Anda di halaman 1dari 2

DEVI AYU ANGGRAENI

13010114130065
SASTRA INDONESIA
KELAS B / SMT V
BARAKA
Baraka adalah film dokumenter yang disutradarai
oleh Ron Fricke. Film ini diproduksi oleh Mark
Magidson. Film Baraka ini tidak menggunakan
dialog maupun tulisan sebagai keterangan dari
gambar atau video rekaman yang ditampilkannya.
Film Baraka menayangkan hal-hal menarik dari
berbagai belahan dunia.
Fakta-fakta dan data-data yang ada dalam
film Baraka adalah berupa gambar-gambar dan
video-video rekaman yang diambil dari 152 lokasi di
24 negara seperti Argentina, Australia, Brasil, Kamboja, Cina, Ekuador, Mesir,
Perancis, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Israel, Italia, Jepang, Kenya, Kuwait,
Nepal, Polandia, Arab Saudi, Tanzania, Thailand, Turki, dan Amerika Serikat. Tema
dari video-video rekaman dan gambar-gambar yang diambil bermacam-macam, yaitu
menyajikan gambar-gambar atau video-video rekaman mengenai kehidupan,
fenomena alam, aktivitas manusia, kebudayaan, perkembangan teknologi dan
sebagainya. Selain itu film ini juga menggunakan musik/ audio sebagai latar
belakang (soundtrack) selama film diputar. Tempo irama musiknya pun berbedabeda, ada yang lambat, pelan, sedang, cepat dan keras. Kemudian tempo pergantian
(transisi) dari satu video rekaman ke video rekaman lain atau dari satu gambar ke
gambar lain ditampilkan dengan berbagai tempo transisi, misalnya slow motion,
semakin cepat, dan sangat cepat. Fakta lain adalah film ini tidak menggunakan dialog
sama sekali.
Argumen (alasan atau pendapat) yang disampaikan melalui film ini adalah
sebuah dunia melampaui kata-kata. Maksudnya, alam dan segala sesuatunya yang

ada di bumi (dunia) tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sesuai dengan
tagline-nya A World Beyond The Words. Sehingga film ini pun disajikan tanpa
menggunakan dialog. Kemudian potret yang disajikan seperti mengenai kehidupan,
fenomena alam, aktivitas manusia, kebudayaan, perkembangan teknologi dan
sebagainya ini merupakan berkah yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Storytelling (cara menyampaikan cerita) yang dihadirkan adalah melalui
gambar-gambar dan video-video rekaman. Film ini berdurasi 1 jam 36 menit (96
menit). Di awal menampilkan gambar keindahan alam seperti berupa pemandangan
alam gunung berapi, air terjun, padang rumput, dan hutan. Kemudian menampilkan
gambar-gambar adat masyarakat, kebudayaan, dan tarian-tarian adat. Lalu beralih ke
gambar-gambar kerusakan alam seperti penebangan pohon, peledakan, tempat
pertambangan. Beralih dengan menampilkan potret kemiskinan, kehidupan kota,
industrialisasi (pabrik-pabrik), candi-candi, sungai suci, adat pemakaman, dan lain
sebagainya. Urutan penampilan gambar ini bercerita bahwa kehidupan manusia
mengalami perubahan. Penggunaan tempo irama dan transisi juga menunjukan
perubahan misalnya pada menit-menit awal gambar atau video rekaman ditampilkan
dengan tempo lambat dengan audio yang pelan untuk suasana yang tenang, pada
bagian pertengahan dengan tempo gerakan yang cepat dengan audio yang mulai
cepat menunjukkan kehidupan manusia semakin berkembang pesat, pada bagian
terakhir menampilkan kemegahan bangunan arsitektur dengan audio yang pelan dan
tempo slow motion sebagai penutupan yang mengagumkan.
Impresi (kesan) dari storytelling yang dihadirkan, jika dilihat dari tagline-nya
A World Beyond The Words cukup menarik. Namun dengan durasi selama 1 jam 36
menit (96 menit) untuk menonton film tanpa dialog, dirasa membosankan. Pada
penggunaan musik/ audio sebagai latar belakang, temnya kadang tidak sesuai dengan
gambar atau video rekaman yang ditampilkan, misalnya pada gambar atau audio
yang menampilkan tempat peribadatan tetapi menggunakan musik latar dengan ritme
cepat, sehingga terlihat kurang sesuai. Tetapi secara keseluruhan film ini cukup
menginspirasi dan menasihati manusia bahwa kehidupan manusia merupakan
anugerah yang seharusnya dijalani dengan sebaik-baiknya, disyukuri, dan senantiasa
tidak berbuat kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai