Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan


Maksud dari granulometri agar para praktikan dapat memisahkan fraksi
butiran pasir pada ukuran (diameter) tertentu. Selain itu juga bertujuan agar praktikan
dapat melakukan penelitian secara tepat, jelas, teliti dengan dapat menentukan harga
kuartil, median diameter,keofisien sortasi, keofisien kepencengan/skewness,dan juga
kurtosis dari sample batu pasir yang diambil dari lapangan. Serta untuk mengetahui
proses-proses sedimentasi yang bekerja membentuk sedimen / batuan sedimen
sehingga dapat menafsirkan lingkungan pengendapan dari batuan sedimen tersebut.
I.2. Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah
Pada lapangan kemaren praktikum analisis granulometri dilaksanakan pada
waktu hari
1.3 Analisa Lapangan
Pelaksanaan pengambilan sampel dilaksanakan pada:
Lokasi pengamatan 1
Hari/Tanggal : 17 Oktober 2010
Lokasi

: Sekitar tebing babarsari

Cuaca

: Cerah

Vegetasi

: Pohon jati,pohon bambu.

Mofologi

: Aluvial

Daerah ini merupakan daerah dengan morfologi Alluvial-fluvial,daerah ini


termasuk dataran banjir dari sungai yang mengalir berada disampingnya.Litologi
penyusun batuan di daerah ini adalah batu pasir baik pada lapisan atas,tengah,dan
bawah

Lokasi pengamatan 2
Hari/Tanggal : 11 oktober 2009
Lokasi

: Sekitar tebing babarsari

Cuaca

: Cerah

Vegetasi

: Pohon jati,pohon bambu.

Mofologi

: Aluvial

Daerah ini merupakan daerah dengan morfologi Alluvial-fluvial,daerah ini


termasuk dataran banjir dari sungai yang mengalir berada disampingnya.Litologi
penyusun batuan di daerah ini adalah batu pasir halus pada bagian atas,dan soil pada
bagian tengah dan bagian bawah.

Lokasi pengamatan 3
Hari/Tanggal : 11 oktober 2009
Lokasi

: Sekitar tebing babarsari

Cuaca

: Cerah

Vegetasi

: Pohon jati,pohon bambu.

Mofologi

: Aluvial

Daerah ini merupakan daerah dengan morfologi Alluvial-fluvial,daerah ini


termasuk dataran banjir dari sungai yang mengalir berada disampingnya.Litologi
penyusun batuan di daerah ini adalah batu pasir halus pada bagian atas,batu pasir
sedang pada bagian tengah dan batu pasir bagian bawah.pada daerah ini terdapat
struktur cross beding dan graded beding,kemungkinan arus purba yang terjadi pada
tempat ini adalah arus turbidit

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Dasar Teori

Gerakan air dan udara biasanya akan memisahkan partikel-partikel menurut


ukuran butirnya. Ukuran butir dalam sedimen atau batuan sedimen akan
mencerminkan:
1. Resistensi batuan terhadap pelapukan, erosi dan abrasi
2. Proses-proses sedimentasi yang meliputi pengangkatan dan pengangkutan

(antara lain

dengan rolling, saltasi, traksi, sliding, suspensi)

Proses-proses itulah yang akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur


batuan sedimen atau sedimen yang bersangkutan.
Aspek tekstur yang dapat dianalisis dengan metode Granulometri antara lain mean, median,
modus, koefisien sortasi, koefisien kepencengan, standar deviasi dan kurtosis.
Adapun batasan masing-masing pengertian tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Mean merupakan harga rata-rata dari suatu kurva.
Median adalah nilai tengah dari suatu kurva.
Modus merupakan puncak maksimal penyebaran klas ukuran butir tertentu.
Sortasi adalah tingkat keseragaman ukuran butir. Sortasi dapat tercermin dari tinggirendahnya atau lebar sempitnya suatu kurva. Kurva yang pendek dan lebar mencerminkan
sortasi jelek, sebaliknya kurva yang tinggi dan sempit mencerminkan sortasi baik (Gbr 1 dan
2).
Standar Deviasi merupakan nilai statistik yang mencerminkan sejauh mana klas besar butir
menyimpang dari harga rata- rata. Semakin kecil harga standar deviasi semakin baik harga
sortasinya dan sebaliknya.
Skewness adalah ukuran tingkat kecondongan penyebaran besar butir (Gbr 3).
Kurtosis adalah derajat kemancungan suatu kurva yang menunjukkan harga perbandingan
antara pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi kurva
Material-material yang diangkut oleh media pengangkut akan terdistribusi menjadi
berbagai macam ukuran. Distribusi ukuran butir akan dapat mencerminkan:
1. Variasi litologi/ diameter butir yang terdapat pada source (sumber) dimana tidak mesti
berupa batuan tetapi dapat juga berupa endapan.
2. Proses-proses yang berlangsung selama sedimentasi terutama yang menyangkut arah arus,
kekuatan arus, perubahan-perubahan/ variasi yang terdapat pada arus itu.
Skala ukuran butir yang sering dipakai dalam sedimentologi, antara lain :

1. Skala Wentworth
2. Skala Phi (Tabel 1)

II.1.1. Distribusi normal


Kurva distribusi normal merupakan kurva hasil pengeplotan kurva hasil frekwensi
dengan beberapa variasi dari suatu populasi yang terdiri dari klas - klas (Gbr 5).

Gambar 1. Kurva Distribusi Normal

Kurva distribusi normal juga mengandung penyebaran fraksi kasar dan halus kearah
kiri dan kanan seimbang. Semakin runcing kurva distribusi normal makin sempit Sd-nya,
sehingga semakin baik sortasinya (Gbr 1 & 2).
II.1.2. Kurva Frekuensi Kumulatif

Merupakan kurva yang digambarkan dari hasil pengeplotan penjumlahan


frekwensi-frekwensi terhadap penyebaran ukuran butir pada klas-klas tertentu.
Kurva ini dibuat dengan dua cara, yaitu:
1. Memakai kertas probabilitas, kurvanya disebut Kurva Probabilitas (Gbr 7).
2. Memakai kertas yang disebut S Shape, kurvanya disebut Ogive (Gbr 8 & 9).

Gambar 2. Kurva Komulatif dengan memakai Kertas Probabilitas

II.2 Alat Dan Bahan


Peralatan yang digunakan :

1. Sample splitter

2. Mesin pengayak
3. Ayakan menurut skala Nentworth
4. Tabung gelas/kantong plastik tempat sampel
5. Timbangan
6. Buku catatan
7. Kertas grafik
8. Kalkulator
II.3. Langkah Kerja

Cara melakukan percobaan ini dapat dibagi menjadi dua langkah kerja, yaitu:
1. Langkah kerja di lapangan
2. Langkah kerja di laboratorium
1. Langkah kerja di lapangan

Sebelum dilakukan kerja dilaboratorium, maka terlebih dahulu


dilakukan pekerjaan di lapangan untuk pengambilan sampel.

Adapun cara kerjanya sebagai berikut:


Setelah sampai di lapangan, dilakukan penentuan lintasan yang dapat mewakili
semua fasies pada lingkungan yang dianalisis. Pada lintasan inilah dilakukan
pengambilan sampel di beberapa tempat yang dapat mewakili ukuran butir pasir yang
berbeda-beda. Berat sampel yang diambil untuk analisis sekitar 1 kg.
Sampel dimasukkan ke kantong sampel dan selanjutnya diberi nomor sesuai
dengan nomor lintasan/ lokasi.
Selain itu dilakukan pula pengukuran kedudukan dari lapisan batuan dimana
dilakukan pengambilan sampel, pengukuran slope, pengukuran jarak antara lokasilokasi pengambilan sampel.
2. Langkah kerja di laboratorium

terdiri dari beberapa tahap, yaitu:


a. Sampel splitting
Untuk mendapatkan contoh pasir yang representatif dapat mewakili seluruh
fraksi butiran untuk dianalisis maka dilakukan sampel splitting, yaitu:
Sampel yang diperoleh dari lapangan dituangkan secara hati-hati ke dalam
sampel splitter secara uniform. Splitting ini dilakukan terus-menerus sampai berat
contoh untuk analisis sekitar 50 gr atau 100 gr (dalam percobaan ini digunakan 100
gr).
Cara menggunakan splitting dengan metode quatering, yaitu cara splitting
dengan menggunakan karton/kayu yang

disilangkan saling tegak lurus dengan

corong. Contoh pasir dituangkan dengan hati-hati dan uniform melalui corong yang
diletakkan di atas persilangan karton, maka contoh pasir tadi akan terbagi menjadi
empat bagian sesuai dengan kwadran dari persilangan karton tersebut sama banyak.
Contoh pasir dari kw I dicampur dengan kw III atau kw II dicampur dengan kw IV.
Salah satu percampuran ini digunakan sebagai analisis.
kemudian ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.

Hasil dari splitting ini

b. Pengayakan
Sebelum pengayakan dilakukan, semua jaringan yang akan digunakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran atau butir-butir yang menempel dalam kawat
saringan.

Cara

membersihkannya

dengan

menyikat

memakai

kuas

atau

menelungkupkan saringan tersebut kemudian diketuk berkali-kali secara merata.


Saringan ditumpuk secara berurut mulai dari bawah yang terkecil skala meshnya
dengan bottom pan sebagai alasnya, kemudian ayakan yang telah disusun tersebut
dipasang pada mesin pengaya, contoh dituangkan pada ayakan yang teratas lalu
ditutup. Mesin pengayak kemudian dijalankan.
c. Penyusunan fraksi dan penimbangan
Pengambilan fraksi butir dilakukan mulai dari saringan terkasar sampai yang
tertampung pada bottom pan. Pengambilan fraksi dilakukan dengan menuangkan
butir-butir yang tertampung disaringan dengan menelungkupkan saringan itu di atas
lembaran kertas putih, kemudian mengetuknya secara seragam dan menyikat saringan
dengan kuas. Selanjutnya fraksi butir yang diperoleh ditimbang dan disimpan dalam
tabung gelas/ kantong plastik.
d. Pencatatan dan pembuatan grafik
Hasil dari penimbangan fraksi butir dicatat pada catatan dengan kolom yang berisi,
antara lain:
1. Nomor urut
2. Nomor mesh ayakan
3. Diameter ayakan
4. Ukuran butir yang tertampung
5. Berat masing-masing fraksi
6. Prosentase berat masing-masing fraksi terhadap seluruhnya
7. Frekuensi kumulatif, yaitu frekuensi yang diperoleh dengan cara menambahkan
secara terus-menerus dari frekuensi yang kasar sampai yang halus.
8. Dari hasil-hasil tersebut di atas dibuat grafik histogram dengan kertas milimeter
dan grafik kumulatif dengan kertas semi log.

Tabel 3 Harga tetapan koefisien Sortasi (So) menurut Trask.


Harga Tetapan So
0,0 - 1,0
1,0 - 2,5

Sortasi
Terpilah sangat baik
Terpilah baik

2,5 - 3,0
4,5

Normal
Terpilah buruk

Tabel 4 . Harga tetapan koefisien kepencengan (Sk) menurut Friedman dan Sanders
(1978).
Harga tetapan Sk
-1,0 - -0,3
-0,3- - 0,1
-0,1- 0,1
0,1 - 0,3
0,3 - 1,0

Kepencengan
very negative skewness
negative skewness
nearly symetrical
positive skewness
very positive skewness

3. Cara Perhitungan
Menurut Friedman (1978) harga-harga SO, Sk dan K dapat ditentukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Grafis
2. Matematis/perhitungan
3.1. Grafis
Harga-harga Q1; Q2 ; Q3 ditentukan secara grafik yaitu dari grafik kumulatif,
dimana:
Q1 = P25 dengan menarik harga prosentase 25 % dari grafik kumulatif.
Q2 = P50 dengan menarik harga prosentase 50 % dari grafik kumulatif.
Q3 = P75 dengan menarik harga prosentase 75 % dari grafik kumulatif.
Dengan mengetahui harga-harga Q1; Q2 dan Q3 , maka dapat kita tentukan hargaharga:
a. Korfisien Pilah (So)
Koefisien pilah yaitu harga yang menunjukkan pemilahan dari butiran. So
dapat dihitung menggunakan rumus :

Q1
Q2

So

Menurut TRASK
Bila harga: So < 2,5; pemilahan baik
So = 2,5; pemilahan normal
So > 2,5; pemilahan jelek
b. Kepencengan (Skewness)
Skewness merupakan ukuran tentang tingkat ketidaksimetrisan suatu kurva.
Skewness dapat ditentukan dengan persamaan :
Sk

Q1 Q3
M d2

Bila log Sk berharga: Positif; sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah


butir halus yang lebih banyak daripada jumlah butir kasar, Negatif; sedimen yang
bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak daripada jumlah butir
halus.
c. Kurtosis
Kurtosis merupakan harga pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan
bagian tepi dari suatu kurva.
Kurtosis ditentukan dari persamaan :
Sk

Q1 Q3
2 ( P10 P90)

3.2. MATEMATIS/ PERHITUNGAN


Cara ini akan memberikan gambaran yang lebih baik daripada cara grafis,
karena dalam cara matematis semua harga ukuran butir dalam interval diikutsertakan
dalam perhitungan. Kelemahan dari cara perhitungan ini adalah kadang-kadang
ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Dalam cara matematis ini dikenal
rumus-rumus statistik moment yang dipakai untuk mengolah hasil analisis besar butir.

Moment 1

f .Md

Mean ( X )

f .Md

Moment 2

f ( Md . X )

100
100

100

Standart deviasi (sorting coefisien) : d SO


Moment 3
SK

f ( Md . X )

100

f ( Md . X )

100

f ( Md . X )
Moment 4

100

f (Md . X )
K

100.d 4

Keterangan :
f

= frekuensi (%) dari tiap-tiap interval

Md

= harga tengah tiap interval

a. Metode Inman
Mean =

P16 P84
2

Standart deviasi =
Skewness =
Kurtosis =

P84 P16
2

( P16 P84 ) 2 P50


P84 P16

( P95 P5 ) P84 P16


P84 P16

f ( Md X )
100

b. Metode Inman (modified)


Skewness =

( P5 P95 ) 2 P50
P95 P5

c. Metode Folk and Ward


Mean =

P16 2 P50 P84


3

Standart deviasi =
Skewness =
Kurtosis =

P84 P16 P95 P5

4
6,6

P16 P84 2 P50 P5 P95 2 P50

2( P84 P16
2 P95 P5

P95 P5
2,44 P75 P25

d. Perhitungan Moment
Moment about M :
M1 = C V1 + Xo
M2 = C(V2 V1)
M3 = C(V3 3V1V2 + V1)
M4 = C4(V4 4V1V3 + 6V1 .V2 3V14)
Mean = M1
Standart Deviasi () = (M2)1/2
Skewness (3) = M3/
Kurtosis (2) = M4/4
Mean cubed deviation = 3 x

BAB III
PEMBAHASAN

III.I Hasil Analisis Pada sampel Bagian Atas


No

Mesh

Diameter

Ukuran Butir

Berat

% Berat

% Komulatif

10

Tertimbang
12,4 gr

13,38 %

13,38 %

16

1-2

7,25 gr

7,82 %

21,2 %

40

0,423

0,423-1

36,45 gr

39,35 %

60,55 %

60

0.250

0,250-0,423

19,95 gr

21,53 %

82,08 %

100

0,150

0,150-0,250

12,95 gr

13,92 %

96 %

200

0,075

0,075-0,150

2,75 gr

2,96 %

98,96 %

pan

<0,075

<0,075

0,92 gr

0,99 %

99,95 %

92,62 gr

99,95 %

Jumlah Total

a. So

Q1
Q2

= 0,279

Well sorted

Jadi keofisien sortasinya 0,279


So < 2,5 well sorted

Sk = 1,9823
Butir halus > butir kasar
Jadi Keofisien kepencengan/skewnesnya 1,9823

