Referat Kulit Final
Referat Kulit Final
PENDAHULUAN
Dermatosis Eritroskuamosa
Dermatosis eritroskuamosa merupakan penyakit kulit yang ditandai terutama oleh adanya
eritema dan skuama. Eritema merupakan kelainan pada kulit berupa kemerahan yang
disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapiler yang bersifat reversibel. Skuama
merupakan lapisan dari stratum korneum yang terlepas dari kulit. Maka, kelainan kulit
yang terutama terdapat pada dermatosis eritroskuamosa adalah berupa kemerahan dan
sisik/terkelupasnya kulit.
Dermatosis eritroskuamosa terdiri dari beberapa penyakit kulit yang digolongkan di
dalamnya, antara lain: psoriasis, parapsoriasis, dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, dan
eritroderma.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PSORIASIS
Definisi
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, dimana bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan seperti mika; disertai dengan fenomena tetesan lilin,Auspitz,
dan Kobner. Psoriasis termasuk juga dalam sejenis penyakit kulit yang penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang
untuk jangka waktu lama dan berulang (kronik residif), penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa, tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian
tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta menggangu kekuatan
mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik.1
Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung
selama tiga sampai empat minggu (27 hari), proses pergantian kulit pada penderita
psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 3-4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat)
pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.
Sampai saat ini penyakit Psoriasis belum diketahui penyebabnya secara pasti,
sehingga belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan secara total penyakit ini.
Epidemiologi
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insiden
rate) yang berbeda. Pada orang kulit putih lebih tinggi dibanding kulit berwarna. Di Eropa
dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Insidens
pada pria agak lebih banyak daripada wanita Sedangkan dari segi umur, Psoriasis dapat
mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai pada orang dewasa.1
Etiologi
Penyebab Psoriasis hingga kini belum diketahui secara pasti. Diduga beberapa
faktor sebagai pencetus timbulnya Psoriasis, antara lain:1,2
Faktor herediter (genetik).
Disebutkan bahwa seseorang beresiko menderita Psoriasis sekitar 34-39% jika salah
satu orang tuanya menderita Psoriasis, dan sekitar 12% jika kedua orang tuanya tidak
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
menderita Psoriasis. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe psoriasis yaitu tipe I
dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat
nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis
berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan
Cw6, sedangkan psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2.
Faktor psikis.
Sebagian penderita diduga mengalami Psoriasis karena dipicu oleh faktor psikis.
Sedangkan stress, gelisah, cemas dan gangguan emosi lainnya berperan menimbulkan
kekambuhan. Padahal penderita Psoriasis pada umumnya stress lantaran melihat bercak
di kulitnya yang tak kunjung hilang.
Faktor infeksi fokal.
Beberapa infeksi menahun (kronis) diduga berperan pada timbulnya Psoriasis. Infeksi
fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis
gutata yang umumnya disebabkan oleh streptococcus.
Penyakit metabolik (misalnya diabetus melitus laten).
Faktor cuaca.
Pada beberapa penderita mempunyai kecenderungan membaik saat musim panas dan
kambuh pada musim hujan.
Silang pendapat seputar faktor-faktor pemicu timbulnya Psoriasis masih
berlangsung. Karenanya tak perlu heran jika kita mendengar berbagai perbedaan terkait
pencetus Psoriasis.
Gambaran klinis
Pada tahap permulaan, mirip dengan penyakit-penyakit kulit dermatosis
eritroskuamosa (penyakit kulit yang memberikan gambaran bercak merah bersisik).
Namun gambaran klinis akan makin jelas seiring dengan waktu lantaran penyakit ini
bersifat menahun (kronis).1
Gejala-gejala Psoriasis adalah sebagai berikut sebagian penderita hanya mengeluh
gatal ringan. Tempat predileksi di kulit, terutama di siku, lutut, daerah tulang ekor
(lumbosakral).
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan
sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapislapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta trasnparan. Besar kelainan bervariasi :
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
lentikular, nummular atau plakat dan dapat berkonfluensi., jika seluruhnya atau sebagian
besar lentikular disebut dengan psoriasis gutata.1,2
Gambar 2. Tampak Plak Eritema dan Skuama Kasar pada kedua lutut pasien
psoriasis
Pada Psoriasis terdapat fenomena tetesan lilies, Auspitz dan Kobner. Kedua
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas,sedangkan fenomena kobner dianggap
tak khas. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
seperti lilin yang digores disebabkan oleh karena berubahnya indeks bias. Cara menggores
dapat menggunakan pinggir gelas alas. Fenomena Auspitz tampak seperti serum atau
darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis, caranya : skuama yang
berlapis-lapis dikerik dengan menggunakan pinggir gelas alas. Setalah skuamanya habios,
pengerokan dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan
yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita
psoriasis misalnya akibat garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan
kelainan psoriasis yang disebut fenomena kobner. 1
2. Psoriasis gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbul mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza
atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral
3. Psoriasis inversa
Disebut juga psoriasis fleksural karena mempunyai tempat predileksi pada daerah
fleksor sesuai dengan namanya.
4. Psoriasis eksudativa
Bentuk ini sangat jarang dan kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut
5. Psoriasis seboroik
Gambaran klinis bentuk ini merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak.
6. Psoriasis pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis jenis ini, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis
pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis
pustulosa palmo-plantar (Barber). Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis
pustulosa generalisata akut (von Zumbusch).
a. Psoriasis pustulosa palmo-plantar (Barber)
Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau
telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustul
kecil steril dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.
b. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)
Sebagai faktor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena
penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya
(ampisilin dan amoksisilin) serta antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin,
kalium jodida, morfin, sulfapiridin, sulfonamida, kodein, fenilbutason dan
salisilat. Faktor lain selain obat, ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres
emosional, serta infeksi bakterial dan virus.
Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita
psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderita
psoriasis.
Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum
berupa demam, malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin
eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa
pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul milier pada
plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of
pus berukuran beberapa cm.
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
bergantung pada lokasi. Pada scalp, daerah muka, lipatan dan genitalia
eksterna dipilih potensi sedang. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan
salap dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit.
Jika telah terjadi perbaikan maka potensinya dan frekuensinya diturunkan
perlahan-lahan.
-
Ter (misalnya, LCD 2-5%). Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%, dimulain
dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan.
Asam salisilat dapat ditambahkan untuk meningkatkan daya penetrasi supaya
pengobatan lebih efektif.
Pengobatan sistemik (obat minum, suntikan). Cara ini dilakukan dengan berbagai
pertimbangan karena adanya kemungkinan efek samping yang ditimbulkannya
pada pemakaian jangka panjang. Obat-obat yang biasa digunakan diantaranya: 1
-
Parapsoriasis gutata
Parapsoriasis variegata
Parapsoriasis en plaque
Gambaran klinis
Parapsoriasis Gutata
Bentuk ini terdapat pada dewasa muda terutama pada pria dan relative paling sering
ditemukan. Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, ertiema dan skuama dapat
hemoragik, kadang-kadang berkonfluensi, dan umumnya simetrik. Penyakit ini
sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada badan, lengan
atas dan paha, tidak tedapat pada kulit kepala, muka dan tangan.1
Bentuk ini biasanya kronik, tetapi dapat akut dan disebut parapsoriasis gutata akut
( penyakit Mucha-Habermann). Gambaran klinisnya mirip varisela, kecuali ruam yang
telah disebutkan dapat ditemukan vesikel, papulonekrotik dan krusta. Jika sembuh
meninggalkan sikatriks seperti variola, karena itu dinamakan pula psoriasis
varioliformis akuta atau pitiriasis likenoides et varioliformis akuta atau pitiriasis
likenoides et varioliformis.1
ParapsoriasisVariegata
Kelainan ini terdapat pada badan, bahu dan tungkai, bentuknya seperti kulit zebra;
10
Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding adalah ptiriasis rosea dan psoriasis. Psoriasis berbeda
dengan parapsoriasis, karena pada psoriasis skuamanya tebal,kasar, berlapis-lapis, dan
terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz. Selain itu gambaran histopatologiknya
berbeda.1
Ruam pada pitiriasis rosea juga terdiri atas eritema dan skuama, tetapi
perjalanannya tidak menahun seperti pada parapsoriasis. Perbedaan lain adalah pada
pitiriasis rosea susunan ruam sejajar dengan lipatan kulit dan kosta. Pitiriasis rosea
ditandai dengan suatu lesi yang berukuran 2-10 cm. Biasanya pitiriasis rosea berawal
sebagai suatu bercak tunggal dengan ukuran yang lebih besar, yang disebut herald patch
atau mother patch. Beberapa hari kemudian akan muncul bercak lainnya yang lebih kecil.
Bercak sekunder ini paling banyak ditemukan di batang tubuh, terutama di sepanjang
tulang belakang dan penyebabnya tidak diketahui.1
Penatalaksanaan
Penyinaran dengan lampu ultraviolet merupakan terapi yang paling sering
mendatangkan banyak manfaat dan dapat membersihkan sementara ataupun menetap, atau
bahkan hanya meninggalkan scar yang minimal. Penyakit ini juga dapat membaik dengan
pemberian kortikosteroid topikal seperti yang digunakan pada pengobatan psoriasis.
Meskipun demikian hasilnya bersifat sementara dan sering kambuh. Obat yang digunakan
diantaranya : kalsiferol, preparat ter, obat antimalaria, derivat sulfon, obat sitostatik, dan
vitamin E.1
Adapun pengobatan parapsoriasis gutata akut dengan eritromisin (40 mg/kg berat
badan) dengan hasil baik juga dengan tetrasiklin. Keduanya mempunyai efek
menghambat kemotaksis neutrofil.
Prognosis
Parapsoriasis secara khusus memiliki perjalanan penyakit yang kronik dan lama, kecuali
parapsoriasis en plaque yang berpotensi untuk menjadi mikosis fungoides, yang
berpotensi lebih fatal.1
PITIRIASIS ROSEA
Definisi
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
11
Pitiriasis rosea adalah salah satu penyakit kulit yang digambarkan oleh Camille Melchior
Gilbert (tahun 1860) sebagai penyakit kulit papulosquamous (Robert A Allen, MD), yakni
penyakit kulit dengan tanda bercak bersisik halus, berbentuk oval dan berwarna
kemerahan. Sementara Richard Lichenstein, MD, menyebutkan bahwa Pitiriasis rosea
sudah dikenal sejak lebih dari 2 abad yang lalu. Pitiriasis rosea bersifat self limited atau
sembuh sendiri dalam 3-8 minggu.1
Etiologi
Penyebab pitiriasis rosea masih belum pasti, tetapi banyak gambaran klinis dan
epidemiologi yang menunjukkan bahwa agen penginfeksi bisa terlibat. Epidemik sejati
belum dilaporkan, dan kemungkinan bahwa pengalaman klinis terbaru dengan penyakit
ini dapat meningkatkan kecenderungan untuk mendiagnosa kasus-kasus selanjutnya bisa
mengarah pada kesan yang keliru bahwa penyakit ini menular. Akan tetapi, bukti
epidemiologi yang dilaporkan untuk keterlibatan infeksi (meskipun rendah) mencakup
perjangkitan yang jarang dalam keluarga atau rumah tangga, dengan fluktuasi musiman
dan dari tahun ke tahun, bukti statistik untuk pengelompokan dalam ruang dan waktu, dan
kejadian yang lebih tinggi diantara para ahli dermatologi dibanding para juru bedah
telinga, hidung dan tenggorokan dan ahli-dermatologi pra-spesialisasi.4
Riwayat alami penyakit, yakni lesi utama yang bisa terdapat pada tempat
inokulasi, erupsi sekunder menular setelah interval tertentu dan tidak seringnya serangan
kedua, menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan banyak penyakit yang penyebabnya telah
dipastikan infeksi. Gejala-gejala konstitusional ringan yang sesekali telah dilaporkan dan
bisa mendukung keterlibatan infeksi pada penyakit ini, tetapi tidak sering ditemukan pada
108 pasien yang mengalami pitiriasis rosea dibanding dengan kontrol yang jumlahnya
sama. Perburukan kondisi yang menyertai terapi steroid oral ditemukan pada beberapa
kasus dan erupsi-erupsi mirip pitiriasis rosea telah dilaporkan setelah transplantasi
sumsum tulang, walaupun beberapa efek etiologi bisa terlibat pada situasi seperti ini.5
Ada beberapa laporan yang mengkaitkan erupsi-erupsi mirip pitiriasis rosea
dengan obat. Ruam-ruam yang disebabkan oleh arsenik, bismuth, emas dan metopromazin
tampaknya lebih besar kemungkinannya memiliki reaksi lichenoid atipikal. Obat-obat lain
yang terlibat mencakup antara lain metronidazol, barbiturat, klonidin, captopril dan
ketotifen. Pada beberapa laporan, kemiripan erupsi dengan pityriasis rosea tidak terlalu
dekat, dan pada beberapa laporan lainnya kemiripan yang kebetulan ini bisa menjelaskan
12
hubungan tersebut. Sehingga, meskipun beberapa erupsi obat bisa menyerupai kondisi ini,
belum ada bukti meyakinkan bahwa pityriasis rosea tipikal bisa disebabkan oleh obat.
Sementara ahli yang lain mengaitkan dengan berbagai faktor yang diduga berhubungan
dengan timbulnya Pitiriasis rosea, diantaranya:4
Faktor cuaca hal ini karena Pitiriasis rosea lebih sering ditemukan pada musim semi
Gejala klinis
Tahap awal Pitiriasis rosea ditandai dengan lesi (ruam) tunggal (soliter) berbentuk
oval, berwarna pink dan di bagian tepi bersisik halus. Diameter sekitar 1-3 cm. Kadang
bentuknya tidak beraturan dengan variasi ukuran 2-10 cm. Tanda awal ini disebut herald
patch yang berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu. Rasa gatal ringan dialami
oleh sekitar 75 % penderita dan 25 % mengeluh gatal berat.1
Tahap berikutnya timbul sekitar 1-2 minggu (rata-rata 4-10 hari) setelah lesi awal,
ditandai dengan kumpulan lesi (ruam) yang berbentuk seperti pohon cemara terbalik
(Christmas tree pattern). Tempat tersering (predileksi) adalah badan, lengan atas dan paha
atas. Pada tahap ini Pitiriasis rosea berlangsung selama beberapa minggu. Selanjutnya
akan sembuh sendiri dalam 3-8 minggu.1,5
Selain bentuk ruam kemerahan bersisik halus, variasi bentuk yang tidak khas
(atipik) dapat dijumpai pada sebagian penderita Pitiriasis rosea, terutama pada anak-anak,
berupa urtikaria, vesikel dan papul.4
13
/2 1 %.
Edukasi
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
14
Walaupun Pitiriasis rosea bersifat self limited ( sembuh sendiri ), bukan tidak
mungkin penderita merasa risau dan sangat terganggu. Untuk itu diperlukan penjelasan
kepada penderita tentang penyakit yang dideritanya, antara lain:4,5
Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya bahwa Pitiriasis rosea akan sembuh
ERITRODERMA
Eritroderma dianggap sinonim dengan Dermatitis Eksfoliativa, meskipun sebenarnya
mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kedua istilah tersebut (keduanya boleh
digunakan) dipakai untuk menggambarkan keadaan dimana sebagian besar kulit berwarna
merah, meradang dan berskuama.
Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritem universalis (90100%), biasanya disertai skuama. Bila ertiemanya antara 50-90% dinamakan preeritroderma. Pada definisi tersebut mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama
tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena aleri obat sistemik, pada mulanya
tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada
eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jela karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.1
Patofisiologi
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan kulit yang paling
luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan
keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas,
sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliativa memberikan efek yang nyata
pada keseluruh tubuh.1,6
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama (pelepasan lapisan tanduk dari
permukaan kulit sel-sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel-sel
yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai
sisik/plak jaringan epidermis.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non-imunologik dan
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
15
Eritroderma akibat alergi obat, biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut
dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh, sedangkan skuama baru
16
17
Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya terdiri atas
kortikosteroid dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya
skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien
untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin
10%. 6
Prognosis
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik,
prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan
yang lain.
Pada eritroderma
yang
belum diketahui
sebabnya,
pengobatan dengan
18
Etiologi
Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam
faktor seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik
diduga berhubungan dengan kondisi ini. Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya
adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik.1
Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat
mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali setelah
pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan
setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun.
Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan
proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal. Ragi genus
ini dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid
sebasea (misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa
Malassezia tidak menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang
berkaitan dengan depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen.
Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi
belum ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bisa terjadi.
Pada penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial nerve palsy,
major truncal paralysis) juga cenderung berkembang dermatitis seboroik luas dan sukar
disembuhkan. Menurut Johnson (2000) terjadinya dermatitis seboroik pada penderita
tersebut sebagai akibat peningkatan timbunan sebum yang disebabkan kurang pergerakan.
Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan predisposisi pada populasi
tertentu, seperti penyakit komorbid, untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun
dermatitis seboroik hanya terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita
AIDS dapat mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis
seboroik (ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui.
Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seboroik. Obat-obat
tersebut adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin,
ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa,
phenothiazines, psoralens, stanozolol, thiothixene, dan trioxsalen.
Klasifikasi dan Manifestasi Klinik
Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung kelenjar
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
19
sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan
daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun
lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan
daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai
daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan
anogenital.7
Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak
ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada
belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan
peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan
dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe
dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe
pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan
perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak. Papul tersebut
menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion
seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang
menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi.7
Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling
(ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan
tidur.
2. Pada bayi
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks
kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana
pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan
dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau
kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat
setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering
terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper
dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis seboroik general pada bayi dan
anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem
imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general
sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiners disese). Sehingga apabila
bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem imunnya.
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
20
21
22
23
seboroik. Dosis satu kali sehari gel ketokonazol (Nizoral) dalam dua minggu, satu kali
sehari regimen desonide (Desowan) dapat berguna untuk dermatitis seboroik pada
wajah. Shampo yang mengandung selenium sulfide (Selsun) atau azole dapat dipakai.
Shampo tersebut dapat diberikan dua sampai tiga kali seminggu. Ketokonazole (krim
atau gel foaming) dan terbinfin (Lamisil) oral dapat berguna. Anti jamur topikal
lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan flukonazole (Diflucan) mempunyai efek anti
inflamasi juga.
Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium sulfasetamid dan topical
terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik.
4. Pengobatan Alternatif
Terapi alami menjadi semakin popular. Tea tree oil (Melaleuca oil) merupakan minyak
essensial dari seak belukar Australia. Terapi ini efektif dan ditoleransi dengan baik jika
digunakan setiap hari sebagai shampo 5%.
Penatalaksanaan dermatitis seboroik pada kulit kepala dan daerah jenggot 7
Banyak kasus dermatitis seboroik di kulit kepala dapat diterapi secara efektif dengan
memakai shampo tiap hari atau berselang satu hari dengan shampo anti ketombe yang
mengandung 2,5 persen selenium sulfide atau 1-2 persen pyrithione zinc. Alternatif lain
shampo ketoconazole dapat dipakai. Shampo sebaiknya mengenai kulit kepala dan daerah
jenggot selama 5 sampai 10 menit sebelum dibilas. Shampo moisturizing dapat dipakai
setelah itu untuk mencegah kerontokan rambut. Setelah penyakit dapat dikendalikan
frekuensi memakan shampo dapat dikurangi menjadi dua kali seminggu atau seperlunya.
Solusio topical terbinafin 1 % efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada kulit kepala.
Jika kulit kepala tertutupi oleh skuama difus dan tebal, skuama dapat dihilangkan
dengan memberikan minyak mineral hangat atau minyak zaitun pada kulit kepala dan
dibersihkan dengan deterjen seperti dishwashing liquid atau shampoo tar beberapa jam
setelahnya.
Skuama ekstensif dengan peradangan dapat diterapi dengan moistening kulit
kepala dan kemudian memberikan fluocinolone asetonid 0,01% dalam minyak pada
malam hari diikuti dengan shampo pada pagi harinya. Terapi ini dilakukan sampai dengan
peradangan bersih, kemudian frekuensinya diturunkan menjadi satu sampai tiga kali
seminggu. Solusio kortikostreroid, losion atau ointment dipakai satu atau dua kali sehari
di tempat fluocinolon acetonid dan dihentikan pada saat gatal dan eritema hilang.
Pemberian kortikosteroid dapat diulang satu sampai tiga minggu sampai gatal dan
eritemanya hilang dan kemudian dipakai lagi jika diperlukan. Pemeliharaan dengan
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
24
shampo anti ketombe dapat secara adekuat. Pasien dianjurkan agar memakai steroid
topikal poten dengan hemat sebab pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan atrofi
dan telangiectasi pada kulit.
Bayi sering terkena dermatitis seboroik, disebut cradle cap. Dapat mengenai
kulit kepala, wajah dan intertrigo. Daerah yang terkena dapat luas tetapi kelainan ini dapat
sembuh secara spontan 6-12 bulan dan tidak kambuh sampai dengan pubertas. Terapinya
dapat dengan memakai shampo antiketombe. Jika skuama mencakup daerah luas pada
kepala, skuama dapat dilembutkan dengan minyak yang disikan ke sikat rambut bayi
kemudian dibilas.
Penatalaksanaan pada wajah 7
Daerah pada wajah yang terkena dapat sering di cuci dengan shampo yang efektif
untuk seborik. Alternatif lain dapat dipakai kream ketokonazone 2%, diberikan 1-2 kali.
Hidrokortison 1% sering kali diberikan 1-2 kali dan akan menghasilkan proses resolusi
eritema dan gatal. Losion Sodium sulfacetamide 10% juga efektif sebagai agen topikal
untuk dermatitis seboroik.
Penatalaksaan pada tubuh
Dapat diterapi dengan zinc atau shampo yang mengandung tar batu bara atau
dengan dicuci dengan sabun yang mengandung zinc. Sebagai tambahan dapat dipakai
krim ketokonazole 2 % dan atau krim kortikosteroid, losion atau solusion yang dipakai 12 kali sehari. Benzoil peroksida dapat dipakai untuk dermatitis seboroik pada tubuh.
Pasien harus membilas secara menyeluruh setelah pemakaian zat tersebut.
Penatalaksanaan dermatitis seboroik berat 7
Pada pasien dengan dermatitis seboroik berat yang tidak responsif dengan terapi
topikal yang biasa dapat di terapi dengan isotretionoin. Isotretinoin dapat menginduksi
pengecilan glandula sebasea sampai dengan 90% dengan mengurangi produksi sebum.
Isotretinoin juga dapat dipakai sebagai anti inflamasi. Terapi dengan isotretinoin 0,1 0,3
mg/ kg BB/ hari dapat memperbaiki dermatitis seboroiknya. Kemudian dosis
pemeliharaan 5-10 mg/ hari efektif untuk beberapa tahun. Akan tetapi isotretinoin
memiliki efek samping serius, yaitu teratogenik, hiperlipidemia, neutropenia, anemia dan
hepatitis. Efek samping mukokutaneus mencakup khelitis, xerosis, konjungtivitis, uretritis
dan kehilangan rambut. Penggunaan jangka panjang berhubungan dengan perkembangan
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
25
Prognosis
Pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit ini agak sukar
disembuhkan.
Edukasi
Penderita harus diberitahu bahwa penyakit berlangsung kronik dan sering kambuh.
Harus dihindari factor pencetus seperti stress emosional, makanan berlemak dan
sebagainya.
LUPUS ERITEMATOSUS
Definisi
Lupus eritematosus merupakan penyakit yang menyerang system konektif dan vascular,
dan mempunyai dua varian: lupus eritematosus discoid dan sistemik.
L.E.D ( lupus eritematosus discoid ) bersifat kronik dan tidak berbahaya. L.E.D
menyebabkan bercak di kulit, yang eritematosa dan atrofik tanpa ulserasi. L.E.S ( lupus
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
26
eritematosus sistemik ) merupakan penyakit yang biasanya akut dan berbahaya, bahkan
dapat fatal. Penyakit ini bersifat multisistemik dan menyerang jaringan konektif dan
vascular.,8,9
Etiologi
Lupus eritematosus merupakan penyakit autoimun. Ada banyak anggapan bahwa penyakit
disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor genetic dan imunologik. Selain faktor
genetik, ada faktor infeksi (virus) dan faktor hormonal.
Patogenesis
Kedua bentuk lupus eritematosus dimulai dengan mutasi somatik pada sel asal limfositik
pada orang yang mempunyai predisposisi. Faktor genetik memang ada.
Gejala- gejala pada kedua bentuk member sugesti bahwa keduanya merupakan
varian penyakit yang sama, tanda-tanda klinis dan histologist pada beberapa fase
penyakitnya ialah sama. Kelainan-kelainan hematologik dan imunologik pada L.E.D lebih
ringan daripada L.E.S.8,9
Lupus eritematosus diskoid
Insidensi pada wanita lebih banyak
30tahun
kira-kira 5 % berasosiasi dengan atau
menjadi L.E.S
Lesi mukosa oral dan lingual jarang
L.E.D
Lesi mukosa lebih sering terutama pada
L.E.S akut
Gejala konstitusional sering
Kelainan laboratorik dan imunologik sering
jarang
Tabel 1. Perbedaan antara L.ED dan L.E.S
LUPUS ERITEMATOSUS DISKOID (L.E.D)
Gejala klinis
Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka (terutama hidung, pipi), telinga atau
leher. Lesi terdiri atas bercak-bercak (makula merah atau bercak meninggi), berbatas jelas
dengan sumbatan keratin pada folikel-folikel rambut. Bila lesi-lesi diatas hidung dan pipi
berkonfluensi, dapat berbentuk seperti kupu-kupu ( butterfly erythema ).
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
27
28
Kerusakan kornea beruba halo disekita sinar atau visus kabur yang masih reversible.
Kerusakan retina yang irreversible, ialaha perubahan penglihatan warna serta ada
gangguan pigmentasi retina. Efek samping lain ialah nausea, nyeri kepala. Pigmentasi
pada palatum, kuku dan kulit tungkai bawah serta rambut kepala menjadi putih.selain itu
terdapat nerupati dan atrofi neuro-muskular. 8,9
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada L.E.D dengan lesi-lesi yang
diseminata. Dosis kecil diberikan secara intermiten, yakni tiap 2 hari sekali, misalnya
prednisone 30 mg.
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Variasi luas pada gambaran klinis dan terserangnya berbagai alat merupakan tanda-tanda
khas. Spektrum klinis bervariasi dari penyebab yang akut, fulminan, dan sangat berat
sampai penyakit kronis, ringan atau seperi api dalam sekum.
Kriteria diagnosis ialah yang diuraikan oleh A.R.A ( the American Rheumatism
Association ) yang telah direvisi pada tahun 1982. Diagnosis L.E.S dibuat, jika paling
sedikit terdapat 4 diantara 11 manifestasi berikut ini: eritema fasial (butterfly rash), lesi
diskoid, sikatrik hipotrofik, fotosensitivitas, ulserasi di mulut dan rinofaring, arthritis (non
erosif, mengenai 2 atau lebih sendi perifer), serositis ( pleuritis, perikarditis), kelainan
ginjal (proteinuria >0,5 gr/sehari,cellular casts), kelainan neurologik (kelelahan, psikosis),
kelainan darah yakni anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia atau trombositopenian dan
gangguan imunologik. Manifestasi klinis dibagi dalam : 8,9
1. Gejala Konstitusional
Perasaan lelah, penurunan berat badan dan kadang-kadang demam tanpa
menggigil merupaka gejala yang timbul selama berbulan-bulan sebelum ada gejala
lain.
2. Kelainan di kulit dan mukosa
a. Kulit : lesi yang tersering ialah (i) lesi seperti kupu-kupu di area malar dan
nasal dengan sedikit edema, eritema,sisik, telangiektasis dan atrofi, (ii) erupsi
makulo=popular, polimorf, dan eritematosa bulosa di pipi, (iii) foto sensitivitas
di daerah yang tidak tertutup pakaian (iv) lesi popular dan urtikarial
kecoklatan, (v) kadang-kadang terdapat lesi L.E.D atau nodus-nodus subkutan
yang menetap, (vi) vaskulitis sangat menonjol, (vii) alopesia dan penipisan
rambut, (viii) sikatrisasi dengan atrofi progresif dan hiperpigmentasi,
dan (ix) ulkus tungkai
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
29
b. Mukosa: pada mukosa mulut, mata, dan vagian timbul stomatitis dan
keratokonjungtivitis, dan kolpitis dengan petekie, erosi bahkan ulserasi.
3. Kelainan di alar dalam
Yang tersering ialah lupus nefritis. Tanpa nefritis atau nefrosispu seringkali ada
proteinuria. Selain itu timbul peluritis, perikariditis, dan terdapat efusi peritoneum.
Kolpitis ulserativa serta hepatosplenomegali juga ditemukan.
4. Kelainan di sendi, tulang, otot, KGB, dan system saraf
Arthritis biasanya tanpa deformitas, bersifat episodic dan migratorik, nekrosis
kepala femur dan artofi muskulo-skeletal dengan mialgia. Limfadenitis dapat
bersifat regional atau generalisata. Neuritis perifer, ensefalitis, konvulsi dan
psikosi dapat terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Kelainan laboratorium ialah anemia hemolitik dan anemia normositter,
leukopenia, trombositopenia, peninggian laju endap darah, hiperglobulinemia, dan
bila terdapat sindrom nefrotik, albumin akan rendah. Proteinuria biasanya bersifat
gross proteinuria merupakan gejala penting. Faktor rheumatoid positif pada kirakira 33 % kasus.
Anti-ds RNA
Anti autoantibodi yang lain selain ANA ialah anti-ds-RNA yang spesifik untuk SLE,
tetapi hanya ditemukan pada 40 50 % penderita. Antibody ini mempunyai hubungan
dengan glomerulonefritis. Adanya antibody tersebut dan kadar komplemen yang renda
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 2008. Edisi 8.Adhi Juanda.Dermatosis
Eritroskuamosa.189-202.Balai Penerbit FKUI.Jakarta.
2. Psoriasis di unduh http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth pada tanggal 9
3.
4.
5.
6.
Februari 2012
Parapsoriasis di unduh
http://prematuredoctor.blogspot.com/2010/05/parapsoriasis.html pada tanggal 9
Februari 2012
Pitiriasis rosea di unduh http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/04/pityriasis-rosea.html
Pada tanggal 10 februari 2012
Pitiriasis rosea di unduh http://cakmoki86.wordpress.com/2010/02/08/pityriasis-rosea/
Pada tanggal 10 Februari 2012
Eritroderma di unduh http://rusari.com/askep_eritroderma.html pada tanggal 11
Februari 2012
7. Dermatitis seboroik di unduh
http://medlinux.blogspot.com/2007/08/dermatitis-seboroik.html pada tanggal 9
Februari 2012
8. Lupus Eritematosus Sistemik di unduh pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH000147 pada tanggal 12 Februari
2012
9. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.2008. Edisi 8. Adhi Juanda. Lupus Eritematosus.
264-271. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Referat Dermatosis Eritroskuamosa
32
33