Anda di halaman 1dari 3

1.

Kasus mushalla Assyafiiyah di Denpasar, Bali merupakan lanjutan dari penanganan yang
dilakukan Komnas HAM sejak 2015.
Tanggal 6-8 April 2016, Pelapor Khusus melakukan konsultasi dengan FKUB Provinsi Bali,
Kantor Wilayah Kengerian Agama Bali, pengurus Mushalla Assyafiiyah dan berbagai pihak
terkait.
Dalam serangkaian konsultasi tersebut disepakati solusi atas permasalahan Mushalla
Assyafiiyah, yakni Mushalla Assyafiiyah tetap berstatus sebagai mushalla dan tidak
dialihfungsikan dan berada di lokasi semula.
Kemudian mushalla tidak membutuhkan proses perijinan dan difungsikan sebagai tempat
ibadah keluarga.
Tanggal 25 Mei, Desk KBB bertemu dengan Dirjen Bimas Islam Kemenag untuk mendorong
Dirjen Bimas Islam aktif membantu penyelesaian dengan berkoordinasi dengan Dirjen Bimas
Hindu.
"Namun, hingga kini Dirjen Bimas Islam belum menindaklanjuti hasil pertemuan sehingga
Komnas HAM merencanakan untuk meminta laporan tindak lanjut secara tertulis," kata
Koordinator Desk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Jayadi Damanik saat memaparkan
laporan di ruang Asmara Nababan, Jakarta, Kamis (30/6/2016).
2. Kasus rumah ibadah di Aceh Singkil. Pada 22 April, Forum Cinta Damai Aceh Singkil
(Forcidas) kembali menyampaikan pengaduan terkait adanya diskriminasi pendidikan agama
bagi anak Kristen dan vonis terhadap salah satu umat Kristen yang didakwa melakukan
penembakan pada peristiwa pembakaran Gereja pada 13 Oktober 2015.
Menindaklanjuti pengaduan tersebut, Desk KBB melakukan pertemuan konsultasi dengan
Kodam Iskandar Muda dan Pemerintah Aceh (16/5/2016), pengurus gereja Aceh Singkil
(18/5/2016), dan Forkopimda Aceh Singkil (19/5/2016).
Dalam pertemuan tersebut terungkap beberapa faktor dan penyelesaian. Antara lain Pemkab
Aceh Singkil telah memproses perijinan 11 gereja yang tidak dirobohkan dengan
diterbitkannya rekomendasi dari FKUB dan kantor Kementrian Agama Aceh Singkil.
Ditemukan adanya diskriminasi pendidikan agama terhadap anak-anak warga Kristen di Aceh
Singkil.
"Dinas pendidikan Aceh Singkil berjanji akan berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan
Provinsi Aceh untuk mencari solusi," ucap Jayadi.
3. Kasus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kendal yang mengalami kerusakan masjid Al
Kautsar pada 22-23 Mei 2016. Polres Kendal telah menetapkan dua orang tersangka pelaku
kerusakan. Bupati Kendal juga berkomitmen tidak mencabut IMB Masjid Al Kautsar.

4. Kasus JAI Subang. Komnas HAM menerima pengaduan dari JAI SUBANG adanya
pelarangan ibadah oleh sekelompok massa yang disertai tindakan kekerasan.
Pada 8 Juni 2016, Komnas HAM menyurati Bupati Subang meminta klarifikasi dan
melaporkan langkah yang telah ditempuh. Namun, belum ada respons dari Bupati Subang.
5. Temuan pemerasan terhadap gereja-gereja di Jawa Barat. Tanggal 6 Juni 2016 terdapat
pemberitaannya media terkait temuan Komnas HAM soal perizinan Gereja di Jawa Barat
yang dipermasalahkan.
Akibatnya, sejumlah ormas meminta klarifikasi kepada beberapa pengurus gereja di
Bandung. Dirjen Bimas Kristen dan Kemenag Bandung telah menegaskan temuan tersebut
tidak benar.
Sebagai pertanggungjawaban resmi, Komnas HAM membenarkan pernyataan sebelumnya
bahwa ada dugaan pemerasan. Namun, Komnas HAM tidak pernah menyebutkan identitas.
6. Kasus tempat Pesujudan Sapta Darma di Rembang. Pada 11 November 2015 Komnas
HAM menerima pengaduan peristiwa pembakaran pesujudan sanggar Candi Busana yang
dilakukan oleh sekelompok orang.
Pada 22 Juni 2016, Komnas HAM melakukan monitoring perkembangan pemulihan hak
warga Sapta Darma. Komnas juga mendorong Pemkab Rembang aktif melakukan mediasi
dalam penyelesaian kasus tersebut.
7. Kasus enam gereja di Kota Bandung diantaranya Gereja Rehoboth, GPKP Bandung Timur,
Gereja BNKP Nias, Gereja Kerajaan Mulia, dan GBKP Bandung Barat.
Pada 3 Juni 2016, Komnas HAM melakukan pertemuan dengan Walikota Bandung untuk
penyelesaian masalah tersebut. Dalam pertemuan tersebut, Walikota Bandung melaporkan
bahwa gelah menyelesaikan izin Gereja Rehoboth dan GPKP Bandung Timur.
8. Permasalahan pengungsi Syiah Sampang. Pada 29 April 2016, Komnas HAM melakukan
FGD dengan berbagai pihak merumuskan mekanisme penyelesaian.
Hasilnya, bertemu dengan Presiden untuk mendorong keseriusan pemerintah pusat. Juga
mendorong Dinas Dukcapil Sampang mempercepat proses penertiban KTP para pengungsi.
9. Permasalahan pengungsi JAI di Nusa Tenggara Barat. Komnas HAM menilai, pengungsi
JAI di Transito Mataram dan Praya NTB dibiarkan oleh pemerintah. Pada 28 April 2016,
Komnas HAM mengadakan FGD untuk merumuskan mekanisme penyelesaian.
Hasilnya, Komnas HAM memfasilitasi komunikasi dengan Kementerian Perumahan Rakyat
untuk penyediaan perumahan layak bagi pengungsi.

10. Penyelesaian permasalahan GKI Yasmin Bogor. Komnas HAM telah menggelar FGD
NHRI untuk merumuskan mekanisme bersama penyelesaian GKI Yasmin pada 19 April
2016.
Hasilnya, pemerintah kota Bogor belum melaksanakan putusan pengadilan untuk
membatalkan SK Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor yang mencabut IMB GKI
Yasmin.
Sebagai tindak lanjut, NHRI sepakat menyusun rekomendasi dan bahan masukan kepada
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
11. Kasus GPdl Sumedang. Kasus pelarangan ibadah gereja GPdl telah berlangsung sejak
2012 dan belum terselesaikan. Komnas HAM memperlihatkan infomasi bahwa Pemkab
Sumedang masih menolak memproses perizinan dengan alasan persyaratan belum terpenuhi.
Komnas HAM akan meminta penjelasan dari Pemkab Sumedang terkait hal ini. Selama bulan
Januari-Mei 2016, Komnas HAM menerima 34 pengaduan dugaan pelanggaran HAM
khusunya hak atas KBB. Sebaran wilayah tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat.
"Sebaran wilayah kejadian tertinggi Jawa Barat dengan enam pengaduan, disusul DKI Jakarta
lima pengaduan, Aceh dan Belitung empat pengaduan, Sulawesi Utara tiga pengaduan.
Selebihnya terdistribusi di berbagai wilayah," kata Jayadi.
Selain di Indonesia, juga terdapat wilayah pelanggaran KBB di Arab Saudi. Hal itu terkait
dengan penahanan sebelas orang WNI yang melaksanakan shalat Idul Fitri beberapa hari
setelah pelaksanaan shalat idul Fitri oleh pemerintah Arab di Masjidil Haram.
Jayadi mengatakan pihak yang paling banyak diadukan terkait dugaan pelanggaran HAM
adalah pemerintah daerah dengan jumlah pengaduan sebanyak delapan belas.
"Kemudian disusul oleh kelompok masyarakat enam pengaduan, organisasi lima pengaduan,
selebihnya terdistribusi ke berbagai pihak," ujar Jayadi.

Anda mungkin juga menyukai