Anda di halaman 1dari 200

PENDIDIKAN

BERBASIS

ADAB

Konsep dan Aplikasi di Pesantren at-Taqwa


(Pesantren Shoul Lin al-Islami) Depok
Bunga Rampai
Pemikiran Pendidikan Islam
Guru-guru Pesantren Shoul Lin al-Islami
Depok-Jawa Barat

- Oleh: Adian Husaini-Muhammad Ardiansyah-Nuim Hidayat-Muhammad Suidat


Megawati-Saif Hidayatullah-Bana Fatahillah - Editor: Adian Husaini
Ramadhan 1437/Juni
2016
1
(www.ponpes-attaqwa.com)

Judul:
Pendidikan Berbasis Adab
Penulis:
Adian Husaini et al.
Penerbit:
Attaqwa Press Depok
Tahun:
2016
YPI Attaqwa Depok
Kantor Pusat: Komplek Timah Blok
CC V No 100 Kelapa Dua
Depok 16951.
Website
www.ponpes-attaqwa.com.
Donasi untuk Pembangunan
Pesantren Attaqwa Depok
ke BSM no 7053450762
an Yayasan Pendidikan Islam
Attaqwa Depok.

Pengantar

Alhamdulillah, pada bulan Ramadhan 1437


Hijriah (2016), kami semua, keluarga besar
Yayasan Pendidikan Islam at-Taqwa Depok,
menerima anugerah Allah SWT yang tak terkira.
Itu karena pada bulan mulia ini, lokasi pesantren yang baru di Cilodong, Depok, telah bisa ditempati, setelah selama satu tahun para santri
menempati rumah kontrakan.
Dalam waktu hampir tiga bulan, beberapa
bangunan telah siap ditempati, khususnya rumah mudir mahad, hall, dan asrama santri
putri sementara. Begitu juga sejumlah sarana
pendukung seperti toilet, dapur umum, pagar
keliling pesantren, dan sebagainya. Dengan ijin
Allah SWT, dalam waktu tiga bulan, terkumpul
dana dari para donatur hampir mencapai Rp 500
juta. Semoga Allah SWT memberikan balasan
amal jariyah kepada para donatur.
Sejak dimulainya pendidikan at-Taqwa, sekitar tahun 1998, mulai Taman Pendidikan al3

Quran (TPA) at-Taqwa, YPI at-Taqwa telah mencapai perkembangan yang menggembirakan.
Apalagi, setelah bergabungnya tenaga pendidikan yang baik dan sungguh-sungguh mencintai pendidikan. Kini, YPI at-Taqwa telah menaungi pendidikan mulai TK sampai tingkat SMP
(dalam bentuk pesantren Shoul Lin al-Islami).
InsyaAllah, tahun depan sudah mulai tingkat
SMA, dan seterusnya sampai tingkat Pendidikan
Tinggi.
Pengalaman pendidikan selama 15 tahun
lebih, semakin menyadarkan kami, bahwa tantangan pendidikan Islam sangatlah berat. Khususnya dalam menjaga niat ikhlas, menjadikan
pendidikan sebagai suatu bentuk amal dakwah
dan jihad fi-sabilillah yang sangat mulia.
Dalam perjalanan itu pula, kami semakin
yakin, setelah melakukan kajian dan pencermatan serta perenungan yang mendalam, bahwa
konsep tadib (pendidikan berbasis adab) adalah konsep pendidikan yang terbaik. Sistem dan
model pendidikan ini telah diterapkan di zaman
Rasulullah saw, para sahabat Nabi, dan ulamaulama salafus-shalih.
Maka, sungguh tepat, bahwa pakar pendidikan Islam, Prof. Naquib al-Attas kemudian me4

ngajukan teori: akar masalah umat Islam adalah


loss of adab. Lalu, beliau merumuskan konsep
adab dan tadib dan menerapkannya dalam
suatu bentuk pendidikan tinggi yang unggul di
International Institute of Islamic Thought and
Civilization (ISTAC).
Saya saya bersyukur sempat ditakdirkan
oleh Allah SWT untuk berguru kepada beliau
dan menimba ilmu di ISTAC, serta berguru kepada murid-murid beliau, khususnya kepada Prof.
Wan Mohd Nor Wan Daud.
Di Pesantren at-Taqwa ini, kami terusmenerus berusaha melakukan perbaikan demi
perbaikan, dan mendorong para guru untuk
menuliskan buah pikiran dan pengalamannya
dalam pendidikan. Refleksi pemikiran mereka
itu saya coba kumpulkan dan dengan sedikit
editing, Alhamdulillah kemudian bisa tersaji dalam sebuah buku berikut ini.
Atas nama seluruh pengurus YPI at-Taqwa
Depok, para guru, dan para santri, kami menyampaikan terimasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam perkembangan YPI
at-Taqwa Depok. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai langkah kita. Dan akhirul kalam, semoga buku ini bermanfaat, khususnya bagi
5

internal keluarga besar YPI at-Taqwa, baik guru,


wali santri, para santri, dan kaum muslimin
seluruhnya. Sekian dan jazakumullahu khair.
Depok, 11 Ramadhan 1437 H
Dr. Adian Husaini
(Ketua Pembina YPI at-Taqwa Depok)

1. PONDOK PESANTREN AT-TAQWA DEPOK


(Pesantren Shoul-Lin al-Islami Depok)
Oleh: Dr. Adian Husaini
1.1. MOTTO: Shoul Lin JSP Beradab Jiwa-Raga
Motto atau semboyan Pesantren Shoul Lin
al-Islami ini ditentukan berdasarkan diskusi
yang panjang dengan para guru. JSP (Jujur, Semangat Peduli) bisa dikatakan merupakan
akhlak (adab) yang penting yang wajib dimiliki
setiap muslim. JUJUR bermakna jujur dalam
soal iman, dimana hati seorang mukmin harus
bebas dari paham syirik dan penyakit munafik.
Jujur dalam soal akhlak pun merupakan fondasi akhlak yang sangat penting. Sebab, kata
Nabi Muhammad saw, jujur membawa ke sorga, dan dusta membawa ke neraka. Seluruh
keluarga besar pesantren harus berusaha keras
mendidik diri dan keluarga menjadi manusiamanusia yang jujur. Bohong dan dusta harus
dibuang jauh-jauh dalam kamus kehidupan
kita. Menyontek dalam ujian, misalnya, adalah
perbuatan nista yang harus dibenci.
7

SEMANGAT mewakili sejumlah akhlak


mulia, seperti tidak malas, tidak bersikap
lemah, dan tidak pesimis. Santri dan keluarga
besar pesantren Shoul Lin al-Islami harus
menempa diri menjadi manusia yang rajin
belajar dan bekerja, tidak malas (kasal), tidak
bersikap merasa tidak mampu (ajz), atau
bersikap pesimis. Pesan Nabi saw, muslim
wajib bersemangat meraih cita-cita yang baik,
tidak merasa lemah, dan senantiasa meminta
pertolongan kepada Allah SWT.
PEDULI adalah sifat yang harus dimiliki
setiap muslim. Mulai peduli untuk menyingkirkan duri di jalan, peduli kepada penderitaan sesama manusia, sampai peduli kepada
segala bentuk kemungkaran. Santri dan keluarga besar Pesantren Shoul Lin al-Islami
wajib berusaha untuk menjadi manusia yang
Peduli. Nabi Muhammad saw berpesan, bahwa
bukan orang mukmin, orang yang perutnya kenyang, tetapi tetangganya kelaparan. Selemahlemah iman adalah orang yang benci terhadap
kemungkaran, tetapi tidak berbuat apa-apa.
Beradab jiwa-raga menjadi semboyan
penting Pesantren Shoul Lin, yang sejalan dengan semangat Lagu Indonesia Raya: Bangunlah
8

Jiwanya, bangunlah badannya. Jiwa harus dibangun dengan ilmu dan tazkiyatun nafs. Karena
itu, Pesantren Shoul Lin banyak mengkaji dan
berusaha mengamalkan kitab-kitab Imam alGhazali yang dikenal sangat menekankan amalan-amalan pensucian jiwa. Adapun beradab
dalam hal raga (jasadiah) menjadi perhatian
penting, karena amanah Rasulullah saw, bahwa
orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.
1.2. Konsep Dasar
Pesantren Shoul-Lin al-Islami adalah
sebuah lembaga pendidikan Islam berbentuk
PONDOK PESANTREN yang berbasis pendidikan
adab (tadib) dan menerapkan Program Pendidikan KMI (Kulliyyatul Muaddibin al-Islami).
Lembaga ini dibentuk karena terdorong oleh
Teori yang disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, saat Konferensi Internasional Pendidikan Islam, di Mekkah, 1977,
bahwa akar masalah yang dihadapi oleh umat
Islam saat ini adalah hilang adab (loss of
adab). Karena itu, untuk mengatasi masalah
umat secara mendasar dan sistemik, harus dila9

kukan dengan penanaman nilai-nilai adab dalam kehidupan pribadi, keluarga, lembaga, masyarakat, dan negara. Itulah yang disebut pendidikan (tadib).
Mengacu kepada QS 66:6 dan penjelasan
serta praktik pendidikan di masa Nabi saw, para
sahabat Nabi, dan para ulama terdahulu, bisa
disimpulkan, bahwa untuk meraih keselamatan
dunia dan akhirat, pendidikan harus dimulai
dengan penanaman adab dalam diri seseorang
secara terus-menerus. Bahkan, bisa dikatakan,
penanaman adab ini adalah elemen paling
mendasar dalam pendidikan. Setelah adab ditanamkan, barulah berbagai ilmu yang diperlukan,
diajarkan kepada para murid.
Nama at-Taqwa digunakan sebagai sasaran program pendidikan, yaitu membentuk
manusia yang bertaqwa, yaitu manusia yang
paling mulia dalam pandangan Allah SWT.
Tujuan membentuk manusia beriman dan bertaqwa juga disebutkan dalam Sistem Pendidikan
Nasional.
Sedangkan nama Shoul Lin adalah istilah
bahasa Arab yang bermakna lompatan lembut.
Istilah ini menyiratkan tujuan pendidikan di
Pesantren ini adalah mendorong seluruh guru
10

dan santri agar berusaha mendekat kepada


Allah dengan secepat mungkin, agar meraih ketaqwaan dan kebahagiaan, yang tak lain adalah
membentuk manusia yang beradab (insan
adaby).
Jadi, kriteria utama berhasil atau tidaknya
pendidikan di Pesantren Shoul Lin al-Islami
adalah sejauh mana nilai-nilai adab itu berhasil
ditanamkan, ditambah dengan kriteria keilmuan
yang ditetapkan sesuai kapasitas murid dan
keperluan dakwah Islam di tengah masyarakat.
1.3. Tujuan
Tujuan pendidikan di Pesantren Shoul Lin
al-Islami adalah untuk membentuk santri yang
beradab (insan adaby), yakni manusia yang baik,
yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Ini ditandai
dengan tertanamnya nilai-nilai adab dan dikuasainya wawasan keilmuan sesuai dengan potensi dan kebutuhan dakwah.
Lulusan Pesantren Shoul Lin al-Islami
(setingkat dengan lulusan sarjana Strata-1) diwajibkan memiliki kompetensi dasar : (1) Beraqidah yang shahih (2) Semangat dalam Ibadah
11

(3) Berakhlak mulia (4) Beradab dalam berbagai aspek (5) Bersemangat dan mampu melaksanakan amar maruf nahi munkar (6) Sehat
dan kuat raganya (7) Menguasai bahasa Arab
dan Inggris (8) Menamatkan kitab-kitab standar
(9) Mampu menjadi guru (muaddib) yang baik,
(10) Haus (bersemangat mencari) ilmu (11)
Memiliki lifeskill wajib: Jurnalistik, kepemimpinan, wirausaha, IT, dan pilihan: pengobatan,
menjahit, memasak.
1.4. Kurikulum
Secara Umum, Kurikulum di Pesantren
Shoul Lin al-Islami berporos kepada tiga hal:
Adab, Kitab, dan Silat. ADAB ditanamkan dalam
bentuk kajian, taushiyah, keteladanan, pembiasaan, dan penerapan sanksi aturan. KITABKITAB yang dikaji di Pesantren Shoul Lin wajib
dikuasai para santri sesuai dengan kadar kemampuannya. Jika seorang santri mampu menyelesaikan target penguasaan kitab, maka ia
diberikan kesempatan untuk mempelajari kitab
berikutnya. SILAT: wajib dikuasai oleh para
santri dengan target bisa membela diri dan
menjadi bekal pertahanan diri dalam menjalan12

kan aktivitas amar matuf nahi munkar.


Kurikulum Pesantren Shoul Lin al-Islami
mengacu kepada penerapan asas proporsionalitas antara ilmu-ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah, sehingga dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Diantara kemampuan ilmu fadhu kifayah yang wajib dikuasai oleh para santri (pilihan) adalah: matematika, jurnalistik, IT, kewirausahaan, memasak,
menjahit.
Kurikulum Pesantren Shoul Lin al-Islami
bersifat dinamis dan diaplikasikan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan murid, meskipun tetap
harus mengacu kepada target pencapaian standar kompetensi yang ditentukan.
1.5. Bentuk dan Program
Bentuk pendidikan Pesantren Shoul Lin
al-Islami adalah sistem PONDOK PESANTREN
NON-FORMAL, dengan mengacu kepada sistem
multi-entri, sesuai UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Program pendidikan di Pesantren Shoul
Lin al-Islami berprinsip pada konsep Rabbi
zidniy ilman. Bahwa, setiap waktu adalah saat
13

yang berharga untuk thalabul ilmi. Karena itu,


pada prinsipnya, tidak ada waktu untuk libur
belajar. Masa liburan adalah bentuk lain dari
proses pendidikan.
Program pendidikan Pesantren Shoul Lin
al-Islami dibagi dalam 15 (lima belas) tingkat
pendidikan, yakni 6 pada tingkat dasar dan 6
tingkat menengah, serta 3 tingkat pendidikan
tinggi (Mahad Aliy).
Masa Pendidikan di Pesantren Shoul Lin
al-Islami ditentukan oleh kemampuan murid
dalam mencapai target-target kompetensi dasar
yang ditentukan. Adapun aspek legalitas (ijazah
formal resmi dari negara) ditentukan sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku dalam sistem
pendidikan nasional.
1.6. Evaluasi
Evaluasi pendidikan di Pesantren Shoul
Lin al-Islami dilakukan secara harian, bulanan,
dan pada setiap jenjang kenaikan tingkat. Evaluasi dilakukan dalam bentuk observasi dan laporan tertulis. Ijazah diberikan untuk setiap penguasaan Kitab atau kompetensi tertentu dan
juga untuk selesainya tingkat pendidikan dasar,
14

menengah, dan tinggi. Evaluasi dilakukan oleh


pimpinan pesantren, guru, murid, dan orang
tua.
Dirumuskan di Depok, 3 Ramadhan 1437 H

15

2. BELAJARLAH, AGAR BERADAB!


Oleh: Adian Husaini dan Nuim Hidayat
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), K.H. M.
Hasyim Asyari, menulis sebuah buku penting
bagi dunia pendidikan. Judulnya, Aadabul Aalim
wal-Mutaallim Terjemahan harfiahnya: Adab
Guru dan Murid. Buku ini membahas tentang
konsep adab. Kyai Hasyim Asyari membuka
kitabnya dengan mengutip hadits Rasulullah
saw: Haqqul waladi alaa waalidihi an-yuhsina
ismahu, wa yuhsina murdhiahu, wa yuhsina
adabahu. (Hak seorang anak atas orang tuanya
adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik).
Jadi, mendidik anak agar menjadi orang
beradab, sejatinya adalah tugas orang tua. Sebagai
institusi pendidikan, sekolah mengambil alih
sebagian tugas itu, menggantikan amanah yang
dibebankan kepada orang tua. Tujuannya tetap
sama: jadikanlah anak beradab! Adab memang
sangatlah penting kedudukannya dalam ajaran
Islam. Imam Syafii, imam mazhab yang banyak
menjadi panutan kaum Muslim di Indonesia,
pernah ditanya, bagaimana upayanya dalam
16

meraih adab? Sang Imam menjawab, bahwa ia


selalu mengejar adab laksana seorang ibu yang
mencari anak satu-satunya yang hilang.
Demikianlah sebagian penjelasan KH Hasyim Asyari tentang makna adab. Menyimak
paparannya, maka tidak bisa tidak, kata adab
memang merupakan istilah yang khas maknanya
dalam Islam. Bahkan, menurutnya, salah satu
indikator amal ibadah seseorang diterima atau
tidak di sisi Allah SWT adalah tergantung pada
sejauh mana aspek adab disertakan dalam
setiap amal perbuatan yang dilakukannya.
Lalu, apa sebenarnya konsep adab? Uraian
yang lebih rinci tentang konsep adab dalam
Islam disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad
Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah
Melayu. Menurut Prof. Naquib al-Attas, adab
adalah pengenalan serta pengakuan akan hak
keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang,
dalam rencana susunan berperingkat martabat
dan darjat, yang merupakan suatu hakikat yang
berlaku dalam tabiat semesta. Pengenalan
adalah ilmu; pengakuan adalah amal. Maka,
pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa
amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti
amal tanpa ilmu. Keduanya sia-sia kerana yang
17

satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan,


dan yang satu lagi mensifatkan ketiadasedaran
dan kejahilan, demikian Prof. Naquib al-Attas.
(SM Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum
Muslimin, (ISTAC, 2001).
Begitu pentingnya masalah adab ini, maka bisa dikatakan, jatuh-bangunnya umat Islam,
tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab ini dalam
kehidupan mereka. Manusia yang beradab
terhadap orang lain akan paham bagaimana
mengenali dan mengakui seseorang sesuai harkat dan martabatnya. Martabat ulama yang shalih beda dengan martabat orang fasik yang durhaka kepada Allah. Jika dikatakan menyebutkan,
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah
yang paling taqwa, maka seorang yang beradab
tidak akan lebih menghormat kepada penguasa
yang zalim ketimbang guru ngaji di kampung
yang shalih. Itu adab kepada manusia.
Adab terkait dengan iman dan ibadah dalam
Islam. Adab bukan sekedar sopan santun. Jika
dimaknai sopan santun, bisa-bisa ada orang
yang menuduh Nabi Ibrahim a.s. sebagai orang
yang tidak beradab, karena berani menyatakan
kepada ayahnya, Sesungguhnya aku melihatmu
18

dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata.


(QS 6:74). Bisa jadi, jika hanya berdasarkan
sopan santun, tindakan mencegah kemunkaran
(nahyu anil munkar) akan dikatakan sebagai
tindakan tidak beradab. Padahal, dalam Islam,
adab terkait dengan iman dan ibadah kepada
Allah. Ukuran seorang beradab atau tidak ditentukan berdasarkan ukuran sopan-santun menurut manusia. Seorang yang berjilbab di kolam
renang bisa dikatakan berperilaku tidak sopan,
karena semua perenangnya berbikini.
Adab di Tamadun Melayu
Ulama besar dan sastrawan dari Riau, Raja
Ali Haji pun telah menyinggung tentang pentingnya akal adan adab. Ia menyatakan kelebihan seorang manusia adalah pada akal dan adab
dan bukan pada janis bangsa dan asal. Maka,
dalam kitabnya, Bustan al Katibin, yang ditulisnya tahun 1850, ia menyatakan: Jikalau beberapa pun bangsa jika tiada ilmu dan akal dan
adab, ke bawah juga jatuhnya, yakni kehinaan
juga diperolehnya.
Maka agar seseorang, masyarakat atau
bangsa itu menjadi mulia, Ali Haji menasehatkan
19

agar individu-individu itu memahami agama.


Sebagaimana hadits Rasulullah saw yang
terkenal: Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan, maka ia diberi pemahaman kepada ilmu
agama (ad diin).
Pembinaan individu yang ber-adab ini juga
menjadi perhatian yang serius ulama-ulama
Melayu abad 18. Seperti Syekh Abdus Shamad
al Palimbani dan Syekh Daud Abdullah Fathani.
Syekh Palimbani misalnya menulis Hidayah as
Salikin. Kitab ini disusun diantaranya merujuk
pada karya-karya Imam al Ghazali Minhajul
Abidin, Ihya Ulumud Din dan dan al-Arbain fi
Ushul ad Din. Sedangkan karya Syeikh Daud
bin Abdullah al Fathani diantaranya adalah
menerjemahkan kitab al Ghazali Bidayah al
Hidayah. (Dikutip dari makalah pakar sejarah
Melayu, Wan Mohd Shaghir Abdullah, Sejarah
Tasawuf dan Perkembangannya di Nusantara,
2006).
Syekh Wan Ahmad al Fathani dari Pattani
(1856-1908), dalam kitabnya Hadiqatul Azhar
war Rayahin (Terj. Oleh Wan Shaghir), berpesan
agar seseorang mempunyai adab, maka ia harus
selalu dekat dengan majelis ilmu. Ia menyatakan
: Jadikan olehmu akan yang sekedudukan
20

engkau itu (majelis) perhimpunan ilmu yang


engkau muthalaah akan dia. Supaya mengambil
guna engkau daripada segala adab dan hikmah.
Menjabarkan konsep adab Prof. SM Naquib
al-Attas, Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud, guru
besar Institut Alam dan Tamadun Melayu
Universiti Kebangsaan Malaysia, mencatat,
bahwa sedikitnya terdapat 18 entri mengenai
tadib, addaba dan adab yang bisa dijumpai
dalam lebih dari satu buku koleksi hadits. Lihat AJ
Wensinck dan JP Mensing, Boncordance Indices
de la Tradition Musulmane, 7 jil. (Leiden :EJ
Brill, 1943), I :26 ; Nasrat Abdel Rahman, The
Semantic of Adab in Arabic, al Syajarah jil.2,
No. 2, 1997, hh. 189-207. Dalam artikel ini
Prof. Abdel Rahman menganalisis pelbagai arti
perkataan adab dan perkataan yang diderivasi
darinya, khususnya perkataan tadib, dari 50
pengarang (penulis) buku berbahasa Arab dan
analisis tersebut secara umum menguatkan
pemahaman al Attas.
Perkataan adab, menurut al Attas, memiliki arti yang sangat luas dan mendalam,
sebab pada awalnya perkataan adab berarti
undangan ke sebuah jamuan makan,yang di
dalamnya sudah terkandung ide mengenai
21

hubungan social yang baik dan mulia. Namun


adab kemudian digunakan dalam konteks yang
terbatas, seperti untuk sesuatu yang merujuk
pada kajian kesusastraan dan etika profesional
dan kemasyarakatan. Menurut Wan Daud, filosof
terkenal, Al Farabi juga mendefinisikan tadib
sebagai aktivitas yang memproduksi suatu karakter yang bersumber dari sikap moral. Maka,
sebenarnya, makna kedua istilah, talim dan
tarbiyah telah tercakup di dalam istilah tadib.
Ibnul Mubarak menyatakan: Kita lebih memerlukan adab daripada ilmu yang banyak.
Jika adab hilang pada diri seseorang, maka
akan mengakibatkan kezaliman, kebodohan dan
menuruti hawa nafsu yang merusak. Karena itu,
adab mesti ditanamkan pada seluruh manusia
dalam berbagai lapisan, pada murid, guru, pemimpin rumah tangga, pemimpin bisnis, pemimpin masyarakat dan lainnya. Bagi orangorang yang memegang institusi, bila tidak terdapat adab, maka akan terjadi kerusakan yang
lebih parah. Kata Prof Wan Mohd. Nor: Gejala
penyalahgunaan kuasa, penipuan, pelbagai jenis
rasuah, politik uang, pemubaziran, kehilangan
keberanian dan keadilan, sikap malas dan sambil lewa, kegagalan pemimpin rumah tangga
22

dan sebagainya mencerminkan masalah pokok


ini.
Sikap boros dalam menggunakan kekayaan
negara adalah sifat yang buruk bagi pemimpin
dan dapat berakibat pada pencopotan dari
jabatannya. Dalam teks Hikayat Aceh menurut
Prof. Wan Mohd Nor (2007), terdapat dua kasus,
dimana Sultan Seri Alam yang sangat boros dan
Sultan Zainal Abidin yang zalim dimakzulkan
dari kursi pemerintahan.
Adab terhadap ilmu
Jadi, menurut Prof. Wan Mohd. Nor, jika
adab hilang pada diri seseorang, maka akan
mengakibatkan kezaliman, kebodohan dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Manusia dikatakan zalim, jika misalnya meletakkan
sesuatu tidak pada tempatnya. Maka, dengan
pemahaman seperti itu, seorang Muslim yang
beradab pasti lebih mencintai dan mengidolakan
Nabi Muhammad saw ketimbang manusia mana
pun. Manusia Muslim yang beradab juga akan
menghormati sahabat-sahabat nabi dan keluarganya. Begitu juga seorang muslim yang beradab akan lebih menghormati ulama pewaris
23

nabi, ketimbang penguasa yang zalim. Salah


satu adab penting yang harus dimiliki seorang
Muslim adalah adab terhadap ilmu. Saeorang
yang beradab, menurut SM Naquib al-Attas, seorang beradab haruslah mengenal derajat ilmu,
mana ilmu yang wajib ain (wajib dimiliki oleh
setiap muslim) dan mana yang wajib kifayah
(wajib dimiliki sebagian Muslim).
Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai jalan mengenal Allah dan
beribadah kepada-Nya. Ilmu juga satu-satunya
jalan meraih adab. Orang yang berilmu (ulama)
adalah pewaris nabi. Karena itu, dalam Bidayatul
Hidayah, Imam Al-Ghazali mengingatkan, orang
yang mecari ilmu dengan niat yang salah,
untuk mencari keuntungan duniawi dan pujian
manusia, sama saja dengan menghancurkan
agama. Dalam kitabnya, Adabul Alim walMutaallim, KH Hasyim Asyari juga mengutip
hadits Rasulullah saw: Barangsiapa mencari
ilmu bukan karena Allah atau ia mengharapkan
selain keridhaan Allah Taala, maka bersiaplah
dia mendapatkan tempat di neraka.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, murid terkemuka Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, juga menulis sebuah buku berjudul Al-Ilmu. Beliau
24

mengutip ungkapan Abu Darda r.a. yang menyatakan: Barangsiapa berpendapat bahwa
pergi menuntut ilmu bukan merupakan jihad,
sesungguhnya ia kurang akalnya. Abu Hatim
bin Hibban juga meriwayatkan hadits dari
Abu Hurairah r.a., yang pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa masuk
ke masjid ku ini untuk belajar kebaikan atau
untuk mengajarkannya, maka ia laksana orang
yang berjihad di jalan Allah.
Karena begitu mulianya kedudukan ilmu
dalam Islam, maka seorang yang beradab
tidak akan menyia-nyiakan umurnya untuk
menjauhi ilmu, atau mengejar ilmu yang tidak
bermanfaat, atau salah niat dalam meraih ilmu.
Sebab, akibatnya sangat fatal. Ia tidak akan
pernah mengenal Allah, tidak akan pernah
meraih kebahagiaan sejati. Sebab, dengan
mengenal dan berzikir kepada Allah, maka hati
akan menjadi tenang.
Maka, belajarlah ilmu yang benar! Belajarlah dengan niat yang benar! Jadilah manusia
yang adil dan beradab! Ingatlah, nasihat Luqmanul Hakim kepada anaknya:Wahai anakku,
janganlah kamu menserikatkan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar.
25

Wahai anakku, dirikanlah shalat dan tegakkanlah yang maruf dan cegahlah kemungkaran
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Itulah perkara yang besar dalam agama.
(QS 31:13, 17). (***)

26

3. PENDIDIKAN BERBASIS ADAB


Menurut A. Hassan
Oleh: Muhammad Suidat
(Guru Pesantren at-Taqwa Depok)

Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Demikian makna pendidikan yang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa
pendidikan itu bukan hanya diarahkan untuk
membangun dimensi lahiriyah, tapi juga untuk
membentuk dan meningkatkan kecerdasan
mental, menumbuhkan dimensi ruhani, dan
1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan nasional,
Pasal 1

27

membina akhlak manusia.


Demikian juga tujuan pendidikan yang
diharapkan dalam sistem pendidikan nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan
ini sangat penting untuk direnungkan dan memungkinkan untuk diterapkan dalam sistem
pendidikan. Secara hirarkis, tiga tujuan pertama
itulah yang merupakan tujuan yang paling pokok dalam pendidikan.
Tiga tujuan pertama di atas sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Mohammad Natsir, ketika
memberikan penjelasan atas satu pertanyaan:
Apakah tujuan yang akan dituju oleh didikan
kita!. Menurutnya: Sebenarnya tidak pula
dapat dijawab sebelum menjawab pertanyaan
yang lebih tinggi, yaitu: apakah tujuan hidup
kita di dunia ini? Kedua pertanyaan ini tidak
dapat dipisahkan, keduanya sama (identik).
Tujuan didikan adalah tujuan hidup.2 Di dalam
2. Mohammad Natsir, Capita Selecta, Jakarta: Bulan Bintang, cet. 3, 1973,
hlm. 82

28

al-Quran dijelaskan bahwa tujuan hidup itu


adalah mengabdi (beribadah) kepada Allah
S.W.T. Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. [QS. Adz-Dzariyat (51): 56].
Pengabdian kepada Allah adalah tingkatan
adab yang tinggi. Seseorang yang menyadari
kedudukannya sebagai hamba Allah, dia akan
tahu dalam menempatkan kewajiban dan
haknya. Termasuk dalam memuliakan ilmu, dan
adab dalam pengamalannya.
Bila ilmu kuasai oleh orang yang tidak
beradab, maka ilmu itu akan dirusak oleh hawa
nafsunya, bahkan ilmu itu akan dimanfaatkan
untuk kepentingan dirinya sendiri. Oleh karena
itu pendidikan dengan menitikberatkan pada
adab menjadi sangat penting dan tidak bisa
ditawar lagi.
Mengenal Sosok A. Hassan
Dalam catatan sejarah pendidikan Islam
di Indonesia, pernah hadir seorang tokoh pendidikan Islam yang memiliki peran dan usahausaha besar dalam pendidikan. Orientasi hidupnya difokuskan untuk memberikan layanan
29

pendidikan kepada siapa saja yang ingin belajar


kepadanya. Bahkan secara kelembagaan, dia
pun pernah mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang secara estafeta masih berjalan
sampai saat ini. Dia adalah Ahmad Hassan, atau
dikenal dengan sebutan A. Hassan, seorang ulama yang memiliki ilmu yang luas, dan mempunyai kepribadian yang khas. Tamar Djaja,
dalam bukunya yang berjudul Riwayat Hidup A.
Hassan menjelaskan bahwa Ia dikenal sebagai
seorang ulama yang militan, berpendirian kuat
dan kecakapan yang luar biasa. Di bidang ilmu
pengetahuan agama ia dikenal lautan ilmu dan
menghayatinya secara serius. Ahli tafsir, ahli
hadits dan ahli dalam berbagai ilmu yang lain.
Pendiriannya tegas sebagai pemegang teguh
dasar Quran dan Hadits. Di samping itu, ia seorang ulama ahli debat yang tak ada taranya.3
Mohammad Natsir yang merupakan salah seorang muridnya memberikan kesaksian tentang
diri A. Hassan.
Beliau adalah seorang ulama besar, gudang
ilmu pengetahuan, dan sumber kekuatan
batin dalam menegakkan pendirian dan ke3. Tamar Djaja, Riwayat Hidup A. Hassan, Jakarta: Mutiara, tt, hlm. 13

30

imanan. Beliau memiliki sifat-sifat utama


yang jarang dimiliki oleh ulama-ulama
rekan beliau yang lain. Seorang ulama
yang mengajarkan dan mendidik pemudapemuda sanggup hidup dan berdiri di
atas kaki sendiri. Beliau tidak kaya, tak
pernah kekurangan. Hidup dalam agama,
dan senantiasa menegakkan agama, demikianlah filsafat kehidupan beliau. Pendiriannya teguh, jiwanya kuat pantang mundur dalam menegakkan kebenaran agama.4
Kiprah dawah A. Hassan tidak hanya
lisan (mengajar), tapi juga melalui tulisan. Ia
adalah seorang penulis produktif. Banyak karya-karyanya yang sudah dipublikasikan, dan
masih dapat dibaca sampai sekarang. Kegemarannya berdebat menjadi ciri khasnya.
Tentu saja perdebatan yang dilakukannya untuk membela kemuliaan Islam. Sebagaimana
disampaikan Natsir, bahwa Beliau berdawah
dengan segala jalan yang dapat ditempuhnya.
Dengan perkataan, pidato atau ceramah sebagai
4. Sambutan Mohammad Natsir dalam buku Tamar Djaja, Riwayat Hidup
A. Hassan, Jakarta: Mutiara, tt, hlm. 9 Sambutan Mohammad Natsir
dalam buku Tamar Djaja, Riwayat Hidup A. Hassan, Jakarta: Mutiara, tt,
hlm. 9

31

kebiasaan kaum muballigh, dan lebih banyak


dengan tulisan. Beliau seorang penulis karangan
yang enak dibaca, baik dalam majalah yang beliau
terbitkan sendiri, maupun dalam buku-buku
yang sengaja ditulisnya. Di samping itu, beliau
gemar sekali berdebat, demi untuk membela
agama dan menegakkan keyakinannya.5
A. Hassan adalah seorang guru yang berwibawa, berpenampilan sederhana dan disegani
murid-muridnya. Selain Mohammad Natsir, tidak
sedikit murid-muridnya yang telah dididik oleh
A. Hassan yang datang dari berbagai daerah di
Indonesia. Yang kemudian murid-muridnya itu
menjadi tokoh dan sebagai penerus perjuangan
dawah A. Hassan. Sebagaimana ditulis Z. A
Ahmad:
Tuan Hassan bukanlah sendiri, tetapi mempunyai pengikut yang banyak yang terus
menerus bertugas melanjutkan pembaharuan dan pembelaan Islam yang sudah
dirintisnya. Di samping usahanya yang
banyak dan tekunnya mengarang, mencetak dan menyiarkan, beliau bekerja
pula mengajar. Beliau mendirikan bebe5. Ibid, hlm. 10

32

rapa madrasah, baik tingkat rendah, tsanawiyah maupun aliyah (menengah dan
tinggi), di Bandung dan di Bangil yang
menerima pelajar dari berbagai penjuru
Indonesia. Pelajarannya diterima sangat
mengagumkan oleh segala tingkat, dan di
tangannya keluar siswa-siswa yang tidak
sedikit jumlahnya, baik akhirnya menjadi
pendidik atau pemimpin maupun pembesar negara dan pemerintahan.6
A. Hassan merupakan guru di lingkungan
Persatuan Islam, yaitu sebuah organisasi Islam,
yang secara resmi didirikan pada hari Rabu tanggal 1 Shafar 1342 H bertepatan dengan tanggal
12 September 1923 di Bandung.7 Pendirian
Persatuan Islam merupakan usaha sejumlah
umat Islam untuk memperluas diskusi-diskusi
tentang topik-topik keagamaan yang telah dilakukan pada basis informal selama beberapa
bulan.8 Ahmad Hassan yang bergabung dengan
6. Z.A. Ahmad, Sumbangan yang tak Ternilai dari Tuan A.Hassan, dalam
Tamar Djaja, Riwayat Hidup A. Hassan, hlm. 131
7. Dadan Wildan, Pasang Surut Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia,
Potret Perjalanan Sejarah Organisasi Persatuan Islam (PERSIS),
Bandung: Persis Press, 2000, cet.I, hlm. 34
8. Howard M. Federspiel, Persatuan Islam, Pembaharuan Islam Indonesia

33

gerakan ini pada tahun 1924, adalah anggota


yang pandangannya memberikan format dan
individualitas nyata kepada Persatuan Islam
dan terang-terangan menempatkannya ke dalam barisan muslim modernis.9
A. Hassan kemudian menjadi ujung tombak
Persis dan menjadi figur yang menarik orang
untuk masuk Persis, karena Persis yang pada
mulanya tidak lebih dari sekadar kelompok pengajian yang tidak memiliki karakteristik yang
jelas, setelah menemukan karakteristik tersendiri dari ideologi Islahnya A. Hassan, Persis
menjadi daya tarik yang kuat bagi kalangan
muda terdidik, terutama di kota Bandung. A.
Hassan telah berfungsi sebagai guru utama dan
pemimpin kharismatik bagi Persis.10
A. Hassan telah merebut hati ummat Islam
Indonesia yang sadar, dan banyaklah sudah pengikutnya tersebar di mana-mana. Inilah yang
menyebabkan buku-bukunya laris di manamana, karena orang senang membaca dan mempelajarinya. Setiap fatwa ditegakkannya dengan
Abad XX, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996, cet. I, hlm.
15
9. Ibid, hlm. 17
10 Dadan Wildan, Pasang Surut Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia,
hlm. 49

34

dalil-dalilnya. A. Hassan bukan seorang orator


yang berpidato ke mana-mana menyebarkan
fahamnya. Ia hanya menulis dan menulis di
samping berdebat, dan mengajar murid-muridnya.11
Peran A. Hassan dalam Pendidikan
Pada tahun 1915, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan izin tentang penyelenggaraan sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kesempatan seperti
itu dimanfaatkan oleh Persis untuk menyelenggarakan sistem pendidikan menyerupai sekolah.
Dalam tahun 1930, salah seorang anggota Persis
A. Banama, mendirikan sekolah Pendidikan
Islam (Pendis), yang digunakan Persis sebagai
fasilitas pertama bagi sekolah menengah dan
sekolah guru di Bandung.12
Di samping lembaga Pendidikan Islam
(Pendis), pada tanggal 4 Maret 1936 (10 Julhijjah 1354 H) Persis mendirikan sebuah pesantren yang disebut Pesantren Persatuan
11 Tamar Djaja, Riwayat Hidup A. Hassan, hlm. 35
12 Dadan Wildan, Pasang Surut Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia,
hlm. 59

35

Islam untuk membentuk kader-kader yang


mempunyai keinginan menyebarkan agama
Islam. Selain itu tujuan utama mendirikan Pesantren Persatuan Islam itu adalah untuk mencetak para muballighin yang mampu mendakwahkan, mengajarkan, dan membela serta
memelihara agama Islam di mana pun mereka
berada.13 Pendirian Pesantren Persatuan Islam
ini atas inisiatif A. Hassan. Pesantren ini lebih
menekankan pada pengkajian agama.14
Di samping Pesantren Persatuan Islam itu
(yang disebut Pesantren Besar, karena dikhususkan untuk para pemuda), diselenggarakan
pula Pesantren Kecil (khusus untuk anak-anak
kecil) yang berlangsung sore hari yang diikuti
oleh anak-anak laki-laki dan perempuan. Pesantren Persatuan Islam dan Pesantren Kecil
tersebut bertempat di Jl. Pangeran Sumedang
(sekarang Jl. Otto Iskandardinata) di bawah
asuhan A. Hassan (untuk Pesantren Persatuan
Islam) dan Ustaz Hassan Hamid, dibantu oleh
ustaz Muhammad dan K.H. E. Abdurrahman

13 Ibid, hlm. 61
14 Tiar Anwar Bachtiar, Sejarah Pesantren Persis, Jakarta: Pembela Islam
Media, 2012, Hlm. 42, 43

36

(untuk Pesantren Kecil)15


Pesantren yang telah berdiri tahun 1936
itu, mempunyai rencana pelajaran empat tahun
dan setelah itu baru menerima murid baru.
Akan tetapi sebelum mereka menamatkan pelajaran, yaitu baru tiga setengah tahun, sebagian
pengurus dan gurunya meninggalkan Bandung
menuju Bangil termasuk Hassan dan Muhammad
Aly Al-Hamidy.16 Pesantren di Bandung itu kemudian ikut pindah ke Bangil pada bulan
Muharram 1359 H, dan murid-murid yang masih
ingin meneruskan pelajarannya ikut pindah.
Jumlah mereka sebanyak 25 orang. Setelah
berjalan satu tahun, maka pada Februari 1941
dibuka Pesantren Putri dengan lebih kurang 12
orang murid yang hampir semuanya dari luar
Bangil.17 Inilah riwayat perjuangan pendidikan
yang dipelopori oleh A. Hassan.
Dalam ilmu pendidikan, untuk mencapai
perkembangan yang maksimal maka proses
pendidikan itu harus memperhatikan dan memenuhi unsur-unsur pendidikan. Yang terma15 Dedeng Rosyidin, Konsep Pendidikan Formal Islam, Bandung: Pustaka
Nadwah, 2009, hlm. 198-199
16 Syafiq A. Mughni, Hassan Bandung, Pemikir Islam Radikal, hlm. 71
17 Ibid

37

suk unsur-unsur pendidikan adalah subjek


yang dibimbing (peserta didik), orang yang
membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan
dalam bimbingan (materi pendidikan), cara
yang digunakan dalam bimbingan (alat dan
metode), tempat di mana peristiwa bimbingan
berlangsung (lingkungan pendidikan)18, serta
evaluasi.19 Oleh karena itu unsur-unsur ini harus
terpenuhi dan menjadi perhatian serius bagi
para pendidik dan pengelola pendidikan. Harus
ada usaha yang simultan untuk meningkatkan
kualitas unsur-unsur tersebut. Seperti kualitas
dan kompetensi guru, sistem evaluasi, dan
lain sebagainya agar capaiannya dari waktu ke
waktu mejadi lebih baik.
Dalam pendidikan, peran guru sangat sentral dan penting. Guru menjadi pusat dalam proses belajar mengajar. Profesi guru merupakan
18 Umar Tirtarahardja, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2005, hlm. 51-52
19 Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20/2003,
Pasal 1 (21)

38

tugas yang sangat mulia, yaitu mewarisi tugas


nabi dan rasul.20 Para rasul adalah guru bagi
umatnya. Nabi Muhammad menyebut dirinya
sebagai guru, sebagaimana sabdanya;

Sesungguhnya Allah tidak mengutusku


untuk menekan dan tidak pula menyusahkan,
tetapi Dia mengutusku sebagai guru yang memberikan kemudahan.21
Tugas guru dalam pendidikan bukan sebatas
mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), tetapi juga membina adab muridmuridnya. Seperti yang ditulis Ramayulis, bahwa
keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan
sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya
mentransformasikan pengetahuan (knowledge)
tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilainilai (value/qimah) pada peserta didik. Bentuk
20 Kadar M, Yusuf, Tafsir Tarbawi, Pesan-pesan Al-Quran Tentang
Pendidikan, Jakarta: Amzah, 2013, hlm. 65
21 HR. Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar ihya at-Turats al-Arabi, tt,
2/1104

39

nilai yang diinternalisasikan paling tidak


meliputi; nilai etika (akhlak), estetika sosial,
ekonomi, politik, pengetahuan, pragmatis, dan
nilai ilahiyah.22
Dalam mendidik murid-muridnya seorang
guru pun harus lebih dulu memulai dan memiliki
sifat-sifat yang mencerminkan dirinya sebagai
guru. Menurut Mahmud Yunus, sifat-sifat yang
harus dimiliki oleh sorang guru adalah;
1. Guru harus mengasihi murid-muridnya seperti mengasihi anak-anaknya
2. Perhubungan antara guru dan murid-murid
haruslah baik dan erat
3. Guru haruslah memperhatikan keadaan
anak-anak dan mempelajari jiwa anakanak.
4. Guru haruslah sadar akan kewajibannya
terhadap masyarakat
5. Guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian dan kesempurnaan
6. Guru haruslah bersikap jujur dan ikhlas
7. Guru haruslah berhubungan dengan kehidupan masyarakat
8. Guru haruslah membahas dan belajar terus
22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011, hlm. 55

40

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

menerus.
Guru haruslah cakap mengajar, baik pimpinannya dan bijaksana dalam perbuatannya
Guru haruslah mempunyai jiwa sekolah modern.
Guru haruslah mempunyai cita-cita yang tetap.
guru haruslah berbadan sehat
guru haruslah membiasakan murid-muridnya supaya mereka percaya pada diri
sendiri
guru haruslah mementingkan (intisari) pelajaran bukan bentuknya yang lahir saja
guru haruslah berbicara dengan murid-murid dalam bahasa yang dipahaminya
guru haruslah memikirkan pendidikan
akhlak.23

Selain membahas tentang kedudukan


dan peran guru, pendidikan Islam juga sangat
memperhatikan kedudukan dan tugas murid
sebagai pihak yang dididik. Murid harus diberi
pemahaman tentang kewajiban dan haknya
sebagai murid. Sesuatu yang paling penting bagi
murid dalam proses belajarnya adalah masalah
adab atau akhlak. Kedudukan adab dalam
23 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT
Hidakarya Agung, tt, hlm. 61-71

41

pendidikan Islam menjadi prioritas, karena


tujuan pendidikan Islam itu sendiri untuk
melahirkan manusia yang beradab. Beradab itu
mempunyai cakupan yang luas, seperti beradab
kepada Allah SWT, beradab kepada dirinya
sendiri, beradab kepada masyarakat, beradab
kepada kedua orang tua, dan beradab terhadap
kepada ilmu, dan lain sebagainya.
Beberapa contoh adab bagi seorang murid
dalam menuntut ilmu misalnya menyucikan hati
dari sifat-sifat kecurangan, kotor, dengki, hasad,
berakidah dan berakhlak buruk, supaya berhasil
dalam menerima ilmu dan menghafalnya dan
dapat mengkaji rincian maknanya. Kemudian
berniat yang baik dengan maksud mengharap ridha Allah, beramal dengan ilmu, menghidupkan syariat, menerangi hatinya dan menghiasi batinnya dan menyongsong apa yang telah
Allah siapkan kepada pelakunya berupa keridhaan dan anugerah-Nya. 24
Orang beradab adalah yang dapat memahami dan meletakkan sesuatu pada tempatnya,
sesuai dengan harkat dan martabat yang diten24 Badruddin Abi Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin Jamaah al-Kinani
al-Syafii, Tadzkirah al-Sami wa al-Mutakallim fi adab al-Alim wa alMutaallim, Makatabah Ibn Abbad, 2005, hlm. 167, 168

42

tukan oleh Allah. Di dalam Islam orang yang


tidak mengakui Allah sebagai satu-satunya
Tuhan, bisa dikatakan tidak adil dan tidak beradab. Sebab di dalam al-Quran, syirik dikatakan
sebagai kezhaliman besar,25 Seperti yang ditegaskan dalam al-Quran tentang nasihat Lukman
kepada anaknya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar. [QS.
Lukman (31): 13].
Hal lain yang harus diperhatikan dalam
pendidikan adalah kurikulum. Menurut John P.
Miller and Wayne Seller, kurikulum dipandang
sebagai sebuah interaksi antara murid dan
guru yang dirancang untuk mencapai tujuan
pendidikan secara khusus. (Curriculum is viewed
as an interaction between students and teachers
that is designed to achieve specific educational
25 Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, Jakarta:
GIP, 2013, cet. I, hlm. 224

43

goals).26 Dalam Undang-Undang Nomor 20


tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.27
Oleh karena itu dalam menentukan kurikulum pendidikan harus memahami siapa
yang dididik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pendidikan Islam itu
berhubungan erat dengan tujuan hidup manusia, yaitu dalam rangka beribadah kepada
Allah S.W.T. Jadi sejatinya kurikulum itu disusun
dengan satu semangat yaitu untuk membentuk
manusia yang beradab.
Implementasi Pendidikan Berbasis Adab
Dalam usahanya untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam sebagai tempat belajar
bagi anak-anak Muslim, maka pada tahun 1936
A. Hassan menuangkan konsep pendidikannya
26 John P. Miller and Wayne Seller, Curriculum Perspectives and Practice,
New York dan London: Longman, hlm. 3
27 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, pasal 1 (19)

44

dalam sebuah Qonun. Di antara isinya mengatur


tentang kurikulum dan sistem pendidikan yang
berbasis pada adab. Di sinilah A. Hassan mulai
mewujudkan konsepnya itu dengan mendirikan
Pesantren Persatuan Islam. Pada pasal tiga
dalam Qonun itu disebutkan tentang tujuan
pesantren dan gambaran umum ilmu-ilmu yang
akan diajarkan, yaitu:
Pesanteren ini toejoennja semata-mata hendak mengeloearkan moeballigh-moeballigh
dengan mengadjarkan bahasa Arab dan
alat-alatnja dan ilmoe-ilmoe agama Islam
jang perloe, dan sedikit-sedikit dari peladjaran-peladjaran agama lain, dan sedikit dari
ilmoe menghitoeng, ejiografi, ilmoe alam
dan lain-lain ilmoe kedoeniaan jang akan
menolong seorang moeballigh di dalam pekerdjaannja bertabligh.
Menurut Qonun tersebut , tujuan akhir dari
pesantren itu adalah melahirkan para pendawah
(mubaligh). Tujuan ini memberi satu pengertian
bahwa pesantren atau lembaga pendidikan
Islam itu harus menumbuhkan jiwa dan semangat dawah kepada murid-muridnya. Para
murid berkewajiban mengemban tugas dawah
45

dan mengajarkan masyarakat tentang ilmu yang


telah diperolehnya selama belajar sesuai dengan
kebutuhannya. Inilah orientasi pendidikan
yang tepat. Selama ini pendidikan lebih banyak
berorientasi pada bagaimana lulusannya dapat
memenuhi kebutuhan ekonominya dan masuk
dunia kerja. Akhirnya yang disebut murid
berhasil (sukses) adalah murid yang setelah
lulus mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang
besar dan kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Sementara mata pelajaran yang harus
diberikan adalah pelajaran bahasa Arab. Hal
ini dipandang penting, sebab bahasa Arab
selain sebagai bahasa al-Quran dan Hadits,
juga bahasa yang digunakan para ulama dalam
menulis kitab sebagai warisan intelektual Islam.
Untuk memahami al-Quran, Hadits dan karya
para ulama, harus memahami bahasa Arab.
Oleh karena itu di lingkungan pendidikan Islam,
bahasa Arab menjadi kurikulum pokok.
Selain bahasa Arab, harus diberikan ilmuilmu agama (ulumuddin). Pesantren itu identik dan tidak bisa dipisahkan dengan ilmuilmu agama. Selain itu di pesantren A. Hassan
ini dikenalkan juga pelajaran tentang ajaran
agama selain Islam (saat ini barangkali dikenal
46

dengan ilmu perbandingan agama). Walaupun diberikannya hanya sedikit, akan tetapi
mengenalkan tentang ajaran-ajaran agama
lain dipandang perlu. Sebab bagaimana mungkin kita dapat mengetahui kekeliruan atau
kesesatan agama lain, sementara tidak diberikan
penjelasan tentang keyakinan dan ajaran agama
lain itu termasuk soal kesesatan dan kekeliruan
ajarannya.
Ilmu hitung (matematika) juga diberikan.
Dasar-dasar ilmu ini harus diketahui oleh para murid. Murid-murid harus mengetahui dan
memahami dasar-dasar ilmu hitung, seperti
pembagian, perkalian, penambahan, dan pengurangan. Di dalam Islam sendiri terkandung
substansi ilmu hitung, seperti ilmu faraid (warid).
Kemudian diajarkan ilmu geografi, ilmu
alam dan ilmu lain yang dapat membantu tugas dawah para mubaligh. Para dai di samping menguasai ulumuddin, juga harus memahami ilmu-ilmu lainnya. Tujuannya agar bisa
menopang dan menjadi referensi dalam tugas
dawah. Sebab objek dawah itu biasanya memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik
pendidikan, ilmu dan budayanya. Termasuk
47

berbeda dari sisi waktu dan tempatnya berdawah. Untuk itu ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan kepentingan dawah perlu dipahami
juga.
Secara lebih rinci kurikulum dalam pendidikan yang dikembangkan A.Hassan dijelaskan
pada pasal sembilan. Khususnya kurikulum
ilmu-ilmu agamanya. Pada pasal tersebut disebutkan sejumlah mata pelajaran, yaitu;
1).Tauhid
2). Fiqh
3). Baca Quran
4). Tajwid
5). Sharaf
6). Nahwu
7). Tarikh (sejarah)
8). Tafsir
9). Hadits

10). Khot (Kaligrafi)


11). Usul Fiqh
12). Akhlak
13). Bayan
14). Badi
15). Maani
16). Manthiq
17). Bahasa melayu
18). Dan lain-lain ilmu
keduniaan yang perlu,
seperti ilmu hisab
(hitung), ilmu alam, ilmu
jurnalistik, dan lain-lain.

48

Inilah kurikulum yang diajarkan A. Hassan


dalam lembaga pendidikannya. Dalam susunan
kurikulumnya A. Hassan tidak hanya menyajikan
ilmu-ilmu agama, tetapi juga memberikan ilmuilmu lainnya (dikenal dengan ilmu keduniaan).
Bahkan pelajaran bahasa Melayu pun diberikan.
Ini menunjukkan A. Hassan tidak setuju dengan
sekularisasi ilmu.
Sementara itu pada pasal tujuh diatur
tentang apa yang menjadi kewajiban murid.
Pasal ini menegaskan tentang adab yang harus
dilakukan murid, yaitu: Tiap-tiap moerid pesanteren, teroetama moerid yang menginap di roemah pesanteren, wadjib:
1. Mengerdjakan perintah-perintah agama
jang terbesar, seperti sembahjang, poeasa
dan lain-lain jang dapat dikerdjakannja
sementara djadi moerid,
2. Mendjaoehi segala larangan-larangan agama, ketjil dan besar, di dalam pesanteren
dan loearnja,
3. Menjaoehi larangan segala matjam rokok di
dalam roemah pesanteren,
4. Bersih badan dan pakaian,
5. Mendjaga kesopanan dan adab-adaban
Islam dan kesopanan adat jang tiada dila49

6.
7.
8.
9.

rang oleh agama,


Selamanja mesti mendjaga sjiar islam tentang pakaian, kelakoean, dan pergaoelan,
Wadjib hadir sembahjang djamaah di madsjid Persatoean Islam,
Wadjib hadir di tempat beladjar lima menit
sebelum peladjaran dimoelai,
Wadjib hadlir di rapat-rapat jang disoeroeh
hadlir oleh pengoeroes peladjaran.

Inilah adab-adab yang ditanamkan A.


Hassan di lembaga pendidikannya. Terlihat sekali bagaimana A.Hassan begitu perhatian terhadap persoalan adab dalam pendidikan. Dari
sini kita dapat mengatakan bahwa A. Hassan
sangat memahami bagaimana seharusnya proses pendidikan dilakukan, apa yang menjadi tujuannya, apa yang harus diprioritaskan dalam
kurikulum pendidikan.
Kalau disarikan lagi dari adab-adab tersebut maka pendidikan Islam itu harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Mendidik murid agar taat pada perintah
agama
2. Mendidik murid agar menjauhi perbuatan
yang dilarang agama
50

3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.

Mendidik murid agar tidak melakukan


perbuatan yang tidak bermanfaat (seperti
merokok)
Mendidik murid agar selalu menjaga kebersihan, baik badan maupun pakaian
Mendidik murid agar menjaga kesopanan
(adab) dalam ta ta pergaulan, baik di lingkungan pendidikan maupun di masyarakat
Mendidik murid untuk menjaga penampilan
termasuk tingkah laku sehari-hari, karena
semuanya menunjukkan sebagai syiar
Islam
Mendidik murid supaya mereka membiasakan shalat berjamaah
Mendidik murid supaya disiplin waktu. Seperti hadir lebih awal sebelum pelajaran
dimulai
Mendidik murid agar mengikuti kegiatan
yang diselenggarkan oleh sekolah.

Inilah konsep dan implementasi pendidikan


berbasis adab yang pernah dilakukan A. Hassan.
Inilah salah satu khazanah pendidikan Islam
Indonesia. Para pendidik dan pengelola lembaga
pendidikan Islam dapat menggali kembali untuk
diterapkan dalam konteks pendidikan saat ini.
51

Apalagi di tengah kegalauan dalam mencari dan


merumuskan sistem pendidikan yang ideal.
Penutup
Pendidikan tanpa adab masyarakat akan
rusak. Indonesia akan menjadi negara hebat,
jika masyarakatnya memiliki adab yang
luhur. Dengan dasar adab warga bangsa akan
menyadari mana yang menjadi kewajibannya
dan mana yang menjadi haknya. Demikian
juga pemimpin yang beradab, dia tidak akan
menzhalimi rakyatnya. Justru sebaliknya, dia
akan mengayomi rakyatnya.
Perjuangan pendidikan yang dilakukan
para ulama terutama dalam menanamkan adab
harus dilanjutkan. Pendidikan berbasis adab
tidak hanya diterapkan di sekolah-sekolah
dalam artian formal. Di dalam keluarga jauh
lebih penting. Sebab orang tualah yang berperan
dalam mendidik anak-anaknya. Mereka menjadi
madrasah pertama bagi anak-anaknya. Untuk itu
orang tua pun harus belajar bagaimana menjadi
guru yang beradab dihadapan anak-anaknya.
Oleh karena itu mari kita bumikan pendidikan
berbasis adab.

52

DAFTAR PUSTAKA
Badruddin Abi Abdullah Muhammad bin
Ibrahim bin Jamaah al-Kinani al-Syafii,
Tadzkirah al-Sami wa al-Mutakallim fi adab
al-Alim wa al-Mutaallim, Makatabah Ibn
Abbad, 2005
Djaja, Tamar, Riwayat Hidup A. Hassan, Jakarta:
Mutiara, tth
Howard M. Federspiel, Persatuan Islam, Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996
HR. Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar ihya atTurats al-Arabi, tt, 2/1104
Husaini, Adian, (ed.), Filsafat Ilmu Perspektif
Barat dan Islam, Jakarta: GIP, 2013
John P. Miller and Wayne Seller, Curriculum
Perspectives and Practice, New York dan
London: Longman

53

Mugni, Syafiq A., Hassan Bandung, Pemikir Islam


Radikal, hlm. 71
Natsir, Mohammad, Capita Selecta, Jakarta:
Bulan Bintang, cet. 3, 1973
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2011
Rosyidin, Dedeng, Konsep Pendidikan Formal
Islam, Bandung: Pustaka Nadwah, 2009
Tiar Anwar Bachtiar, Sejarah Pesantren Persis,
Jakarta: Pembela Islam Media, 2012
Tirtarahardja, Umar, S. L. La Sulo, Pengantar
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan nasional
Wildan, Dadan, Pasang Surut Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia, Potret Perjalanan
Sejarah Organisasi Persatuan Islam (PERSIS), Bandung: Persis Press, 2000

54

Yunus, Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT Hidakarya Agung, tt


Yusuf, Kadar M, Tafsir Tarbawi, Pesan-pesan AlQuran Tentang Pendidikan, Jakarta: Amzah,
2013

55

4. Kurikulum Adab dalam Syair


Imam Syafii
Oleh: Muhammad Ardiansyah
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda
Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah
adab mereka (HR Ibn Majah). Juga sabda beliau,
Jika seseorang mendidik anaknya (menjadikan
anaknya beradab) maka itu lebih baik baginya
daripada bersedekah setiap harinya setengah
sha (HR Imam Ahmad).
Istilah tadib banyak digunakan dalam hadits
Nabi Muhammad SAW. Kata ini menggambarkan
seluruh proses yang diterapkan pada seseorang
agar menjadi semakin beradab. Kata ini lebih
mendekati makna pendidikan pada masa Nabi
SAW. bentuk pendidikan bisa berupa talim atau
tarbiyah.
KH Hasyim Asyari dalam kitabnya Adabul
Alim wal Mutaallim, mengutip sebuah kisah,
bahwa suatu ketika Imam Syafii pernah ditanya
seseorang, Sejauh manakah perhatianmu terhadap adab? Beliau menjawab Setiap kali
telingaku menyimak suatu pengajaran budi
pekerti meski hanya satu huruf maka seluruh
56

organ tubuhku akan ikut merasakan (mendengarnya) seolah-olah setiap organ itu memiliki
alat pendengaran (telinga). Demikianlan perumpamaan hasrat dan kecintaanku terhadap
pengajaran budi pekerti. Beliau ditanya lagi,
Lalu bagaimanakah usaha-usaha dalam mencari adab itu? Beliau menjawab, Aku akan senantiasa mencarinya laksana seorang ibu yang
mencari anak satu-satunya yang hilang.
Maka dalam bukunya ini, Kyai Hasyim
Asyari menuliskan kesimpulan, kaitannya dengan masalah adab ini, sebagian ulama lain
menjelaskan, konsekuensi dari pernyataan
tauhid yang telah diikrarkan seseorang adalah
mengharuskan beriman kepada Allah (yakni
dengan membenarkan dan meyakini Allah tanpa
sedikitpun keraguan). Karena apabila ia tidak
memiliki keimanan itu, tauhidnya dianggap tidak
sah. Demikian juga keimanan, jika keimanan itu
tidak dibarengi dengan pengamalan syariat (hukum-hukum Islam) dengan baik maka sesungguhnya ia belum memiliki keimanan dan tauhid
yang benar. (KH Hasyim Asyari, Adabul Alim
wal Mutaallim,(Jombang:Maktabat al-Turats alIslami, 1994), hlm. 10-11)
Begitupun dengan pengamalan syariat,
57

apabila ia mengamalkannya tanpa dilandasi adab


maka pada hakikatnya ia belum mengamalkan
syariat dan belum dianggap beriman serta bertauhid kepada Allah. Berdasarkan beberapa
hadits Rasulullah SAW dan keterangan para
ulama di atas kiranya tidak perlu lagi kita ragukan betapa luhurnya kedudukan adab di
dalam ajaran agama Islam. karena tanpa adab
dan perilaku yang terpuji, maka apapun amal
ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan
diterima di sisi Allah SWT (sebagai satu amal kebaikan), baik menyangkut amal qalbiyah (hati),
badaniyah (badan), qauliyah (ucapan) maupun
filiyah (perbuatan). Dengan demikian dapat
kita maklumi bahwa salah satu indikator amal
ibadah seseorang diterima atau tidak di sisi
Allah SWT adalah melalui sejauh mana aspek
adab disertakan dalam setiap amal perbuatan
yang dilakukannya.
Kurikulum Adab
Begitu pentingnya soal adab ini maka
sudah sepatutnya kurikulum pendidikan nasional bagi kaum Muslim- menyertakan pendidikan adab. Tujuannya tak lain agar para siswa
menjadi beradab. Menurut Prof Naquib al-Attas
58

adab adalah kemauan dan kemampuan seseorang untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, sesuai dengan harkat dan martabat yang
telah ditentukan Allah. Contoh, adab pada ilmu
mengharuskan siswa memahami derajat ilmu
(maratib al-ilm). Misalnya dia paham, mana
ilmu yang fardhu ain dan mana yang fardhu kifayah. (SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur:ISTAC, 2001).
Dalam rumusan lain, al-Attas mendefinisikan, Adab is recognition and acknowledgement
of the reality that knowledge and being are
ordered hierarchically according to their various
grades and degrees of rank, and of ones proper
place in relation to that reality and ones physical,
intellectual and spiritual capacities and potencial
(SMN al-Attas, The Concept of Education in Islam
(Petaling Jaya:ABIM, 1980)
Imam Syafii tercatat sebagai ulama yang
sangat menekankan pentingnya adab dalam
pendidikan. Adab menjadi syarat wajib yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam
menuntut ilmu. Sebab itu, sejak dulu para ulama
memberi perhatian yang besar mengenai adab
ini. uniknya, perhatian sang Imam terhadap
masalah adab banyak ditemukan dalam syair59

syair yang digubahnya.


Berikut ini contoh syair-syair Imam Syafii tentang adab penuntut ilmu yang penulis
kutip dari kitab Diwan al-Imam al-Syafii karya
Muhammad Abdurrahim, (Beirut: Dar al-Fikr,
1995)
Ikhlas Karena Allah:
Barang siapa menuntut ilmu untuk meraih
kebahagiaan negeri akhirat,
ia akan beruntung meraih kemuliaan dari Allah
yang Maha Pemberi Petunjuk
Maka dia pun akan meraih kebaikan yang
berasal dari hamba-Nya
Meninggalkan Perbuatan Dosa
Aku mengadu kepada Wak tentang kelemahan
hafalanku # Ia pun memberikan nasehat Agar
aku meninggalkan maksiat
Ia memberitahuku pula bahwa ilmu itu cahaya #
dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang
yang maksiat

60

Menuntut Ilmu Sejak Dini


Siapa yang kehilangan waktu belajar pada
waktu mudanya takbirlah kepadanya empat
kali anggap saja ia sudah mati
Seorang pemuda akan berarti apabila ia
berilmu dan bertaqwa # apabila kedua hal itu
tidak ada pemuda pun tak bermakna lagi
Mencatat Setiap Ilmu yang dipelajari
Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan menulis
adalah pengikatnya # ikatlah buruanmu
dengan tambang yang kuat
Sebab diantara bentuk kebodohan, engkau
memburu seekor rusa # lalu kau biarkan rusa
itu bebas begitu saja
Bersikap Sabar di Bawah Bimbingan Guru
Sabarlah dengan sikap guru yang terasa pahit
di hatimu,
sebab kegagalan itu disebabkan meninggalkan
guru
Barangsiapa yang tak mau merasakan pahitnya
menuntut ilmu sesaat, sepanjang hidupnya ia
61

akan menjadi orang hina karena kebodohannya.


Manajemen Waktu yang Baik dan
Bersikap Selektif
Takkan ada seorangpun yang akan mencapai
seluruh ilmu, takkan ada, meskipun ia terus
berusaha seribu tahun lamanya
Sesungguhnya ilmu itu bagaikan lautan yang
sangat dalam,
sebab itu ambilah semua yang terbaik dari ilmu
yang ada
Bergaul dengan Orang Berilmu dan
Orang Saleh
Bergaullah dengan orang-orang berilmu
dan bertemanlah dengan orang-orang saleh
diantara mereka,
sebab berteman dengan mereka sangat
bermanfaat dan bergaul dengan mereka akan
membawa keuntungan
Janganlah kau merendahkan mereka dengan
pandanganmu
sebab mereka seperti bintang yang memberi
62

petunjuk, tak ada bintang yang seperti mereka


Mengembara Mencari Ilmu
Mengembaralah! Engkau akan mendapat
sahabat-sahabat pengganti sahabat-sahabat
yang ditinggalkan. Bekerja keraslah, karena
kelezatan hidup adalah dalam bekerja keras
Saya berpendapat bahwa air jika tetap di suatu
tempat, ia akan busuk. Jika ia mengalir barulah
ia bersih, dan kalau tidak mengalir akan
menjadi kotor
Singa jika tidak keluar dari sarangnya, ia
tak akan dapat makan. Anak panah jika tak
meluncur dari busurnya ia takkan mengena
Matahari pun jika tetap di tempatnya niscaya
seluruh manusia di timur dan di barat akan
marah kepadanya
Tibir (bahan baku emas) adalah seperti tanah
saja ketika ia masih tergeletak di tempatnya.
Kayu cendana ketika di hutan sama saja dengan
kayu lainnya.
Jika yang ini (kayu cendana) keluar dari
hutan, sukar sekali mendapatkannya. Dan itu
(tibir) jika sudah keluar dari tempatnya sudah
berharga seperti emas.
63

Menghargai Pendapat Orang Lain


Jika anda benar-benar memiliki ilmu dan
pemahaman # tentang ikhtilaf ulama dulu dan
sekarang
Maka hadapilah lawan diskusimu dengan
tenang # dan bijak jangan sombong dan keras
kepala
Perkataan yang baik dan lembut tanpa adanya
paksaan # akan lebih bermanfaat bagimu dan
juga lawanmu
Waspadailah orang yang keras kepala, orang
yang sok jago # dan orang yang sombong yang
merasa paling hebat
Kejahatan ada di lambung orang-orang seperti
itu # karena lebih mengutamakan perpecahan
dan permusuhan
Tak Pernah Merasa Puas dengan Ilmu
yang Dimiliki
Setiap aku mendapat pelajaran dari masa,
setiap itu pula aku tahu Segala kekurangan
akalku
Setiap ilmuku bertambah Setiap itu pula
64

bertambah pengetahuanku akan kebodohanku


Syair-syair Imam Syafii tentang adab penuntut ilmu tersebut masih sangat relevan untuk
diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Karena itu, sepatutnya para perumus kebijakan
tentang kurikulum di Indonesia memasukkan
masalah adab sebagai bagian pokok dalam kurikulum pendidikan, khususnya bagi pelajar Muslim. Wallahu alam bis shawab. (***)

65

5. Pendidikan Anak Menurut


Imam al-Ghazali
Oleh: Muhammad Ardiansyah
Anak adalah amanah Allah SWT yang dititipkan kepada orangtuanya. Dan setiap amanah
akan dituntut pertanggungjawabannya. Anak
terlahir dalam keadaan fitrah, tapi fitrah itu bisa
rusak jika orangtua tidak memainkan perannya
dengan baik sebagai pendidik utama. Hal itu
telah diingatkan oleh Rasulullah SAW dalam
sabdanya Kullu mauldin yladu ala al-fitrah,
fa abawh yuhawwidnih aw yunashsirnih
aw yumajjisnih, artinya setiap anak terlahir
dalam keadaan fitrah, lalu orangtuanya yang
menjadikan mereka bisa seperti Yahudi, Nasrani
atau Majusi (HR al-Bukhari-Muslim).
Keluar dari fitrah akan menyeret mereka
ke dalam neraka. Oleh karena itu Allah SWT
mengingatkan Y ayyuhal ladzna man q
anfusakum wa ahlkum nr yang artinya hai
orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka (QS al-Tahrim:6).
Ulama dari kalangan sahabat seperti Ali Ibn Abi
Thalib dan Ibn Abbas menafsirkan ayat ini de66

ngan addibhum wa allimhum, yang artinya


didiklah mereka dengan adab dan ajarkanlah
mereka ilmu (Ibn Katsir, Tafsr al-Qurn alAzhm, Singapura:Sulaiman Mari, tanpa tahun,
Juz III, hlm. 391. Lihat juga Abu Nashr al-Sarraj,
al-Luma f Trikh al-Tashawwuf al-Islmi, Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2007, hlm. 136).
Umar ibn al-Khattab menguatkan tafsiran kedua
sahabat ini dengan mengatakan Taaddab tsumma taallam yang berarti pelajarilah adab kemudian pelajarilah ilmu (Syekh Abdul Qadir al-Jilani,
al-Ghunyah li Thlib Tharq al-Haq, Beirut:alMaktabat al-Syabiyah, tanpa tahun, hlm. 54)
Kewajiban orangtua memperhatikan adab
dan ilmu ini tidak cukup menyerahkan anakanak mereka ke sekolah. Sebab meski sekolah
itu lembaga pendidikan, tapi pendidikan dalam
pandangan Islam tidak terbatas di sekolah.
Sungguh sebuah kesalahan besar jika orang tua
mengartikan pendidikan dengan menyerahkan
sepenuhnya urusan pendidikan anak kepada
guru di sekolah atau pesantren. Sementara ketika di rumah mereka tidak pernah peduli pendidikan anak-anaknya sama sekali. Ibarat mendirikan sebuah bangunan, kapan bangunan
akan sempurna berdiri jika tangan yang kanan
67

membangun sementara tangan yang kiri merobohkan. Imam al-Zarnuji dalam karyanya yang
terkenal, Talim al-Mutaallim, menyatakan
bahwa syarat keberhasilan pendidikan harus
ada kesungguhan dari tiga subjek yang saling
berkaitan, yaitu anak, guru, dan orangtua jika
masih ada. (al-Zarnuji, Talim al-Mutaallim,
Jakarta:Dar al-Kutub al-Islamiyyah, hlm. 43)
Dengan demikian, jika salah satunya tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka hasil akhir
dari pendidikan itu hanyalah kegagalan.
Masalah penanaman adab dan ilmu pada
anak telah menjadi perhatian para ulama.
Salah satu yang membahas dengan sangat baik
adalah Hujjatul Islam Imam al-Ghazali. Di dalam
magnum opusnya, Ihya Ulumiddin, Imam alGhazali menulis satu bab khusus tentang pendidikan anak yang diberi judul Baynu Tharq
fi Riydhat al-Shibyn f Awwali Nasyihim wa
Tadbihim wa Tahsni Akhlkihim (Penjelasan
metode melatih anak pada masa pertumbuhan,
mendidik dan memperbaiki akhlak mereka).
Mengawali penjelasan ini Imam al-Ghazali mengingatkan pentingnya pendidikan anak.
Ketahuilah! Sesungguhnya metode pendidikan anak merupakan hal yang paling
68

penting dan paling ditekankan. Anak-anak


itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya.
Hatinya yang suci merupakan permata
yang paling berharga, belum terukir dan
terbentuk. Ia menerima setiap bentuk
ukiran dan cenderung kepada setiap hal
yang digiring kepadanya. Jika dibiasakan
yang baik, dan diajarkan kebaikan maka
ia akan tumbuh menjadi baik dan bahagia
di dunia dan akhirat. Ayahnya, gurunya
dan setiap orang yang mendidiknya juga
akan mendapatkan pahala. Namun jika
dibiasakan dengan keburukan, dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan celaka
dan binasa. Dan dosanya ditanggung oleh
orangtuanya. (Hujjatul Islam, Al-Ghazali,
Ihya Ulumiddin, Kairo:Dar Misr li alThibaah, Juz II, hlm. 89)
Peringatan Imam al-Ghazali ini penting
dipahami oleh setiap orangtua. Mendidik anakanak mereka berarti menghantarkan mereka
menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebaliknya, mengabaikan pendidikan anak
adalah menghinakan, tidak memanusiakan mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam ke69

binasaan. Dan orangtua akan menerima balasannya di akhirat kelak.


Dalam masalah pendidikan anak, Imam
al-Ghazali tidak hanya memberi peringatan.
Ia juga memberikan metode pendidikan anak.
Berikut ini rangkuman metode pendidikan anak
menurut Imam al-Ghazali yang dikutip dari
bagian kitab itu.
1. Aspek Adab.
Menurut Imam al-Ghazali, orangtua wajib
mendidik anak-anaknya dengan adab dan mengajarkan akhlak yang terpuji (al-Ghazali, Ihya
Ulumiddin, Juz II, hlm. 89). Jika orangtua menanamkan adab yang baik berarti dia telah memberikan sesuatu yang sangat bernilai. Rasulullah
SAW bersabda tidak ada pemberian orangtua
kepada anaknya yang lebih utama dibandingkan
pendidikan (adab) yang baik (HR Ahmad).
Akhlak yang harus ditanamkan kepada
anak sejak dini adalah sifat malu (al-hay). Yang
dimaksud malu dalam hal ini adalah sifat malu
yang menghalangi seseorang dari perbuatan
tercela, bukan malu yang menghalangi untuk
berbuat kebaikan. Sifat malu seperti ini menu70

rut Imam al-Ghazali adalah karunia dari Allah


dan tanda kebaikan akhlak si anak. Sifat malu
ini perlu diarahkan sehingga anak akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Imam Al-Ghazali memberi contoh buah dari sifat malu ini dalam adab
makan. Dengan sifat malu ini anak akan terbiasa mengambil makanan dengan tangan kanan, membaca basmalah sebelum makan, mengambil makanan yang terdekat, tidak makan
terlalu banyak dan sebagainya. Bahkan jika
terus dididik dengan sifat malu ini, seorang
anak akan merasa cukup dengan makanan yang
ada (qanaah) dan senang berbagi dengan, dan
mendahulukan orang lain dalam masalah makanan sejak masa kecilnya (al-tsr bi al-tham).
Jika dikaitkan dengan adab berpakaian,
dengan sifat malu ini juga anak akan terbiasa memakai pakaian yang baik, tidak memakai pakaian
yang bercorak tidak pantas, ataupun pakaian
yang terlalu mahal sehingga menimbulkan rasa
dengki dari kawan-kawannya.
2. Aspek Ilmu
Dalam aspek ilmu, Imam al-Ghazali menya71

rankan agar sejak kecil anak-anak diajarkan alQuran, Hadits, dan cerita-cerita orang saleh. Hal
ini menurutnya akan menumbuhkan kecintaan
kepada al-Quran, Hadits dan juga kepada orangorang saleh. Selain itu, ilmu yang penting untuk
diajarkan kepada anak-anak sejak keci adalah
ilmu syair-syair yang Islami. Hal ini untuk menanamkan cinta keindahan kepada mereka
sejak dini.
3. Aspek Kedisiplinan
Di dalam mendidik anak Imam al-Ghazali
mengingatkan pentingnya kedisiplinan. Dan
dalam prakteknya harus disertai keadilan. Jika
anak melakukan suatu kebaikan, hendaknya
orangtua menghargainya, memujinya bahkan
jika perlu memberinya hadiah yang menggembirakan hatinya. Hal ini penting untuk memotivasi anak untuk mencintai kebaikan dan
terus berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika anak
melakukan kesalahan, maka orangtua tidak
boleh lalai. Orangtua harus memperhatikannya
dengan seksama. Jika ia mengulangi untuk yang
kedua kalinya maka hendaknya diberi nasehat
secara individu, tidak di hadapan orang lain.
72

Namun nasehat ini tetap disertai peringatan


yang tegas agar si anak tidak mengulangi kembali kesalahannya.
Dalam melaksanakan disiplin, orangtua
harus berwibawa di hadapan anaknya. Ayah
maupun ibunya hendaknya selalu menjaga ucapan maupun sikapnya di hadapan anaknya.
Dengan demikian orangtua bukan sekedar
memberi contoh yang baik, tapi juga menjadi
contoh yang baik.
Selain itu orangtua harus menanamkan
sifat berani kepada anak-anaknya. Sehingga jika
suatu hari dia mendapat teguran, bahkan hukuman fisik yang proporsional dari gurunya di
sekolah dia akan sabar menjalani hukuman itu,
tidak cengeng lalu mengadukan masalahnya itu
kepada orangtua.
4. Aspek kesehatan fisik
Menurut Imam al-Ghazali anak harus dibiasakan banyak bergerak di siang hari. Jangan banyak tidur di siang hari. Anak harus
dibiasakan untuk berjalan, berlari, bergerak
dan berolahraga agar tidak muncul rasa malas
dalam dirinya.
73

Dalam masalah ini orangtua bahkan perlu


memberikan izin kepada anaknya untuk bermain
setelah mereka belajar. Sebab menurutnya, melarang anak bermain akan membuat hati anak
menjadi keras dan menurunkan semangat belajarnya. Bahkan itu membuka pintu untuk si
anak mencari jalan untuk bermain secara sembunyi-sembunyi.
5. Aspek sosial
Dalam pergaulannya anak-anak harus dididik berbahasa yang santun, bersikap rendah
hati (tawadhu), menghormati orang yang lebih
tua, mencegah dari mengambil hak orang lain,
dan menanamkan dalam diri mereka bahwa kemuliaan seseorang itu ada di dalam sikap memberi kepada orang lain.
Anak juga harus dididik agar tidak terlalu
banyak bicara, mendengarkan orang lain yang
sedang berbicara, dan tidak mudah bersumpah
meskipun dia benar. Adab-adab ini penting
untuk diamalkan khususnya ketika mereka berhadapan dengan orangtua, guru ataupun orang
lain yang lebih tua.

