Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA SAAT PERUBAHAN KEPEMILIKAN DAN


DISOLUSI

Oleh :
Kelompok 4

A. A. Sri Pramita (2007531077)


Sharon Anastasya Mongkar (2007531088)
Pande Gede Bagus Armana Putra (2007531090)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
Perlakuan Akuntansi Pada Saat Perubahan Kepemilikan dan Disolusi

1.1. Perubahan Kepemilikan Persekutuan


Ketika persekutuan secara hukum resmi di disolusi baik dengan masuknya sekutu
baru atau dengan berhenti atau meninggalnya sekutu lama, suatu perjanjian persekutuan
baru perlu dibuat untuk kelangsungan usaha persekutuan tersebut. Terdapat pandangan
bahwa, karena disolusi resmi menghentikan persekutuan lama, seluruh aktiva yang
ditransfer ke persekutuan baru harus dinilai ulang dengan cara yang sama seperti jika
aktiva dijual ke perusahaan lain dimana pandangan ini mengacu pada prosedur goodwill.
Dan juga pandangan lain yang mengatakan bahwa perubahan dalam kepemilikan
persekutuan tidak sama dengan perubahan pemegang saham dalam suatu perusahaan, dan
penjualan pribadi kepemilikan pribadi tidak memerlukan penilaian ulang kesatuan usaha
dimana pandangan ini mengacu pada prosedur bonus.
1. Penyerahan Kepemilikan ke Pihak Ketiga
Persekutuan tidak didisolusi jika sekutu menyerahkan kepemilikannya dalam
persekutuan kepada pihak ketiga karena penyerahan ini tidak mengubah
hubungan antar sekutu. Penyerahan ini hanya memberi hak kepada si penerima
untuk menerima laba dan aktiva milik sekutu pada saat persekutuan
dilikuidasi. Si penerima tidak menjadi sekutu, dan tidak diberi hak manajemen
persekutuan. Perubahan yang dibutuhkan dalam buku persekutuan adalah
transfer modal sekutu yang memberi ke si pemberi. Misalnya penyerahan
kepemilikan Jono sebesar 25% ke Rani pada persekutuan Jono Ranidicatat
sebagai berikut:
Modal Jono xxx
Modal Rani xxx
Jumlah Modal yang ditransfer sama dengan jumlah yang dicatat untuk modal
Jono saatdiserahkan dan itu juga tidak berhubungan dengan perhitungan yang
diterima Jono atas 25% kepemilikannya.
2. Masuknya Sekutu Baru
Sekutu baru bisa diterima atas kesepakatan bersama antarsekutu lama.
Persekutan lama disolusi dan perjanjian yang baru dibuat untuk operasi
persekutuan selanjutnya. Jika tidak ada perjanjian baru, maka seluruh laba dan
rugi dalam persekutuan yang baru dibagi secara merata. Seseorang bisa
menjadi sekutu dalam persekutuan yang telah berjalan dengan cara memebeli
kepemilikan satu atau sejumlah sekutu lama atas persetujuan seluruh sekutu
lamalainnya atau dengan cara menginvestasikan sejumlah uang atau sumber
daya ke dalam persekutuan.
1.2. Pembelian Kepemilikan dari Persekutuan Lama
Apabila perkiraan modal disamakan dengan rasio pembagian laba rugi sebelum dan
sesudah masuknya sekutu baru, aktiva bersih dari persekutuan lama mungkin dinilai
benar. Misalnya,Alfa dan Baleno adalah sekutu dengan modal masing-masing Rp.
50.000.000, mereka membagi laba rugi secara merata. Cakra membeli setangah
kepemilikan alfa sebesar Rp.25.000.000. Persekutuan yang baru Alfa, Baleno dan Cakra
terdiri dari Alfa dan Cakra masing-masing 25% dari kepemilikan modal dan laba
persekutuan baru. Ayat Jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer yang kepemilikan
Alfa ke Cakra adalah :
Modal Alfa Rp.25.000.000
Modal Cakra Rp. 25.000.000
Mencatat masuknya cakra ke dalam persekutuan dengan membeli setengah
kepemilikan Alfa
Pada kasus ini, modal dan kepemilikan disamakan sebelum dan sesudah masuknya
Cakra, bukti-bukti mengindikasikan bahwa aktiva bersih dari persekutuan lama dinilai
secara benar, yaitu pembayaran cakra Rp. 25.000.000 untuk 25% kepemilikan dalam
modal dan pendapatan persekutuan yang akan datang mengimplikasikan nilai total
persekutuan Rp.100.000.000 ( 25.000.000/0.25). Karena aktiva bersih persekuturan lama
dicatat Rp.100.000.000, maka penilaian ulang tidak diperlukan. Kemudian, diasumsikan
bahwa Alfa dan Baleno memiliki saldo modal masing-masing Rp.50.000.000 dan Rp.
40.000.000. Mereka membagi laba secara merata dan setuju mengangkat Cakra sebagai
sekutu dengan membayar Rp. 25.000.000 secara langsung ke Alfa. Sekutusetuju
setengah saldo modal Alfa akan ditransfer ke Cakra (aktiva bersih tidak perlu
dinilaiulang). Laba dibagi berdasarkan rasio 25%, 50%, 25% masing-masing untuk Alfa,
Balenodan Cakra.
1. Penilaian Ulang/Cara Godwill
Kemungkinan ketiga adalah bahwa Alfa dan Baleno masing-masing memiliki
saldo modal Rp. 50.000.000 dan Rp. 40.000.000, mereka membagi laba secara
merata, dan Cakra masuk ke dalam persekutuan dengan membayar total Rp.
50.000.000 secara langsung kepada sekutu. Cakra akan mendapatkan
kepemilikan sebesar 50% dalam modal dan kepemilikan persekutuan baru. Alfa
dan Baleno masing-masing mendapatkan masing-masing 25% kepemilikan pada
persekutuan yang baru. Pembayaran Cakra sebsesar Rp. 50.000.000 untuk 50%
kepemilikan, baik untuk modal maupun laba yang akan datang mengimplikasikan
penilaian Rp. 100.000.000 untuk total aktiva persekutuan. Jika aktiva akan dinilai
ulang, penilaian ulang harus dicatat sebelum masuknya Cakra ke dalam
persekutuan. Penilaian tersebut dicatat sebagai berikut:
Goodwill (atau aktiva yang dapat diidentifikasi) Rp. 10.000.0000
Modal Alfa Rp. 5.000.000
Modal Baleno Rp. 5.000.000
Saat aktiva dinilai ulang dan goodwill dicatat, goodwill harus diamortisasi
maksimum selama 40 tahun. Apabila aktiva dinilai ulang dan perkiraan aktiva tak
berwujud disesuaikan, jumlah yang disesuaikan di amortisasi atau didepresi
selama sisa umur aktiva. Meskipun penilaian ulang biasanya mengacu pada cara
goodwill, goodwill tidak boleh dicatat sampai seluruh aktiva yang dapat
diidentifikasi disesuaikan ke nilai wajar mereka. Jurnal sebelumnya mencatat
goodwill sebesar Rp. 10.000.000 yang menjadikan saldo modal Alfa dan Baleno
masing-masing Rp. 55.000.000 dan Rp. 45.000.000. Apabila jumlah yang sama
dari modal ditransfer kepada Cakra, jurnal untuk mencatat masuknya Cakra ke
dalam persekutuan adalah:
Modal Alfa Rp. 25.000.000
Modal Baleno Rp. 25.000.000
Modal Cakra Rp. 50.000.000
Karena jumlah modal yang ditransfer ke Alfa dan Baleno sama, terlihat seakan
akan seimbang bagi Alfa dan Baleno untuk membagi Rp. 50.000.000 yang
diterima dari Cakra. Saldo modal diberikan sebagai berikut:
2. Tanpa Penilian Ulang/Cara Bonus
Apabila aktiva persekutuan baru tidak dinilai ulang, tetapi modal dalam jumlah
yang samaditransfer ke Cakra, jurnal tunggal cukup untuk mencatat transfer
tersebut:
Modal Alfa Rp. 22.500.000
Modal Baleno Rp. 22.500.000
Modal Cakra Rp. 45.000.000
Karena modal dan hak dalam jumlah yang sama ditransfer oleh Alfa dan Baleno
kepada pembagian Rp. 50.000.000 yang diterima dari Cakra terlihat simbang.
Pada kasus ini setiap sekutu mendapat Rp. 2.500.000 akibat lebihnya jumlah
modal yang ditransfer (Rp.25.000.000 yang diterima dikurangi Rp. 25.500.000
modal yang ditransfer). Kelebihan Rp.2.500.000 ini untuk Alfa dan Baleno
menggambarkan setengah dari Rp. 10.000.000, yakni nilai aktiva yang tidak
dicatat yang akan dibagikan sebagai keuntungan Cakra untuk alokasi laba yang
akan datang. Perkiraan modal sebelum dan sesudah masuknya Cakra adalah
sebagai berikut:

1.3. Investasi dalam Persekutuan yang Telah Ada


Dalam suatu persekutuan sangat dimungkinkan untuk memasukkan sekutu baru
dengan berinvestasi pada kas atau asset lainnya. Pada pembahasan sebelumnya, sekutu
yang baru masuk dengan membeli kepemilikan dari sekutu lama, namun pada hal ini
sekutu yang baru masuk dengan membawa asset kas atau asset lainnya. Aset baru yang
dibawa oleh sekutu baru dapat saja melakukan revaluasi tetapi dapat juga tidak
melakukan revaluasi. Bila jumlah yang diinvestasikan oleh sekutu baru mengindikasikan
sekutu lama memiliki nilai asset yang tercatat, total revaluasi nilai aset persekutuan baru
didasarkan pada investasi oleh sekutu baru, namun kepemilikan modal yang diberikan
kepada sekutu baru lebih besar daripada jumlah investasinya dan asset yang dapat
teridentifikasi dari sekutu lama tercatat pada nilai wajarnya maka dapat disimpulkan
bahwa sekutu baru membawa goodwill ke dalam persekutuan. Pada investasi dalam
persekutuan yang telah ada memiliki beberapa metode, yaitu:
1. Metode bonus (ke sekutu lama)
Jika diasumsikan pihak C menyetorkan kas sebesar Rp120 juta untuk
mendapatkan kepemilikan modal sebesar 1/3 dari nilai asset total
persekutuan, maka persekutuan memutuskan untuk tidak melakukan
revaluasi maka nilai kepemilikan modal sekutu baru sebesar 1/3 dari nilai
asset yaitu Rp320 juta x 1/3 sebesar Rp106,68 juta. Berarti ada kelebihan
nilai asset yang disetorkan oleh sekutu baru dengan saldo modalnya.
Kelebihan tersebut akan ditransfer ke akun modal sekutu lama.
2. Metode bonus (ke sekutu baru)
Jika diasumsikan lagi dengan pihak C menyetorkan kas sebesar Rp150 juta
dan mendapatkan kepemilikan modal dalam persekutuan sebesar 50%,
kepemilikan pihak C di dalam persekutuan menjadi Rp175 juta (Rp350 juta
x 50%). Nilai kepemilikan pihak C melebihi asset yang disetorkannya
dalam persekutuan, hal ini bisa saja disebabkan karena pihak C diyakini
mampu memberikan manfaat lebih ke dalam persekutuan. namun bila
persekutuan memutuskan untuk tidak melakukan revaluasi asset maka akan
ada bonus yang berikan kepada pihak C sebagai sekutu baru.
3. Metode goodwill (ke sekutu baru)
Jika diasumsikan lagi dengan pihak C menyetorkan kas sebesar Rp150 juta
dan mendapatkan kepemilikan modal dalam persekutuan sebesar 50%,
kepemilikan pihak C di dalam persekutuan menjadi Rp175 juta (Rp350 juta
x 50%). Namun jika persekutuan memutuskan untuk melakukan revaluasi
asset maka aka nada goodwill yang diberikan kepada pihak C sebagai
sekutu baru, nilai asset persekutuan yang baru ditentukan oleh jumlah
kepemilikan modal pihak A dan B dalam persekutuan baru sebesar 50%
sehingga nilai total asset persekutuan yang baru sebesar Rp200 juta dibagi
dengan 50% sebesar Rp400 juta. Sehingga nilai kepemilikan modal pihak
C sebesar Rp200 juta di dapatkan dari Rp400 juta x 50%.
4. Metode goodwill (ke sekutu lama)
Jika diasumsikan pihak C menyetorkan kas sebesar Rp120 juta untuk
mendapatkan kepemilikan modal sebesar 1/3 dari nilai asset total
persekutuan, dengan nilai total asset persekutuan sebesar Rp320 juta dan
kepemilikan pihak C sebesar 1/3 nilai persekutuan, mengidikasikan bahwa
persekutuan memiliki nilai asset yang belum tercatat. Bila persekutuan
memutuskan untuk melakukan revaluasi maka nilai kepemilikan modal
sekutu baru sebesar Rp120 juta dibagi dengan 1/3 sebesar Rp363,63 juta,
sehingga ada goodwill yang dihasilkan oleh sekutu lama.
1.4. Disolusi Kepemilikan Karena Meninggal atau Pengunduran Diri
Disolusi persekutuan adalah berubahnya hubungan sekutu yang menyebabkan
berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan
terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti atau bubar secara
hukum dan secara bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.
Pengunduran diri atau meninggalnya salah satu sekutu akan menyebabkan bubarnya
persekutuan yang lama dan memerlukan penyelesaian (pembayaran) dengan sekutu yang
mengundurkan diri atau wakil dari sekutu yang meninggal. Sekutu yang lainnya mungkin
masih berkeinginan melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan
membeli semua kepemilikan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian.
Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekutu berhenti dari persekutuan
digambarkan sebagai berikut:
1. Harga Pembelian Sama Dengan Saldo Kredit Modal Sekutu
Aldi mengundurkan diri dari persekutuan ABC pada saat saldo modalnya Rp
55.000.000 setelah mencatat peningkatan pada aset persekutuan termasuk
pengakuan laba sampai tanggal pengunduran diri. Jurnal yang dicatat:
Modal Aldi Rp 55.000.000-
Kas Rp 55.000.000-
2. Harga Pembelian Lebih Besar Dari Saldo Kredit Modal Sekutu
Aldi memiliki saldo modal Rp 55.000.000 dan seluruh sekutu setuju membayar
Aldi sejumlah Rp 65.000.000. Persekutuan akan mencatat Rp 10.000.000
kelebihan pembayaran diatas saldo modal Aldi sebagai bonus penyesuaian
modal kepada Aldi dari sekutu yang bertahan. Rp 10.000.000 akan mengurangi
modal Bayu dan Citra sebesar rasio laba atau rugi masing-masing. Persentase
laba dihitung sebagai berikut.
Presentasi Laba Lama Presentasi Laba Sisa
Aldi 45 0
Bayu 30 55 (30/55)
Citra 25 45 (25/55)
Total 100 100
Jurnal yang dicatat saat pengunduran diri Aldi yaitu sebagai berikut.
Modal Aldi Rp 55.000.000-
Modal Bayu Rp 5.500.000-
Modal Citra Rp 4.500.000-
Kas Rp 65.000.000-
Bonus Rp 10.000.000 yang dibayarkan kepada Aldi dialokasikan kepada Bayu
dan Citra. Bayu dikenakan 55% dan Citra dikenakan 45%.
Pengakuan Goodwill pada saat Pembubaran
Jika Rp 65.000.000 dibayarkan kepada Aldi dan hanya goodwill milik Aldi yang
akan dicatat, maka persekutuan akan membuat jurnal pada saat mundurnya Aldi
sebagai berikut.
Mencatat Goodwill untuk Aldi :
Goodwill Rp 10.000.000-
Modal Aldi Rp 10.000.000-
Mundurnya Aldi dari persekutuan :
Modal Aldi Rp 65.000.000-
Kas Rp 65.000.000-
3. Harga Pembelian Lebih Kecil Dari Saldo Kredit Modal Sekutu
Aldi setuju menerima Rp 50.000.000 sebagai harga pembelian kepemilikannya
di persekutuan. Persekutuan harus mengevaluasi aset bersihnya untuk
menentukan jika terjadi penurunan nilai yang harus diakui. Jika tidak diperlukan
revaluasi aset bersih, perbedaan Rp 5.000.000 (Rp 55.000.000-Rp 50.000.000)
dialokasikan sebagai penyesuaian modal Bayu dan Citra berdasarkan rasio laba
rugi yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai