing dengan Seismic Unix, terlebih dahulu kita melakukan konversi format
data seismik dari segy ke su.
Pada perintah di atas, saya mendefiniskan endian=0 karena saya menggunakan mesin little endian
(Laptop/PC). Jika anda menggunakan workstation anda harus medefinisikan endian=1.
Tahap 4:
Analisa header data su dengan perintah
surange < Line_001.su
Sehingga diperoleh:
Tahap 5:
Untuk mengevaluasi data yang kita miliki lakukan peritah berikut:
Perintah di atas, kita memilih data dengan suwind untuk shot ke 32, lalu ditampilkan sebagai wiggle
dengan suxwigb dengan persentase amplitudo 80.
Gambar di bawah ini (kiri) adalah hasil dari perintah di atas, serta zoom in (kanan) dari trace-trace
awal. Terlihat bahwa 2 trace pertama adalah data source signature yang didefinisikan dengan tracf=-1
dan tracf=0.
Lakukanlah proses ini untuk beberapa tempat dengan ep berbeda. Kesimpulan yang saya peroleh
adalah semua shot memiliki 284 trace dengan 2 trace pertama sebagai source signature yang
ditanamkan pada setiap shot record.
Tahapan berikutnya
Tahap 6:
Pada tahapan ini, saya akan menghilangkan (kill), trace vibroseis dengan key=tracf -1 dan 0. Dari
surange, kita mengetahui bahwa rentang tracf dimulai dari -1,0,1,2,3...,282. Perintah berikut adalah
cara untuk tidak melibatkan trace vibroseis yang tertanam pada shot gather.
Coba tampilkan dengan perintah berikut lalu zoom in dengan meng-klik left button, tahan dan geser
untuk memastikan trace vibroseis telah hilang (untuk meng-unzoom, klik pada window xwigb).
Dari gambar di atas terlihat sebuah rekaman yang masih penuh dengan noise seperti ground roll, air
blast, direct wave, coherent noise, trace yang tidak koheren (time shift), amplitudo yang tidak sama
antara
zona
dangkal
dan
dalam
(akibat geometrical
spreading),
Tahap
dll.
7:
Perintah berikut ini adalah cara untuk mengkompensasi penurunanamplitudo dengan AGC
(Automatic Gain Control). Perlu diingat bahwa AGC merupakan operasi trace by trace, bisa
digunakan hanya untuk interpretasi bukan untuk analisis AVO. Untuk analisis AVO sebaiknya
digunakan dB/sec gain setelah koreksi NMO.
Tampilkan:
Tahapan berikutnya
Tahap 8:
Sebagaimana yang kita perhatikan pada tahapan sebelumnya, shot gather yang kita miliki masih
mengandung berbagai macam noise, diantara noise yang paling dominan adalah ground roll.
Untuk mengeliminasi ground roll, pada tahapan ini kita akan melakukan F-K filtering. Dimana F-K
merupakan spectrum frekuensi (F) terhadap bilangan gelombang (K). Fungsi Seismic Unix untuk
melakuan F-K filtering adalah sudipfilt.
Sebelum melakukan F-K filtering, data yang kita miliki harus memiliki sampling spatial (d2) yang
pada hakikatnya merupakan jarak antara trace atau geophone interval (dalam hal ini 25 meter atau
0.025km).
Setelah memasukkan d2 terhadap trace header (perintah di atas), marilah kita melakukan test dengan
memilih shot gather 32 (ep=32).
Didalam terminal ketiklah gedit & lalu copy-paste dan save kode berikut lalu berilah nama testfk
#!/bin/sh
slopes=-0.5,-0.3,0.3,0.5
amps=1,1,1,1
bias=0.0
dx=0.025
dt=0.002
tereliminasi.
Gambar dibawah ini adalah jika saya memilih amps=1,0,0,1 (reject filter). Kita melihat bahwa inilah
noise
yang
kita
kehendaki
untuk
di-reject.
Untuk analisa F-K, anda bisa melakukan test dengan berbagai macam slopes katakanlah slopes=-1,0.5,0.5,1. Lihat hasilnya, lalu anda putuskan mana yang paling baik. Lakukanlah untuk beberapa
lokasiep, jika sudah memperoleh hasil yang terbaik dengan parameter tertentu, maka anda bisa
melakukan F-K filter untuk seluruh shot gather yang kita miliki dengan mengetikkan kode berikut
(buat satu baris).
sudipfilt < Line_001_kill_vibro_agc_d2.su dt=0.002 dx=0.025 slopes=-0.5,-0.3,0.3,0.5 amps=0,1,1,0
bias=0 > Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk.su
Lihat berikutnya
Tahap 9:
Setelah kita melakukan eliminasi groundroll dengan F-K filtering, pada tahapan ini kita akan
melakukan eliminasi noise-noise yang lainnya dengan menggunakan bandpass filter (sufilter).
Didalam bandpass filter terdapat empat parameter frekuensi yang harus kita tentukan f1,f2,f3 dan f4.
Pemilihan rentang frekuensi yang akan diloloskan merupakan hal yang sangat krusial, jangan sampai
proses ini menghilangkan data reflektor yang anda miliki. Untuk menghindari hal ini anda harus
memperhatikan spektrum frekuensi serta rekaman reflektor yang dilihat pada shot gather.
Didalam terminal linux, ketiklah gedit & lalu copy, paste dan save kode berikut lalu beri nama filter
#!/bin/sh
#spectrum untuk shot dengan ep=80 dengan tracf 100-105 setelah filter
suspecfx < Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_ep80_flt_tracf100_105.su | suxwigb &
s/d
282.
Gambar di bawah ini adalah hasil setelah difilter dengan bandpass filter 10,15,50,60Hz, yang berarti
saya hanya meloloskan frekuensi dari 10 sampai 60Hz. Anda mungkin berargumen bahwa pemilihan
cut off frekuensi 10Hz sangat membahayakan data seismik yang kita miliki, akan tetapi saya beralasan
bahwa untuk kasus data ini, walaupun cut off 10Hz, reflektor yang saya miliki masih bisa
terselamatkan (lihat shot gather). Tentu saja sebelumnya saya melakukan test dengan berbagai
kombinasi frekuensi dari mulai 3,6,50,60Hz, 4,8,50,60Hz, 5,10,50,60Hz dan seterusnya.
Tahap
10:
Pada tahapan ini kita akan menerapkan proses deconvolusi yang bertujuan untuk meningkatkan
resolusi temporal dari reflektor serta menekan multiple. Namun sebelum melakukan deconvolusi,
saya akan menerapkan autocorrelation terlebih dahulu yang sangat membantu mempelajari perilaku
multiple.
Kode di bawah ini adalah kode untuk melakukan test autocorrelation dan deconvolusi. Parameter
utama yang harus kita perhatikan adalah minlag dan maxlag, sedangkan ntout adalah jumlah sampel
hasil autocorrelasi yang akan dihasilkan. Anda bisa melakukan test dengan pnoise yang berbeda.
Pada terminal linux ketik gedit, copy paste kode berikut lalu save dengan nama decon
#!/bin/sh
minlag=0.02
maxlag=0.1
pnoise=0.001
ntout=120
#melakukan deconvolusi
supef < Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_ep150.su >
Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_ep150_decon.su minlag=$minlag maxlag=$maxlag pnoise=$pnoise
sekitar 0.12s dan zero crossing yang kedua sekitar 0.14s, dengan demikian minlag=0.14-0.12=0.02,
sedangkan maxlag 0.1 dipilih karena reverberasi masih terulang sampai sekitar 0.22s. sehingga
maxlag=0.22-0.12=0.1s.
Gambar di bawah ini adalah hasil deconvolusi serta autocorrelation-nya. Perhatikan bentuk wavelet
setelah deconvolusi yang lebih ramping (meningkat resolusi temporal), serta reverberasi yang sudah
tereliminasi. Hal ini bisa kita lihat baik pada shot gather walaupun pada autocorrelation.
Tahap berikutnya
Tahap 11:
Pada tahapan ini, saya akan menunjukkan bagaimana caranya melakukan edit geometry. Edit
geometry sangat penting dilakukan karena bermanfaat untuk sorting dari shot gather ke CMP gather,
koreksi statik, regularisasi bin, dll.
Jika kita melakukan surange, berikut adalah key yang kita miliki:
dll.
Marilah kita lihat kembali 3 file geometri untuk data ini i.e. Line_001.SPS (sumber), Line_001.RPS
(receiver),
Line_001.XPS
(relational).
Jika kita membuka file Line_001.SPS dengan gedit, maka akan diperoleh informasi sbb:
(Y
coordinate),
Surface
Elevation,
dll.
Data ini memiliki point number (shot number) 701, 703, 705, ...1201. Informasi 1V1 bukanlah bagian
dari point number (lihat kembali header, COLS dari point number adalah 18-25), dengan gedit
informasi posisi baris (Ln) dan kolom (Col) bisa dilihat di pojok kanan bawah. Dari sini kita
mengetahui bahwa jumlah sumber (shot) adalah (1201-701)/2+1 = 251 shots. Koreksi statik untuk
shot pertama dan seterusnya: -50, -50, -51, dst. Koordinat X shot pertama: 688081.8, koordinat Y
shot pertama: 3838302.1, dan elevasi shot pertama: 46.0.
Point number (receiver number) adalah 561, 562, ..., 1342. Koreksi statik untuk receiver 561: -48,
Koordinat X untuk receiver 561:684590.2, koordinat Y receiver 561:3837867.6, dan elevasi receiver
561:41.0.
Perhatikan
informasi
di
atas
dengan
sebaik-baiknya:
Point Number (COLS 30-37): 701, 703, ...1201 merupakan penomoran untuk shot pertama, kedua,
dst.
From
To
receiver
receiver
untuk
untuk
shot
701:
561
shot
701:842
(receiver
(receiver
pertama
terakhir
untuk
untuk
shot
shot
701)
701)
From Channel : 1 dan To Channel: 282 untuk semua shot adalah sama artinya setiap shot memiliki
jumlah
trace
282.
Setelah kita memahami konfigurasi file di atas, saya akan membuat sebuah matrix dengan jumlah
kolom 10 i.e. [sx,xy,selev,sstat,gx,gy,gelev,gstat,cdp,offset] dengan jumlah baris sebanyak jumlah trace
yang
saya
miliki
(70782).
Dengan menggunakan gedit copy-lah kode berikut, save, lalu beri nama geom
#!/bin/sh
# skip header dengan (NR>20), remove 1V1
# ekstrak source number (col2), sx (col8),sy (col9), selev (col10),sstat (col3)
awk ' gsub(/1V1/,"") {if (NR > 20) {print $2,$8, $9, $10,$3 }}' Line_001.SPS > sps.txt
Lalu dengan gedit copy-lah kode berikut, save, lalu beri namageomoctave.m
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%
clear; clc
load sps.txt
load rps.txt
% Ingat no of shots: 251,no of receiver in each shot: 282,total number of traces is 251*282=70782
gx=rps_all_traces(:,2);
gy=rps_all_traces(:,3);
gelev=rps_all_traces(:,4);
gstat=rps_all_traces(:,5);
ox=gx-sx;
oy=gy-sy;
offset=sqrt(ox.^2+oy.^2);
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%
%%%cdp untuk shot ketiga adalah 9 s/d 290 dst....(lihat ilustrasi stacking diagram dibawah untuk
memahaminya)
for i=1:251
cdp_each_shot{i}=[(4*i-3):281+(4*i-3)]';
end
cdp_all_traces=cell2mat(cdp_each_shot');
geom_header=[sx,sy,selev,sstat,gx,gy,gelev,gstat,cdp_all_traces,offset];
Lalu ketik octave untuk memasuki terminal octave. Jika belum memiliki octave (octave adalah open
source yang mirip dengan Matlab), anda bisa menginstall dengan mengetik sudo apt-get install
octave3.2
Pada terminal octave ketik geomoctave untuk mengeksekusi kode di atas sehingga kita akan memiliki
matriks geom_header.txt dan plot koordinat sumber dan penerima.
