Anda di halaman 1dari 5

DEVI AYU ANGGRAENI

13010114130065
SASTRA INDONESIA
KELAS B/ SMT V

Kritik Sastra Objektif


Novel Tak Putus Dirundung Malang (S.T Alihsyahbana)
Pendekatan kritik sastra secara objektif menitikberatkan pada karya-karya itu
sendiri, ialah unsur intrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra. Kritik
objektif memandang karya satra hendaknya tidak dikaitkan dengan hal-hal di luar karya
sastra itu. Ia harus dipandang dsebagai teks yang utuh dan otonom, bebas dari hal-hal
yang melatarbelakanginya, seperti pengarang, kenyataan, maupun pembaca.

Tema
Tema dari novel ini adalah kehidupan seseorang yang tidak pernah hentinya
ditimpa kemalangan. Dalam novel Tak Putus Dirundung Malang ini, penderitaan itu
menimpa keluarga Syahbuddin sejak mereka masih hidup hingga meninggal.

Alur
Alur yang digunakan dalam novel adalah alur maju, alur maju ini dan melalui
beberapa tahapan alur tradisional yaitu:
1) Pengenalan
Syahbuddinn adalah seorang laki-laki miskin yang hidupnya tidak menetap
atau bertempat tinggal nomaden. Ia memiliki dua orang anak bernama Mansur
dan Laminah. Selama enam tahun terakhir ia menetap di dalam hutan durian
bersama kedua anaknya. Syahbuddin memiliki saudara, adik pertamanya
adalah laki-laki namun telah meninggal, adiknya yang bungsu adalah
perempuan bernama Jepisah.
2) Pergerakan peristiwa
Syahbuddin meninggal karena sakit yang telah lama dideritanya. Kedua anak
Syahbuddin (Mansur dan Laminah) menjadi yati piatu. Kemudian Mansur dan
Laminah tinggal bersama uncunya yaitu Jepisah dan suaminya Madang.

3) Konflik
-Mansur dan Laminah diusir dari rumah uncunya, karena uncunya (Madang)
marah kepada Mansur dan Laminah, mereka dianggap sebagai beban bagi
keluarga Madang. Kemarahan Madang bertambah ketika Laminah melukai
tangan dan Marzuki (anak Jepisah dan Madang) saat tengah bermain.
-Mansur dan Laminah bekerja di suatu toko roti milin seorang cina di Bengkulu,
ketika itu Mansur sedang berkeliling berjualan roti dan Laminah hampir saja
nyaris diperkosa oleh Sarmin seorang bekas kuli panggul di pelabuhan.
-Mansur dan Laminah berhenti bekerja dari toko roti, kemudian Mansur mulai
bekerja di toko bangunan milik orang jepang. Belum lama Mansur bekerja di
toko itu, ia dituduh mencuri uang majikannya, lalu Mansur dipenjara.
4) Klimaks
-Laminah yang saat itu bekerja di toko roti hampir saja diperkosa oleh Darwis,
rekan kerjanya. Beruntungnya Laminah berhasil meloloskan diri.
-Laminah merasa putus asa, ia berdiri di tepi pelabuhan dan bunuh diri dengan
cara menceburkan diri ke laut.
5) Penyelesaian
-Setelah lima hari dipenjara, Mansur akhirnya dibebaskan karena terbukti tidak
bersalah. Ketika Mansur keluar, ia mendengar bahwa adiknya Laminah telah
meninggal dan mayatnya ditemukan di tepi pelabuhan. Mansur pun terpukul
dan memutuskan untuk pergi dari Bengkulu dengan bekerja sebagai awak
kapal.
-Suatu ketika, saat Mansur bekerja. Tiba-tiba tubuhnya lemah, penglihatannya
kabur, kemudian ia terjatuh ke laut.
Penokohan/ Perwatakan
Penokohan/ Perwatakan adalah penggambaran watak atau sifat tokoh cerita.
1) Syahbuddin (Protagonis)
Ayah Mansur dan Laminah, baik, pekerja keras, penyayang.
Kutipan: Tetapi Syahbuddin mene-rima nasibnya dengan tulus dan ikhlas, tak

menaruh dengki dan khianat, sebab ia tahu bahwa sakaliannya itu adalah
kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
2) Mansur (Protagonis)
Anak Syahbuddin, baik pekerja keras, penyayang, sabar, ikhlas, pendiam,
pemaaf.
Kutipan: Pada mukanya yang bercahaya-cahaya dapat dilihat, bahwa
kesusahan ayahnya tak terasa olehnya, kekurangan penjagaan tak terbekas
dibadannya yang kukuh dan tangkas itu.
3) Laminah (Protagonis)
Anak Syahbuddin, adik Mansur, baik, penyayang, berbudi pekerti, sopan,
ikhlas, pekerja keras.

Kutipan: Laminah, adik perempuan muda setahun dari Mansur, lain benar
pekertinya, Keyatimannya terasa sangat olehnya.
4) Madang ((Protagonis dan Antagonis)
Suami Jepisah, awalnya baik, penyanyang, berubah menjadi kasar, pemarah,
sombong.
Kutipan: (Protagonis) Madang, suami Jepisah, memelihara mansur dan
Laminah dengan penuh kasih sayang.(Antagonis) Madang dengan tak
beragak-agak melekatkan tangan atau rotan pada badan kedua anak itu.
5) Jepisah (Protagonis)
Saudara perempuan Syahbuddin, baik, penyayang, pemaaf.
Kutipan: Setelah suaminya turun, Jepisah pergi kebelakang menemui laminah,
ujarnya Tadi kukatakan pada pak uncumu, bahwa ketika Marzuki luka tadi,
engkau sedang kusuruh membeli minyak nyiur rasanya eng-kau takkan
dimarahinya lagi.
6) Datuk Halim dan Andung Saripah (Protagonis)
Baik, penyayang, santun, dermawan.
Kutipan: Hampir lupa aku menga-takan padamu kalau cucuku berdua tiada
tertahan dirantau orang, aku selama-nya sedia akan menyam-butmu. jangan
sekali-kali cucuku malu mengatakan kesengsaraan padaku. Nah, cung, datuk
pulang sekarang
7) Sarmin (Antagonis)
Rekan kerja Mansur dan Laminah, kasar, tidak sopan, ceroboh, sombong.
Kutipan: Adatnya kasar seperti adat serdadu dan kelasi kapal . Sopan-santun
dan iba kasihan tak ada padanya.
8) Darwis (Antagonis)
Rekan kerja Mansur dan Laminah, sombong, kasar, tidak sopan, bermuka dua.
Kutipan: Darwis menundukkan kepalanya, pura-pura turut berdukacita sambil
meng-eluh Beginilah rupanya, kalau kita orang bodoh dan miskin. Semua
yang buruk dicari orang pada kita. Ada kecurian, kita yang disang-ka, ada
kerusakan, kita disyak mengerjakannya dan sebagainya. Itulah dapat dunia
menimbun yang telah tinggi, menggali yang telah rendah.!
9) Malik (Protagonis)
Rekan kerja Mansur dan Laminah, baik, penyayang.
Kutipan: Pikirannya hanya satu, yaitu ia harus memper-lindungi perawan muda

itu. Siapa sekalipun takkan dapat mengalanginya.


Latar
1) Latar tempat
-Negeri (dusun) Ketahun
-Rumah
-Kampung Terendam
-Kampung cina
-Toko roti
-Dusun Selolong
-Bengkulu
-Pelabuhan
-Rimba (hutan) durian
2) Latar waktu
-Malam hari
Malam gelap-gulita dihulu sungai Ketahun
-Siang hari
Hari panas terik ketika rakit itu bertolak

-Hujan
Sekali-kali terang cuaca hujan
3) Latar suasana
-Menyenagkan
Amat girang Laminah melihat anak uncunya berlalu kesana-kemari
-Ketakutan
Laminah pucat, kalau disayat bibirnya pasti tiada darahnya. Mula-mula
tiada dapat ia berbunyi, kerongkongannya sesak, seakan-akan
tersumbat, sementara itu Marzuki tiada berhenti menangis.
-Menegangkan
Laminah diperlakukan tidak senonoh oleh Sarmin. Kejadian itu
membuat geram Mansur. Kemudian antara Sarmin dan Mansur terjadi
perkelahian hebat.
-Menyedihkan
Hancur hati Mansur, tak henti-hentinya memikirkan apakah sebab
Laminah sampai terjun ke laut. Mayat laminah ditemukan oleh tukang
kail di Pondok Besi.

Sudut Pandang (Point of view)


Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal, yaitu pengerang
menempatkan diri sebagai pelaku sekaligus narator dalam ceritanya. Seperti
kutipan berikut: Tetapi Syahbuddin menerima nasibnya dengan tulus dan ikhlas,
tak menaruh dengki dan khianat, sebab ia tahu bahwa sakaliannya itu adalah
kehendak Allah Yang Maha Kuasa.

Gaya Bahasa
Novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang beraksen Melayu dengan sangat
kental. Dan terdapat pula bahasa-bahasa kiasan dan majas-majas di dalamnya.
Kutipan: Waktu adalah sebagai raksasa yang besar, yang tak kunjung-kunjung
berhenti berjalan, masuk rimba keluar rimba, masuk padang keluar padang. Disini
menyeberang lautan, disana mendaki gunung menuruni lurah, tak pernah payah,
tak dapat diusik, ditahan atau diganggu.

Amanat
Hendaknya kita selalu bersabar, tabah, ikhlas, dan tawakal dalam menghadapi
cobaan. Meskipun berbagai cobaan yang diberikan Tuhan terasa teramat berat,
jika kita senantiasa bersyukur dan mencoba mejalani semuanya dengan baik,
mudah-mudahan Tuhan memberi kemudahan. Karna seperti kata pepatah Tuhan
tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai