Hasil (Mudhorobah)
Mudharabah 1. Pemilik modal dari 1 (satu) orang dan pelaksana satu orang.
Zaed menyerahkan modal sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada Umar untuk diniagakan.
Pada saat perjanjian (akad) disepakati bahwa keuntungan akan dibagi 40% untuk Zaed (pemilik
modal) dan 60% untuk Umar, dan keuntungan dibagikan setiap usaha setelah mendapatkan
keuntungan (1 kali putaran produksi).
Jika Untung:
Setelah dilakukan usaha, keuntungan bersih (setelah dikurangi biaya-biaya) yang diperoleh sebesar
Rp. 500.000,Maka keuntungan yang diperoleh masing-masing adalah:
Zaed :40% x Rp. 500.000 = Rp. 200.000,Umar :60% x Rp. 500.000 = Rp. 300.000,Dengan keuntungan tersebut, diakhir bisnis uang yang diterima Zaed adalah:
(seluruh modal + bagian)
1.000.000 + 200.000 = Rp. 1.200.000
Jika Rugi:
Pada saat akhir bisnis mengalami kerugian (ingat menentukan kerugian setelah kerjasama mau
berakhir/penyerahan modal kepada pemilik) yang bukan diakibatkan oleh kelalaian Umar, maka
kerugian tersebut ditanggung oleh Zaed selaku pemilik modal.
Untuk mengembalikannya maka komoditi yang ada dijual seluruhnya sehingga menjadi bentuk uang
tunai. Dan keuntungan yang telah diperoleh Zaed selama ini dihitung menjadi bagian modal dan yang
bagian Umar diserahkan kepada Zaed untuk menutupi kerugian pada modal.
Jika seluruh komoditi telah dijual dan memiliki kelebihan dari Rp. 1000.000,- (modal usaha) maka
selebihnya itu dianggap keuntungan dan dibagi sesuai prosentase yang telah disepakati.
2. Pemilik modal terdiri dari beberapa orang dan pelaksana 1 orang
Zaed, Umar dan Bakar bersepakat mengumpulkan modal, kemudian akan diserahkan kepada Husen
dengan sistem mudharabah. Modal yang dibutuhkan Husen sebesar Rp. 12.000.000,- (dua belas juta
rupiah). Mereka (Zaed, Umar, Bakar) bersepakat bahwa keuntungan akan disesuaikan dengan modal
yang diinvestasikan masing-masing.
Rincian prosentase dari modal yang ditanam masing-masing sebesar Rp. 12.000.000,- adalah:
Zaed :40% (Rp. 4.800.000,-)
Umar :25% (Rp. 3.000.000,-)
Bakar :35% (Rp. 4.200.000,-)+
100% (Rp.12.000.000,-)
Selanjutnya uang tersebut diserahkan kepada Husen untuk diniagakan dengan akad mudharabah.
Pada saat akad disepakati bahwa keuntungan dibagi 60% untuk pemilik modal (Zaed, Umar, Bakar)
dan 40% untuk pelaksana (Husen). Keuntungan dibagikan (dihitung) setiap usaha telah memperoleh
laba (satu kali putaran produksi).
Jika untung:
Setelah satu kali putaran produksi, diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.500.000,Maka cara pembagian keuntungannya:
Langkah 1
Pembagian keuntungan antara pemilik modal dengan pelaksana
- Pemilik modal :
60% x Rp. 2.500.000 = Rp. 1.500.000,- Husen
40% x Rp. 2.500.000 = Rp. 1.000.000,Langkah 2
Pembagian keuntungan Rp. 1.500.000,- antara pemilik modal sesuai dengan modal masing-masing
sebagai berikut:
Cara 1
Prosentase saham masing-masing pemilik modal dikalikan dengan keuntungan yang diperoleh:
Zaed :40% x 1.500.000 = Rp. 600.000
Umar :25% x 1.500.000 = Rp. 375.000
Bakar :35% x 1.500.000 = Rp. 525.000 +
Rp. 1.500.000
Cara 2
Menggunakan rumus:
Jumlah seluruh keuntungan dibagi seluruh modal
dikali modal masing-masing
Jadi : Rp. 1.500.000 = 0,125
Rp. 12.000.000
Keuntungan yang diterima masing-masing pemilik modal:
Zaed : 0,125 x Rp. 4.800.000 = Rp. 600.000
Umar : 0,125 x Rp. 3.000.000 = Rp. 375.000
Bakar : 0,125 x Rp. 4.200.000 = Rp. 525.000 +
Rp. 1.500.000
Ingat : Jika hasil bagi ini (0,125) dibulatkan menjadi 0,13 hasil penghitungannya belum tentu sesuai
dengan keuntungan yang akan dibagikan
Jika rugi
Kasus jika kerugian yang ada pada modal tertutupi oleh keuntungan yang telah dibagikan saat bisnis
berjalan (sebelum akhir bisnis)
Contoh:
Setelah akhir bisnis dan modal yang ada diperhitungkan serta dilakukan divestasi (pengembalian
modal), ternyata modal mengalami kerugian. Kerugian yang ada sebesar Rp.1.000.000,- (jadi sisa
modal yang ada sebesar Rp. 11.000.000,- (12.000.000 1.000.000)
Perhitungkan kembali keuntungan yang pernah dibagikan disaat bisnis sedang berjalan.
Sisa modal yang ada ditambah keuntungan yang pernah dibagikan kemudian digunakan untuk
menutupi modal, sisanya menjadi keuntungan dan dibagikan sesuai prosentase yang telah disepakati
pada saat akad
Dalam kasus ini maka pelaksana harus mengembalikan sebagian keuntungan yang pernah
diambilnya dan pemilik modal harus menganggap keuntungan yang pernah diperolehnya sebagai
bagian dari modal.
Contoh diatas menunjukan pernah dibagikan keuntungan sebesar Rp. 2.500.000. Maka cara
penghitungannya:
(Sisa modal + keuntungan yang dikembalikan)
11.000.000 + 2.500.000 = Rp. 13.500.000
Ternyata modal tidak mengalami kerugian, karena tertutupi oleh keuntungan yang pernah dibagikan.
Uang yang ada jumlah modal, sisanya menjadi keuntungan.
13.500.000 12.000.000 = Rp. 1.500.000
Berarti keuntungan yang diperoleh sebenarnya sebesar Rp. 1.500.000, maka keuntungan inilah yang
dibagikan sesuai dengan kesepakatan.
Bagian masing-masing antara pemilik modal dan Husen (pelaksana)
- Pemilik modal ; 60% x 1.500.000 = Rp. 900.000
- Husen ; 40% x 1.500.000 = Rp. 600.000
Jika keuntungan yang pernah diterima Husen sebelum akhir bisnis sebesar Rp. 1000.000, maka ia
harus mengembalikannya sebesar Rp. 400.000 (Rp. 1.000.000 600.000) untuk menutupi
kekurangan pada modal.
Sisa modal yang ada sebesar Rp. 11.000.000 ditambah Rp. 400.000 (dari Husen) menjadi sebesar
Rp. 11.400.000
Sedangkan untuk pemilik modal (Zaed, Umar dan Bakar) harus menganggap keuntungan yang
pernah diterimanya sebagai bagian dari modal sesuai dengan proposional modal yang ditanamnya.
Jika keuntungan yang pernah diterima sebesar Rp. 1.500.000, sedangkan keuntungan diakhir bisnis
yang sebenarnya hanya Rp. 900.000,-, maka mereka harus menganggap keuntungan yang telah
diterimanya sebagai modal sebesar Rp. 600.000,- dan disesuaikan dengan proposional modal yang
ditanamkan oleh masing-masing pemilik modal.
Jadi bagian keuntungan yang pernah diterima masing-masing yang harus dianggap sebagai modal,
adalah:
Zaed : 40% x 600.000 = Rp. 240.000
Umar : 25% x 600.000 = Rp. 150.000
Bakar : 35% x 600.000 = Rp. 210.000 +
Rp. 600.000
Maka ketiga orang ini diakhir bisnis masing-masing akan menerima pengembalian modal, sebagai
berikut:
Zaed : 4.800.000 240.000 = Rp. 4.560.000
dari modal
Cara pengembalian keuntungan bisa 2 cara yaitu:
- Masing-masing anggota syirkah tidak perlu mengembalikan keuntungan yang pernah diterima saat
bisnis berjalan, melainkan langsung membagi sisa modal yang ada sesuai prosentase modal yang
diinvestasikan
- Masing-masing anggota syirkah mengembalikan terlebih dahulu setiap keuntungan yang pernah
diterimanya selama bisnis berjalan dan mencampurkannya dengan sisa modal yang ada, kemudian
dibagikan sesuai prosentase modal yang diinvestasikannya.
Sedangkan untuk melihat berapa tanggungan masing-masing anggota syirkah dari kerugian yang
ditimbulkannya adalah sama dengan cara pembagian keuntungan, yaitu dengan rumus :
Prosentase modal masing-masing
dikalikan jumlah kerugian yang ada
Cara penghitungannya sama dengan cara pembagian keuntungan atau kerugian pada kasus
mudharabah diatas yang pemilik modalnya terdiri dari beberapa orang
Demikian contoh-contoh teknis pembagian keuntungan dan kerugian dalam sistem bagi hasil
mudharabah dan musyarakah.
Pembaca bisa menggunakan dan mencari teknis penghitungan yang lebih mudah dan cepat, selama
tidak keluar dari prinsip-prinsip mudharabah dan musyarakah yang telah ditetapkan oleh ahli fiqh.
Diposkan oleh Fadhlan Arief S di 00.38 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
2.
3.
4.
5.
sebagainya. Pengelola menggunakan modal tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara
khusus, yaitu untuk menghasilkan keuntungan.
3.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola mnyertakan
modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad musytarakah ini merupakan solusi
sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan
dalam investasi, sedang disisi lain, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan
kemajuan investasi. Akad musytarakah ini pada dasarnya merupakan perpaduan antara akad
mudharabah dan akad musyarakah. Dalam akad musyarakah, pengelola dana berdasarkan
akad (mudharabah) menyertakan juga dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad
musyarakah. Setelah penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara
pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah
setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.
Ketentuan nilai yang telah disepakati oleh semua pihak, tentang penilaian aset nonmoneter yang akan diakui akuntansi keuangan.
Penerapan nilai tersebut yang disepakati bersama oleh para pihak dari kontrak untuk
menilai aset non-moneter akad menjurus kepada penerapan konsep kejujuran
representasional.
Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai
nisbah yang disepakati, dan
Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo
pembiayaan mudharabah.
2.
Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil
dari pengelola dana yang diterima oleh bank.
3.
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu bagi
laba (profit
sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba, dihitung
dari pendapatan setelah dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana
mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung
dari total pendapatan pengelolaan
mudharabah.
4.
Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah sebelum masa
akad berakhir
diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.
5.
Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan mudharib dibebankan pada
pengelola
dana (mudharib).
6.
Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana (mudharib) pada saat
mudharabah selesai
atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada pengelola dana
(mudharib).
Dalam pembiayaan mudharabah ini pembagian hasil antara shahibul maal (bank) dengan
mudharib (debitur) dapat dilakukan dengan metode Revenue Sharing atau Profit
Sharing. Dalam pembagian dengan mempergunakan metode revenue sharing, shahibul maal
tidak pernah mengalami kerugian, kecuali usaha mudharib dilikuidasi dimana jumlah aktiva
lebih kecil dari kewajibannya. Lain halnya jika dalam pembagian bagi hasil tersebut
mempergunakan metode profit sharing, pada setiap periode pembukuan akan dengan mudah
diketahui kerugian atau keuntungan pengelolaan dana mudharabah.
Referensi Buku
Wiroso,dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, Cet 1, Jakarta : LPFE Usakti, 2005.
B.
1.
Pengertian wadiah
Al-wadiah adalah titipan atau simpanan. Prinsip Alwadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima
simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tanagn amanah.
Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan
dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan
akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
memelihara barang titipan.
Jenis-jenis wadiah dan karakteristiknya
Wadiah yad al-amanah
2.
REFERENSI BUKU
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke
Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2011.
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh Dan
Keuangan), Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, jakarta: LPFE
Usakti,2009.
Diposkan oleh Fadhlan Arief S di 20.05 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
PERBEDAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL
( BAGI HASIL DAN BUNGA )
PengertianbanksyariahBankyangberoperasidenganprinsipSyariahatauIslamnamunBankSyariah
jugamerupakanBankyangdalamoperasionalnyaberlandaskankepadaAlQurandanAlHadist,
sedangkanbankkonvensionaladalahperbankanyangberopersionalsesuaiundangundangpemerintah
yangtidakmenggunakanhukumagama.
Pengertianperbankansyariahmenurutpasal1butirsatuundangundangno7Tahun1992adalahbadan
usahayangmenghimpundanadarimasyarakatdalambentuksimpanandanmenyalurkankepada
masyarakatdalamrangkameningkatkantarafhiduprakyatbanyak.
Jenisjenisperbankanmenurutpasal5undangundangno7Tahun1992adaah:
Bankumum,adalahbankyangdapatmemberikanjasadalamlalulintaspembayaran(pasal1undang
undangno7Tahun1992tentangperbankan).
Bankperkreditanrakyat,adalahyangmemberikansimpananhanyaberbentukdepositoberjangka
tabunganataubentuklainyangdipersamakandenganhalitu(pasal1undangundangno7Tahun1992
tentangperbankan).Sedangkandalamundangundangno10Tahun1998pasal1pengertianbank,bank
umumdanbankperkreditanrakyatdisempurnakanmenjadi:
Bankumumadalahbankyangmelaksanakanusahasecarakonvensionalatausecaraprinsipusaha
syariahyangdalamkegiatanusahanyamemberikajasadalamlalulintaspembayaran.
Bankperkreditanrakyatsyariahadalahbankyangmelaksanakankegiatanusahasecarakonvensional
atauberdasarkanprinsipsyariahyangdalamkegiatanyatidakmemberikanjasalalulintas
pembayaran.
Sedangkandalamundangundangno21Tahun2008pasal1memberikanpenjelasandanpengertian
anataralainsebagaiberikut:
Perbankansyariahadalahsegalasesuatuyangmenyangkutdengantentangbanksyariahdanunitusaha
syariahmencakup,kelembagaan,kegiatanusaha,sertacaradanprosesdalammelaksanakankegiatan.
Bankumumsyariahadalahbanksyariahyangdalamkegiatanyamemberikanlalulintaspembayaran.
Unitpembiyaanrakyatsyariahadalahbanksyariahyangdalamkegiatanyatidakmemberikanlalilintas
pembayaran.
Unitusahasyariahadalahunitkerjadarikantorpusatumumbankkonvensionalyangberfungsisebagai
kantorindukdarikantoratauunityangmelaksanakankegiatanusahaberdasarkanprinsipsyariah.
Perbedaanlainantaraperbankansyariahdenganperbankankonvensionaladalahditinjaudarihalhal
berikutinianatarlainadalah:
BankSyariah
Islammemandanghartayangdimilikiolehmanusiaadalahtitipan/amanahAllahSWTsehinggacara
memperoleh,mengelola,danmemanfaatkannyaharussesuaiajaranIslam
Adanyakesamaanikatanemosionalyangkuatdidasarkanprinsipkeadilan,prinsipkesederajatandan
prinsipketentramanantaraPemegangSaham,PengelolaBankdanNasabahatasjalannyausahabank
syariah.
Prinsipbagihasil:
Penentuanbesarnyaresikobagihasildibuatpadawaktuakaddenganberpedomanpadakemungkinan
untungdanrugi.Besarnyanisbahbagihasilberdasarkanpadajumlahkeuntunganyangdiperoleh,
jumlahpembagianbagihasilmeningkatsesuaidenganpeningkatanjumlahpendapatan.Tidakadayang
meragukankeuntunganbagihasil.Bagihasiltergantungkepadakeuntunganproyekyangdijalankan.
Jikaproyekitutidakmendapatkankeuntunganmakakerugianakanditanggungbersamaolehkedua
belahpihak.
BankKonvensional
Padabankkonvensional,kepentinganpemilikdana(deposan)adalahmemperolehimbalanberupa
bungasimpananyangtinggi,sedangkepentinganpemegangsahamadalahdiantaranyamemperoleh
spreadyangoptimalantarasukubungasimpanandansukubungapinjaman(mengoptimalkaninterest
difference).
TidakadanyaikatanemosionalyangkuatantaraPemegangSaham,PengelolaBankdanNasabahkarena
masingmasingpihakmempunyaikeinginanyangbertolakbelakang.
Sistembunga:
PenentuansukubungadibuatpadawaktuakaddenganpedomanharusselaluuntunguntukpihakBank
Besarnyaprosentaseberdasarkanpadajumlahuang(modal)yangdipinjamkan.Jumlahpembayaran
bungatidakmengikatmeskipunjumlahkeuntunganberlipatgandasaatkeadaanekonomisedangbaik
EksistensibungadiragukankehalalannyaolehsemuaagamatermasukagamaIslam,pembayaranbunga
tetapsepertiyangdijanjikantanpapertimbanganproyekyangdijalankanolehpihaknasabahuntung
ataurugi.
Dapatdilihatdalambentuktabelperbedaanbanksyariahyanglbihmenrinci:
PerbedaanBankSyariahdenganBanakKonvensional
1.
DasarhukumAlquran,Assunnah,Fatwaulama,BankindonesiadanpemerintahBank
indonesiadanpemerintah
2.
FalsafahTidakberdasarbunga(Riba),spekulasi(maysir)danketidakjelasan(gharar)
Berdasarkanatasbunga(Riba)
3.
OperasionalDanamasyarakat(Danapihakketiga/DPK)berupatitipan(wadiah)dan
investasi(mudharabah)yangbarumendapatkanhasiljikadiuasahakanterlebihdahulu.Penyaluran
dana(fanancing)padausahyanghalaldanmenguntungkan.Danamasyarakat(danaPihakKetiga)
berupatitipansimpananyangharusdibayarbunganya.Penyalurandanpadasektoryang
menguntungkanaspekhalalltidakmenjadipertimbanganagama.
4.
ApeksosialDinyatakanasecaraeksplisitdantegasyangtertuangdalamMisidanVisiTidak
diketahuisecarategas.
5.
OrganisasiHarusmemilikiDewanPengawas(DPS)Tidakmemilikidewanpengawas
syariah(DPS)
Bunga
Bungabankadalahsejumlahuangdibayarataudikalkulasiuntukpenggunamodal,jumlahtersebut
misalnyadinyatakandalamsatutingkatataupersentasemodalyangbersangkutpautdenganituyang
dinamakansukubungamodal.MenurutMuhammadsyafiiantoniobungabankadalahsuatu
tanggunganpadapinjamanuangyangbiasanyadalambentukpersentasedariyangdipinjamkandengan
asumsiselaluuntung.Bersarnyapersentaseberdasarkanpadajumlahuangyangdipinjamkan,
pembayaranbungatetapsepertiyangdijanjikantanpapertimbanganapakahproyekyangdijalakan
olehnasabahuntungataurugi.
Bagihasil
Perbedaanantarasistemekonomiislamdengnsistemekonomilainnyaadalahterletakpadapenerapan
bunga.Dalamekonomiislam,bungadinyatakansebagairibayangdiharamkanolehsyariatislam.
Sehinggadalamekonomiyangberbasissyariah,bungatidakditerapkandansebagaigantinyaditerapkan
sistembagihasilyangdalamsyariatislamdihalalkanuntukdilakukan.
Dalamaplikasinya,mekanismepenghitunganbagihasildapatdilakukandenganduamacam
pendekatan,yaitupendekatanprofitsharing(bagilaba)Penghitunganmenurutpendekataniniadalah
hitunganbagihasilyangberdasarkanpadalabadaripengeloladana,yaitupendapatanusahadikurangi
denganbiayausahauntukmemperolehpendapatantersebut.Pendekatanrevenuesharing(bagi
pendapatan).
Penghitunganmenurutpendekataniniadalahperhitunganlabadidasarkanpadapendapatanyang
diperolehdaripengeloladana,yaitupendapatanusahasebelumdikurangidenganbiayausahauntuk
memperolehpendapatantersebut.
Referensi:
Wiroso,ProdukPerbankanSyariah,2009
Diposkan oleh Fadhlan Arief S di 20.01 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Minggu, 06 Oktober 2013
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan
unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
secara umum berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Bank syariah berbeda dengan bank konvensional dalam hal akd dan aspek legalitas,
struktur organisasi, lembaga penyelesaian sengketa, usaha yang dibiayai, dan
lingkungan kerja serta corporate culture/budaya.
Bank Syariah
1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja (sesuai syariat agama)
2. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian
dunia akhirat
3. Berdasarkan prinsip bagi hasil yang telh disepakati kedua belah pihak, dimana ;
Besarnya disepakati pada waktu akad dengan asumsi akan selalu untung
secara organisasi, bank syariah dan bank konvensional secara umum itu sama.
Perbedaannya hanya satu, bank syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah, sedangkan
bank konvensional tidak.
Tabel 1. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Tabel 1. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
SISTEM BUNGA & SISTEM BAGI HASIL
Penentuan besarnya hasil Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah untungnya.
Yang ditentukan sebelumnya Bunga, besarnya nilai rupiah Menyepakati proporsi
pembagian untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60, 35: 65, dst.
Jika terjadi kerugian Ditanggung oleh nasabah saja Ditanggung kedua pihak, nasabah
dan lembaga.
Dihitung dari mana? Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu besarnya.
Titik perhatian proyek/usaha Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah/pasti diterima
bank Keberhasilan proyek/usaha jadi perhatian bersama (nasabah dan lembaga).
Berapa besarnya? Pasti. (%) kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui Proporsi
(%) kali jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui.
Status hukum Berlawan dengan Q.S. Luqman: 34 Melaksanakan Q.S. Luqman: 34