Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH DENGAN ANTI KOAGULANT

EDTA TERHADAP VARIASI SUHU 16C, 20C DAN 27C METODE WESTERGREN
THE DIFFERENT RESULF OF BLOOD COAGULATION RATE USING
ANTI COAGULANT EDTA AGENT WITH TEMPERATUR VARIATION
ON 16C,20C AND 27C WESTERGREN METHOD
Ni Wayan Maya Kurnia Santi1, Anak Agung Ngurah Santa AP2, Fathol Hadi1
1Program Studi Analis STIKes Wira Medika Bali
2RSUP Sanglah Denpasar Bali
ABSTRAK
Laju endap darah adalah salah satu pemeriksaan hematologi yang merupakan pemeriksaan pendahuluan didalam
menegakkan diagnosa pasien. Pemeriksaan laju endap darah banyak mempunyai faktor yang dapat memepengaruhi
hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah dengan anti
koagulant EDTA terhadap variasi suhu 16C, 20C dan 27C metode Westergren. Penelitian ini dilaksakan pada tanggal
23 Mei sampai 31 Mei 2012 di laboratorium hematologi STIKES WIRA MEDIKA BALI dengan sampel sebanyak 30
sampel darah yang di ambil secara acak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian secara deskriptif.
Penelitiaan yang diproleh disajikan dalam bentuk tabel yang selanjutnya diolah dengan uji anova. Pada uji anova didapat
hasil nilai sig (P-valuen) yaitu 0,001 yang berarti < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa keputusan yang diambil adalah Ha
diterima yang artinya ada perbeaan hasil pemeriksaan laju endap darah terhadap variasi suhu 16C, 20C dan 27C.
Kata kunci : Hasil Laju Endap Darah, Variasi Suhu, Metode Westergren
ABSTRACT
Blood coagulation rate is one of the hematology test as the initial test to diagnose the patient. The result of blood
coagulation rate has many factor that can influence the result of the test. The aims of this experiment is to explain the
different result of blood coagulation rate using anti-coagulant EDTA agents with temperature variation on 16C, 20C and
27C Westergren method. The experiment was take place in hematology laboratory of STIKes WIRA MEDIKA BALI on
may 23rd until may 31st 2014. The experiment is descriptive experiment. The result of the experiment is display on a table
and analysts byanova. Anova test show that the result of sig valuen (p-valuen) is 0,001 it is less than 0,05 or Ha
accepted. It means there are different result of blood coagulation rate of the temperature variation at 16C, 20C and
27C.
Keywords: Result Of Blood Coagulation, Temperature Variation, Westergren Method
Alamat Korespondensi

: Br. Senggu Sibang Gede, Abinsemal Badung

Email

: mayakurnia35@yahoo.com

PENDAHULUAN
Darah merupakan bagian dari tubuh
jumlahnya 6-8 % dan berat badan total. Darah
adalah jaringan berbentuk cairan, terdiri dari 2
bagian besar yaitu plasma darah dan korpuskuli
(Evelyne, 2006).
Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai
oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa
nutrisi, membersihkan metabolism dan membawa
zat antibodi (sistem imun), keseimbangan cairan,
pengaturan suhu, tekanan osmostik dan
pengaturan tekanan darah (Evelyne, 2006).
Sirkulasi darah adalah sistem transport yang
mengambarkan O2 dan berbagai zat yang
diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju
jaringan, serta mengembalikan CO2 ke paru-paru
dan hasil metabolisme lainnya menuju ke ginjal.
Sistem sirkulasi berperan dalam pengaturan suhu

tubuh dan mendistribusikan hormon serta


berbagai zat, dipompakan oleh jantung melaui
sistem pembuluh darah yang tertutup. Pada
mamalia mekanisme pompa tesebut terdiri atas
dua sistem pompa yaitu dari vertikel kiri darah
dipompa melalui arteri dan arteriola menuju
kapiler dan kapiler darah dikembalikan melalui
venula dan vena ke dalam atrium kanan (sirkulasi
utama), dan atrium kanan darah mengalir ke
vertikel kanan yang akan memompa darah melalui
pembuluh darah paru-paru, ini termasuk sirkulasi
kecil (mikrosirkulasi) (Evelyne, 2006).
Banyak
faktor
yang
menentukan
pembentukan normal sel darah merah eritroblas
adalah sel besar yang mengandung inti dan
sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian
berkembang menjadi normoblas yang berukuran

144

Ni Wayan Maya Kurnia Santi, dkk: Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap...
LED adalah kecepatan pengendapan eritrosit
dari suatu sampel darah yang diperiksa dalam
suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm per
jam. LED menggambarkan komposisi plasma dan
perbandingan antara eritrosit dan plasma. Darah
dengan antikoagulan yang dimasukkan dalam
tabung berlumen kecil dan diletakkan tegak lurus
akan menunjukkan pengendapan eritrosit dengan
kecepatan yang disebut dengan LED. Nilainya
pada keadaan normal relative lebih kecil karena
pengendapan eritrosit disebabkan karena gravitasi
diimbangi oleh tekanan keatas (Ibrahim, 2006).
Darah normal mempunyai LED relatif kecil
karena pengendapan eritrosit akibat tarikan
gravitasi diimbagi oleh tekanan keatas akibat
perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau
kadar kolesterol meningkat tekanan keatas
mungkin dapat menetralisasi tarikan kebawah
terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya
setiap
keadaan
yang
meningkatkan
penggumpalan atau perletakan satu dengan yang
lain akan meningkatkan LED (Ibrahim, 2006).
Penentuan nilai LED secara umum telah
digunakan dalam pengobatan klinik, menegakkan
diagnosis, mengetahui penyakit secara dini dan
memantau perjalana penyakit seperti tuberkolosa
dan reumati. Peningkata kecepata pengendapan
berhubungan langsung dengan beratnya penyakit
(Jamludin, 2001).
LED atau dalam bahasa inggrisnya
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses
pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah
ini diukur dengan memasukkan darah ke dalam
tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel
darah merah yang mengendap maka makin tinggi
Laju Endap Darahnya. Tinggi ringannya nilai pada
LED memang sangat dipengaruhi oleh keadaan
tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun
ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan
dan para lansia pun memiliki nilai LED yang tinggi.
Jadi orang normal pun bisa memiliki LED tinggi,
dan sebaliknya bila LED normalpun belum tentu
tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan LED masih
termasuk
pemeriksaan
penunjang,
yang
mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari
sang dokter. Namun biasanya dokter langsung
akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila
nilai LED di atas normal. Sehingga mereka tahu
apa yang mengakibatkan nilai laju endap
darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin,
LED pun bisa dipergunakan untuk mengecek
perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat
(Azhar, 2009).

lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami


disintegrasi
dan
menghilang
sitoplasma
mengandung benang-benang halus. Pada
stadium ini sel tersebut disebut retikulosit,
akhirnya benang-benang menghilang dan menjadi
eritrosit matang yang segera dilepas ke aliran
darah Sel darah merah hidup dalam sirkulasi
selama sekitar 120 hari, kemudian dimakan oleh
sel-sel pada sistem monosit di dalam limfa dan
kelenjar limfe. Di sini hemoglobin dipecah menjadi
komponen-komponenya dan kemudian dibawah
kedalam hati. Globin dikembalikkan ke gudang
protein dan ekskresi dalam urine setelah dipecah
lebih lanjut Sel darah putih berbentuk tidak tetap.
Sel darah putih dibuat di sum-sum merah, kura
dan kelenjar limpa (Azhar, 2009).
Fungsinya memberantas kuman-kuman
penyakit. Sel darah putih terdiri dari 2 jenis sel
seperti leukosit granular dan leukosit agranular.
Leukosit granular terdiri dari 3 jenis yaitu, netrofil,
eosinofil dan basofil. Sedangkan leukosit
agranular terdiri dari tiga jenis yaitu, monosit,
limfosit dan sel plasma. neutrofil, limfosit, eosinofil,
basofil, monosit dan trombosit dapat dinyatakan
masing-masing dalam % apabila jumlah total sel
darah putih tersebut dihitung dalam 100%
Trombosit merupakan fragmen sel yang
berdiameter 2-4 m. Dibentuk dalam sumsum
tulang dan limfa, mempunyai massa hidup 8-10
hari. Keping-keping darah berkerut pada
pembuluh darah luka dimana trombosit
melepaskan satu bahan yang membatasi
kehilangan darah sebelum koagulasi (pembekuan
darah) terjadi (Azhar, 2009).
Volume darah pada orang dewasa sehat
ditentukan oleh jenis kelamin. Volume darah pada
laki-laki dewasa adalah 5 liter, sedangkan pada
perempuan dewasa agak lebih rendah, yaitu 4,5
liter. Nilai ini tidak mutlak, karena ditentukan oleh
2 hal. Pertama, ada keseimbangan antara ruang
intra pembuluh darah (ruang intravaskuler)
dengan ruang antar sel. Meskipun secara
anatomis sistem pembuluh darah adalah ruang
tertutup bila dilihat secara mikroskopis, ada cela
diantara sel-sel, yang dapat dilalui cairan. Kedua
nilai tersebut tergantung kepada cara pengukuran
volume darah umumnya didasarkan atas cara
pengenceran suatu senyawa yang tidak diolah
oleh sel-sel tubuh dan mudah dikeluarkan melalui
kencing setelah beberapa waktu, disuntikkan
dalam jumlah dan konsentrasi tertentu kedalam
pembuluh darah balik. Beberapa menit kemudian,
setelah dianggap bahwa senyawa telah terbesar
rata diseluruh ruang pembuluh darah (Sadikin,
2001).

145

Klinika Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


pada
dasar
tabung,
kecepatan
mengendapnya mulai berkurang sampai
sangat pelan. Fase ini sampai berjalan
kurang lebih 15 menit (DepKes, 2004).
LED memiliki 3 kegunaan utama :
1.
Sebagai alat bantu
untuk
mendeteksi suatu proses peradagan.
2. Sebagai pemamtau perjalanan atau
aktivitas penyakit
3. Sebagai pemeriksaan penapisan
untuk peradangan atau neoplasma
yang tersembunyi (Sacher, 2004)
Namun, pemeriksaan relatife tidak
sensitife dan tidak spesifik karena dipengaruhi
oleh banyak faktor teknis. Bagaimanapun, LED
tetap menjadi uji yang bermanfaat dan digunakan
untuk mendiagnosa penyakit, namun sebagian
besar penyakit peradangan akut dan kronis serta
neoplasma berkaitan dengan peningkatan LED
(Widman, 2002).
Dalam pemeriksaan laju endap darah terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
1. Jumlah eritrosit
Bila terdapat sangat banyak eritrosit
maka LED akan terjadi penurunan dan
bila sangat sedikit eritrosit maka LED
akan mengalami peningkatan.
2. Viskositas darah
Viskositas darah tinggi karena tekanan
keatas mungkin dapat menetralkan
tarikan kebawah sehingga LED akan
mengalami penurunan.
3. Muatan eritrosit
Hal ini sangat besar artinya penentuaan
tingginya LED. Dalam keadaaan
meningkatnya
penggupalan
atau
perlekatan sel, dapat juga meningkatnya
LED, misalnya adanya makromolekul
dengan konsentrasi tinggi dalam plasma
mengurangi sifat saling tolak menolak
antara sel-sel eritrosit sehingga
mengakibatkan eritrosit lebih mudah
melekat satu dengan yang lainnya dan
memudahkan terbentuknya rouleaux.
4. Bentuk eritrosit
Eritrosit dengan bentuk abnormal
mempunyai permukaan yang relatife
besar dibandingkan berat sel sehingga
LED menurun.
5. Berat eritrosit
Makrositer : laju endap darah lambat
turun
Spherositer : laju endap darah cepat
turun

Bila LED makin menurun berarti perawatan


berlangsung cukup baik, dalam arti lain
pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik
LED terutama mencerminkan perubahan protein
plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun
kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah
merupakan respons yang tidak spesifik terhadap
kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk
adanya penyakit. Bila dilakukan secara berulang
laju endap darah dapat dipakai untuk menilai
perjalanan penyakit seperti TBC, demam rematik,
artritis dan nefritis. LED yang cepat menunjukkan
suatu lesi yang aktif, peningkatan LED
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses
yang meluas, sedangkan LED yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu
perbaikan (Azhar, 2009).
Laju endap darah yang juga disebut
kecepatan endap darah (KED) atau laju
sedimentasi
eritrosit
adalah
kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum
membeku,
dengan
satuan
mm/jam
(Labtecnologist, 2009).
LED mengukur laju pengendapan (dalam 1
mm/jam) dari eritrosit pada suatu kolom dari yang
diberi antikuagulan. Laju pengendapan yang cepat
(LED meningkat) menunjukkan meningkatnya
kadar imunoglobulin atau protein pase akut, yang
menyebabkan eritrosit saling melekat satu sama
lain. Peningkatan LED oleh karenanannya
merupakan penanda non spesifik dari adanya
radang atau infeksi LED biasanya sangat tinggi
pada mioloma multiple, lupus erittosus sistemik
(SLE), artoritis temporatis, polimialgia reomatika,
jarang kanker atau infeksi kronis, termasuk
tuberkolosis (Labtecnologist, 2009).
a)
Fase pengendapan lambat pertama (Stage
of Aggregation)
Yaitu fase pembentukan rouleaux, eritrosit
baru saling menyatukan diri, waktu yang
diperlukan untuk fase pertama ini kurang
dari 15 mennit.
b)
Fase pengendapan maksimal (Stage of
Sedimentation)
Yaitu fase pengendapan eritrosit dengan
kecepatan konstan karena partikel-partikel
eritrosit menjadi lebih besar dengan
permukaan yang kebih kecil sehinga lebih
cepat mengendap lama waktu yang
diperlukan fase ini adalah 30 menit.
c)
Fase pengendapan lambat kedua (Stage of
packing)
Yaitu fase pengendapan eritrosit sehingga
sel-sel eritrosit mengalami pemampatan

146

Ni Wayan Maya Kurnia Santi, dkk: Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap...
lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah
terpakai dalam pembekuan. Pemeriksaan LED
harus dikerjakan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan
terlalu lama akan membentuk sferik sehingga
sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan
LED menjadi lebih lambat (Hendimay, 2004).
Apakah arti kalau LED normal atau masih
dalam batas-batas normal dan dua pula artinya
bila LED lebih dari normal. LED yang normal
dapat memberi jaminan kepada dokter untuk
menyatakan kepada pasien bahwa tidak ada
penyakit kronis yang serius, sebaliknya kalau LED
tidak normal maka berarti mendorong kita (dokter
untuk mencari penyelesaian selanjutnyamengenai
penyebab atau kausanya). LED adalah reaksi non
spesifik dari tubuh di katakan demikian karena
LED biasa meninggi pada penyakit-penyakit atau
keadaan phatologis apa saja dimana terdapat
reaksi-reaksi oedema degenerasi, jaringan,
suupuration dan neorosis, LED biasanya tetap
dalam batas normal yaitu pada penyakit-penyakit
infeksi setempat yang kecil, infeksi yang aktif,
misalnya appendiatir akut dalam fase infeksi pada
selaput lender dengan sedikit reaksi radang.
1. LED Dalam Klinik :
a. Membantu Diagnosa
b. Membantu diagnostik screening oleh
karena abnomaliter sering ditemukan
dengan meninggi LED sebelum lokalisasi
kuasanya jelas.
c. Diffential diagnostic, membedakan non
organic diases dan infektie dan
membedakan neurmatik arthtritis dari
penyakit gout.
2. LED dalam batas normal :
a. Keadaan allergis yang noninfeksi
b. Hutitional defeclearcie
c. Hipertensi dan komplikasi
d. Compesaten hear disease
3. LED meninggi pada :
a. TBC
b. Infectie yang kronis
c. Thrombosis coumair
d. Arthritis
e. Nepitis
LED dipakai sebagai uji penjaring dalam
pemeriksan rutin para penderita, walaupun LED
mencerminkan perubahan-perubahan pola protein
dalam plasma, LED bukan merupakan
pemeriksaan yang spesifik, namun begitu, LED
berguna dalam memantau kronik tertentu,
misalanya tuberculosis atau rheumatoid arthritis,
dimana LED menjadi petunjuk
tentang
progresitas penyakit tersebut (widman k, 1995).

Mikrositer : laju endap darah lambat


turun
Laju endap darah bertambah cepat bila
eritrosit meningkat, tetapi kecepatan
berkurang apabila permukaan sel lebih
besar.
6. Waktu
Untuk
pemeriksaan
LED
harus
dikerjakan maksimal 2 jam setelah
sampling darah. Apabila dikerjakan
setelah lebih dari 2 jam maka bentuk
eritrosit keadaan ini akan mempercepat
terjadinya rouleaux dan akibatnya akan
mempercepat LED.
7. Luas permukaan tabung
Semakin besar dimeternya maka LED
semakin cepat turun.
8. Kedudukan tabung
Apabila meletakkan tabung dalam posisi
miring maka LED akan meningkat.
Tabung yang miring 3 akan
mempercepat LED sebanyak 3 %.
9. Perbandingan antara koagualan dan
darah yang tidak tepat
Keadaan ini menyebabkan terjadinya
defibrinasi atau partial cloting yang akan
memperlambat laju endap darah.
Antikoagulan
yang
seharusnya
digunakan
bila
terlalu
banyak
pengendapan sel akan berjalan lambat.
Tiap 1 mg EDTA menghindarkan
membekunya 1 mL darah.
10. Temperatur
Sebaiknya dikerjakan pada suhu 18C27C. Pada suhu rendah viskositas
meningkat dan laju endap darah
menurun. Suhu yang tinggi akan
mempercepat
pengendapan
dan
sebaliknya suhu yang rendah akan
memperlambat. Maka dari itu sangat
perlu memperhatikan keadaan suhu
pada saat melakukan pemeriksaan LED
untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang
dapat
menyebabkan
kesalahan
dalam
pemeriksaan LED. Selama pemeriksaan tabung
atau pipet harus tegak lurus, miring 3 dapat
menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet
tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini
akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum
selama pemeriksaan adalah 20C, suhu yang
tinggi akan mempercepat pengendapan dan
sebaliknya
suhu
yang
rendah
akan
memperlambat. Bila darah yang diperiksa sudah
membeku sebagian hasil pemeriksaan LED akan

147

Klinika Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


pada tanggal 23 mei - 31 mei 2014 di laboratotium
STIKes Wira Medika Bali.
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswi dan mahasiswa STIKes WIRA
MEDIKA Bali.

