Anda di halaman 1dari 19

Bab 1.

Matriks & Determinan

1. 1. Pengertian Dasar
Suatu matriks didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari entri-entri
yang disusun secara persegi panjang (menurut baris dan kolom) yang
diletakkan di dalam tanda kurung siku atau kurung biasa.
Entri-entri dari suatu matriks dapat berupa bilangan riil atau
kompleks, variabel-variabel ataupun operator-operator dan sebagainya.
Banyaknya baris dan kolom menyatakan ukuran atau ordo dari
matriks yang bersangkutan. Pandang matriks A yang diberikan oleh :
a11
a
21

A=

a12
a 22

a m1

am 2

a1n
a 2 n
.

a mn

Karena matriks A di atas mempunyai m baris dan n kolom, maka


matriks A dikatakan berukuran m x n. Untuk menyingkat penulisan matriks
A di atas, sering juga dituliskan dengan notasi A = (aij), i = 1, 2, , m dan j
= 1, 2, , n, dengan aij menyatakan entri dari matriks A pada baris kei
dan kolom kej.
Contoh :
Pandang matriks,
1

A= 0
1

2
4
5

2 .
0

Karena matriks A di atas mempunyai 3 buah baris dan 3 buah kolom, maka
dikatakan matriks A tersebut berukuran 3 x 3,

sedangkan entri-entrinya :

a 11 = 1, a 12 = 2,
a 13 = 3, a 21 = 0, a 22 = 4, a 23 = 2, a 31 = 1, a 32 = 5 dan a 33 = 0.

12

Soal Latihan:
Diberikan matriks
1

A = (aij) = 1
3

2
5

3
0

4
2 .
6

Tentukanlah : a ) ukuran matriks A


b ) baris 1, baris 3, kolom 2, kolom 4 dan kolom 5
c ) a14, a21, a23, a32, dan a34.

1. 2. Beberapa Jenis Matriks Khusus


Di dalam membahas matriks ini, sebenarnya banyak sekali jenis
matriks yang dapat kita pelajari. Namun pada tulisan ini hanya akan
diberikan beberapa jenis saja sesuai dengan kebutuhan pembahasan kita.
Jenis-jenis matriks khusus tersebut diantaranya :
1. Matriks bujur sangkar
yaitu suatu matriks dimana banyaknya baris sama dengan
banyaknya kolom. Jika matriks bujur sangkar banyaknya baris (=
banyaknya kolom) = n, dikatakan matriks tersebut berukuran n x n
(berordo n). Barisan entri a11, a22, , ann dari matriks A = ( a ij ) yang
berordo n disebut diagonal utama matriks A tersebut.
Contoh :
1

A =
2

1
0

adalah matriks bujur sangkar berordo 2 dengan entri

pada diagonal utamanya 1 dan 0.


1

B= 2
3

5
6
1

0
4

adalah matriks bujur sangkar berordo 3, dimana entri-

entri pada diagonal utamanya adalah 1, 6 dan 7.

12

2. Matriks Nol
adalah matriks dimana semua entrinya nol. Biasanya matriks nol
ini dinotasikan dengan 0.
Beberapa sifat :
a. Jika A, 0 adalah matriks-matriks yang sejenis, maka berlaku
A + 0 = 0 + A = A.
b. Misalkan A dan 0 adalah matriks-matriks dimana syarat-syarat
perkalian matriks terpenuhi, maka A0 = 0 dan 0A = 0.
Contoh :
Matriks-matriks berikut ini adalah matriks nol :
0

0=
0

0
0
,0=

0
0

0
0

0
0

0
0
dan 0 = .
0

0

3. Matriks Diagonal
yaitu matriks bujur sangkar dimana setiap entri di luar diagonal
utamanya adalah nol. Dengan perkataan lain, matriks bujur sangkar A =
(aij) adalah matriks diagonal jika aij = 0, untuk i j.
Contoh :
1

A=
0

0
2

1
0
dan B =
0

adalah contoh-contoh matriks diagonal.

4. Matriks Skalar

12

2
0
0

0
3
0

0
0
0

adalah matriks diagonal di mana setiap entri pada diagonal


utamanya sama dengan suatu skalar (bilangan) tertentu.
Contoh :
2
A=
0

0
2

dan B = 0
0

0
7
0

0
0

adalah matriks-matriks skalar.


5. Matriks Identitas (Matriks Satuan)
adalah matriks diagonal dengan semua entri pada diagonal
utamanya adalah 1. Biasanya matriks satuan ini dinotasikan dengan I =
( ij ), dimana
1, untuk i j
0, untuk i j

ij =

notasi ij dinamakan fungsi delta Kronecker.


Kadang juga dituliskan I = In, dengan n menyatakan ukuran dari
matriks yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, matriks identitas
merupakan bentuk khusus dari matriks skalar dengan skalar = 1.
Contoh :
1
I2 =
0

0
1

1
0
dan I4 =
0

adalah contoh-contoh matriks identitas.

Sifat-sifat :

12

1
0
0

0
1
0

0
0

Sifat matriks identitas serupa dengan sifat bilangan 1 dalam operasi


perkalian dengan bilangan biasa, yaitu AI = A dan IA = A, dengan
catatan syarat-syarat perkalian matriks terpenuhi.
6. Matriks Segitiga Bawah
adalah matriks bujur sangkar dimana semua entri di atas diagonal
utamanya sama dengan nol. Dengan perkataan lain, matriks bujur
sangkar A = ( aij ) disebut matriks segitiga bawah jika aij = 0, untuk i j.
Contoh :
1

Matriks A = 3
1

0
2
0

0
0
4

adalah matriks segitiga bawah.

7. Matriks Segitiga Atas


yaitu matriks bujur sangkar yang semua entri di bawah diagonal
utamanya sama dengan nol. Dengan perkataan lain, matriks bujur
sangkar A = (aij) disebut matriks segitiga atas jika aij = 0, untuk i j.
Contoh :
1
0
A =
0

1
0
0

4
2
0

1
0
4

merupakan matriks segitiga atas.

8. Matriks Simetris
adalah matriks yang transposnya sama dengan dirinya sendiri.
Dengan perkataan lain, matriks A = (a ij) adalah matriks simetris jika A =
AT atau aij = aji untuk setiap i dan j. Tampak bahwa matriks simetris
merupakan matriks bujur sangkar.
Contoh :

12

A= 2
0

2
3
1

0
1
4

adalah matriks simetris, karena A = 2


0

2
3

0
1

= A.

9. Matriks Antisimetris
yaitu matriks yang transposnya adalah negatifnya. Dengan
perkataan lain, matriks A = (aij) adalah matriks antisimetris jika A = - A T
atau aij = - aji untuk setiap i dan j. Dapat dilihat bahwa semua entri pada
diagonal utama matriks antisimetris sama dengan nol.
Contoh :
0

A= 1
2

1
0

2
3

adalah matriks antisimetris.

Berkaitan dengan matriks simetris dan matriks antisimetris di atas kita


mempunyai sifat berikut ini :
Sifat 1.1
Setiap matriks bujur sangkar senantiasa dapat dituliskan sebagai
jumlahan matriks simetris dan matriks antisimetris.
Bukti :
Misalkan A sebarang matriks bujur sangkar, maka A dapat dituliskan
A=A+

AT
AT
A AT
A AT

=
+
.
2
2
2
2

A AT
A AT
A AT
Tulis A1 =
dan A2 =
, maka A1T =
2
2
2

AT A
= A1
2

dan
A AT
2

A2T =

A AT
AT A
=
2
2

= A2.

Dengan demikian A = A1 + A2, dengan A1 simetris dan A2 antisimetris.

12

Contoh :
Nyatakan matriks
2

A= 3
8

4
1

7
9
9

Sebagai jumlahan dari matriks simetris dan matriks antisimetris.


Penyelesaian :
4

A= 3
8

1
6

2
4
maka A =
7
T

A AT
A AT
+
2
2

A=

2
1
=
2
15
2

3
1
9

8
6
9

dan

1 15

0
2 2
7
15
+
1
2
2
15
1
9

2
2

1

2
3
.
2
0

7
2

3
2

10. Matriks Hermit


adalah matriks yang transpos hermitnya adalah dirinya sendiri.
Dengan perkataan lain, A = (aij) matriks hermit jika AH = A. Sedangkan
jika dipenuhi AH = - A, matriks A dikatakan matriks antihermit.
Contoh :

A=
1 2i

1 2i
2

adalah matriks hermit, karena AH =


1 2i

dan
0

B= i
4

i
0
2i

4
2 i
0

B = i
4
H

adalah matriks antihermit, karena

i
0
2i

4
2 i
0

= i
4

12

i
0
2i

2 i
0

= B.

1 2i
2

=A

11.

Matriks Invers
Misalkan A dan B adalah matriks-matriks bujur sangkar berordo n

dan berlaku AB = BA = I, maka dikatakan B adalah matriks invers dari A


dan dituliskan B = A-1. Dalam hal ini dapat juga dikatakan bahwa A
adalah matriks invers dari B dan ditulis A = B-1.
Contoh :
1

Matriks A =

1 2

mempunyai invers A-1 =


1

1
, karena A A-1 = A1

A = I2.

12.

Matriks Involutory
adalah matriks yang inversnya adalah dirinya sendiri, atau dengan

perkataan lain, matriks A dikatakan matriks involutory jika berlaku AA =


I.
Contoh :
4

Matriks A = 1
4

13.

3
0
4

3
1
3

adalah matriks involutory, karena AA = I.

Matriks Komutatif
adalah matriks yang memenuhi sifat komutatif pada operasi

perkalian matriks. Dengan perkataan lain, matriks bujur sangkar sejenis


A dan B dikatakan saling komutatif jika AB = BA. Tampak bahwa setiap
matriks bujur sangkar senantiasa komutatif dengan matriks satuan I
(yang ukurannya sama) dan komutatif dengan inversnya (jika ada).
Sedangkan jika berlaku AB =

BA dikatakan A dan B saling

antikomutatif.

12

Contoh :
1

1 ) Matriks A =

1 1

2
1

dan B =
2

adalah matriks-matriks yang

saling komutatif
1

1 1

karena AB =

1 1 2
3
3

2
1

3 3

dan AB =
2

2 1
1 1

1
1

3
.
3
0

2 ) Matriks A =
1

1
0

2
0

dan B =
2

adalah matriks-matriks yang

antikomutatif
0

karena AB =
2

2 0
0 2
0

BA =
2

2
0

=
0

2 0
0 2

0
2

2
0

sedangkan
2

=
0

0
.
2

14. Matriks Normal


adalah matriks bujur sangkar yang komutatif dengan transpos
hermitnya. Dengan perkataan lain, suatu matriks bujur sangkar A
dikatakan matriks normal jika berlaku
AAH = AHA.
Dengan demikian tampak bahwa matriks hermit adalah matriks normal.
15.

Matriks Idempoten dan Periodik


Matriks bujur sangkar A dikatakan idempoten jika berlaku AA = A 2 =

A.
Secara umum, jika p adalah bilangan asli terkecil sedemikian hingga A p
= A, maka dikatakan A matriks periodik dengan periode p 1.
Contoh :

12

1
1 ) Matriks A =
0

0
0

dan B = 1
1

3
3
3

5
5
5

adalah matriks-matriks

idempoten.
0

2 ) Matriks A =
adalah matriks periodik dengan periode 4.
1 0
16.

Matriks Nilpoten
Suatu matriks bujur sangkar A dikatakan nilpoten, jika terdapat

bilangan asli r sedemikian hingga A r = 0. Sedangkan bilangan asli


terkecil r yang memenuhi hubungan di atas dinamakan indeks nilpoten
dari A.
Contoh :
Matriks A =

1
1

3
3
3

4
4

adalah matriks nilpoten dengan indeks

nilpoten 2, karena A 0, sedangkan A2 = 0.


Soal Latihan:
1 ) Misalkan A suatu matriks bujur sangkar, B = A + AT dan C = A AT.
a ) Perlihatkan bahwa B matriks simetris dan C antisimetris.
b ) Perlihatkan bahwa setiap matriks bujur sangkar senantiasa dapat
dituliskan
sebagai jumlahan matriks simetris dan matriks antisimetris.
c ) Tuliskan matriks berikut ke dalam soal b :
2

D= 3
8

4
1
6

7
9 .
9

2 ) Berikan contoh matriks-matriks yang bersifat antikomutatif.


3 ) Carilah invers dari matriks :

12

cos

A=
sin

sin
.
cos
0

4 ) Perlihatkan bahwa matriks A =

1 0

periodik dan tentukanlah

berapa
periodenya !
5 ) Misalkan matriks A berukuran m x n.
a ) Jelaskan mengapa perkalian matriks AAT dan ATA dapat dilakukan.
b ) Perlihatkan bahwa matriks AAT dan ATA kedua-duanya simetris.
6 ) Jika A suatu matriks bujur sangkar, perlihatkan bahwa
A matriks involutory jika dan hanya jika (I A)(I + A) = 0,
dengan I adalah matriks satuan yang sejenis dengan A.

1. 3. Pengertian Determinan
Setiap matriks bujur sangkar senantiasa dikaitkan dengan sebuah
nilai numerik atau skalar yang disebut dengan determinan. Untuk mencari
atau menentukan determinan suatu matriks bujur sangkar, terdapat
beberapa metode baku yang digunakan, diantaranya dengan definisi
permutasi, penguraian kofaktor dan sebagainya. Di samping itu, kita dapat
juga memanfaatkan sifat-sifat determinan.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai determinan ini, bagaimana
mencarinya dan sifat-sifat apa saja yang berlaku padanya, akan diberikan
terlebih dahulu beberapa hal yang menyangkut permutasi.
Definisi 1. 1
Diberikan sebarang himpunan bilangan asli {1, 2, , n}. Suatu permutasi
atas n bilangan adalah suatu n-tuple = (1, 2, , n), dimana 1, 2, , n
adalah bilangan-bilangan asli yang berlainan di antara bilangan-bilangan 1,
2, , n di atas, tanpa mengulangi bilangan-bilangan tersebut dan tidak
harus dalam urutan yang biasa. Notasi i menyatakan entri ke-i dari
permutasi .

12

Sedangkan himpunan dari semua permutasi yang mungkin dari n bilangan


asli dinotasikan dengan Sn.
Contoh :
Diberikan himpunan bilangan asli {1, 2, 3}. Dalam hal ini kita mempunyai
n = 3 dan
S3 = { (1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 1, 3), (2, 3, 1), (3, 1, 2), (3, 2, 1) },
yang terdiri atas 3! = 6 buah permutasi.
Untuk permutasi = (3, 2, 1) kita mempunyai 1 = 3, 2 = 2 dan 3 = 1.

Catatan : Secara umum, untuk himpunan {1, 2, , n} kita mempunyai n!


buah permutasi
yang berlainan.
Mulai sekarang dan seterusnya, untuk menyatakan permutasi secara
umum dari himpunan bilangan asli {1, 2, , n}, kita akan menuliskan
dengan (i1, i2, , in). Dimana i1 menyatakan bilangan asli pertama pada
permutasi, i2 adalah bilangan asli kedua dan seterusnya.
Definisi 1. 2
Pada permutasi = (i1, i2, , in) dikatakan terjadi inversi, jika terdapat
bilangan asli yang lebih besar yang mendahului bilangan asli yang lebih
kecil. Dengan perkataan lain, terdapat ik yang mendahului ij, padahal ik ij,
dengan 1 j, k n.
Contoh :
Tentukanlah banyaknya inversi yang terjadi pada permutasi-permutasi
berikut ini :
a. (6, 1, 3, 4, 5, 2)

b. (2, 4, 1, 3)

12

c. (1, 2, 3, 4, 5)

Penyelesaian :
a. Banyaknya inversi adalah 5 + 0 + 1 + 1 + 1 = 8.
b. Banyaknya inversi adalah 1 + 2 + 0 = 3.
c. Tidak ada inversi pada permutasi ini.

Definisi 1. 3
Suatu permutasi dikatakan permutasi genap jika banyaknya inversi
merupakan bilangan genap dan dikatakan permutasi ganjil jika banyaknya
inversi merupakan bilangan ganjil.
Berkaitan dengan permutasi = (i1, i2, , in), didefinisikan
pengertian tanda ( sign ) dari , yang dinotasikan dengan sg( ), yang
diberikan oleh :
1, jika banyaknya inversi genap
.
- 1, jika banyaknya inversi ganjil

sg( ) =

Sehingga, jika sg( ) = +1, maka dinamakan permutasi genap dan jika
sg( ) = 1, maka dinamakan permutasi ganjil.
Contoh :
Pandang permutasi-permutasi pada Contoh 3. 2 di atas, maka permutasi
(6, 1, 3, 4, 5, 2) dan (1, 2, 3, 4, 5) keduanya adalah permutasi genap,
karena banyaknya inversi pada kedua permutasi di atas genap. Jadi sg( (6,
1, 3, 4, 5, 2) ) = +1 = sg( (1, 2, 3, 4, 5) ). Sedangkan permutasi (2, 4, 1, 3)
adalah permutasi ganjil, karena banyaknya inversi adalah ganjil, sehingga
sg((2, 4, 1, 3) ) = 1.

1. 4. Sifat-sifat Determinan

12

Misalkan A suatu matriks bujur sangkar berukuran n x n. Berikut ini


diberikan beberapa sifat penting dari determinan matriks bujur sangkar A
di atas.
S1 ) det( A ) = det( At ).
S2 ) Nilai determinan berganti tanda jika dua baris (atau kolom) ditukar
tempatnya.
Akibat 1. 1
Diberikan matriks bujur sangkar A. Jika pada matriks A terdapat dua baris
(kolom) sama, maka determinan A sama dengan nol.
Bukti :
Misalkan kedua baris (kolom) yang sama dari matriks A dipertukarkan,
maka matriks A tetap dan berdasarkan sifat S2, det( A ) = det(A). Dengan
demikian 2 det(A) = 0 dan akibatnya det(A) = 0.

S3 ) Nilai determinan menjadi k kali jika suatu baris (kolom) dikalikan


dengan suatu
skalar tak nol k.
Akibat 1. 2
Jika salah satu baris (kolom) dari suatu matriks bujur sangkar merupakan
baris (kolom) nol, maka determinan matriks tersebut sama dengan nol.
S4 ) Nilai determinan tidak berubah jika baris (kolom) ke-i ditambah
dengan k kali baris
(kolom) ke-j.
Akibat 1. 3

12

Jika terdapat baris (kolom) berkelipatan maka nilai determinan sama


dengan nol.
Soal Latihan:
1. Buktikanlah bahwa

bc
ca
ab

2. Buktikanlah bahwa

1
1
1

3. Buktikanlah bahwa

bc
ca
ab

1
1
4. Buktikanlah bahwa
1
1

a
b
c

a2
b2
c2

bc
ac
ab

a
b
c
1
1
1

a
b
c
d

a
b
c

a2
b2
c2
d2

a2
b2
c2

1
1
1

a3
b3
c3

= 0.

=
a3
b3
c3
d3

1
1
1

a
b
c

a2
b2
c2

= (c a)(c b)(b a).

= (d a)(d b)(d c)(c a)(c b)

(b a).
5. Buktikanlah bahwa

ab
de
gh

bc
ef
hi

ca
f d
ig

=2

a
d
g

b
e
h

c
f
i

1. 5. Menghitung Determinan
Seperti telah diberikan pada Bagian 1. 3., terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan untuk mencari atau menghitung determinan suatu
matriks bujur sangkar, di antaranya dengan definisi permutasi, penguraian
kofaktor dan lain-lain.
Berikut ini akan diberikan metode-metode di atas.
a. Definisi Permutasi

12

Misalkan A = (aij) adalah matriks bujur sangkar berukuran n x n.


Determinan dari matriks A, dinotasikan dengan det(A) atau A ,
diberikan oleh
det(A) =

sg( )a a
1

Sn

2 2

... a n n .

Contoh :
1. Jika A = [ a ], matriks bujur sangkar berukuran 1 x 1, maka S 1 hanya
memuat satu anggota, dengan demikian det(A) = a.
a 11
2. Misalkan A =
a 21

a 12
. Karena S2 hanya memuat dua buah unsur
a 22

yaitu (1, 2) dan (2, 1), dimana permutasi yang pertama mempunyai
tanda +1 dan permutasi yang kedua mempunyai tanda 1, maka
diperoleh
det(A) = (+1)a11a12 + (1)a12a21.
a 11
a 21

Dengan cara yang lebih umum det(

a 12
) = a11a22 1a12a21.
a 22

3. Misalkan A = (aij) suatu matriks bujur sangkar berukuran 3 x 3. Maka


S3 mempunyai 6 buah permutasi, yaitu : (1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 3, 1),
(2, 1, 3), (3, 1, 2) dan (3, 2, 1), dimana tanda dari permutasipermutasi di atas berturut-turut +1, 1, +1, 1, +1 dan 1. Dengan
demikian determinan suatu matriks bujur sangkar berukuran 3 x 3
adalah
a 11

a 12

a 13

a 21
a 31

a 22
a 32

a 23 = (+1)a11a22a33 + (1)a11a23a32 + (+1)a12a23a31 + (


a 33

1)a12a21a33
+ (+1)a13a21a23 + (1)a13a22a31.
= a11a22a33 a11a23a32 + a12a23a31 a12a21a33 +
a13a21a23 a13a22a31.
b. Metode Penguraian Kofaktor

12

Pandang matriks bujur sangkar A = (a ij) yang berukuran n x n.


Sebelum membahas lebih jauh penghitungan determinan matriks A di
atas, akan diberikan terlebih dahulu beberapa istilah dasar berkaitan
dengan metode penguraian kofaktor ini.
Minor dari suatu unsur (entri) aij dari matriks A adalah det(Mij),
dengan Mij adalah submatriks dari A yang diperoleh dengan menghapus
baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A. Sedangkan kofaktor dari aij,
dinotasikan dengan Cij adalah (1)i+jdet(Mij).
Selanjutnya determinan dari matriks bujur sama dengan jumlahan hasil
kali antara unsur-unsur atau entri-entri dari sebarang baris (kolom)
dengan kofaktor-kofaktornya.
Dengan demikian, untuk matriks bujur sangkar A di atas, determinan A
dapat dicari dengan dua cara, yaitu :
1. Penguraian baris ke-i, dimana
n

det(A) =

a
j 1

ij

C ij = ai1Ci1 + ai2Ci2 + + ainCin.

2. Penguraian kolom ke-j, dimana


n

det(A) =

a
i 1

ij

C ij = a1jC1j + a2jC2j + + anjCnj.

Karena penguraian baris (kolom) dapat dipilih sebarang, maka metode


penghitungan determinan akan efisien jika dipilih baris (kolom) dengan
unsur nol sebanyak-banyaknya.
Contoh :
Hitunglah determinan matriks A berikut ini :
1

A= 4
2

2
2
5

3
3 .
1

Penyelesaian :
Misalkan akan dicari determinan matriks A di atas dengan penguraian
menurut baris ke-2. Maka dari baris ke-2 ini, kita mempunyai a 12 = 4, a22

12

= 2 dan a23 = 3. Dengan demikian kofaktor-kofaktor dari unsur-unsur di


atas adalah :
C21 = (1)2+1 M21 =

= 13, C22 = (1)2+2 M22 = +

C23 = (1)2+3 M23 =

dan

= 7

= 9,

sehingga diperoleh
det(A) = a21C21 + a22C22 + a23C23 = 4(13) + (2)(7) + 3(9) = 52 + 14
27 = 39.

c. Bantuan Sifat-sifat Determinan


Metode ini cukup efektif untuk matriks-matriks yang berukuran besar
(n 4). Adapun prosedur pencarian determinan dengan bantuan sifatsifat determinan ini antara lain :
1. Carilah baris (kolom) yang paling banyak unsur nol-nya. Jika baris
(kolom) yang seperti ini tidak ada, pilih baris (kolom) yang
mengandung angka 1 atau 1, jika baris (kolom) yang demikian
juga tidak ada, usahakan dengan sifat S3 ataupun S4 untuk
mendapatkan unsur 1 atau 1 ini.
2. Jadikan nol semua unsur yang sebaris (sekolom) dengan unsur 1
atau 1 di atas, kemudian uraikan menurut baris (kolom) ini.
Contoh :
Hitunglah determinan berikut ini :
3
2

2
4

3
5

3
2

Penyelesaian :
Karena terdapat unsur 1 pada baris ke-3, pilih baris ini untuk diuraikan,
namun sebelumnya akan kita nol-kan terlebih dahulu semua unsur yang
sebaris dengan unsur 1 di atas,

12

3
2
1
4

2
4
3
2

3
5
2
3

3
k 2 3k1
2 k 3 2k1

k
4 4 4k1
2

3
2

11
10

9
9

15
10

14

11

18

11
1 10
14

9
9
11

15
10
18

Karena tidak ada unsur 1 atau 1 pada determinan terakhir, kita


usahakan untuk memperolehnya dengan mengurangkan kolom ke-1
dengan kolom ke-2 sebagai berikut :
11
10
14

9
9

15
10

11

18

k1 - k 2

2
1

9
9

15
10

k 2 - 9k 1

11

18

k 3 - 10k1

16

12

= 108 80 = 28.

12

2
1

9
0

5
0

16

12

= (1)

Anda mungkin juga menyukai