Gambar dibawah ini adalah ilustrasi stacking chart untuk interval sumber 2X interval receiver.
Perhatikan CDP yang pertama untuk shot kedua terletak pada CDP ke 5 dari shot pertama, CDP yang
pertama untuk shot ketiga terletak pada CDP ke 9 untuk shot kedua, dst.
courtesy freeusp.org
Gambar di bawah ini adalah koordinat sumber (merah) dan penerima (biru). Perhatikan bahwa posisi
sumber dan penerima tidak benar-benar berada dalam satu garis lurus, hal demikian terjadi karena
kondisi medan yang bersangkutan. Jadi, walaupun secara teoritik kita menghendaki group interval
25m dan shot interval 50m, tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk diwujudkan.
a2b adalah perintah untuk mengubah format ascii ke binary, n1=10 adalah jumlah kolom dalam
matriks geom_header.txt
Check-lah dengan mengetikkan ls -l, lihat jika ukuran file geom_header.bin adalah 2831280 byte atau
4*10(kolom)*70782(jumlah baris = jumlah trace).
Setelah itu anda siap untuk menuliskan geom_header.bin ke dalam trace header dari data anda
dengan perintah di bawah ini (buat dalam satu baris):
Dengan perintah
Perhatikan bahwa informasi geometry dan cdp sudah berada dalam trace header data seismik anda.
Untuk keperluan sorting dari shot gather ke CMP gather, dua informasi penting yang harus dimiliki
adalah
cdp
dan
offset.
Data ini memiliki cdp: 1 1282 (1 - 1282), jika angka yang berada di luar kurung sama dengan yang
berada di dalam kurung maka penomoran cdp data ini benar, sedangkan jika kita lihat nilai offset: 12
3525 (3518 - 3509), rentang angkanya berbeda. Hal ini terjadi karena angka offset yang exact sangat
sulit diperoleh akibat medan akuisi (lihat plot x-y coordinate sebelumnya). Oleh mengantisipasi hal
ini,
saya
akan
melakukan
'regularisasi'
offset.
Kita mengetahui dari shot gather bahwa geometri akuisisi data tersebut adalah split-spread dengan
interval geophone = 25m dan jarak dari sumber ke geophone pertama=25m.
Ketik gedit copy, paste kode di bawah ini dan save dengan nama regoff.m
clear; clc
%%%offset regularization...
right=[25:25:3525]';
left=[-3525:25:-25]';
offset_each_shot=[left;right];
offset_all_shot=repmat(offset_each_shot,251,1);
Keluar dari octave dengan ctrl+z, lalu pada terminal linux ketik:
Dari hasil surange di atas, terlihat bahwa cdp dan offset memiliki nilai yang sama antara di luar
kurung dan dalam kurung.
Tahap 12:
Pada tahap ini, kita akan melakukan sorting dari shot ke cmp gather dengan perintah susort berikut
(buat dalam satu baris):
Tahap berikutnya
13:
Pada tahap ini saya akan menunjukkan bagaimana caranya melakukan koreksi NMO dan membuat
Brute
Stack.
Pada Seismic Unix, koreksi NMO dilakukan dengan perintah sunmo. Informasi penting untuk sunmo
yang
harus
kita
berikan
adalah
pasangan
kecepatan(m/s)
dan
waktu(s).
Untuk kasus data ini, saya melakukan trial and error untuk mencari 3 pasangan waktu dan nilai
velocity yang paling optimal (yang ditentukan dengan reflektor yang flat). Test ini saya lakukan pada
CMP 1000 s/d 1002 (lihat tahapan sebelumnya untuk melihat CMP yang belum dikoreksi NMO).
Pasangan kecepatan dan waktu yang diperoleh adalah vnmo=1700,2750,3000 dan tnmo=0.1,1.0,2.0
Berikut adalah kode untuk koreksi NMO (buat dalam satu baris):
Tahap 14:
Setelah kita cukup puas dengan hasil NMO, maka kita siap untuk memproduksi brute stack dengan
perintah:
Untuk mengubah skala warna pada brute stack, kita bisa melakukannya dengan mengubah parameter
cmap. Berikut adalah contoh jika saya menggunakan cmap=hsv4.
Tahap berikutnya
Tahap 15:
Pada tahapan ini, saya akan menunjukkan bagaimana melakukan velocity analysis dengan Interactive
Velocity
Analysis.
Lihat
Lakukan
juga
pemilihan
contoh
setiap
penggunaan
50
CMP
tool
pada
data
tersebut disini.
input
berikut:
Jika proses picking telah dilakukan untuk seluruh cmp yang dimiliki, maka secara otomatis akan
terbentuk file inva_every_50cmp.par
Tahap 16:
Setelah diperoleh model kecepatan, maka kita siap untuk melakukan koreksi NMO untuk seluruh
CMP.
Dengan output
Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_decon_geom_cdp_nmo_v2.su
suximage
<
Line001_stack_vel2.su
cmap=hsv17
perc=90
title='Setelah
Velocity
Picking'
&
Berikut
adalah
animasi
perbandingan antara brute stack (kecepatan tunggal) dengan stack dari velocity pick (click untuk
memperbesar).
Tahap berikutnya
untuk
data
seismik
yang
kita
miliki.
Elevation statics umumnya dilakukan sebelum koreksi NMO pada tahap 13. Akan tetapi untuk
melihat efek elevation statics terhadap citra seismik, saya lakukan setelah memperoleh citra yang
terbaik. Hal ini sah-sah saja untuk dilakukan, mengingat kita masih memiliki peluang untuk terus
memperbaiki citra tersebut diantaranya dengan analisa kecepatan pada interval CMP yang lebih
rapat,
analisa
pada
super
gather,
dll.
Informasi yang harus kita miliki untuk melakukan elevation statics adalah elevasi sumber-penerima
relatif terhadap datum serta kecepatan sedimen di bawah sumber-penerima sehingga diperoleh waktu
tempuh
gelombang
dari
elevasi
yang
bersangkutan
terhadap
datum.
Untuk data ini, waktu tempuh sumber dan penerima (elevation statics) telah dilakukan dan sudah
diselipkan ke dalam trace header. Sehingga, jika kita melakukan surange diperoleh hasil sbb:
Dari hasil surange di atas, terlihat elevation statics dari sumber (selev) dan penerima (gelev) telah
berada
pada
trace
header.
Jika kita tidak memiliki informasi gelev dan selev, maka kita harus menghitungnya melalui first break
picking dari gelombang refraksi.
sustatic adalah perintah untuk elevation static, hdrs=1 menunjukkan bahwa data statics berada pada
trace header. Untuk mempelajari options atau parameter yang digunakan pada sustatic, ketiklah
sustatic pada terminal linux.
Gambar dibawah ini menunjukkan stack sebelum elevation statics yang kita peroleh sebelumnya:
Lakukan stacking:
sustack < Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_decon_geom_cdp_elev_nmo_v2.su >
Line001_stack_vel2_elev.su
Tampilkan:
suximage < Line001_stack_vel2_elev.su cmap=hsv17 perc=90 title='After Elevation Statics' &
Berikut perbandingannya:
Tahap 17:
Pada Seismic Unix, residual static dilakukan dengan perintah suresstat dimana metoda yang
digunakan mengacu pada Ronen dan Claerbout, Geophysics 50, 2759-2767 (1985).
Berbeda dengan elevation statics, residual statics dilakukan setelah koreksi NMO, akan tetapi harus
dilakukan pada domain shot gather dengan key=fldr.
Lakukan sorting:
susort < Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_decon_geom_cdp_elev_nmo_v2.su >
Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_decon_geom_cdp_elev_nmo_v2_fldr.su fldr offset
ntpick=50 (banyaknya sample maksimum untuk melakuan shifting dalam korelasi) niter=5
(jumlah iterasi, pada mesin 32bit dengan Intel Core Duo, 1.5GB Mem memerlukan waktu 1215 menit)
nc=70782 (harus sama dengan banyaknya seluruh trace) sfold=282 (harus sama dengan nr)
Perintah di atas akan menghasilkan dua file i.e. sstats and rstats yang masing-masing berisikan source
and receiver statics. Terapkankanlah statics tersebut dengan perintah:
Gambar di bawah ini adalah stack sebelum elevation dan residual statics.
Stacking:
sustack < Line_001_kill_vibro_agc_d2_fk_flt_decon_geom_cdp_elev_nmo_v2_rstat.su >
Line001_stack_vel2_elev_rstat.su
Dikarenakan kedua koreksi statics tersebut mengakibatkan time shifting, maka untuk kenyamanan
dalam membandingkan hasilnya, saya lakukan shiting dengan perintah:
Tampilkan:
suximage < Line001_stack_vel2_elev_rstat_shift.su cmap=hsv17 perc=90 title='After Elevation and
Dan perbandingannya:
Dari perbandingan di atas, terlihat bahwa residual statics masih belum memberikan hasil yang
optimal, walaupun di beberapa tempat memberikan hasil yang lebih baik.
Anda masih bisa memperbaiki hasilnya dengan melakukan perubahan dari parameter-parameter
yang saya pilih sebelumnya.
Tahap berikutnya
Tips untuk membuat animasi GIF dan menampilkannya pada blogspot:
1.
2. Pada folder dimana file-file png berada ketik: for file in *.png; do echo "convert $file $
(basename $file .png).gif"; done
3. Copy semua print out dari tahap 2 lalu paste pada terminal linux (print outnya akan
seperti: convert filename.png finename.gif)
4. Install gifsicle untuk menghasilkan animasi gif: sudo apt-get install gifsicle
5.
Contoh perintah untuk menganimasi dua file gif: gifsicle --delay 200 --loop=1000 stack1.gif
stack2.gif > anim.gif
Upload anim.gif
Tahap 18:
Pada tahapan ini, saya akan menunjukkan bagaimana melakukan PoSTM (Post Stack Time Migration)
dengan
menggunakan
Seismic
Unix.
Seismic Unix menyediakan fungsi migrasi dengan menggunakan beberapa metodologi diantaranya
Stolt Migration, Gazdag atau Phase-Shift Migration, Claerbout's Migration, dll. Teknik-teknik migrasi
tersebut
memiliki
kelebihan
dan
kekurangannya
masing-masing.
Saya akan menerapkan PoSTM pada data telah distack dengan menggunakan velocity analysis dan
juga telah mengalami koreksi statik. Saya memilih Metoda Stolt, karena metoda ini sangat cepat dan
cukup robust.
Sebelumnya, saya akan menerapkan mute dan tapering (walaupun pada sustolt sendiri diterapkan
tapering) sehingga diperoleh ujung lintasan kiri, kanan dan atas yang lebih gradual. Hal ini penting
dilakukan karena perbedaan amplitudo yang tiba-tiba akan menghasilkan migration artifacts.
Setelah itu migrasi diterapkan dengan menggunakan kecepatan RMS (yang saya ambil dari CMP ke
1000) dari hasil velocity analysis sebelumnya.
Berikut ini adalah kode Bourne Shell untuk melakukan mute, menampilkan stack sebelum migrasi,
melakukan Stolt Migration dan sekaligus menampilkan hasilnya:
#!/bin/sh
time=0.0187891,0.494781,0.914405,1.37787,1.94781,2.90605
vels=1992.35,2211.92,2488.77,2765.61,2975.64,3319.31
exit
Copy-lah code di atas dengan menggunakan text editor (vi, pico, gedit, atau nedit) lalu save dengan
nama tertentu katakanlah stoltmig. Lalu ketik sh stoltmig
Berikut adalah stack sebelum migrasi (untuk mengubah skala warna, tekan hurup r pada ximage yang
aktif, untuk mengeksplorasi lebih jauh ketik ximage pada terminal linux).
Setelah Migrasi: