Anda di halaman 1dari 13

RESUME MATERI AKUNTANSI II

“ PERSEKUTUAN : PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI “

OLEH KELOMPOK 1 :
1. Baiq Dwi Utami Ahadiyah (181681SA)
2. Dayang Purnama Sari (181717SA)
3. Ibnu Thoriq (181704SA)
4. I Gusti Ayu Dewi Puji Astuti (181684SA)
5. Kartika Suryani (181676SA)
6. Meirisa Suprianti (181705SA)
7. Ni Putu Asri Febrianti (181719SA)
8. Widian Rahayu Kusuma Dewi (181683SA)

S1 AKUNTANSI SMESTER 2
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
TAHUN 2018/2019
PERSEKUTUAN
PEMBUBARAN
I. Pembubaran
Persekutuan adalah bentuk perusahaan yang mudah bubar (dissolve). Kejadian-
kejadian berikut ini, dapat menyebabkan bubarnya persekutuan :

1) Lampaunya waktu untuk mana persekutuan didirikan


2) Musnahnya barang atau telah diselesaikannnya usaha yang menjadi pokok
persekutuan.
3) Kehendak dari seseorang atau dari beberapa sekutu
4) Salah seorang sekutu meninggal dunia atau dinyatakan pailit

Apabila akte pendirian menyebutkan persekutuan didirikan dalam jangka waktu


tertentu, maka setelah jangka waktu itu lewat persekutuan dianggap bubar secara
hukum. Kalau akan diperpanjang, harus diadakan perjanjian lagi, yang berarti didirikan
persekutuan baru. Demikian juga bila tujuan didirikannya telah dengan tegas disebutkan
dalam akte pendirian. Apabila tujuan telah dicapai, otomatis persekutuan dianggap
bubar secara hukum.
Bubarnya suatu persekutuan tidak harus berarti berhentinya kegiatan.
Pembubaran (disolution) berhubungan dengan segi hukum, sedangn penghentian
kegiatan dan penutupan perusahaan disebut likuidasi (liquidation). Tentu saja apabila
perusahaan ditutup otomatis persekutuan harus bubar pengaruh pembubaran terhadap
catatan akuntansi, baru akan muncul apabila terjadi perubahan pemilikan. Hal ini dapat
terjadi dalam bentuk : masuknya sekutu baru, pengunduran diri salah satu atau
beberapa sekutu.

II. Pembelian Hak Pemilikan


Pemilikan dalam persekutuan akan berubah bila ada sekutu baru yang masuk.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
1) Sekutu baru memebeli sebagian hak pemilik sekutu lama
2) Sekutu baru menanamkan modalnya dalam persekuttan dan untuk itu diberi
sebagian hak pemilikan (interest)
Apabila salah seorang sekutu menjual sebagian atau seluruh hak pemilikannya
kepada orang lain, maka transaksi ini, sebetulnya, merupakan transaksi antara kedua
orang tersebut secara pribadi. Persekutuan tidak mengetahui uang yang dibayarkan
atau aktiva lain yang diserahkan untuk transaksi jual beli itu. Tidak ada uang atau aktiva
yang masuk kedalam persekutuan. Uang atau aktiva tadi diterima oleh yang menjual hak
pemilikannya. Satu-satunya kenyataan yang harus dicatat oleh persekutuan adalah
bahwa nama pemiliknya telah berubah.
Untuk menggambarkan keadaan ini, anggaplah bahwa pada tanggal 4 Januari
200A Jefry membeli seperempat hak pemilikan Firma Tetap Segar. Saldo akun Modal
Tukiman dan Wardoyo pada tanggal tersebut adalah Rp 40.000 dan Rp. 60.000. Hak ini
dijual dengan harga Rp. 50.000. Ayat jurnal yang harus dibuat Firma Tetap segar untuk
mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut :
(D) Modal Tukiman 10.000
(D) Mpdal Wardoyo 15.000
(K) Modal Jefry 25.000

Terlihat adari ayat jurnal diatas bahwa, bagi pesekutuan, yang perlu dicatat adalah
pemindahan seperempat hak Tukiman dan Wardoyo yang masing-masing berjumlah Rp 10.000
dan Rp 15.000 menjadi hak Jefry. Untuk ini modal Tukiman dan Wardoyo di debit sebesar Rp.
10.000 dan Rp. 15.000. Modal Jeffry di kredit sejumlah Rp. 25.000. Perhatikan bahwa harga
yang telah disetujui kedua belah pihak dalam hal ini, yaitu Rp. 50.000, tidak berpengaruh
terhadap persekutuan. Jumlahh tersebut diterima langsung oleh Tukiman wardoy dan menjadi
hak pribadinya. Saldo masing-masing sekutu sabelum dan setelah transaksi pembelian serta
persentase hak pemiliknya tampak seperti terlihat dibawah ini :

Sebelum Pembelian Sesudah Pembelian


Sekutu
Saldo Modal Persentase Saldo Modal Persentase

Tukiman Rp. 40.000 40 % Rp. 30.000 30%


Wardoyo Rp. 60.000 60 % Rp. 45.000 45%
Jeffry … …….… Rp. 25.000 25%
Total 100% 100%
Rp. 100.000 Rp. 100.000

Perhatikan bahwa total modal sebelum maupun sesudah pembelian hak tidak berubah.
III. Penyetoran Dalam Persekutuan
Disamping membeli hak pemilikan yang dopunyai sekutu lama seseorang dapat
juga diterima sebagai sekutu baru dengan jalan memasukan modalnya dalam
persekutuan. Dalam hal demikian, ada uang tunai atau aktiva lain yang dosetorkan
kedalam perusahaan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan apabila
masuknya sekutu baru dilakukan dengan memasukakn suatu aktiva kedalam
persekutuan adalah :
1) Masuknya sekutu baru kadang-kadang mengharuskan adanya penilaian
kembali aktiva persekutuan maupun aktiva sekutu baru yang digunakan
sebagai setoran modal.
2) Hak pemilikan yang diberikan kepada sekutu baru mungkin tidak sama
dengan jumlah modal yang ditanamkan. Dalam hal demikian akan muncul
masalah bonus dan good will.
Penilaian Kembali Aktiva. Seperti telah dijelaskan dimuka, masuknya sekutu
baaru, akan mengabitkan bubarnya pesekutuan. Walaupun demikian, tidak berarti
kegiatan persekutuan tidak harus berhenti. Seperti layaknya pendiran peresekutuan
baru, aktiva bukan kas yang digunakan sebagai setoran modal diharuskan dicatat pada
nilai yang disetujui bersama. Nilai ini belum tentu sama dengan saldo akun aktiva yang
bersangkutan di pembukuan masing-masing sekutu. Dengan kata lain, aktiva yang
digunakan sebagai setoran modal baru, dinilai kembali agar mencerminkan harga pasar
yang berlaku. Penilain kembali juga berlaku bagi aktiva persekutuan. Kenaikan atau
penurunan bersih dari penilaian kembali aktiva dialokasikan ke akun modal sekutu lama
berdasarkan perbandingan pembagian laba atau rugi.

IV. Goodwill Dan Bonus


Dalam contoh Firma Akur terlihat bahwa tidak ada perbedaan antara jumlah
modalyang disetorkan dengan hak pemilikan yang diterima dalam keadaan lain dapat
terjadi dimana sekutu baru bersedia menerima bagian yang lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah modal yang disetorkan hal ini karena persekutuan memiliki kelebihan-
kelebihan tertentu yang dapat diterima sekutu baru. Sebaliknya dapat juga terjadi
sekutu baru memperoleh hak pemilikan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah
modal yang disetorkan. Dalam hal demikian kelebihan-keebihan terletak pada sekutu
baru.
Bonus sekutu lama. Anggaplah bahwa dalam contoh diatas Maman, disetujui
untuk masuk dalam persekutuan dengan menyetorkan uang tunai sebesar Rp.
20.000 dan memperoleh hak pemilikan sebesar 12,5%. Total modal persekutuan
setelah Maman masuk berjumlah Rp. 100.000 jumlah ini diperoleh dari :
Modal Slamet Rp. 30.000
Modal Rudy Rp. 50.000
Modal Maman Rp. 20.000
Rp. 100.000
Dengan setoran sebesar Rp. 20.000, Maman seharusnya memperoleh hak
pemilikan sebesar 20% (Rp. 20.000 dari Rp. 100.000). Dengan kesediaan menerima hak
pemilikan sebesar 12,5% berarti Maman mengakui kelebihan yang terdapat dalam
persekutuan lama kelebihan tersebut nilainya berjumlah Rp. 7.500 dihitung sebagai
berikut :

Jumlah modal yang disetor Maman Rp. 20.000


Nilai hak pemilikan yang diperoleh Maman :
12,5% x 100.00,- ( 12.500 )

Bonus untuk sekutu lama Rp. 7.500


Nilai kelebihan ini menjadi hak sekutu lama dan dialokasikan kepada mereka
berdasarkan perbandingan pembagian laba. Dalam, contoh Slamet dan Rudy masing-
masing akan memperoleh
Slamet = 2/5 x Rp 7.500 = Rp. 3.000
Rudy =3/5 x Rp 7.500 = Rp. 4.500

Goodwill sekutu lama. Cara lain untuk mencatat nilai lebih yang disetujui adalah
dengan menggunakan metode goodwill untuk menggambarkan hal ini anggaplah bahwa
kejadian masuknya Maman dalam Firma Akur tersebut tetap berlaku, tetapi dengan
ketentuan bahwa nilai lebih yang diberikan sekutu lama dicatat sebagai goodwill. Aktiva
berwujud bersih setelah setoran modal Maman akan terdiri dari :

Modal Slamet Rp. 30.000


Modal Rudy Rp. 50.000
Modal Maman Rp. 20.000
Rp. 100.000
Modal maman sebesar Rp. 20.000 mencerminkan hak pemilikan sebesar 12,5%
sehingga total hak pemilik adal = 100/12,5 x Rp. 20.000 = Rp. 160.000 beda antara
jumlah ini dengan total aktiva berwujud bersih yang dihitung sebelumnya sebesar Rp.
60.000 ( Rp. 160.000 – Rp. 100.000 ) merupakan nilai good will dan akan dialokasikan
kepada sekutu lama berdasarkan perbandngan pembagian laba. Slamet dan rudy
masing-masing akan memperoleh :

Slamet = 2/5 x Rp. 60.000 = Rp. 24.000


Rudy = 3/5 x Rp. 60.000 = Rp. 36.000
Bonus sekutu baru. Kita masih ingin menggunaka Firma Akur sebagai contoh tetapi hak
pemilikan yang diberikan kepada Maman adalah 36% jelas, hak pemilikan yang diberikan
kepada Maman ini lebih besar dari pada persentase modal yang disetorkan (20%). Bonus yang
di berikan kepada Maman dapat dihitung sebagai berikut :

Nilai hak pemilikan yang di terima


36 % x 100.000 Rp. 36.000
Jumlah modal yang disetorkan ( 20.000 )
Bonus untuk Maman Rp. 16.000

Kalau bonus sekutu lama akan menambah saldo modal mereka dan dialokasikan berdasarkan
perbandingan pembagian laba, maka bonus kepada sekutu baru mengurangi saldo modal
sekutu lama. Alokasi pengurangan juga didasarkan atas perbandingan pembagian laba,
sehingga masing-masing sekutu akan di bebani sebagai berikut ;

Slamet = 2/5 x Rp. 16.000 = Rp. 6.400


Rudy = 3/5 x Rp. 16.000 = Rp. 9.600
Goodwill sekutu baru. Apabila penyetoran modal Maman tersebut dicatat dengan metode
goodwill maka perhitungannya adalah :

Hak pemilikan Maman yang disetujui 36%


Hak pemilikan Slamet dan rudy ( 100%-36%) 64%
Saldo modal Slamet dan Rudy sebelum
Masuknya Maman Rp. 80.000

Total hak pemilikan = 100/64 x Rp 80.000 Rp. 125.000


Total aktiva berwujud bersih setelah masuknya
Maman ( 100.000)
Nilai goodwill Rp. 25.000

V. Pengunduran Diri Salah Satu Sekutu


Dalam akte pendirian biasanya dicantumkan ketentuan tentang cara yang harus
ditempuh bila salah seorang sekutu ingin mengundurkan diri. Pengunduran diri salah
seorang sekutu tidak perlu mengakibatkan berhentinya kegiatan perusahaan. Sekutu-sekutu
yang tinggal dapat meneruskan kegiatan dengan wajib membayar bagian hak pemilikan
sekutu yang mengundurkan diri. Dalam menghitung bagian hak pemilikan yang harus
mengundurkan diri. Dalam menghitung bagian hak pemilikan yang harus dibayarkan, dapat
diperhtiungkan adanya goodwill pembayaran hak pemilikan sekutu yang mengundurkan diri
dapat dilakukan oleh sekutu-sekutu yang tinggal dengan jalan membeli hak pemilikan
tersebut. Kalau demikian halnya, maka transaksi ini merupakan transaksi pembelian hak
pemilikan seperti yang telah diterangkan di muka. Saldo modal sekutu yang mengundurkan
diri dipindahkan ke saldo modal sekutu-sekutu yang tinggal menurut perbandingan yang
disetujui diantara mereka. Uang yang dibayarkan kepada sekutu yang mengundurkan diri
merupakan uang pribadi sekutu-sekutu yang tinggal dan tidak ada pengaruhnya terhadap
persekutuan.

VI. Kematian Salah Satu Sekutu


Biasanya diesbutkan dalam akte pendirian bahwa apabila salah satu sekutu meninggal
dunia hak pemilikannya dapat diteruskan oleh ahli warisnya. Kalau demikian, saldo modal
sekutu yang meniggal dunia dipindahkan kea kun modal baru atas nama ahli waris
almarhum.
Apabila ahli waris yang bersangkutan tidak ingin ikut dalam persekutuan, maka buku
persekutuan harus ditutup pada tanggal meninggalnya sekutu tadi. Laba atau Rugi bersih
sampai tanggal tersebut dipindahkan ke akun modal tiap-tiap sekutu, kemudian hak sekutu
yang meninggal dibayarkan kepada hahli warisnya. Prosedur pembayaran sama dengan
apabila salah seorang sekutu mengundurkan diri.
LIKUIDASI
Penghentian kegiatan dan penutupapn perusahaan disebut likuidasi. Proses likuidasi
biasanya terdiri dari :
1. Merealisasikan semua aktiva bukan kas menjadi uang tunai.
2. Membayar semua hutang.
3. Membagikan sisa kas yang tersedia kepada para sekutu yang masih berhak.

Keuntungan dalam realisasi. Untuk menggambarkan proses likuidasi anggaplah bahwa Firma
Koko Bersaudara pada tanggal 1 Juli 200A mempunyai neraca sebagai terlihat berikut ini. Koko,
Heri dan Bambang membagi laba (rugi) persekutuan dengan perbandingan 5:3:2. Anggapalah
kemudian dalam proses realisasi hasilnya sebagai berikut :
1. Piutang dagang yang dapat di tagih Rp. 50.000
2. Persediaan barang yang dijual dengan harga 135.000
3. Aktiva tetapa dijual dengan harga 60.000
Total realisasi aktiva non kas Rp. 245.000

23-1
Firma Koko Bersaudara
Neraca 1 Juli 200A

Aktiva
Bank Rp 10.000
Piutang dagang 55.000
Persediaan barang dagang 145.000
Aktiva tetap (neto) 40.000
Total aktiva Rp 250.000
Kewajiban dan Modal
Utang Dagang Rp 25.000
Utang bank 125.000
Modal Koko 50.000
Modal Heri 40.000
Modal Bambang 10.000
Total kewajiban dan Modal Rp 250.000
Apabila digambarkan maka proses likuidasi tersebut diatas akan tampak seperti dalam tabel 23-
2. Ayat jurnal yang dibuat untuk setiap tahap likuidasi tampak seperti di bawah ini :
A. Penagihan piutang, rugi Rp. 5.000
(D) Bank 50.000
(D) Modal Koko 2.500
(D) Modal Heri 1.500
(D) Modal Bambang 1.000
(K) Piutang Dagang 55.000

B. Penjualan barang dagang, rugi Rp. 10.000


(D) Bank 135.000
(D) Modal Koko 5.000
(D) Modal Heri 3.000
(D) Modal Bambang 2.000
(K) Persediaan barang dagang 145.000

C. Penjualan akiva tetap, untung Rp. 20.000


(D) Bank 60.000
(K) Aktiva tetap (neto) 40.000
(K) Modal Koko 10.000
(K) Modal Heri 6.000
(K) Modal Bambang 4.000

D. Pembayaran utang
(D) Utang dagang 25.000
(D) Utang Bank 125.000
(K) Bank 150.000
E. Pembagian kas sisa sekutu
(D) Mdal Koko 52.000
(D) Modal Heri 41.500
(D) Modal Bambang 11.000
(K) Bank 105.000
Perhatikan bahwa keseluruhan proses likuidasi menghasilkan keuntungan bag seluruh sekutu.
Keuntungan ini diperoleh dari realisasi aktiva bukan kas sebesar Rp. 5.000 ( selisih antara nilai
realisasi sebesar Rp. 245.000 dengan nilai buku sebesar Rp 24.000 ). Perhatikan juga bahwa
pada akhir proses likuidasi masing-masing sekutu memperoleh kembali jumlah modal yang
mereka tanamkan penuh.
Kerugian dalam realisasi. apabila dalam contoh Firma Koko Bersaudara tersebut di atas
persediaan barang dagang hanya lakudengan harga Rp. 110.000 maka secara keseluruhan
proseslikuidasi menghasilkan kerugian bagi persekutuan. Hal ini dapat dihitung sebagai berikut :

Nilai buku aktiva bukan kas Rp. 240.000


Nilai realisasi aktiva bukan kas
Piutang dagang Rp 50.000
Persediaan barang dagang 110.000
Aktiva tetap 60.000
Rp 220.000
Rugi karena realisasi aktiva buka kas Rp 20.000
Apabila digambarkan proses likuidasi tadi akan tampak seperti pada Tabel 23-3.

Kekurangan modal sekutu. Anggaplah sekarang bahwa realisasi aktiva sebagai berikut :
Tabel 23-2
Likuidasi Firma Koko Bersaudara
Keuntungan Dalam Proses Likuidasi

Tabel 23-3
Proses Likuidasi Fima Koko Bersaudara
Kerugian dalam Proses Likuidasi
Tidak ada kerugian modal
Tabel 23-4
Proses Likuidasi Firma Koko Bersaudara
Kerugian dalam Proses Likuidasi
Kekurangan Modal Salah Satu Sekutu

Piutang dagang yang dapat ditagih Rp 40.000


Penjualan persediaan barang dagang 100.000
Penjualan aktiva tetap 35.000
Total realisasi aktiva bukan kas Rp 175.000

Apabila demikian, maka secara keseluruhan kerugian yang di derita adlah Rp. 65.000
dihitung sebagai berikut :
Nilai buku aktiva bukan kas Rp 240.000
Nilai realisasi aktiva bukan kas ( 175000)
Rugi karena realisasi aktiva bukan kas Rp 65.000

Proses likuidasi yang digambarkan dalam bentuk tabel akan tampak seperti dalam Tabel 23-4.
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk proses likuidasi sampai dengan pembayaran utang tidak
berbeda dengan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat sebelumnya, hanya angka-angkanya yang
berbeda. Dari Tabel 23-4 dapat dilihat bahwa sisa uang, kas sebelum dibagikan kepada para
sekutu berjumlah Rp 35.000. Sementara itu, saldo modal masing-masing sekutu adalah
Modal Koko Rp 17.500
Modal Heri 20.500
Modal Bamnbang ( 3.000)
Total Rp 35.000
Modal Bambang tidak mencuckupi untuk menanggung kerugian yang dibebankan kepadanya.
Untuk itu seharusnya Bambang menambah setoran modal guna menutupi kekurangan tersebut.
Apabila Bamabang membayar kekurangan setoran modal ini, maka Tabel 23-4 tersebut diatas,
kalau diteruskan, akan menjadi seperti terlihat dibawah ini.

Perhatikan bahwa sisa kas yang ada hanya digunakan kepada Koko dan Heri saja. Mereka dapat
menerima secara penuh saldo modalnya .

Anda mungkin juga menyukai