Anda di halaman 1dari 2

Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi.

Karena itu, terdapat


perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan sentral,
sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang lumpuh ialah
bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer ( gangguan berada di inti atau
diserabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mugkin jugatermasuk cabang saraf
yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama saraf fasialis.Bagian inti
motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari korteks motorik
kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat persarafan dari kedua sisi
korteks motorik (bilateral). Karena kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari nervus VII
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah. Sedangkan bagian atasnya
tidak.

Pada lesi lower motor neuron, semua gerakan otot ajah, baik yang volunteer, maupun yang
involunter, lumpuh. Lesi supranuklear nervus VII sering merupakan bagian dari hemiplagia. Hal
ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang yang mengenai korteks motorik,
kapsula interna, thalamus, mesensefalon dan pons di atas inti nervus VII. Dalam hal demikian
pengecapan dan salvias tidak terganggu. Kelumpuhan nervus VII supranuklear pada kedua
sisi dapat dijumpai pada paralisis Pseudobulber Sehingga lesi dibagi menjadi 2 :
Kelumpuhan wajah di sentral (dinamai pula kelumpuhan wajah bagian bawah) disebabkan
oleh lesi supranuklear ( lesi serabut kortikonuklear, misalnya, akibat infark capsula interna).
Berbeda dengan lesi infranuklear dan akibat persarafan bilateral terhadap otot-otot mimic di mata
dan dahi, hanya bagian bawah dan kontralateral wajah yang memperlihatkan defek motorik.
Lesi infranuklear (inferior nuclei facialis), misalnya disebabkan oleh tumor paratiroid
ganas, menyebabkan paralisis semua cabang motorik N Facialis [VII] disisi yang terkena
gangguan (kelumpuhan wajah perifer)
Referensi :
Paulsen, F. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. Jilid 3. Jakarta

: EGC. Hal 310-311


Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik. Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta : FK UI. Hal 56-57

Anda mungkin juga menyukai