Pak Deva ingin membuka usaha jasa Fotocopy, Print, dan alat-alat tulis, karena tidak
memiliki modal Pak Deva pergi ke BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) untuk
meminta bantuan pemodalan, Pak Deva memintak bantuan pendanaan sebesar RP-
30.000.000 dengan persetujuan bagi hasilnya yaitu 60 % untuk BPRS dan 40 % buat
pak Deva.
Persetujuan bagi hasil diatas merupakan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu antara BPRS
dengan Pak Deva.
Syarat Mudharabah
Jika Untung:
Setelah dilakukan usaha, keuntungan bersih (setelah dikurangi biaya-biaya)
yang diperoleh sebesar Rp. 500.000,-
Maka keuntungan yang diperoleh masing-masing adalah:
Zaed :40% x Rp. 500.000 = Rp. 200.000,-
Umar :60% x Rp. 500.000 = Rp. 300.000,-
Dengan keuntungan tersebut, diakhir bisnis uang yang diterima Zaed adalah:
(seluruh modal + bagian)
1.000.000 + 200.000 = Rp. 1.200.000
Jika Rugi:
Pada saat akhir bisnis mengalami kerugian (ingat menentukan kerugian setelah
kerjasama mau berakhir/penyerahan modal kepada pemilik) yang bukan
diakibatkan oleh kelalaian Umar, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
Zaed selaku pemilik modal.
Untuk mengembalikannya maka komoditi yang ada dijual seluruhnya
sehingga menjadi bentuk uang tunai. Dan keuntungan yang telah diperoleh
Zaed selama ini dihitung menjadi bagian modal dan yang bagian Umar
diserahkan kepada Zaed untuk menutupi kerugian pada modal.
Jika seluruh komoditi telah dijual dan memiliki kelebihan dari Rp. 1000.000,-
(modal usaha) maka selebihnya itu dianggap keuntungan dan dibagi sesuai
prosentase yang telah disepakati.
Rukun Mudharabah
Pada dasarnya Rukun dari akad mudharabah sama dengan rukun jual beli, dan ditambah satu
faktor yaitu nisbah keuntungan. Transaksi dalam akan mudharabah melibatkan dua pihak.
Pihak pertama sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola
usaha (mudharib atau amil). Jadi, tanpa dua pihak ini tidak akan terlaksana akad mudharabah.
Faktor selanjutnya adalah konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan pelaku. Pihak
shahibul maal menyerahkan modal sebagai obyek mudharabah dan keahlian (kerja)
diserahkan oleh pelaksana usaha sebagai obyek mudharabah.
Persetujuan dari kedua pihak adalah konsekuensi prinsip sama sama rela (an-taroddin
minkum). Artinya, kedua pihak harus sepakat untuk sama sama mengikatkan diri dalam akan
mudharabah. Si pemilik modal setuju sebagai tugasnya untuk menyediakan dana, dan disisi
lain pelaksana usaha setujua dengan tanggungjawabnya menyerahkan keahlian kerjanya.
4. Nisbah keuntungan.
Faktor berikutnya adalah nisbah. Nisbah adalah rukun yang tidak ada dalam akad jual beli,
menjadi ciri khas pada mudharabah. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh pihak yang terkait dalam akad mudharabah. Imbalan untuk pemodal atas penyertaan
modal, dan imbalan kepada mudharib atas kontribusi kerjanya. Dengan Nisbah atau
pembagian keuntungan inilah yang dikatakan bisa mencegah terjadinya perselisihan diantara
mereka.
Nisbah bisa ditentukan dengan perbandingan atau prosentase, contohnya 50:50, 60:40, 70:30.
http://www.akuntansilengkap.com/perbankan/pengertian-mudharabah-syarat-rukun-dan-contoh/