PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidroponik telah berkembang secara sederhana sejak zaman Babilonia
dengan taman gantung dan suku Aztek dengan rakit rumput. Tahun 1600-an
diketahui tanaman yang diairi dengan air berlumpur tumbuh lebih bagus
dibanding air bening karena tanaman menyerap sesuatu dari air berlumpur
yang berisi nutrisi untuk tanaman. Cara hidroponik banyak dipergunakan
untuk
memproduksi
bunga-bungaan
seperti
carnation,
gladioli,
II. ISI
Hidroponik adalah cara budidaya tanaman dengan menggunakan
medium air. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
metode bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan
porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsurunsur esensial yang dibutuhkan tanaman.
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan
hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari
kata hydro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam
selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu
karang atau batu bata, potongan kayu dan busa.
Green house dapat didefinisikan sebagai bangunan atau konstruksi
dengan atap tembus cahaya yang berfungsi untuk memanipulasi kondisi
lingkungan dalam pemeliharaan tanaman agar tanaman di dalamnya dapat
berkembang optimal. Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal,
yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan
memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki.
Menurut Sani (2015), tujuan dari pembuatan green house adalah untuk
menciptakan kondisi lingkungan yang stabil di dalamnya, sehingga secara
otomatis dapat mengoptimalkan hasil produksi. Tanaman di dalam green
house lebih aman dari kondisi iklim yang ekstrem, misalnya hujan, angin,
radiasi sinar matahari langsung yang kemungkinan dapat merusak tanaman.
Tipe green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau
desainnya. Bentuk atau desain ini selain berpengaruh pada kekuatan struktur
juga sangat berpengaruh pada kondisi iklim mikro di dalam green house.
Secara umum desain green house untuk daerah tropis berbeda dengan
desain di daerah empat musim maupun sub tropis. Kecuali desain green
house yang memang dibuat khusus seperti untuk penanaman planlet, induksi
akar atau pembuatan stek. Terdapat dua tipe green house yaitu tipe lean to
dan tipe free standing.
Tipe lean to adalah green house dengan atap tunggal yang dibuat rata
atau miring, karena salah satu dindingnya menempel tembok atau bangunan
lain. Kelebihan dari green house tipe lean to adalah biaya pembuatan
cenderung murah, dan bangunan yang menempel ke green house dapat
menyerap panas. Panas yang diserap tembok atau bangunan tersebut, pada
malam hari dapat bermanfaat untuk menghangatkan tanaman dari hawa
dingin.
Tipe free standing adalah green house yang sisi-sisinya bebas, dan tidak
menempel pada bangunan lain. Kekurangan dari green house tipe free
standing adalah biaya yang dibutuhkan cukup mahal. Ada beberapa jenis
green house tipe free standing diantaranya tunnel, piggy back, shading house,
dan multispan.
Tipe tunnel dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran.
Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk
melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam
menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki
terpendam ke dalam tanah memegang bangunan lebih kuat. Kelemahan dari
tipe ini adalah minimnya sistem ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis
dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk
mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
Green house tipe piggy back merupakan green house yang paling
banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical
green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik.
Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan
mikroklimat yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman. Selain memiliki
kelebihan, banyaknya struktur bukaan merupakan kekurangan dari tipe ini.
Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat, green house tipe piggy back
kurang disarankan karena dengan banyaknya struktur terbuka menyebabkan
struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari segi biaya dengan
penggunaan material atap sama, green house tipe ini relatif lebih mahal
dibanding tipe lain karena penggunaan material struktur lebih banyak.
(cooling) untuk produksi tanaman pada musim panas. Saat ini para
hortikulturis mengetahui bahwa masing-masing varietas tanaman (walaupun
sama spesies) memberikan respon yang berbeda terhadap suhu tertentu.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan metode
bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous
lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur
esensial yang dibutuhkan tanaman.
2. Green house dapat didefinisikan sebagai bangunan atau konstruksi
dengan atap tembus cahaya yang berfungsi untuk memanipulasi kondisi
lingkungan dalam pemeliharaan tanaman agar tanaman di dalamnya
dapat berkembang optimal.
3. Tujuan dari pembuatan green house adalah untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang stabil di dalamnya, sehingga secara otomatis dapat
mengoptimalkan hasil produksi.
4. Tipe green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau
desainnya.
5. Terdapat dua tipe green house yaitu tipe lean to dan tipe free standing.
6. Tipe lean to adalah green house dengan atap tunggal yang dibuat rata
atau miring, karena salah satu dindingnya menempel tembok atau
bangunan lain.
7. Tipe free standing adalah green house yang sisi-sisinya bebas, dan tidak
menempel pada bangunan lain.
8. Ada beberapa jenis green house tipe free standing diantaranya tunnel,
piggy back, shading house, dan multispan.
9. Shading house adalah bangunan berpeneduh, memiliki atap berupa
jala/net yang dapat dilewati cahaya dengan intensitas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Sani, Berlin 2015. Kupas Tuntas Hidroponik. Jakarta: Kata Pena. ISBN 978-6021296-17-2.
Disusun oleh:
Shannen Mutiara Kisty
H0714131
Usman Useng
Yuanita Wahyu Hapsari
Yudo Sakti