OLEH KELOMPOK 1 :
1. Baiq Dwi Utami Ahadiyah (181681SA)
2. Dayang Purnama Sari (181717SA)
3. Ibnu Thoriq (181704SA)
4. I Gusti Ayu Dewi Puji Astuti (181684SA)
5. Kartika Suryani (181676SA)
6. Meirisa Suprianti (181705SA)
7. Ni Putu Asri Febrianti (181719SA)
8. Widian Rahayu Kusuma Dewi (181683SA)
S1 AKUNTANSI SMESTER 2
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
TAHUN 2018/2019
PERSEKUTUAN
PEMBUBARAN
I. Pembubaran
Persekutuan adalah bentuk perusahaan yang mudah bubar (dissolve). Kejadian-
kejadian berikut ini, dapat menyebabkan bubarnya persekutuan :
Terlihat adari ayat jurnal diatas bahwa, bagi pesekutuan, yang perlu dicatat adalah
pemindahan seperempat hak Tukiman dan Wardoyo yang masing-masing berjumlah Rp 10.000
dan Rp 15.000 menjadi hak Jefry. Untuk ini modal Tukiman dan Wardoyo di debit sebesar Rp.
10.000 dan Rp. 15.000. Modal Jeffry di kredit sejumlah Rp. 25.000. Perhatikan bahwa harga
yang telah disetujui kedua belah pihak dalam hal ini, yaitu Rp. 50.000, tidak berpengaruh
terhadap persekutuan. Jumlahh tersebut diterima langsung oleh Tukiman wardoy dan menjadi
hak pribadinya. Saldo masing-masing sekutu sabelum dan setelah transaksi pembelian serta
persentase hak pemiliknya tampak seperti terlihat dibawah ini :
Perhatikan bahwa total modal sebelum maupun sesudah pembelian hak tidak berubah.
III. Penyetoran Dalam Persekutuan
Disamping membeli hak pemilikan yang dopunyai sekutu lama seseorang dapat
juga diterima sebagai sekutu baru dengan jalan memasukan modalnya dalam
persekutuan. Dalam hal demikian, ada uang tunai atau aktiva lain yang dosetorkan
kedalam perusahaan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan apabila
masuknya sekutu baru dilakukan dengan memasukakn suatu aktiva kedalam
persekutuan adalah :
1) Masuknya sekutu baru kadang-kadang mengharuskan adanya penilaian
kembali aktiva persekutuan maupun aktiva sekutu baru yang digunakan
sebagai setoran modal.
2) Hak pemilikan yang diberikan kepada sekutu baru mungkin tidak sama
dengan jumlah modal yang ditanamkan. Dalam hal demikian akan muncul
masalah bonus dan good will.
Penilaian Kembali Aktiva. Seperti telah dijelaskan dimuka, masuknya sekutu
baaru, akan mengabitkan bubarnya pesekutuan. Walaupun demikian, tidak berarti
kegiatan persekutuan tidak harus berhenti. Seperti layaknya pendiran peresekutuan
baru, aktiva bukan kas yang digunakan sebagai setoran modal diharuskan dicatat pada
nilai yang disetujui bersama. Nilai ini belum tentu sama dengan saldo akun aktiva yang
bersangkutan di pembukuan masing-masing sekutu. Dengan kata lain, aktiva yang
digunakan sebagai setoran modal baru, dinilai kembali agar mencerminkan harga pasar
yang berlaku. Penilain kembali juga berlaku bagi aktiva persekutuan. Kenaikan atau
penurunan bersih dari penilaian kembali aktiva dialokasikan ke akun modal sekutu lama
berdasarkan perbandingan pembagian laba atau rugi.
Goodwill sekutu lama. Cara lain untuk mencatat nilai lebih yang disetujui adalah
dengan menggunakan metode goodwill untuk menggambarkan hal ini anggaplah bahwa
kejadian masuknya Maman dalam Firma Akur tersebut tetap berlaku, tetapi dengan
ketentuan bahwa nilai lebih yang diberikan sekutu lama dicatat sebagai goodwill. Aktiva
berwujud bersih setelah setoran modal Maman akan terdiri dari :
Kalau bonus sekutu lama akan menambah saldo modal mereka dan dialokasikan berdasarkan
perbandingan pembagian laba, maka bonus kepada sekutu baru mengurangi saldo modal
sekutu lama. Alokasi pengurangan juga didasarkan atas perbandingan pembagian laba,
sehingga masing-masing sekutu akan di bebani sebagai berikut ;
Keuntungan dalam realisasi. Untuk menggambarkan proses likuidasi anggaplah bahwa Firma
Koko Bersaudara pada tanggal 1 Juli 200A mempunyai neraca sebagai terlihat berikut ini. Koko,
Heri dan Bambang membagi laba (rugi) persekutuan dengan perbandingan 5:3:2. Anggapalah
kemudian dalam proses realisasi hasilnya sebagai berikut :
1. Piutang dagang yang dapat di tagih Rp. 50.000
2. Persediaan barang yang dijual dengan harga 135.000
3. Aktiva tetapa dijual dengan harga 60.000
Total realisasi aktiva non kas Rp. 245.000
23-1
Firma Koko Bersaudara
Neraca 1 Juli 200A
Aktiva
Bank Rp 10.000
Piutang dagang 55.000
Persediaan barang dagang 145.000
Aktiva tetap (neto) 40.000
Total aktiva Rp 250.000
Kewajiban dan Modal
Utang Dagang Rp 25.000
Utang bank 125.000
Modal Koko 50.000
Modal Heri 40.000
Modal Bambang 10.000
Total kewajiban dan Modal Rp 250.000
Apabila digambarkan maka proses likuidasi tersebut diatas akan tampak seperti dalam tabel 23-
2. Ayat jurnal yang dibuat untuk setiap tahap likuidasi tampak seperti di bawah ini :
A. Penagihan piutang, rugi Rp. 5.000
(D) Bank 50.000
(D) Modal Koko 2.500
(D) Modal Heri 1.500
(D) Modal Bambang 1.000
(K) Piutang Dagang 55.000
D. Pembayaran utang
(D) Utang dagang 25.000
(D) Utang Bank 125.000
(K) Bank 150.000
E. Pembagian kas sisa sekutu
(D) Mdal Koko 52.000
(D) Modal Heri 41.500
(D) Modal Bambang 11.000
(K) Bank 105.000
Perhatikan bahwa keseluruhan proses likuidasi menghasilkan keuntungan bag seluruh sekutu.
Keuntungan ini diperoleh dari realisasi aktiva bukan kas sebesar Rp. 5.000 ( selisih antara nilai
realisasi sebesar Rp. 245.000 dengan nilai buku sebesar Rp 24.000 ). Perhatikan juga bahwa
pada akhir proses likuidasi masing-masing sekutu memperoleh kembali jumlah modal yang
mereka tanamkan penuh.
Kerugian dalam realisasi. apabila dalam contoh Firma Koko Bersaudara tersebut di atas
persediaan barang dagang hanya lakudengan harga Rp. 110.000 maka secara keseluruhan
proseslikuidasi menghasilkan kerugian bagi persekutuan. Hal ini dapat dihitung sebagai berikut :
Kekurangan modal sekutu. Anggaplah sekarang bahwa realisasi aktiva sebagai berikut :
Tabel 23-2
Likuidasi Firma Koko Bersaudara
Keuntungan Dalam Proses Likuidasi
Tabel 23-3
Proses Likuidasi Fima Koko Bersaudara
Kerugian dalam Proses Likuidasi
Tidak ada kerugian modal
Tabel 23-4
Proses Likuidasi Firma Koko Bersaudara
Kerugian dalam Proses Likuidasi
Kekurangan Modal Salah Satu Sekutu
Apabila demikian, maka secara keseluruhan kerugian yang di derita adlah Rp. 65.000
dihitung sebagai berikut :
Nilai buku aktiva bukan kas Rp 240.000
Nilai realisasi aktiva bukan kas ( 175000)
Rugi karena realisasi aktiva bukan kas Rp 65.000
Proses likuidasi yang digambarkan dalam bentuk tabel akan tampak seperti dalam Tabel 23-4.
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk proses likuidasi sampai dengan pembayaran utang tidak
berbeda dengan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat sebelumnya, hanya angka-angkanya yang
berbeda. Dari Tabel 23-4 dapat dilihat bahwa sisa uang, kas sebelum dibagikan kepada para
sekutu berjumlah Rp 35.000. Sementara itu, saldo modal masing-masing sekutu adalah
Modal Koko Rp 17.500
Modal Heri 20.500
Modal Bamnbang ( 3.000)
Total Rp 35.000
Modal Bambang tidak mencuckupi untuk menanggung kerugian yang dibebankan kepadanya.
Untuk itu seharusnya Bambang menambah setoran modal guna menutupi kekurangan tersebut.
Apabila Bamabang membayar kekurangan setoran modal ini, maka Tabel 23-4 tersebut diatas,
kalau diteruskan, akan menjadi seperti terlihat dibawah ini.
Perhatikan bahwa sisa kas yang ada hanya digunakan kepada Koko dan Heri saja. Mereka dapat
menerima secara penuh saldo modalnya .