PENDAHULUAN
merupakan
kesatuan
organisasi
fungsional
yang
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Penyakit
Menular,
Gigi
dan
Mulut,
Kesehatan
Jiwa,
Kesehatan
Mata,
Hal ini menjadikan suatu masalah yang mungkin terjadi pada lingkungan
kerja.
Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:
PENGARUH
MOTIVASI
DAN
LINGKUNGAN
KERJA
2. Bersifat praktis
Bagi Puskesmas Mulya Asri Kabupaten Tulang Bawang Barat, untuk
mengetahui sejauh mana motivasi dan lingkungan kerja berdampak
pada kinerja puskesmas, dan hasilnya menjadi pertimbangan dalam
menyusun strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Menurut Hasibuan (2002:160) kinerja adalah merupakan suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan,
usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah suatu hasil
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kinerja karyawan adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara berencana
pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan menurut
Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153). Menurut Stolovitch and Keeps
(dalam blog Mangkuprawira) Kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai
dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan
yang diminta.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67) bahwa kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Kinerja menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson
(2006:378) adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu organisasi agar
tercapai tujuan yang diiginkan suatu organisasi dan meminimalisir kerugian.
Kinerja menurut Faustino Cardosa Gomes (2003:195) kinerja karyawan
sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan
dengan produktivitas. Kinerja menurut Simamora (1997:339) bahwa untuk
mencapai agar organisasi berfungsi secara efektif dan sesuai dengan sasaran
organisasi, maka organisasi harus memiliki kinerja karyawan yang baik yaitu
dengan melaksanakan tugas-tugasnya dengan cara yang handal. Menurut
Casio 1992 dalam (blog Mangkuprawira) Kinerja adalah pencapaian tujuan
karyawan atas tugas yang diberikan.
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu organisasi agar
tercapai tujuan yang diiginkan suatu organisasi dan meminimalisir kerugian.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Seth (2003) menunjukkan bahwa, motivasi adalah proses internal yang
membuat seseorang bergerak menuju tujuan. Dia menambahkan bahwa,
motivasi, seperti kecerdasan, tidak dapat langsung diamati. Rockson (2005)
juga didefinisikan motivasi sebagai drive batin yang memberi energi
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dia menambahkan bahwa, motivasi
memunculkan, kontrol, dan menopang perilaku yang diarahkan pada
tujuan. Bright (2000) didefinisikan motivasi dalam konteks bisnis dan
menunjukkan bahwa, motivasi dapat dikatakan tentang "keinginan untuk
bekerja". Hal ini dapat berasal dari kenikmatan dari pekerjaan itu sendiri dan /
atau dari keinginan untuk mencapai tujuan tertentu misalnya mendapatkan
lebih banyak uang atau mencapai promosi. Hal ini juga bisa datang dari rasa
kepuasan yang kita peroleh dari menyelesaikan sesuatu, atau mencapai sukses
hasil setelah proyek yang sulit atau masalah diselesaikan.
Buchanan (2010) berpendapat bahwa, motivasi adalah pengambilan
keputusan proses, melalui individu mana memilih hasil yang diinginkan dan
set menggerakkan perilaku yang sesuai untuk mereka. Buchanan (2010) juga
didefinisikan motif seperti yang dipelajari pengaruh pada perilaku manusia
yang membawa kita untuk mengejar tujuan tertentu karena mereka dihargai.
Motivasi karena itu dapat dianggap sebagai tingkat dimana seseorang ingin
dan memilih untuk terlibat dalam perilaku tertentu.
2.2.2 Teori Motivasi
faktor-faktor
tertentu
yang
memotivasi
seorang
karenanya
mudah
untuk
mengidentifikasi
(Bright,
Kebutuhan
sekunder 2000)., Di sisi lain, adalah psikologis, yang berarti bahwa mereka
belajar terutama melalui pengalaman. Kebutuhan ini secara signifikan
berbeda dengan budaya dan oleh individu (Bright, 2000).
Kebutuhan sekunder terdiri dari negara internal, seperti keinginan untuk
kekuasaan, prestasi, dan cinta. Mengidentifikasi dan menafsirkan kebutuhan
ini lebih sulit karena mereka ditunjukkan dalam berbagai cara (Bright,
2000). Kebutuhan sekunder bertanggung jawab untuk sebagian besar perilaku
yang seorang supervisor yang bersangkutan dengan dan untuk imbalan
seseorang berusaha dalam organisasi (Bright, 2000). Beberapa teori, termasuk
Abraham Maslow, Frederick Herzberg, David McClelland, dan Clayton
Alderfer, telah memberikan teori untuk membantu menjelaskan kebutuhan
sebagai sumber motivasi.
2.2.3 Jenis Motivasi
Booth (2004) menunjukkan bahwa, motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong kita untuk bertindak. Ini mendorong kita untuk bekerja keras dan
mendorong kita untuk berhasil. Booth (2004) menambahkan bahwa, motivasi
mempengaruhi perilaku kita dan kemampuan kita untuk mencapai
tujuan. Curvin (2004) berpendapat bahwa, motivasi berbanding lurus
produktivitas. Dia menambahkan bahwa, kecuali karyawan sangat disiplin
10
mereka tidak akan produktif jika mereka tidak termotivasi. Curvin (2004)
melanjutkan bahwa, ada banyak bentuk yang berbeda motivasi dan masingmasing perilaku pengaruh dalam cara yang unik. Dia menjelaskan lebih lanjut
bahwa, tidak ada satu jenis motivasi bekerja untuk semua orang dan itu,
kepribadian orang berbeda-beda dan begitu sesuai melakukan jenis motivasi,
yang paling efektif inspirasi perilaku mereka. Itu Berikut adalah beberapa
jenis motivasi:
a. Prestasi
Ini
adalah
motivasi
seseorang
untuk
mencapai
tujuan
(Bouma,
2003). Kerinduan untuk prestasi melekat pada setiap manusia, namun tidak
semua orang melihat ke prestasi sebagai motivasi mereka. Mereka dimotivasi
oleh tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, mereka bersedia untuk pergi sejauh
mungkin (Bouma, 2003). Kompleksitas tujuan ditentukan oleh persepsi
seseorang. Bagi kami, syarat "sederhana" dan "kompleks" yang murni
relatif. Apa satu orang berpikir adalah tujuan yang mudah mencapai mungkin
tampak mustahil untuk orang lain. Namun, jika motivasi Anda prestasi, Anda
akan menemukan bahwa tujuan Anda akan tumbuh semakin kompleks seiring
berjalannya waktu (Bouma, 2003).
b. Sosialisasi
Carr (2005) menunjukkan bahwa, beberapa orang menganggap sosialisasi
menjadi motivasi utama mereka untuk tindakan. Hal ini terutama jelas dalam
situasi tekanan teman sebaya. Beberapa orang bersedia untuk melakukan apa
saja untuk diperlakukan sama dalam struktur kelompok. Ide yang diterima di
antara sekelompok orang adalah motivasi mereka untuk melakukan hal-hal
tertentu (Carr, 2005).
c. Insentif Motivasi
Motivasi ini melibatkan imbalan (Carsely, 2000). Orang-orang yang percaya
bahwa mereka akan menerima imbalan untuk melakukan sesuatu termotivasi
untuk melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk mencapai tujuan
11
(2010)
menyatakan
lagi
bahwa,
ini
bisa
membantu
e. Pengakuan
Babbie (2004) menyoroti bahwa, pengakuan pekerjaan dilakukan dengan baik
adalah cara yang bagus untuk menginspirasi para karyawan. Pengakuan biaya
manajer apa-apa dan, untuk karyawan yang merasa kurang dihargai, bisa
berarti segalanya. Babbie (2004) menambahkan bahwa, pujian tidak perlu
mewah atau berlebihan, tetapi harus melacak prestasi karyawan dan publik
mengenalinya.
f. Tugas dengan benar ditugaskan
Babbie (2004) berkomentar bahwa, jika departemen sumber daya manusia
melakukan pekerjaan yang buruk dalam menempatkan orang yang tepat di
tempat yang tepat maka karyawan dapat kehilangan motivasi. Dia
menambahkan bahwa, setelah semua seseorang yang lebih memenuhi syarat
12
untuk pekerjaan atau yang merasa bahwa dia layak lebih baik dari saat ini
Posisi tidak akan termotivasi untuk bekerja.
g. Appraisals karyawan
Smith (2010) di pihaknya menunjukkan bahwa, penilaian karyawan sangat
penting, jangkar pahala karyawan mendapat untuk kinerja yang baik dan
sehingga memotivasi dia untuk melakukan atau yang terbaik. Smith (2010)
menambahkan bahwa, penilaian harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
karyawan dan tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan.
h. Pertemuan Karyawan Harapan
Baker (2005) menyatakan bahwa, jika karyawan melakukan sesuatu yang
baik dan mengharapkan sesuatu sebagai balasannya dan kemudian mendapat
kurang dari apa yang diharapkan ia mungkin kehilangan motivasi. Baker
(2005) menambahkan bahwa, organisasi harus memastikan untuk menilai
harapan karyawan mereka untuk memenuhi mereka.
13
14
15
3. Penerangan dalam hal ini bukan terbatas pada penerangan listrik saja, tetapi
juga penerangan sinar matahari. Dalam melaksanakan tugas karyawan
membutuhkan penerangan yang cukup, apabila pekerjaan yang dilakukan
tersebut menuntut ketelitian.
4. Pertukaran udara yang cukup akan meningkatkan kesegaran fisik para
karyawan, karena apabila ventilasinya cukup maka kesehatan para karyawan
akan terjamin. Selain ventilasi, konstrusi gedung dapat berpengaruh pula pada
pertukaran udara. Misalnya gedung yang mempunyai plafond tinggi akan
menimbulkan pertukaran udara yang banyak dari pada gedung yang
mempunyai plafond rendah selain itu luas ruangan apabila dibandingkan
dengan jumlah karyawan yang bekerja akan mempengaruhi pula pertukan
udara yang ada.
5. Jaminan terhadap keamanan menimbulkan ketenangan. Keamanan akan
keselamatan diri sendiri sering ditafsirkan terbatas pada keselamatan kerja,
padahal lebih luas dari itu termasuk disini keamanan milik pribadi karyawan
dan juga konstruksi gedung tempat mereka bekerja. Sehingga akan
menimbulkan ketenangan yang akan mendorong karyawan dalam bekerja.
6. Kebisingan merupakan suatu gangguan terhadap seseorang karena adanya
kebisingan, maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu. Dengan
terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak
menimbulkan kesalahan atau kerusakan. Hal ini jelas akan menimbulkan
kerugian. Kebisingan yang terus menerus mungkin akan menimbulkan
kebosanan.
7. Tata ruang merupakan penataan yang ada di dalam ruang kerja yang biasa
mempengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Menurut Robbins-Coulter (1999:93) lingkungan dirumuskan menjadi dua,
meliputi lingkungan umum dan lingkungan khusus.
16
17
18
3. Kebisingan di tempat kerja Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para
pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak
dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka
panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak
pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut
penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.
4. Bau tidak sedap di tempat kerja Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja
dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi
bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Pemakaian air condition yang tepat merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang
mengganggu disekitar tempat kerja.
5. Keamanan di tempat kerja Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan
kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan
dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan
keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja,
dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Pengaman (SATPAM).
Dari dua pendapat yang berbeda yaitu dari Nitisemito (1992:159) dan
Sedarmayanti (2009:28) tentang lingkungan kerja diharapkan terciptanya
lingkungan kerja yang kondusif sehingga karyawan akan betah dalam bekerja.
Dari dua pendapat berbeda peneliti mengambil indikator yaitu suasana kerja,
hubungan dengan rekan kerja, tersedianya fasilitas kerja, penerangan, sirkulasi
udara, kebisingan, bau tidak sedap, dan keamanan.
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
19
Tabel
20
21
Gambar 2.1
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan
penelitian,
sampai
terbukti
melalui
data
yang
22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
24
c. Keandalan
d. Kehadiran
e. Kemampuan Bekerjasama
1. Angket (kuesioner)
Teknik angket adalah suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan
pertanyaan kepada responden dan responden akan memberikan respon atas
pertanyaan tersebut (Umar, Husein. 2005:82). Pemilihan teknik angket
26
dalam penelitian ini agar memperoleh data yang akurat secara langsung
dari orangorang yang akan dimintai data.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dan informasi melalui arsip
dan dokumentasi (Umar, Husein. 2005.:83). Untuk memperoleh data
pendukung yang dibutuhkan dari sumber yang dapat dipercaya, maka
digunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi berguna untuk
memperoleh data tentang jumlah karyawan dan data tentang gambaran
umum Puskesmas Mulya Asri Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan datadata lain yang mendukung.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Penelitian saat ini berusaha untuk menilai motivasi karyawan Puskesmas Mulya
Asri Kabupaten Tulang Bawang Barat dan bagaimana ini mempengaruhi kinerja
pekerjaan. Berdasarkan temuan peneliti menyimpulkan bahwa, Motivasi dan
27
DAFTAR PUSTAKA
29
30
31
32