K = 0,077

Jadi Kurtosisnya 0,077


III.2 Hasil Analisis Pada sampel Bagian Tengah
No

Mesh

Diameter

Ukuran Butir

Berat

% Berat

% Komulatif

9,081 %

9,081 %

10

Tertimbang
8,55 gr

16

1-2

27,7 gr

29,421 %

38,502 %

40

0,423

0,423-1

34,3 gr

36,431 %

74,933 %

60

0.250

0,250-0,423

12,35 gr

13,117 %

88,05 %

100

0,150

0,150-0,250

9,7 gr

10,362 %

98,352 %

200

0,075

0,075-0,150

1,45 gr

1,540 %

99,892 %

pan

<0,075

<0,075

0,1 gr

0,106 %

99,998 %

Jumlah Total
a. So

94,15 gr

Q1
Q2

= 0,279

Well sorted

Jadi keofisien sortasinya 0,279


So < 2,5 well sorted

Sk = 1,638
Butir halus > butir kasar
Jadi Keofisien kepencengan/skewnesnya 1,638

d.

K = 0,0628
Jadi Kurtosisnya 0,0628
III.3 Hasil Anaisis Pada sampel Bagian bawah
No

Mesh

Diameter

Ukuran Butir

Berat

% Berat

% Komulatif

10,47 %

10,47 %

10

Tertimbang
9,63 gr

16

1-2

17,5 gr

19,04 %

29,51 %

40

0,423

0,423-1

38,57 gr

41,64 %

71,15 %

60

0.250

0,250-0,423

12 gr

13,05 %

84,2 %

100

0,150

0,150-0,250

8,7 gr

9,46 %

93,66 %

200

0,075

0,075-0,150

5 gr

5,44 %

99,1 %

pan

<0,075

<0,075

0,5 gr

0,54 %

99,64 %

Jumlah Total
a. So

91,9 gr

Q1
Q2

= 0,279

Well sorted

Jadi keofisien sortasinya 0,279


So < 2,5 well sorted

Sk = 2,194
Butir halus > butir kasar
Jadi Keofisien kepencengan/skewnesnya 2,194
c.

K = 0,0613
Jadi Kurtosisnya 0,0613

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
Pada acara praktikum sedimentologi ini praktikan dapat megetahui cara
analisis granulometri,mulai dari tahap pengambilan sampel sampai dengan analisis
data,sehingga praktikan dapat menentukan harga kuartil, keofisien sortasi, keofisien
kepencengan dan kurtosis dari masing-masing lapisan batu pasir.

Sehingga dengan menggunakan cara analisis granulometri itu,praktikan dapat


menentukan bagaimana proses pengendapan,lingkungan pengendapan,arus yang
bekerja dll,pada suatu butir dari batuan sedimen.
IV.2. Saran
Dalam pratikum praktikan atau mahasiswa dapat mengetahui analisis
granulometri secara teliti dan benar. Dan dalam penggunakan alat - alat pratikum
yang sudah disediakan di Laboratorium agar lebih hati - hati dan benar dalam cara
penggunaannya, misalnya dengan bantuan ayakan (menurut skala Wentworth) serta
timbangan (neraca).

DAFTAR PUSTAKA

Collinson J.,D.,Thomson,D.B.,1982,Sedimentary Structures,George Allen and


Unwin,London
Koesoemadinata,R.P.,1985,Prinsip-Prinsip Sedimentasi,Departemen Teknik Geologi
Bandung,Institut Teknologi Bandung.
Tucker,Maurice E.,1978,The Field Description of Sedimentary Rock,the open
university press.,England

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai