Anda di halaman 1dari 13

N Puisi Drama Prosa

o
1 Berbentuk bait – bait Berbentuk Berbentuk paragraph
percakapan
2 Bahasa yang Bahasa yang Bahasa yang
digunakan bebas, digunakan biasa, digunakan biasa,
indah, terikat oleh tidak terikat oleh tidak terikat oleh rima
rima atau persajakan rima dan tidak dan tidak bermajas
dan bermajas bermajas
3 Biasanya puisi ini Hanya untuk Dipublikasikan lewat
dipentaskan atau dipentaskan media cetak
dipublikasikan lewat
media cetak
4 Isinya penuh Isinya lugas dan Isinya lugas dan jelas
penafsiran jelas

Aku (Chairil Anwar)


Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Contoh prosa modern:


1. Roman adalah cerita mengisahkan pelakunya dari kecil sampai mati mengungkapkan adat
atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail atau menyeluruh, alur bercabang
cabang, banyak digresi
2. Novel adalah cerita yang mengisahkan konflik para pelaku sehingga terjadi perubahan jalan
hidup atau nasib pelaku utama
3. Cerpen adalah cerita yang mengisahkan konflik para pelaku tetapi tidak mengakibatkan
perubahan pada nasib pelaku utama. Ceritanya pendek, alurnya tunggal.
4. Esai adalah ulasan kupasan suatu masalah, secar a sepintas lalu berdasarkan pandangan
pribadi penulisnya bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
5. Resensi adalah pembicaraan atau pertimbangan atau ulasan suatu karya buku, tulisan,
drama, isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai
aspek sering juga disertai penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya itu dibaca atau
dinikmati.
6. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya
dengan member alas an-alasan tentang isi dan bentuk dengan criteria tertentu, sifatnya
objektif dan menghakimi.
7. Biografi adalah karya yang berisi riwayat hidup seseorang
8. Otobiografi adalah karya yang berisi riwayat hidup sendiri
9. Analogi adalah atau bunga rampai adalah buku yang berisi kumpulan karya terpilih
beberapa orang.

Contoh Fabel:

Monyet dan Ayam


Pada suatu zaman, ada seekor ayam yang bersahabat dengan seekor monyet. Si Yamyam
dan si Monmon namanya. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan
si Monmon yang suka semena-mena dengan binatang lain. Hingga, pada suatu petang si
Monmon mengajak Yamyam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang, si Monmon
mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Yamyam dan mulai mencabuti bulunya.
Yamyam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. “Lepaskan aku, mengapa kau ingin
memakan sahabatmu?” teriak si Yamyam. Akhirnya Yamyam, dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si
Kepiting. si Kepiting merupakan teman Yamyam dari dulu dan selalu baik padanya. Dengan
tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang rumah si Kepiting. Di sana ia disambut dengan
gembira. Lalu Yamyam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk
penghianatan si Monmon.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Monmon. Ia
berkata, “Mari kita beri pelajaran si Monmon yang tidak tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia
menyusun siasat untuk memperdayai si Monmon. Mereka akhirnya bersepakat akan
mengundang si Monmon untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-
buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Yamyam mengundang si Monmon untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan
rakusnya si Monmon segera menyetujui ajakan itu karena ia berpikir akan mendapatkan
banyak makanan dan buah-buahan di pulau seberang. Beberapa hari berselang, mulailah
perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut, Yamyam dan kepiting berpantun.
Si Yamyam berkokok “Aku lubangi ho!!!” si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam
sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si Yamyam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu
mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar
laut, sedangkan Si Yamyam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Monmon yang
berteriak minta tolong karena tidak bisa berenang. Akhirnya ia pun tenggelam bersama
perahu tersebut.
(Disarikan dari Abdurrauf Tarimana, dkk, “Landoke-ndoke te Manu: Kera dan Ayam,” Cerita
Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara, Jakarta: Dept. P dan K, 1978, hal. 61-62)
Contoh Legenda:

Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin
bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil
kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia
tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di
sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut
dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang.
Ia segera menarik kailnya.
Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas
kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang
menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau
tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena
keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama,
ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,”
gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu
karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku
tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun
mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan.
Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama
petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani
merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk
mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena
ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak
orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan
usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada
temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa
tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan
seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka
lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis
tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya,
yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya
sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan
orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah
anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani
kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan
ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu
hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana
ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu
kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di
lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping
anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa
sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap.
Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat
deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap
sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk
sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil
di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Contoh Dongeng:

Ucapan Ajaib dari Peri


Dahulu, ada seorang janda yang memiliki dua anak perempuan. Anak yang sulung angkuh
dan pemarah seperti ibunya, sedangkan yang bungsu manis dan lemah lembut.
Sang ibu sangat memanjakan anaksulung nya yang memiliki sifat yang mirip dengannya,
dan memperlakukan si bungsu dengan sangat buruk. Si bungsu disuruhnya melakukan
hamper semua pekerjaan di rumah. Salah satu dari tugas si bungsu yang malang adalah
berjalan kaki 1 kilometer jauhnya ke sebuah mata air dan membawa pulang air dalam
sebuah ember besar.
Pada suatu hari saat si bungsu sedang mengambil air di mata air, seorang wanita tua datang
dan meminta air untuk minum.
“Tunggu sebentar, akan kuambilkan air yang bersih untuk Ibu,” kata si bungsu kepada
wanita tua itu. Diambilnya air yang paling jernih dan bersih, lalu diberikannya kepada wanita
tua itu dengan menggunakan teko air agar dapat dengan mudah diminum.
Wanita tua yang sebenarnya adalah seorang peri itu berkata, “Kamu sangat sopan dan suka
menolong, jadi akan kuberikan keajaiban untukmu. Setiap kata yang kamu ucapkan akan
mengeluarkan sekuntum bunga, batu permata, dan mutiara dari mulutmu.”
Si bungsu tidak mengerti maksud wanita tua itu. Ia hanya tersenyum lalu berpamitan dan
berjalan pulang.
Sesampainya di rumah, ibunya memarahinya karena terlalu lama membawakan air. Si
bungsu meminta maaf kepada ibunya dan menceritakan kejadian yang dia alami, bahwa ia
menolong seorang wanita tua yang kemudian memberinya keajaiban. Selama si bungsu
bercerita, bunga-bunga, batu permata dan mutiara terus berjatuhan keluar dari mulutnya.
“Kalau begitu, aku harus menyuruh kakakmu pergi kesana.” Kata sang ibu. Lalu disuruhnya
si sulung untuk pergi ke mata air dan apabila bertemu dengan seorang wanita tua,
disuruhnya si sulung untuk bersikap baik dan menolongnya.
Si sulung yang malas tidak mau pergi berjalan kaki sejauh itu. Namun dengan tegas, ibunya
menyuruhnya pergi, “Pergi kesana sekarang juga!!!” sambil menyelipkan wadah air dari
perak ke dalam tas si sulung.
Sambil menggerutu si sulung berjalan menuju mata air. Saat tiba disana, ia berjumpa
dengan wanita tua itu. Tapi kali ini wanita tua itu berpakaian indah bagaikan seorang ratu.
Lalu, wanita tua itu meminta minum kepada si sulung.
“Apa kamu kira aku datang sejauh ini hanya untuk memberimu minum? Dan jangan pikir
kamu bisa minum dari wadah air perakku. Kalau mau minum ambil saja sendiri di mata air
itu!” kata si sulung kepada wanita tua itu.
Karena sikapnya yang kasar, wanita tua yang sebenarnya seorang peri itu mengutuknya.
“Untuk setiap kata yang kamu ucapkan, seekor katak atau ular akan berjatuhan keluar dari
mulutmu!”
Saat tiba di rumah, si sulung menceritakan apa yang dialaminya kepada ibunya. Saat
bercerita, beberapa ekor ular dan katak berjatuhan keluar dari mulutnya.
“Astaga!”, teriak ibunya jijik. “Ini semua gara-gara adikmu. Di mana dia?”
Sang ibu lalu pergi mencari si bungsu. Karena ketakutan, si bungsu lalu lari dan
bersembunyi di hutan.
Seorang Pangeran yang sedang berburu terkejut melihat seorang gadis yang sedang
menangis sendirian di hutan. Ketika Pangeran itu bertanya, dengan tersedu-sedu si bungsu
menceritakan apa yang terjadi. Saat bercerita, bunga-bunga, mutiara serta batu permata
pun berjatuhan dari mulutnya.
Pangeran jatuh hati kepada gadis yang baik itu. Dan Pangeran juga tahu ayahnya tidak akan
keberatan mendapatkan seorang menantu yang baik seperti itu, apalagi dengan mutiara
serta batu permata yang terus dihasilkannya. Maka Pangeran pun membawa si bungsu ke
istana, lalu mereka menikah dan hidup berbahagia.
Sementara itu di rumah, sikap si sulung menjadi semakin memuakkan, dan ia pun terus
menerus mengeluarkan katak serta ular dari mulutnya, sampai-sampai ibunya pun
mengusirnya dari rumah.
Karena ia tidak tahu harus kemana dan tidak ada seorangpun yang mau menampungnya
karena sifatnya yang buruk, ditambah dengan katak-katak dan ular-ular yang terus keluar
dari mulutnya, maka akhirnya ia pun tinggal sendirian di tengah hutan.
Contoh Hikayat

Hikayat Bunga Kemuning


Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang
raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya,
karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal
ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang
pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di
danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran
sering terjadi di antara mereka.
Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri
Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri
Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama
dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka
dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit
berbeda, ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum
ramah kepada siapapun. Ia lebih suka berpergian dengan inang pengasuh daripada dengan
kakak-kakaknya.
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. “Aku
hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?” tanya raja.
“Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Puteri Jambon.
“Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah
yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia
berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya.
“Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat,” katanya. Kakak-kakaknya tertawa
dan mencemoohkannya.
“Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan
kubawakan hadiah indah buatmu,” kata sang raja. Tak lama
kemudian, raja pun pergi.
Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang
pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para
puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih
melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil
sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya,
dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun
Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya. Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya
menyapu, tertawa keras-keras. “Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,” kata seorang
diantaranya.

“Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah.
Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu
sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning
kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi
berbagai perintah kakak-kakaknya.
“Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk
kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!” Kata Puteri Kuning dengan marah.
“Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!” ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan
Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang.
Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puterinya masih bermain di danau, sementara
Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi
sangat sedih.
Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu
hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!” kata sang raja. Raja memang sudah
mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah
ditemukannya.
“Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang
berwarna kuning,” kata Puteri Kuning dengan lemah lembut.
“Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya lagi.
Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut
mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi
menanyakan hadiahnya.
Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. “Wahai adikku,
bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri
Hijau!” katanya dengan perasaan iri.
“Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu,” sahut Puteri Kuning. Mendengarnya,
Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka.
“Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya
berbuat baik!” kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama
kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya.
Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal.
“Astaga! Kita harus menguburnya!” seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung
Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu
hijau, karena ia tak menginginkannya lagi. Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang
tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah.
“Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!” teriaknya.
Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-
bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. “Aku ini ayah yang buruk,”
katanya.” Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi
pekerti!” Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh.
Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning
yang hilang tak berbekas.
Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran
melihatnya. “Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau
bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini
mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!” kata raja dengan
senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga
kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat
kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati
pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Skenario Drama
Didalam skrip drama ini pemain berjumlah 6 orang. Drama ini menceritakan
sekelompok pemuda dari keluarga kaya yang tidak mementingkan perasaan orang lain
dan selalu menganggap materi adalah yang terpenting. Berikut adalah alur skenario
dari drama tersebut.

Sinopsis naskah drama pendek


1. Tema : Arti Kehidupan
2. Ritme :
a) Eksposisi
Brandon
Tommy
Elsa
Anna
Ivan
Helen
b) Permasalahan
Brandon, Tommy, Anna dan Ivan menyingkirkan Elsa begitu saja semenjak gadis itu
menjadi miskin.

c) Komplikasi
Elsa berencana untuk bunuh diri karena orang tuanya bangkrut dan teman-temannya
meninggalkan dirinya.
d) Catatan 1
Ivan dan Anna menyakiti hati Elsa dengan perkataan mereka.

e) Catatan 2
Helen, kakak Elsa, berbesar hati memaafkan mereka dan itu membuat mereka
menyadari kesalahannya.

f) Kesimpulan
Brandon, Tommy, Anna dan Ivan sadar tentang arti kehidupan karena Helen dan
kematian Elsa.

3. Karakter:
• Brandon (Antagonis)
• Ivan (Antagonis)
• Helen (Prontagonis)
• Tommy (Tritagonis)
• Elsa (Tritagonis)
• Anna (Tritagonis)
4. Latar
a) Tempat : Cafe dan Rumah Sakit
b) Waktu : Siang Hari

Skenario Naskah Drama Pendek


Sabtu adalah hari dimana sekelompok anak muda yang terdiri dari
Brandon, Ivan, Tommy, Elsa dan Anna menghabiskan waktu. Sejak
siang mereka sudah berkumpul di sebuah cafe elit yang berada di
bilangan pusat kota Surabaya. Seperti biasa, hari ini adalah giliran
Brandon yang menraktir mereka semua.

Brandon : Pesen yang banyak deh! Nanti aku yang bayar. Pokoknya
kalian harus makan sampe kenyang.

Tommy : Baru gajian ya? Kok royal banget sih?

Brandon : Bawel ah! Mau ditraktir nggak nih?

Anna : Ya jelas mau lah! Hari ini kan giliran kamu yang keluar duit.

Tidak lama kemudian Elsa datang menghampiri meja dimana mereka


duduk. Ia baru pamit dari toilet untuk menerima telepon.

Anna : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh sabtu-sabtu murung gitu!

Ivan : Iya kenapa sih, Sa? Dompetmu hilang?

Brandon dan Tommy tertawa menimpali lelucon Ivan tesebut.

Elsa : Mamaku barusan telepon. Dia bilang papaku bangkrut. Semua


rumah, mobil dan tabungan di bank ludes. (Terisak pelan) kami harus
pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh.

Parahnya lagi semua kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus


korupsi dan sekarang dia menjadi buronan polisi (Menangis)

Brandon : HAH? Yang bener?!

Ivan : Berarti kamu anak buronan?!

Anna : Kamu jatuh miskin sekarang, Sa?


Brandon, Ivan, Anna dan Tommy memasang raut muka tegang dan
memandang hina kepada Elsa yang sedang menangis.

Elsa : Aku sudah nggak punya apa-apa sekarang, tapi kalian masih
mau kan temenan sama aku? Kita kan bersahabat sejak lima tahun
lalu.

Anna menjauhkan kursinya yang tadinya berada di dekat kursi Elsa.


Ia merapat kearah Brandon yang berada disebelahnya.

Anna : Ya, kamu tahu sendiri lah, Sa kita ini sekumpulan pemuda-
pemuda kaya. Jadi, mana mungkin kamu bisa menuruti gaya hidup
kita?

Tommy : Mending kamu pulang dan tengok keadaan orang tuamu, Sa.
Ivan dan Brandon hanya memandang dingin kearah Elsa. Elsa pun
menatap mereka dengan tatapan yang sangat sedih.

Elsa : Kupikir persahabatan kita selama lima tahun ini berarti. Tetapi
kita aku jatuh miskin, kalian menempakku begitu saja!

Brandon : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul tadi apa kata Tommy. Sudah
bagus makananmu kubayari!

Elsa bangkit berdiri dari kursinya kemudian menatap sedih keempat


temannya. Kemudian ia meninggalkan mereka dan keluar dari cafe.

Ivan : Gila si Elsa, masa kita disuruh anggep dia teman sih. Sementara
dia udah melarat. Aku jadi nggak nafsu makan.

Brandon : Sama nih, ya udah minta bill aja deh!

Tiba-tiba Anna yang sudah hampir sampai ke mobilnya, berlari


menghampiri Brandon dan Ivan.

Anna : Guys! Barusan aku dapat kabar kalo ada seorang gadis yang
ciri-cirinya mirip Elsa hendak lompat dari fly over!
Ivan : Serius?!

Anna : Masa kayak gini bohong? Coba cek handphone kalian!

Brandon dan Ivan mengecek handphone masing-masing dan


menerima kabar yang sama dari pesan broadcast.

Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over itu! Kamu bareng kita aja,
Anna! Hubungi Tommy, suruh dia langsung kesana.

Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam mobil. Brandon


mengemudikan mobil kearah fly over tempat dimana Elsa hendak
bunuh diri. Tiba-tiba di separuh perjalanan, handphone Ivan
berbunyi dan raut muka Ivan berubah menjadi sangat tegang.

Ivan : Guys.... Kita terlambat. Elsa melompat dari fly over tersebut dan
ia tewas.
Brandon langsung menghentikan mobilnya. Anna menangis tersedu-
sedu di jok belakang mobil.

Ivan : Kita langsung ke Rumah Sakit Permata Biru aja, jenazah Elsa
dibawa kesana.
Brandon menarik nafas panjang kemudia mengemudikan mobilnya
kearah rumah sakit itu.

Sesampainya disana, mereka bertiga berlari dan didepan ruang


jenazah sudah ada ibu dan Helen, kakak Elsa yang duduk membisu.
Anna berlari memeluk Helen.

Anna : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih
support ke Elsa, pasti jadinya tidak akan begini. Tetapi kami malah
meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.

Helen membalas pelukan Anna dan mengusap punggung Anna dengan


lembut. Helen tidak dapat menahan air matanya.
Helen : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah
digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Aku Cuma memohon agar kalian
terus mendoakan Elsa agar ia tenang disana.

Brandon dan Ivan terkesiap menatap Helen yang tidak marah kepada
mereka dan malah memaafkannya.

Ivan : Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus


mendoakan Elsa.

Helen : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak
kuat menerima kenyataan bahwa kami semua jatuh miskin. Aku
sangat mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang
harta.

Brandon, Ivan dan Anna takjub akan kebesaran hati Helen dan
semenjak itu mereka bertekad untuk lebih menghargai orang lain dan
tidak menggunakan uang sebagai tolak ukur.

Cerita diatas merupakan suatu bentuk penulisan contoh naskah


drama pendek. Kurang lebih dialog tidak terlalu panjang karena
naskah pendek hanya memberikan penampilan dalam waktu yang
singkat saja. Perhatikan juga tema yang Anda gunakan, apakah sudah
sesuai dengan isi naskah yang Anda buat. Pastikan apa yang ingin
Anda sampaikan sudah terdapat dalam naskah.

Anda mungkin juga menyukai