Tujuan Penelitian:
Untuk menggambarkan dan menguji model pengkajian dan intervensi
keperawatan gerontik yang selesai perawatan atau pulang dari unit gawat darurat.
Latar belakang:
Orang tua yang baru keluar dari rumah sakit memiliki risiko tinggi untuk
kembali lagi mendapatkan perawatan di rumah sakit (kambuh). Risiko ini dapat
meningkat ketika mereka langsung dinyatakan sembuh atau diperbolehkan pulang
langsung dari unit gawat darurat yang tanpa harus melalui proses rawat inap atau
hanya menjalani rawat jalan saja, dengan ini diperlukan petugas yang mampu
fokus menangani masalah kesehatan orang tua yang dikatakan memiliki masalah
yang lebih kompleks daripada orang dewasa lainnya yang lebih membutuhkan
tindakan perawatan.
Metode Penelitian:
Penelitian ini menggunakan studi pilot prospektif deskriptif. Responden
yang diambil adalah orang tua yang berusia 70 tahun atau lebih dan memiliki
risiko masalah kesehatan dan gangguan fungsional tubuh. Intervensi yang
dilakukan adalah dengan melakukan follow-up selama 1 sampai 6 bulan setelah
pasien akan dipulangkan dari unit gawat darurat, dengan cara melakukan
pengkajian keperawatan terstruktur dengan menggunakan ISAR 2 (Identification
of Seniors at Risk) yang dikembangkan oleh McCusker et al. Fokusnya adalah
pada masalah yang belum terselesaikan yang membutuhkan intervensi medis atau
keperawatan baik di rumah maupun di pusat pelayanan kesehatan lain atau proses
pengkajian gerontik secara komprehensif. Setelah pengkajian, perawat membuat
rujukan yang relevan ke klinik rawat jalan geriatric, pusat pelayanan kesehatan di
masyarakat, dokter umum atau membuat perencanaan dengan anggota keluarga di
rumah.
1
Hasil Penelitian:
Orang tua yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 150
orang, usia rata-rata adalah 81,7. Pada proses pemulangan awal, orang tua
memiliki rata-rata 1,9% masalah yang belum terselesaikan, setelah dilakukan
follow-up dalam bulan pertama menurun menjadi 0,8%, dan pada bulan keenam
menjadi 0,4%. Orang tua yang mendapat perawatan di rumah meningkat dari 79%
pada awal pemulangan meningkat menjdi 89% pada bulan pertama dan 90% pada
bulan keenam setelah dilakukan follow-up.
Kesimpulan :
ISAR 2 bekerja dengan cukup baik saat orang tua akan dipulangkan atau
mendapat rawat jalan saja melalui unit gawat darurat. Masalah kesehatan yang
belum terselesaikan selama di unit gawat darurat dapat menurun ketika perawat
menilai dan melakukan intervensi keperawatan saat perencanaan pulang
(Discharge Planning) pasien dari unit gawat darurat dan upaya tindak lanjut
(follow-up).
Implikasi Keperawatan:
Pengkajian dan intervensi keperawatan harus dilakukan di unit gawat
darurat di rumah sakit mana pun untuk mengurangi masalah kesehatan aktual pada
lansia.
Efektifitas
terakhir
menunjukkan
dalam
mengurangi
tingkat
kesehatan
setempat
di
komunitas
mereka.
Hasil
penelitian
masih
dalam
tahap
pengembangan.
Salah
satu
cara
6. Proses pengkajian keperawatan yang hanya berfokus pada kondisi fisik saja
pada individu yang diperiksa dan masuk di instalasi gawat darurat di seluruh
rumah sakit di Indonesia. Tidak ada tindak lanjut dalam memberikan rencana
pulang pasien yang dianggap sembuh oleh petugas kesehatan di rumah sakit,
sehingga banyak kasus kambuhan lansia yang sudah pernah berobat di rumah
sakit tersebut.
LAMPIRAN JURNAL