Anda di halaman 1dari 19

BAB 10

Deteksi dan
Koreksi Error

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca


memperoleh wawasan tentang:
9 beberapa jenis kesalahan (error);
9 teknik deteksi error;
9 teknik memperbaiki error.

Deteksi dan Koreksi Error

10.1 Pengantar
Sebuah jaringan komunikasi harus dapat melakukan transmisi data dari
satu device ke device lainnya dengan akurat, yang berarti terbebas dari adanya
kemungkinan kesalahan (error) data yang kurang sempurna (corrupted). Untuk
beberapa aplikasi komunikasi data, sebuah sistem harus dapat menjamin bahwa
data yang diterima oleh sebuah device identik atau sama dengan data yang
dikirim. Hal ini dikarenakan dapat saja terjadi data yang ditransmisikan
mengalami kondisi tidak sempurna (corrupted) selama perjalanan. Beberapa
factor dapat mempengaruhi satu atau lebih bit pesan, sehingga beberapa aplikasi
komunikasi data memerlukan adanya mekanisme untuk dapat mendeteksi adanya
error dan memperbaiki kesalahan.

Data dapat mengalami kondisi tidak sempurna (corrupted)


selama ditransmisikan.

Beberapa aplikasi memerlukan adanya teknik untuk mendeteksi


dan memperbaiki error.

10.2 Jenis Error


Sejumlah bit data yang mengalir dari sisi pengirim ke device penerima
tidak dapat diprediksi terjadinya perubahan data tersebut sebelum sampai ke
penerima, hal ini dikarenakan terjadinya gangguan transmisi seperti interferensi.
Adanya interferensi dapat mengganggu pola sinyal yang terbentuk.

Single-bit error
Single-bit error diartikan sebagai suatu kondisi dimana hanya 1 bit dalam
sebuah paket data (seperti satu byte, karakter, atau paket) mengalami perubahan
dari bit 1 menjadi bit 0 atau dari bit 0 menjadi bit 1. Pada Gambar 10.1 merupakan
ilustrasi tentang terjadinya single-bit error. Diasumsikan terdapat sekelompok bit
data yang terdiri dari 8 bit (1 byte) yaitu 00000010 yang merupakan sebuah kode
ASCII akan ditransmisikan, tetapi dalam perjalanan selama proses transmisi
__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

terjadi perubahan pada bit ke-5 (ke-5 dari kiri) dari 0 menjadi 1. Kejadian
semacam ini mengakibatkan makna informasi yang diterima menjadi berbeda
dengan maksud dari pengirim.

Gambar 10.1 Single-bit Error

Dalam single-bit error, hanya 1 bit data yang berubah dari bit 1
menjadi 0 atau sebaliknya.

Burst error
Jenis error ini disebut sebagai burst atau ledakan karena jumlah bit yang
mengalami perubahan dari sebuah unit data lebih dari 2 bit. Gambar 10.2
memberikan ilustrasi mengenai unit data yang mengalami ledakan kesalahan
(Burst Error). Dalam Gambar 10.2 sebuah unit data 0100010001000011 dikirim,
tetapi pada sisi penerima unit data berubah menjadi 0101110101100011. Burst
error tidak dilihat dari keseluruhan bit yang ditransmisikan, melainkan diukur dari
pada bit ke berapa yang mengalami error, sampai bit terkahir yang mengalami
error. Pada Gambar 10.2 panjang ledakan bit terjadi sepanjang 8 bit. Tetapi
beberapa bit yang terdapat sepanjang 8 bit tersebut tidak mengalami perubahan.

Gambar 10.2 Burst Error


__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Deteksi dan Koreksi Error

Dalam burst error, terdapat 2 atau lebih bit yang berubah dari 1
menjadi 0 atau sebaliknya, dalam sebuah unit data yang
ditransmisikan.

10.3 Redudancy
Konsep penting untuk mendeteksi dan mengatasi terjadinya error adalah
redundancy, hal ini dengan cara mengirim sejumlah bit tambahan yang disertakan
bersamaan dengan bit data yang dikirim. Bit tambahan tersebut ditambahkan pada
sisi pengirim, dan terbawa selama proses transmisi, tetapi akan dibuang pada saat
sampai pada sisi penerima. Keberadaan bit tambahan tersebut dapat membantu
penerima untuk mendeteksi dan mengkoreksi adanya bit yang error.
Proses melakukan perbaikan atau koreksi terhadap error yang terjadi lebih
sulit dibandingkan proses untuk mendeteksi kesalahan. Pada proses deteksi error
hanya difokuskan untuk melihat apakah terdapat error pada sejumlah bit data yang
dikirim dan jawaban yang dapat dimunculkan adalah ya/tidak. Sementara untuk
memperbaiki error perlu diketahui ada berapa bit yang mengalami error (singlebit/burst), setelah diketahui jumlah bit yang error perlu diketahui juga pada bit ke
berapa error terjadi. Sehingga pekerjaan memperbaiki error lebih sulit
dibandingkan mendeteksi error. Tetapi tahapan untuk menemukan error harus
terlebih dahulu dilakukan sebelum perbaikan dilakukan.
Pada Gambar 10.3 sejumlah bit data dikirim bersamaan dengan bit
tambahan (redundancy). Bit tambahan ini digunakan untuk melakukan deteksi
error. Jika pada saat data sampai di sisi penerima diketahui terdapat error, maka
data tersebut akan ditolak, sebaliknya jika data tidak terdeteksi adanya error, maka
data akan diterima sebagai sebuah paket data.

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

Gambar 10.3

Untuk mendeteksi adanya error dai melakukan koreksi error,


sejumlah bit tambahan (redundant) ditambahkan bersamaan
dengan bit data yang ditransmisikan.

Pada proses koreksi error terdapat hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah bit yang error dan jumlah bit yang ditransmisikan. Sebagai contoh pada
kasus single bit error, jika terjadi 1 bit yang error pada 8 bit data yang
ditransmisikan maka terdapat kemungkinan sebanyak 8 lokasi bit yang berpotensi
error.

10.4 Aritmatika Modulo 2


Dalam aritmatika modulo 2 nilai tertinggi adalah 1, sehingga nilai yang
ada dalam range aritmatika modulo 2 adalah 0 dan 1. Pada dasarnya operasi
aritmatika modulo 2 sama dengan operasi aritmatika pada operasi biner.
Bedanya adalah pada operasi penjumlahan tidak menyertakan carry (menyimpan
bilangan 1) dan pada operasi pengurangan tidak menyertakan borrow (meminjam
nilai 1 dari bilangan di sebelah kirinya).
__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Deteksi dan Koreksi Error

Aturan dalam penjumlahan


0
0
1
1

+
+
+
+

0
1
0
1

=
=
=
=

0
1
1
0

Aturan dalam pengurangan


0
0
1
1

0
1
0
1

=
=
=
=

0
1
1
0

Aturan dalam perkalian


0
0
1
1

*
*
*
*

0
1
0
1

=
=
=
=

0
0
0
1

Operasi aritmatika modulo 2 ekuivalen dengan operasi XOR dimana


biner yang berbeda akan bernilai 1 dan biner yang sama bernilai 0 seperti berikut:
+

Pada proses aritmatika modulo 2 ini hanya memperbolehkan


hasil 0 atau 1 dan tidak ada hasil negatif. Proses penjumlahan
dan pengurangan memperoleh hasil yang sama.

10.5 Deteksi Error Menggunakan Simple Parity Check


Bit paritas merupakan bit tambahan yang digunakan untuk mendeteksi
terjadinya error. Metode ini termasuk pendeteksian kesalahan yang bersifat
sederhana dengan hanya menambahkan 1 bit paritas pada data yang akan
ditransmisikan. Sebagai contoh jika terdapat k-bit dataword maka akan diubah
menjadi n-bit codeword, dengan n = k+1. Bit tambahan tersebut dikenal dengan
__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

bit paritas. Pada Tabel 10.1 terdapat k=2 dan n=3 sebagai kombinasi datawords
dan codewords.
Tabel 10.1 Contoh Datawords dan Codewords

Mengacu pada Tabel 10.1 diasumsikan pada sisi pengirim (sender)


melakukan proses encode dataword 01 menjadi 011 (baris ke-2 dalam tabel) dan
mengirimkannya pada sisi penerima (receiver). Kemungkinan akan terjadi
beberapa kasus sebagai berikut:

Receiver menerima bit 011 sebagai codeword yang valid. Selanjutnya


receiver akan mengekstrak dataword 01 dari codeword dengan kata lain bit
paritas tambahan berupa bit 1 akan dibuang.

Codeword mengalami kerusakan (corrupted) selama proses transmisi,


sehingga data codeword 111 diterima oleh receiver ditandai dengan bit terkiri
berubah dari bit 0 menjadi 1. Codeword ini tidak valid, karena tidak terdapat
dalam daftar codeword, sehingga data yang diterima akan ditolak.

Codeword mengalami kerusakan (corrupted) selama proses transmisi dan


selanjutnya codeword 000 diterima oleh receiver ditandai dengan 2 bit sebelah
kanan berubah menjadi 0. Codeword ini valid, karena terdapat dalam daftar
codeword. selanjutnya receiver akan mengekstrak bit 00, dan menerima paket
data. Pada kasus semacam ini terjadi kondisi dimana receiver tidak dapat
mendeteksi terjadinya kerusakan data.

Terdapat 2 model aturan dalam penambahan bit paritas, yaitu:

Even Parity (paritas genap)


-

Bit paritas bernilai 1, bila jumlah bit 1 adalah ganjil

Bit paritas bernilai 0, bila jumlah bit 1 adalah genap

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Deteksi dan Koreksi Error

Sebagai contoh:
10101010 10101010 0
10101110 10101110 1

Odd Parity (paritas ganjil)


-

Bit paritas bernilai 1, bila jumlah bit 1 adalah genap

Bit paritas bernilai 0, bila jumlah bit 1 adalah ganjil


Sebagai contoh:
10101010 10101010 1
10101110 10101110 0

Berikut merupakan contoh bagaimana aplikasi dari bit paritas menggunakan even
parity. Terdapat deretan bit yang akan ditransmisikan:

Contoh kasus 10.x


Data

b1

b2

b3

b4

b5

b6

b7

Pada kasus tersebut terdapat 3 bit 1 (ganjil), sehingga sebelum data dikirim
tambahkan bit 1 sehingga jumlah bit 1 menjadi genap yaitu berjumlah 4 buah.
Sehingga datanya akan berubah menjadi, sebagai berikut:

Pada sisi pengirim


Data+parity

b1

b2

b3

b4

b5

b6

b7

parity

Pada sisi penerima


Menggunakan algoritma sebagai berikut:
-

Hitung jumlah bit 1 x

Jika x = genap, dapat disimpulkan tidak ada error

Jika x = ganjil, dapat disimpulkan terjadi error

Jika pada saat data yang diterima menjadi


Data+parity

b1

b2

b3

b4

b5

b6

b7

parity

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

maka kesimpulannya adalah error! Hal ini dikarenakan pada bit ke b6 terjadi
single-bit error dari 0 berubah menjadi bit 1.
Jika pada saat data yang diterima menjadi
Data+parity

b1

b2

b3

b4

b5

b6

b7

parity

maka kesimpulannya tidak terjadi error!

Metode simple parity check hanya mampu bekerja pada jenis


single-bit error.

Penggunaan simple parity check sebenarnya masih terdapat


kelemahan, hal ini dikarenakan hanya menghitung jumlah bit 1
ganjil/genap. Jika pada contoh kasus 10.x, b2 berubah dari 1
menjadi 0 dan b3 berubah dari 0 menjadi 1 tetap akan dikenali
sebagai data yang benar pada sisi penerima. Hal ini disebut
ebagai error yang tidak terdeteksi.

10.6 Parity Check Menggunakan Vertical Redudancy Check (VRC)


Teknik VRC bekerja dengan cara menambah bit paritas pada setiap data,
sehingga jumlah total bit 1 pada data menjadi genap. VRC dapat mendeteksi
semua single-bit error serta dapat mendeteksi multiple dan burst error hanya jika
jumlah total error pada data adalah ganjil. Jika receiver mengetahui bahwa data
yang dikirim telah dimasuki noise atau corrupt maka data akan dibuang dan
meminta untuk dikirimkan kembali. Gambar 10.4 merupakan ilustrasi bagaimana
deteksi kesalahan menggunakan VRC.

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

10

Deteksi dan Koreksi Error

Gambar 10.4 Contoh VRC


10.7 Parity Check Menggunakan Longitudinal Redudancy Check (LRC)
Dengan menggunakan LRC data dikirim secara blok. Cara ini sama seperti
VRC hanya saja penambahan Bit Parity tidak saja pada akhir karakter tetapi juga
pada akhir setiap blok karakter yang dikirimkan. Untuk setiap bit dari seluruh
blok karakter ditambahkan 1 Bit Parity termasuk juga Bit Parity dari masingmasing karater. Tiap blok mempunyai satu karakter khusus yang disebut Blok
Check Character (BCC) yang dibentuk dari Bit uji dan dibangkitkan dengan cara
sebagai berikut Tiap Bit BCC merupakan Parity dari semua Bit dari blok yang
mempunyai nomor Bit yang sama, jadi Bit 1 dari BCC merupakan Parity genap
dari semua Bit 1 karakter yang ada pada blok tersebut dan seterusnya. LRC
memiliki keunggulan dalam kecepatan untuk mendeteksi error pada single Bit
maupun burst

error. Namun jika pada unit data terdapat 2 Bit mengalami

kerusakkan pada posisi yang sama, maka LRC checker tidak dapat mendeteksi
error . Kerugian terjadi overhead akibat penambahan Bit Parity per 7 Bit untuk
karakter. Gambar 10.5 merupakan pola LRC untuk mendeteksi kesalahan.

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

K
Komunikasi
i Data

11

Gambarr 10.5 Modeel LRC


Sebaagai contoh adalah akaan dilakukann pentransm
misian stringg DATA
d
dengan
tekn
nik LRC paaritas ganjill. Data terseebut diubahh menjadi seebuah blok
y
yang
terbaggi menjadi empat bariss. Masing-m
masing karaakter direpreesentasikan
d
dengan
bineer kemudiann dihitung paritasnya baik
b
secara longitudinaal maupun
h
horizontal.
Scenario
S
darii pengirimann datanya daapat dilihat ppada Gambarr 10.6.

Gambar 100.6 Represenntasi LRC


Ternyyata blok yang
y
diterim
ma oleh peneerima seperrti pada Gam
mbar 10.7.
P
Perhitungan
paritas padda sisi peneerima, untukk baris 2 meenghasilkan 0 (genap)
y
yang
seharuusnya 1 (gannjil) seperti ppada baris yang
y
lain. D
Demikian pulla kolom 6
m
menghasilka
an 0 (genap)) yang seharu
rusnya 1 (gannjil) seperti pada kolom
m yang lain.
J
Jika
dua erroor ini disilan
ngkan maka akan diketaahui bahwa eerror terjadi pada bit di
b
baris
2 koloom 6. Korekksi dilakukann dengan menginversi
m
bbit 0 menjad
di 1 atau 1
m
menjadi
0 paada posisi biit yang bariss dan kolomn
nya dinyatakkan error. Gaambar 10.7
m
menunjukka
an proses detteksi error yaang terjadi.

_________________________________________________________________________
L
Lecturer
: M.
M Miftakul Amin,
A
S. Kom
m., M. Eng.
P
Program
Stu
udi Teknik Komputer
K
P
Politeknik
Negeri
N
Sriwijjaya Palembbang

12

Detteksi dan Kooreksi Error

Gambar 100.7 Blok Datta yang Diteerima

Pada LRC, data (payload)


(
dissusun menjaadi sejumlahh baris yang
ditenttukan (blok)), kemudiann dilakukan pperhitungann bit paritas
untukk setiap bariss dan setiap kolom.
k

Bit paritas baris ditaruh di ujung


u
kanan, sedangkan
n bit paritas
kolom
m diletakkann dibagian baawah.

Urutaan transmisi dimulai darii kolom palinng kiri kearaah bawah.

1
10.8
CRC (C
Cyclic Redu
undancy Ch
heck)
CRC
C adalah salaah satu fungsi hash yangg dikembanggkan untuk mendeteksi
m
k
kerusakkan

data

dalaam

proses

transmisi

ataupun

penyimpan
nan.

CRC

m
menghasilka
an suatu cheecksum yaituu suatu nilaai dihasilkann dari fungsii hash nya,
d
dimana
nilaai inilah yaang nantinyya digunakaan untuk m
mendeteksi error
e
pada
t
transmisi
a
ataupun
pennyimpanan, dan kemudian peneriima akan melakukan
v
verifikasi
a
apakah
dataa yang diteerima tidak mengalam
mi perubahaan ataupun
k
kerusakan.
Untu
uk menyeleesaikan CR
RC dalam proses
p
deteeksi kesalah
han dapat
d
dilakukan
deengan 2 caraa, yaitu:

Aritmattika modulo 2

Polynom
mial

_________________________________________________________________________
L
Lecturer
: M.
M Miftakul Amin,
A
S. Kom
m., M. Eng.
P
Program
Stu
udi Teknik Komputer
K
P
Politeknik
Negeri
N
Sriwijjaya Palembbang

Komunikasi Data

13

10.8.1 Aritmatika Modulo 2


Menggunakan penjumlahan binary dengan tanpa carry pada proses
penjumlahan dan borrow pada proses pengurangan, dimana hanya merupakan
operasi exclusive-OR.
Untuk kepentingan ini didefinisikan :
T = (k + n) bit frame untuk ditransmisi, dengan n < k
M = k bit message, k bit pertama dari T
F = n bit FCS, n bit terakhir dari T
P = pattern dari n+1 bit.
Dimana :

=2 M+F

2M
R
=Q+
P
P

Karena pembaginya adalah binary, remaider selalu kurang dari 1 bit


dibanding pembagi. Maka :
T=2M+R
atau
T
2M + R
=
P
P
T
R R
= Q+ +
P
P
P
T
R+R
=Q+
=Q
P
P
Contoh :
1. Diketahui : message M = 1001 (4 bit)
pattern P = 1011 (4 bit)

FCS R = dikalkulasi (3 bit)


3

2. Message M dikalikan dengan 2 , maka : 1001 000


3. Kemudian dibagi dengan P :
__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

14

Deteksi dan Koreksi Error

1
1

4. Remainder (R = 110) ditambahkan ke 2 M untuk mendapatkan T = 1001


n
110, yang ditransmisi [ T = 2 M + R ].
Jika tidak ada error, maka receiver menerima T secara utuh. Frame yang
diterima dibagi dengan P :

Karena tidak ada remainder maka dianggap tidak ada error.

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

15

Pattern P dipilih 1 bit lebih panjang daripada FCS, dan bit pattern dipilih
tergantung tipe error yang diinginkan. Pada keadaan minimum keduanya baik
tingkat high atau low bit dari P harus 1. Frame Tr yang dihasilkan dapat
dinyatakan sebagai :
Tr = T + E
dimana :
T = frame yang ditransmisi
E = error pattern dengan 1 dalam posisi dimana terjadi error
Tr = frame yang diterima.
Receiver akan gagal untuk mendeteksi error jika dan hanya jika Tr dapat
dibagi dengan P, yang jika dan hanya jika E dapat dibagi dengan P.
10.8.2 Polynomial
Pola bit 0 dan 1 dapat direpresentasikan sebagai polynomial dengan
koefisien 0 atau 1. Sedangkan pangkat merupakan posisi dari bit. Koefisien
merupakan nilai dari sebuah bit. Gambar 10.8 menggambarkan pola bit dan
polynomial yang terbentuk. Koefisien 0 dengan sendirinya bernilai 0 sehingga
dapat dituliskan menjadi bentuk polynomial yang lebih pendek. Khusus untuk x
dengan pangkat 1 jika koefisiennya adalah satu maka bernilai x. sedangkan untuk
posisi bit 0 dengan koefisien 1 akan bernilai 1, karena bilangan berapapun jika
dipangkatkan dengan 0 maka bernilai 1.

Gambar 10.8 Pola biner dan polynomial


__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

16

Deteksi dan Koreksi Error

Dengan merepresentasikan deretan biner menjadi polynomial memiliki


keuntungan dimana pola 7-bit dapat diganti menjadi hanya 3 pola polynomial. Hal
ini akan sangat menghemat dalam penulisan deret jika ditemui banyak pola bit
dengan koefisien bernilai 0.

Derajat polynomial merupakan nilai pangkat tertinggi dalam


deret. Pada Gambar 10.8 nilai derajat polynomial bernilai 6.

Proses penambahan dan pengurangan polynomial dilakukan dengan


menjumlahkan setiap koefisien dengan nilai pangkat yang sama. Dalam hal ini
nilai koefisien hanya bernilai 0 dan 1, dengan penambahan dan pengurangan
menggunakan arimatika modulo 2. Sehingga memiliki konsekuensi 1)
penambahan dan pengurangan akan memiliki hasil yang sama, 2) penambahan
dan pengurangan berakibat pada penghapusan koefisien dan pangkat yang sama.
Sebagai contoh:

Dalam hal ini suku X4 + X2 dihapus. Jika terdapat suku yang sama
dijumlahkan sebanyak dua kali sebagai contoh X4 + X4 + X4 maka hanya 1
pasang X4 yang dihapus, sedangkan X4 dipertahankan.
Pada proses perkalian suku polynomial, dilakukan dengan menjumlahkan
pangkat dari setiap suku. Sebagai contoh X4 * X3 = X7. Sedangkan untuk proses
pembagian polynomial dilakukan dengan mengurangi pangkat suku pertama
dengan suku ke-2. Sebagai contoh X5 - X3 = X2.

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

17

Jika dilakukan proses perkalian untuk dua polynomial, maka dilakukan


dengan mengalikan setiap suku pada polynomial pertama dengan setiap suku pada
polynomial yang ke-2, selanjutnya dilakukan proses penghapusan jika terdapat
suku dalam polynomial yang sama sebagai sebuah pasangan. Sebagai contoh:
(X5 + X3 + X2 + X) (X2 + X + 1)
= X 7 + X6 + X 5 + X 5 + X 4 + X 3 + X4 + X 3 + X 2 + X 3 + X 2 + X
= X 7 + X6 + X 3 + X
Proses pembagian polynomial konsepnya sama dengan pembagian biner.
Berikut merupakan contoh pembagian polynomial.
X3 + X
Divisor X3 + X + 1

Quotient

X6 +
X3
X6 + X4 + X3
X4
X 4 + X2 + X
X2 + X Remainder

Contoh :
1. Diketahui :
message M = 1001 (4 bit)
pattern P = 1011 (4 bit)

FCS R = dikalkulasi (3 bit)


3

2. Message M dikalikan dengan 2 , maka : 1001 000


3. Kemudian dibagi dengan P :
Akan dihitung menggunakan polynomial untuk menentukan apakah terjadi error
dalam proses transmisis data. Utuk menyelesaikannya terlebih dahulu diubah
menjadi polynomial.
Message M = 1001 * 23 = 1001 000
= X3 + 1 (X3)
= X6 + X3
Pattern P

= 1011
= X3 + X + 1

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

18

Deteksi dan Koreksi Error

Selanjutnya dihitung:
X3 + X
X 3 + X + 1 / X6 +
+ X3
6
4
X + X + X3
X4
X4 + X2 + X
X2 + X
Sehingga nantinya datanya yang ditransmisikan dari sender ke receiver adalah:
X 6 + X 3 + X2 + X
Sehingga dilakukan proses pembagian data yang telah dikirim, tersebut seperti
perhitungan berikut.
X3 + X
X + X + 1 / X6 + X 3 + X 2 + X
X 6 + X 4 + X3
X4 + X2 + X
X4 + X2 + X
0
3

Karena hasil akhir bernilai 0, maka dapat dikatakan tidak terjadi error pada proses
pengiriman data.

"Rangkuman
1. Data dapat mengalami kerusakan selama proses pengiriman data. Beberapa
aplikasi harus dapat mendeteksi dan memperbaiki kesalahan yang terjadi.
2. Dalam single-bit error hanya 1 bit saja yang berubah, sedangkan pada bursterror lebih dari satu bit mengalami kerusakan.
3. Untuk dapat mendeteksi dan memperbaiki kesalahan diperlukan diperlukan
pengiriman bit tambahan (redundancy) bersamaan dengan data.

__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Komunikasi Data

19

"Latihan
1. Selesaikan operasi XOR dari pasangan biner berikut! Operasi XOR ditandai
dengan symbol . Berilah argument dari hasil operasi XOR yang telah anda
selesaikan.
a. (10001) (10000)
b. (10001) (10001)
c. (11100) (00000)
d. (10011) (11111)
2. Selesaikan operasi berikut menggunakan polynomial!
a. (X3 + X2 + X + 1) + (X4 + X2 + X + 1)
b. (X3 + X2 + X + 1) (X4 + X2 + X + 1)
c. (X3 + X2) * (X4 + X2 + X + 1)
3. Berapakah polynomial dari deretan biner berikut!
a. 101110
b. 10011
c. 10011000
4. Jika terdapat deretan bit berikut, berikan bit yang tepat sehingga terbentuk
even parity!
a. 1001011
b. 0001100
c. 1000000
d. 1110111

"Sumber Rujukan
Forouzan, A., Behrouz. 2007. Data Communication and Networking 4th Edition.
Boston: Mc Graw Hill.
__________________________________________________________________
Lecturer : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Program Studi Teknik Komputer
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Anda mungkin juga menyukai