Makalah Psikiatri Gangguan Afektif
Makalah Psikiatri Gangguan Afektif
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan
sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi
(suasana perasaan yang meningkat).1 Pasien dengan mood yang meninggi
menunjukkan
sikap
meluap-luap,
gagasan
yang
meloncat-loncat,
keseharian
individu
dan
hubungan
interpersonal.
1.2.
TUJUAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian dalam
Kepaniteraan Senior Psikiatri Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
1.3.
MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfat bagi mahasiswa
dalam memahami gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]),
memahami etiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan status
mental, penegakan diagnosis, pengelolaan dan penatalaksanaan secara
efektif dan efisien serta menentukan prognosisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
DEFINISI
Gangguan mood merupakan kelompok gangguan psikiatri dimana
mood yang patologis akan mempengaruhi fungsi vegetatif dan psikomotor
yang merupakan gambaran klinis utama dari gangguan tersebut. Dahulu
gangguan mood dikenal dengan gangguan afektif namun sekarang istilah
gangguan mood lebih disukai karena mood lebih merujuk pada status
emosional yang meresap dari seseorang sedangkan afektif merupakan
ekspresi eksternal dari emosi saat itu. Gangguan mood merupakan suatu
sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang berlangsung
dalam hitungan minggu hingga bulan yang mempengaruhi fungsi dan pola
kehidupan sehari-hari.2
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif])
merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi bentuknya. Kelainan
fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi
(suasana perasaan yang meningkat).1
2.2.
SEJARAH
Pada zaman dahulu kala, masyarakat kuno percaya bahwa semua
penyakit mental disebabkan oleh kekuatan supranatural dan cara untuk
menyembuhkannya adalah dengan mengeluarkan roh jahat dari tubuh
penderita. Catatan mengenai gangguan mood banyak ditemukan dalam
dokumen
Elemen
Api
Tanah/ bumi
Air
Udara
Kualitas
Panas
Kering
Basah
Dingin
Cairan/ humor
Darah (di jantung)
Plegma (di otak)
Lendir kuning (di hati)
Lendir hitam (di limpa)
Kepribadian
Sanguin
Phlegmatic
Kholeric
Melancholic
Cairan/ humor
Darah (di jantung)
Plegma (di otak)
Lendir kuning (di hati)
Lendir hitam (di limpa)
Kualitas
Semangat
Lamban
Keras
Murung
bahwa setiap pasien adalah individu yang unik dengan masa lalu yang
berbeda-beda. Ia menyadari bahwa neuropsikologi dan psikologi tidak
bertentangan.4
2.3.
EPIDEMIOLOGI
Pada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat
pada wanita dua kali lebih besar dari pada laki-laki. Gangguan Bipolar I
mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita. 2 Lebih
banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa disebabkan oleh
pola komunikasi wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada
orang lain dan harapan untuk mendapatkan bantuan atau dukungan
sedangkan pada laki-laki cenderung untuk memikirkan masalahnya sendiri
dan jarang menunjukkan emosinya.4
Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu
remaja dan dewasa awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi
karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan
yang penting yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja, remaja
ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas
ke masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari
depresi terjadi pada usia 18-44 tahun.4 Beberapa data epidemiologis barubaru ini menyatakan insidensi gangguan depresif berat meningkat pada
usia kurang dari 20 tahun.2 Penurunan kecenderungan depresi pada usia
dewasa diduga karena berkurangnya respon emosi seseorang seiring
bertambahnya usia, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap
pengalaman dan peristiwa hidup yang dapat memicu stress.4
Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan
depresi. Onset gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun.
Laporan kasus gangguan bipolar I diatas usia 50 tahun sangat jarang.2
Pada umumnya gangguan depresif berat paling sering terjadi pada
seseorang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, telah
bercerai atau berpisah dengan pasangan hidup. Gangguan bipolar I lebih
sering terjadi pada orang yang bercerai dan hidup sendiri daripada orang
yang menikah.2
2.4.
ETIOLOGI
disertai
juga
dengan
gejala
depresi.
Obat-obat
yang
menurunkan
gejala
depresi.
Disfungsi
jalur
dopamin
abnormal
pada
sumbu
neuroendokrin
mungkin
Departemen
Psikiatri
Virginia
Commonwealth
University
10
11
12
EPISODE MANIK
F30.0 Hipomania
13
terjadi
aktivitas
berlabihan,
percepatan
dan
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurangkurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penmbahan energi dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna
antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba
dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang
usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain
(adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
14
(b)
15
16
EPISODE DEPRESIF
masa
sekurang-kurangnya
minggu
untuk
cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang
(F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode
depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya
harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33.-)
dengan (g).
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
17
lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
frekuensinya
lebih
jarang
dibandingkan
dengan
19
berlangsung
berlangsung
20
(b) Sekurang-kurangnya
dua
episode
telah
berlangsung
dua
episode
telah
berlangsung
episode
telah
berlangsung
F34.0 Siklotimia
21
F34.1 Distimia
22
2.6.
Mood, afek dan perasaan: Pasien tersebut sering kali dibawa oleh
anggota keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan
penurunan aktifitas secara menyeluruh.
23
Mood, afek dan perasaan: Pasien manik biasanya euforik dan lekas
marah. Mereka memiliki toleransi yang rendah dan mudah frustasi
yang dapat menyebabkan perasaan marah dan permusuhan. Secara
24
Bicara: Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering
kali rewel dan menjadi pengganggu bagi orang-orang disekitarnya.
Saat keadaan teraktifitas, pembicaraan penuh dengan gurauan,
kelucuan, sajak, permainan kata-kata dan hal-hal yang tidak relevan.
Saat tingkat aktifitas meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar,
kemampuan konsentrasi menghilang menyebabkan gagasan yang
meloncat-loncat (flight of idea), gado-gado kata dan neologisme. Pada
keadaan manik akut, pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan
tidak dapat dibedakan dari pembicaraan skizofrenik.
Sensorium dan kognisi: Secara umum, orientasi dan daya ingat masih
intak walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik
sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala tersebut disebut
mania delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin.
2.7.
TERAPI
25
bahwa
farmakoterapi,
baik
sendiri
maupun
dengan
26
27
berikut: (1) efektif pada berbagai gangguan depresi, (2) efektif dalam
perawatan jangka pendek dan jangka panjang, (3) efektif pada berbagai
kelompok umur, (4) memiliki onset cepat, (5) dosis sekali sehari, (6) biaya
yang terjangkau, (7) ditoleransi oleh tubuh dengan baik, (8) tidak
mempengaruhi perilaku, (9) toleransi terhadap berbagai penyakit fisik,
(10) bebas dari interaksi dengan makanan atau obat-obatan, (11) aman.7
Setiap pasien memiliki masalah yang berbeda-beda dan
penilaian klinis selalu diperlukan pada saat membuat keputusan dalam
menentukan pengobatan pasien. Untuk menemukan obat yang sesuai bagi
seseorang harus dilakukan secara empiris. Riwayat pengobataan di masa
lalu juga sangat penting sebagai pedoman penggunaaan obat selanjutnya.
Selain efek antidepresan, obat ini juga memiliki efek samping lainnya.
Obat yang berefek sedatif kuat lebih sesuai untuk keadaan gelisah dan
agitasi sementara obat yang memiliki efek sedasi yang rendah cocok untuk
pasien yang mengalami penghentian atau penurunan aktivitas psikomotor.
28
SSP.9
TCA
dosis
tinggi
dapat
memperlambat
aktivitas
penyerapan
obat
menjadi
lebih
lama.
Konsentrasi
Penghambatan reseptor
TCA menghambat reseptor serotonin, -adrenergik, histamin dan
muskarinik.9
29
Farmakologi Klinik
TCA meningkatkan aktifitas berfikir, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi gejala depresi pada 50-70%
pasien. Perbaikan alam pikiran memerlukan waktu dua minggu atau lebih. 9
TCA banyak digunakan untuk depresi sedang hingga berat terutama
dengan gangguan psikomotorik, insomnia atau nafsu makan yang buruk.
Hal yang perlu diperhatikan adalah efek terapi yang lambat sehingga
pengobatan setidaknya dilakukan 4-6 minggu sebelum menyimpulkan
bahwa obat tersebut tidak efektif. Jika muncul respon parsial, pengobatan
harus dilanjutkan selama beberapa minggu lagi sebelum meningkatkan
dosis.11
Efek samping
jantung
yang
berlebihan,
perlambatan
konduksi
30
HETEROSIKLIK
Antidepresan heterosiklik merupakan antidepresan turunan kedua dan
ketiga. Potensi obat heterosiklik tidak berbeda secara khusus dari agenagen sebelumnya. Yang termasuk antidepresan generasi kedua dalah
amoxapine, maprotiline, trazodone dan bupiropion.
Generasi ketiga
31
INHIBITOR AMBILAN
KEMBALI
SEROTONIN
SELEKTIF
32
Citalopram (Celexa)
Oral: 20; 40 mg tablet
Dosis: 20-60 mg/hari
Fluoxetine (Prozac)
Oral: 10; 20 mg pulveres, 10 mg tablet, 20 mg/mL liquid
Dosis: 10-60 mg/hari
Fluvoxamine (Luvox)
Oral: 25; 50; 100 mg tablet
Dosis: 100-300 mg/hari
Paraxetine (Paxil)
Oral: 10; 20; 30; 40 mg tablet, 10 mg/mL suspensi, 12,5; 25 mg
controlled release tablet
Dosis: 20-50 mg/hari
Sertraline (Zoloft)
Oral: 25; 50; 100 mg tablet
Dosis: 50-200 mg/hari
33
34
dan konstipasi. MAOI dan SSRI jangan diberikan bersamaan karena dapat
terjadi bahaya sindrom serotonin yang dapat mematikan. Diperlukan
waktu enam minggu sebelum menggunakan obat yang lain.9
Sediaan dan Dosis
Phenelzine (Nardil)
Oral: 15 mg tablet
Dosis: 47-75 mg/hari
Tranylcypromine (Parnate)
Oral: 10 mg tablet
Dosis: 10-30 mg/hari
Keterangan:
+++
++
+
+/?
Sedasi
Anti
muskarinik
Ortostati
Dopamin
+++
++
-
+++
++
-
k
+++
++
+/-
+++
++
++
+++
+++
+
+++
+
++
++
+++
++
++
+
+
+++
-
+
+++
+
++
++
+
++
++
-
++
++
+/+/++
+
+
+
++
+/++
+/+
-
++
+++
+++
+++
+++
+++
?
+++
++
+++
+++
+
+/++
+++
+++
++
++
+++
++
+/?
+/-
+++
+
+/+++
++
++
+/-
+
?
-
: Berat
: Sedang
: Ringan
: Tidak ada/ minimal sekali
: Tidak tentu
Sumber:B G Katzung, Basic Clinical Pharmacology 9th ed, 2009.
35
Farmakodinamik
Mekanisme kerja yang pasti dari lithium sampai saat ini masih dalam
penelitian. Diperkirakan bekerja atas tiga dasar yaitu:
berhubungan
erat
dengan
natrium.
Lithium
dapat
36
menurunkan
pengeluaran
norepinefrin
dan
dopamin,
Farmakologi Klinik
Sampai saat ini lithium karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar
terutama pada fase manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan
penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih tergolong ringan, lithium
sendiri merupakan obat yang efektif. pada kasus berat, hampir selalu perlu
ditambah clonazepam atau lorazepam dan kadang ditambah antipsikosis
37
bulan.
Efek pada ginjal: polidipsi dan poliuri sering ditemukan namun
bersifat reversibel. Beberapa literatur menerangkan bahwa terapi
lithium jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal termasuk
nefritis interstitial kronis dan glomerulopati perubahan minimal
dengan sindrom nefrotik. Penurunan laju filtrasi glomerulus telah
ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai azotemia maupun gagal
ginjal. Tes fungsi ginjal harus dilakukan secara periodik untuk
penggunaan lithium.
Efek pada kehamilan dan menyusui: Laporan terdahulu menyatakan
peningkatan frekuensi kelainan jantung pada bayi dengan ibu yang
mengkonsumsi lithium terutama anomali Ebstein. Namun data terbaru
menyebutkan
resiko
efek
teratogenik
relatif
rendah.
Lithium
didapatkan pada air susu dengan kadar sepertiga sampai setengah dari
kadar serum. Toksisitas pada bayi dimanifestasikan dengan letargi,
sianosis, reflek moro dan reflek hisap berkurang dan hepatomegali.
38
Efek lainnya: Telah dilaporkan efek erupsi jerawat dan folikulitis pada
penggunaan lithium. Leukositosis selama pengobatan dengan lithium
selalu ada yang merefleksikan efek langsung pada leukopoiesis.8
keberhasilan
yang
setara
dengan
lithium
pada
mania
akut
dan
juga
untuk
terapi
profilaksis.
39
PROGNOSIS
Banyak penelitian mengenai perjalanan penyakit dan prognosis
gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) memberikan kesimpulan
bahwa penyakit ini memiliki perjalanan yang panjang dan pasien
cenderung mengalami kekambuhan.
Prognosa baik apabila:
40
41
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan mood merupakan suatu sindrom yang terdiri dari tanda-tanda
dan gejala-gejala yang berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan yang
mempengaruhi fungsi dan pola kehidupan sehari-hari. Kelainan fundamental dari
kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek,
biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Faktor yang berperan penting sebagai penyebab gangguan mood adalah
faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial. Penatalaksanaan untuk
gangguan mood adalah dengan terapi psikososial serta farmakoterapi. Pemilihan
agen-agen farmakoterpi untuk gangguan mood adalah tergantung pada toleransi
pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi
pasien.
Gangguan mood cenderung bersifat kronis, dan pasien cenderung
mengalami relaps. Pasien dengan gangguan mood sering menunjukkan penurunan
fungsi yang mencolok. Hasil terapi akan menunjukkan kemajuan jika fungsi
keluarga dan fungsi pendukung lainnya baik.
42
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah makalah yang berjudul Gangguan Suasana Perasaan (Mood
[Afektif]) ini kami susun. Kami bersyukur, makalah ini dapat diselesaikan berkat
rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan atas bantuan dari semua teman-teman kami,
sehingga ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kami
sampaikan kepada teman-teman kami. Akhir kata kami, berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam memahami Gangguan Suasana
Perasaan (Mood [Afektif]).
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdi M. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. p. 5869.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7. Jakarta: Binarupa
Aksara. 1997. p. 777-858
3. Medicastore. Mania. [Online]. 2010 [cited 2010 June 11]; Available from:
URL: http://medicastore.com/penyakit/262/Mania.html
4. Lubis NL. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2009. p. 61-85.
5. Soreff S, McInnes LA. Bipolar Affective Disorder. [Online]. 2010 Feb 9
[cited 2010 June 4]; Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/286342-overview
6. Rusdi M. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi 3.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2007. p. 2335.
7. Baldwin DS, Birtwistle J. An Atlas of Depression. New York: The
Parthenon Publishing Group. 2002.
8. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology 10th ed: Antipsychotic
Agents and Lithium, Antidepressant Agents. San Fransisco: McGraw-Hill.
2006.
9. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar.
Jakarta: Widya Medika. 2001. p. 120-6
10. Brunton LL, Blumenthal DK, Parker KL, Buxton ILO. Goodman and
Gilman's Manual of Pharmalogical and Therapeutics: Drug Therapy of
Depression and Anxiety Disordes, Pharmacotherapy of Psychosis and
Mania. San Francisco: McGraw-Hill. 2008. p. 278-318.
11. Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Flower RJ. Rang and Dales Pharmacology
6th ed: Antidepressant Drugs. New York: Elsevier. 2007.
44
45