LED yang normal tidak menyimpulkan bahwa


seseorang tidak mengendap suatu penyakit,
sedangkan peningian LED berkaitan dengan
perubahan dalam protein plasma yaitu:
a. Penyakit infeksi akut atau kronis
b. Penyakit neoplasma/keganasan
c. Penyakit degenerative
Westergren
pada
tahun
1921
memperkenalkan teknik pemeriksaan LED yang
dikenal dengan metode Westergren. Metode ini
memakai tabung/ pipet dengan panjang 300,5
mm, 0,5 mm, diameter luar 5,5 mm 0,5 mm
dan diameter dalam 2,35 mm 0,15 mm, memiliki
skala 200 mm. Rak yang digunakan vertical
dengan batas kemiringan tidak lebih dari 1o. LED
mengambarkan
komposisi
plasma
dan
perbandingan antara eritrosit dan plasma. Darah
dengan antikoagulan dimasukan kedalam tabung
berlumen kecil dan diletakkan tegak lurus selama
1 jam akan menunjukan pengendapan eritrosit
dengan kecepatan yang dikemukan oleh rasio
permukaan volumen eritrosit. Pengendapan sel
darah ini disebut LED yang bertambah cepat bila
berat sel meningkat, tetapi kecepatan berkurang
apabila pemukaan sel lebih luas. Dilaboratorium
cara untuk memeriksa LED yang sering dipakai
adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Nilai
rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria
0-10 mm/jam (Gandasoebrata, 2007).
Pada pengukuran laju endap darah (LED)
dengan menggunakn metode Westergren manual,
sampel darah yang digunakan adalah darah vena
dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan
1 bagian antikoagulan dan 4 bagian sampel darah
waktu pemeriksaan yang diperlukan adalah 60
menit, dengan menggunakan pipet yang dibuat
dari kaca dengan panjang kira-kira 300 mm dan
diameter 2,5 mm. Prinsip dari pengukuran LED
adalah Sampel darah dengan antikoagulan di
masukkan ke dalam tabung khusus bersekala dan
diletakkan tegak lurus, maka eritrosit akan
mengendap. Pengendapan ini diukur pada 1 jam.
Kelebihan metode Westergren merupakan metode
yang paling akurat dan paling sering digunakan
dalam pemeriksaan LED dibanding metode yang
lain, kekurangan metode ini memerlukan sampel
darah vena cukup banyak (kurang lebih 2 mL)
(Gandasoebrata, 2007).

Sampel Penelitian
Sampel yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah mahasiswa dan mahasiswi D3 Analis
Kesehatan STIKes WIRA MEDIKA Bali yang
diambil darah venanya sebanyak 30 sampel
secara acak.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
No

Alat

Spesifikasi

1. Pipet
Westergren

Panjang
pipet : 300
mm
Sekala : 0200 mm
Garis
tengah :
2,5 mm
Isi tabung
: + 1 mL
2. Rak
tabung Westergren
3. Torniket
4. Tabung EDTA 5. Holder
6. Vakutainer
7. Kapas steril
8. Timer
9.
Tabung Westergren
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
Bahan
Spesifikasi
Darah
5 cc
NaCl 0,9 % 100 mL
Prosedur Kerja
Cara pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah vena
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan

BAHAN DAN METODE


Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
membandingkan hasil pengukuran LED dengan
menggunakan variasi suhu 16C, 20C dan 27C.
Waktu dan tempat dilakukan penelitian adalah

148

Ni Wayan Maya Kurnia Santi, dkk: Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap...
Wanita
:
0-15
mm/jam
(Gandasoebrata, 2007).
Pria
:
0-10 mm/jam
(Gandasoebrata, 2007).
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23
Mei sampai 31 Mei 2012 dengan jumlah sampel
sebanyak 30 sampel. Pemeriksaan laju endap
darah menggunakan metode Westergren yang
dilakukan di Laboratorium Analis Kesehatan Wira
Medika Bali. Hasil penelitian disajikan pada tabel
4.1 berikut.

2. Ikatkan torniket dipasang pada lengan


atas, dan tangan pasien digepalkan.
3. Tempat yang akan diambil darahnya
dibersihkan dengan kapas alkohol dan
biarkan hingga kering.
4. Menusukkan jarum kedalam vena
dengan posisi lubang jarum menghap ke
atas.
5. Segera lepaskan torniket setelah darah
mengalir, kemudian lepaskan jarum
perlahan-lahan.
6. Segera tekan dengan kapas selama 3-5
menit, dan plaster bagian veni puncture.
7. Jarum dilepas dari spuit dan darah di
alirkan
melalui
dinding
tabung
penampungan yang telah berisi anti
koagulan EDTA.
8. Memberikan label pada tabung yang
berisi data pasien (nama, jenis kelamin,
jenis pemeriksaan, dan umur).
Prosedur pemeriksaan laju endap darah
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Westergren.
Prinsip pemeriksaan
Sampel darah dengan anti koagulan di
masukkan kedalam tabung khusus bersekala dan
diletakkan tegak lurus ,maka eritrosit akan
mengendap. Pengendapan ini diukur pada 1 jam.
Cara pemeriksaan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2. NaCl dipipet dengan pipet Westergren
sampai sekala 150 mm, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung
Westergren.
3. Sampel darah dengan anti koagualan
EDTA dihisap dengan pipet
Westergren sampai skala 0 mm
dan dimasukkan kedalam tabung
Weastergren.
4. Kemudian darah dan NaCl dicampur
dengan cara menyedot dan meniup
beberapa kali sehingga tercampur
baik.
5. Darah yang telah tercampur denga
NaCl dihisap dengan pipet
Westergren sampai skala 0,
kemudian pipet Westergren tegak
lurus pada rak Westergren.
6. lakukan langkah tersebut sebanyak 3
kali dalam suhu 16C, 20C dan
27C.
7. Baca tingginya pengendapannya.
Nilai normal

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah


terhadap variasi suhu 16oC, 20C
dan 27C.
No

Kode
sampel

1
S1
2
S2
3
S3
4
S4
5
S5
6
S6
7
S7
8
S8
9
S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
Jumlah
Rata rata

Hasil laju endap


darah (mm/jam)
16C 20C 27C
14
17
19
11
14
16
1
3
3
1
3
3
7
10
13
12
15
17
15
17
19
12
15
18
1
2
3
13
17
20
12
16
18
1
3
4
1
4
6
6
11
13
4
9
12
11
16
19
4
9
11
7
13
15
1
3
3
9
13
15
1
3
4
4
8
10
2
5
6
14
17
19
4
9
11
2
5
7
2
4
6
2
5
8
4
9
11
4
9
11
178 275 329
5,93 9,16 10,96

Tabel 4.2 Hasil uji Statistik pemeriksaan LED


terhadap variasi suhu 16C, 20C dan 27C.

149

Klinika Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


yang dianjurkan untuk pemeriksaan LED adalah
20C, dikarenakan pada suhu yang tinggi akan
mempercepat pengendapan sehingga hasil yang
didapat akan meningkat (Hendimay, 2004).

Tests of Normality
KolmogorovSmirnova
Statis
tic
Df
Sig.
Gambaran
Laju
Endap .153 90
Darah

Shapiro-Wilk
Statis
tic
df
Sig.

.000 .924 90

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan yaitu
pemeriksaan LED berdasarkan variasi suhu 16C,
20C dan 27C dapat disimpulkan bahawa:

.000

PEMBAHASAN

1. Hasil pemeriksaan LED pada suhu


16C nilai terendah 1 mm/jam, nilai
tertinggi 15 mm/jam dan nilai rataratanya 6 mm/jam.
2. Hasil pemeriksaan LED pada suhu
20C nilai terendah 2 mm/jam, nilai
tertinggi 17 mm/jam, dan nilai rataratanya 9 mm/jam.
3. Hasil pemeriksaan LED pada suhu
27C nilai terendah 3 mm/jam, nilai
tertinggi 20 mm/jam, dan nilai rataratanya 11 mm/jam.
4. Pada uji statistik didapatkan hasil
nilai sig (P-valuen) yaitu 0,001 yang
berarti < 0,05, dan keputusan yang
diambil adalah Ha diterima artinya
ada perbedaan pemeriksaan laju
endap darah terhadap variasi suhu
16C, 20C dan 27C.

Hasil pemeriksaan LED terhadap 30 sampel yang


dilakukan berdasarkan variasi suhu 16C, 20C
dan 27C disajikan dalam bentuk tabel.
Berdasarkan tabel 4.1 hasil pemeriksaan LED
terhadap variasi suhu 16C, 20C dan 27C dapat
dilihat hasilnya yaitu pemeriksaan LED pada suhu
16C dengan nilai terendah 1 mm/jam, nilai
tertinggi 15 mm/jam dan nilai rata-ratanya 5,93
mm/jam. Pada pemeriksaan suhu 20C nilai
terendah 2 mm/jam, nilai tertinggi 17 mm/jam dan
nilai rata-ratanya 9,16 mm/jam. Pada pemeriksaan
suhu 27C nilai terendah 3 mm/jam, nilai tertinggi
20 mm/jam dan nilai rata-ratanya 10,96 mm/jam.
Setelah didapatkan hasil kemudian dianalisis
dengan mengunakan SPSS yaitu uji anova
menunjukan hasil nilai sig (P-valuen) yaitu 0,001
yang berarti < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
keputusan yang diambil adalah menerima Ha
yang artinya ada perbedaan hasil pemeriksaan
LED terhadap variasi suhu 16C, 20C dan 27C.
Pemeriksaan LED merupakan pengukuran
laju pengenapan (dalam 1 mm/jam) dari eritrosit
pada suatu kolom dari yang diberi anti koagulan.
Laju pengendapan yang cepat menunjukkan
meningkatnya kadar immunoglobulin atau protein
pase akut, yang menyebabkan eritrosit saling
melekat satu sama lain. Peningkatan LED oleh
karena merupakan penanda non spesifik dari
adanya radang atau infeksi (Azhar, 2009).
Pemeriksaan LED dikenal dengan 2 metode
yaitu metode Wintrobe dan Westergren. Pada
penelitian yang dilakukan
pengukuran dari
pemeriksaan digunakan metode Westergren,
dengan darah vena berisi anti koagulant EDTA.
Pemeriksaan
LED
dengan
pengenceran
perbandingan 1 bagian NaCl 0,9 % dan 4 bagian
darah dikerjakan dalam waktu 60 menit
(Gandasoebrata, 2007).
Meningkatnya hasil suatu LED di pengaruhi
beberapa faktor yaitu viskositas darah, jumlah
eritrosit, muatan eritrosit, bentuk eritrosit, berat
eritrosit, waktu, luas permukaan tabung, keudukan
tabung dan suhu. Pada dasarnya suhu optimum

Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan adalah :
1. Bagi tenaga kerja labratorium
disarankan lebih memperhatikan
suhu ruangan saat pemeriksaan
LED.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat meneliti hasil pemeriksaan
LED terhadap faktor-faktor yang lain
KEPUSTAKAAN
Azhar, M. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
DepKes RI. 2001. Pemeriksaan Darah Rutin .
Jakarta.
DepKes RI. 2004 .Pedoman Praktek Laboratorium
Yang Benar. Jakarta.
Evelyne, Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis, Jakarta : PT. Gramedia.

150

Ni Wayan Maya Kurnia Santi, dkk: Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap...

Fatkhurrohman, Imam. 2004. Laju Endap Darah,


C-reaktif
protein,
dan
Alfa
2macroglobulin, Sebagai Faktor resiko
Artritis Lepra Di RS Kusta Donorejo
Jepara.
Semarang
:
Universitas
Diponogoro.
Gandasoebrata. 2007.Penuntun
laboratorium
Klinik.Jakarta: Dian Rakyat.
Hardjoeno. 2003. Interpretasi Hasil Tes
Laboratorium Diagnostik. Makassar Edisi
ke-3, Lephas.
Hendimay, Pohan. 2004. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi LED. Jakarta: Dian Rakyat.
Ibrahim. 2006. Hasil Tes Laju Endap Darah Cara
Manual Dan Automatik. Indonesian Journal
of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, Vol. 12, No. 2.
Jamludin anas. 2001. Perbedaan hasil
pemeriksaan laju endap darah sebelum
dan sesudah tranfusi darah. Makaasar :
Universitas Muhamadiah.
Labtecnologist. 2009. Laju Endap arah
Laboratorium Kesehatan. Online diakses
dari http://labkesehatan.com/2009/12/lajuendap-darah-led.htm.
Norderson N J. 2004. Erythrocyte Sedimentation
Rate.
http://www.ehendrick.com/healthy.htm.
Sacher Ronald A. 2004. Tinjaun Klinis Hasil
Pemeriksaan Lab. Universitas Sumatra
Utara.
Sadikin. 2001. Biokimia Dasar Jakarta : widya
Medika.
Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis.
Surabaya: Airlangga universitas Pres.
William F, Ganong. 2001. Fisiologi Kedokteran
Edisi 14. Jakarta : EGC.
Widman. 2002. Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboraturium. Edisi 9.
Jakarta : EGC.

151

Anda mungkin juga menyukai