74

6. Aspek ibadah
Dalam masalah ibadah orangtua hendaknya
memperhatikan ibadah anak-anaknya. Imam AlGhazali mengingatkan agar orangtua membiasakan anaknya dalam keadaan bersuci (dawm
al-thahrah), mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan sesuai kemampuan. Pembiasaan ibadah sejak kecil ini penting untuk dilakukan agar
ketika si anak dewasa dia sudah terbiasa melaksanakan perintah Allah dengan senang hati.
Meski ditulis puluhan abad yang lalu rumusan pendidikan anak menurut Imam alGhazali ini masih sangat relevan untuk saat ini.
Pendidikan anak yang menyatukan aspek adab,
ilmu, kedisiplinan, kesehatan, sosial dan spiritual. Setiap orangtua harus memperhatikan
masalah pendidikan anak jika ingin melihat
anaknya menjadi pelipur lara (qurrata ayun)
yang dibanggakan. Seperti kata Raja Ali Haji
dalam Gurindam 12 Dengan anak janganlah
lalai, supaya boleh naik ke tengah balai. (Wallhu alam bis shawb).

75

6. Menyampaikan Pendidikan Seks


Secara Beradab
Oleh: Muhammad Ardiansyah
Masalah pergaulan bebas di negeri ini sudah
sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan.
Adegan percintaan begitu menjamur di televisi.
Sinetron tentang kehidupan sekolah pun ceritanya hanya pacaran. Kalaupun ada adegan di
kelas, pasti hanya sebentar dan langsung diakhiri dengan bel keluar. Setelah itu, ceritanya
kembali ke soal asmara, saing-saingan, rebutan
kekasih dan perkelahian.
Kini, masalah pergaulan bebas bertambah
dahsyat. Beredarnya buku Saatnya Aku Belajar
Pacaran benar-benar membuat kita harus mengelus dada. Betapa tidak, buku yang ditulis Toge
Apriliano itu benar-benar memalukan dan memilukan. Entah sadar atau tidak dengan konyol
ia mempromosikan pergaluan bebas. Kaum muda diajak menerima perzinahan (Making Love)
sebagai suatu hal yang wajar.
Buku ini tentu saja bukan buku pendidikan
seks, tapi buku panduan melakukan seks bebas.
Isinya bukan pendidikan melainkan perbudakan
76

manusia untuk mengikuti hawa nafsu. Kaum


muda diajak mengikuti nafsu birahinya sebebasbebasnya tanpa ikatan yang suci. Prinsip aneh
yang diajarkannya yang penting siap dan suka
sama suka.
Islam memahami fitrah manusia yang
memiliki syahwat biologis. Sebagai manusia
normal tentu ada keinginan menyalurkannya.
Masalahnya, bagaimanakah menyalurkan syahwat biologis itu? Sebagai agama yang sempurna
Islam sudah mengatur semua urusan manusia.
Termasuk urusan yang satu ini. Islam tidak
membiarkan manusia meluapkan nafsunya sesuka hati tanpa aturan yang benar. Islam telah
mengatur cara penyaluran syahwat biologis
melalui ikatan yang sakral, yaitu pernikahan.
Banyak ayat al-Quran maupun Hadits
mendorong kaum Muslimin untuk menikah.
Misalnya Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja (QS
al-Nisa:3). Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
77

perempuan (QS al-Nuur:32). Dan di antara


tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir (QS al-Ruum:21).
Sementara di dalam hadits, Nabi secara
eksplisit mengajak kaum muda untuk menikah.
Misalnya, Hai kaum muda, barangsiapa diantara
kalian ada yang mampu, maka menikahlah. Karena menikah itu lebih menjaga pandangan dan
memelihara kehormatan. Dan barangsiapa yang
belum mampu maka hendaknya ia berpuasa.
Karena puasa itu akan menjadi temeng darinya
dari perbuatan keji. (HR Bukhari-Muslim).
Bahkan Rasulullah SAW memberi kabar
gembira, bahwa menyalurkan syahwat sesuai
tuntunan Islam juga berpahala. Dalam satu riwayat sahabat bertanya Ya Rasulullah, apakah
kami mendapat pahala dengan menyalurkan
syahwat kami? Rasulullah SAW menjawab
Apakah kalian tidak memperhatikan, jika ia
menyalurkan syahwatnya di tempat yang haram
ia akan berdosa, maka demikianlah jika ia me78

nyalurkannya di tempat yang halal ia akan


mendapat pahala (HR Muslim).
Lalu bagaimana jika ia belum mampu
menikah dan merasa berat untuk berpuasa?
Rasulullah SAW juga telah meberikan solusi
ampuh terhadap masalah ini. Dalam satu
riwayat diceritakan Ada seorang pemuda yang
mendatangi Nabi SAW, kemudian ia berkata :
Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina!
Maka para shahabat pun menghampirinya dan
memperingatinya : Diam kamu! Jangan bicara
seperti itu! Kemudian Nabi berkata : Dekatkan
dia padaku. Pemuda itupun mendekat kepada
Nabi, kemudian duduk di dekat beliau. Kemudian
Nabi bertanya kepada pemuda tersebut : Apakah
engkau suka kalau ibumu berzina?Pemuda itu
menjawab : Demi Allah tidak! Semoga Allah
menjadikan aku sebagai tebusanmu Nabi pun
menjawab : Demikian juga orang lain. Mereka
tidak mau kalau ibu mereka berzina Kemudian
Nabi bertanya lagi : Apakah engkau suka kalau
putrimu berzina? Dia menjawab : Demi Allah
tidak ya Rasulullah! Semoga Allah menjadikan
aku sebagai tebusanmu Nabi pun menjawab
: Demikian juga orang lain. Mereka tidak
mau kalau anak perempuan mereka berzina
79

Kemudian Nabi bertanya lagi : Apakah engkau


suka kalau saudari perempuanmu berzina?Dia
menjawab : Demi Allah tidak! Semoga Allah
menjadikan aku sebagai tebusanmu Nabi pun
menjawab : Demikian juga orang lain. Mereka
tidak mau kalau saudari perempuan mereka
berzina Kemudian Nabi bertanya lagi : Apakah
engkau suka kalau saudara perempuan ayahmu
berzina?Dia menjawab : Demi Allah tidak!
Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu
Nabi pun menjawab : Demikian juga orang lain.
Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ayah
mereka berzina Kemudian Nabi bertanya lagi :
Apakah engkau suka kalau saudara perempuan
ibumu berzina? Dia menjawab : Demi Allah
tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai
tebusanmu Nabi pun menjawab : Demikian
juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara
perempuan ibu mereka berzina Kemudian Nabi
meletakkan tangan beliau kepada si pemuda itu
seraya mendoakannya : Ya Allah, ampunilah
dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya Setelah itupun si pemuda sama sekali tidak punya keinginan lagi untuk berzina.
(HR Ahmad)
Perhatikanlah, betapa indahnya pendidikan
80

seks yang diajarkan Rasulullah SAW. Beliau menyampaikan pendidikan seks dengan begitu
jelas, tersusun rapi dan menjaga adab. Singkatnya, ada tiga solusi dari masalah penyaluran
syahwat. Pertama, menikah bagi yang sudah
mampu. Kedua, berpuasa bagi yang belum
mampu menikah. Ketiga, bagi yang belum mampu menikah dan merasa berat berpuasa hendaknya diajak dialog agar berpikir dan hatinya
tersentuh. Tidak ada tawaran dari Rasulullah
SAW untuk melakukan zina bagi mereka yang
belum mampu menikah dan berpuasa.
Inilah sejatinya cara menyampaikan pendidikan seks dengan cara yang beradab. Manusia
diperlakukan seperti manusia. Diberi solusi dari
masalah secara manusiawi. Sebab selain punya
kemaluan, manusia juga harus punya rasa malu.
Bukan disamakan dengan binatang lalu diberi
solusi seperti gaya hidup binatang.
Jangan juga diberi kesempatan untuk berbuat kejahatan. Ingat pesan Bang Napi, kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena ada niat
pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan.
Waspadalah! Waspadalah!. (Wallhu alam bis
shawb).

81

7. Mengenal Ulama Pendidik:


K.H. Abdullah Syafiie
Oleh: Muhammad Ardiansyah
Nama K.H. Abdullah Syafiie bagi kaum Muslim, khususnya warga Jakarta, tentunya sudah
tidak asing lagi. Ulama karismatik ini dikenal
dengan kedalaman dan keluasan ilmunya. Lebih
dari itu, Abdullah Syafiie juga terkenal dengan
ketegasan, kegigihan, dan semangat pantang
mundur dalam memperjuangkan kebenaran
Islam.
Ulama terkenal Prof KH Ali Yafie pernah
mengatakan bahwa K.H. Abdullah Syafiie adalah tokoh pemberani, ikhlas, dan tak jemu dalam berdakwah. Beliau sangat tegas dalam menegakkan amar maruf nahi munkar.
Kasus yang sangat monumental terjadi dalam penolakan RUU Perkawinan tahun 1974,.
RUU itu ditolak keras oleh umat Islam karena isinya yang sangat sekular. Puncak protes umat Islam, Akhirnya, massa Islam berhasil
menduduki ruang sidang paripurna dan menggagalkan pengesahan RUU sekular tersebut.
Menurut KH Ali Yafie, pada saat itu gedung
82

DPR diduduki siswa dan mahasiswa yang mayoritas pelajar dan mahasiswa Asy-Syafiiyah.
Kabarnya, salah satu aktor di belakang gerakan
siswa dan mahasiswa ini adalah KH Abdullah
Syafiie yang terus memberi semangat melalui
siaran radio yang disiarkan setiap subuh. Bahkan
Menteri Agama saat itu, Mukti Ali terpaksa dibawa keluar DPR lewat pintu belakang karena
gedung DPR dikepung para demonstran. (Lihat,
KH Abdullah Syafiie di Mata Para Tokoh, Ulama,
dan Cendekiawan Muslim, hlm: 36)
Kecintaan Kyai Abdullah Syafiie terhadap
ilmu dan pendidikan juga luar biasa. Saat usia
18 tahun ia meminta ayahnya, H. Syafiie, untuk
menjual sapi-sapi miliknya yang kandangnya
dibuat di samping rumah. Ia ingin menjadikan
tempat tersebut untuk berkumpul dan mendalami serta mendiskusikan ilmu agama dengan
teman-temannya. Ayahnya meluluskan. Itulah
madrasah pertama yang didirikan KH Abdullah
Syafiie pada tahun 1928.
Tahun 1933 KH Abdullah Syafiie berhasil
melebarkan sayap dakwahnya dengan membeli
sebidang tanah yang kemudian diwakafkan dan
dijadikan masjid dengan nama Masjid al Barkah.
Sejak itulah Masjid al Barkah semakin dikenal
83

karena keramaian jamaah dan kepiawaian KH


Abdullah Syafiie memikat hati jamaah dalam
berbagai ceramahnya.
Tahun 1954, Kyai Abdullah Syafii membeli
lagi tanah di depan Masjid al Barkah yang diniatkan untuk pengembangan Sekolah Menengah
atau Tsanawiyah yang kemudian resmi dinamakan Perguruan As-Syafiiyyah. Di dalamnya
ada lembaga pesantren untuk putra dan putri
dan madrasah yang berjenjang mulai Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah dan Aliyah. Dari hari ke hari,
Perguruan As-Syafiiyah semakin berkembang.
Tahun 1967 Sang Kyai membuat terobosan
besar dalam dakwah dengan mendirikan stasiun Radio As Syafiiyah. Ini bisa dibilang baru
dalam dunia dakwah. Salah satu tujuannya,
membentengi umat dari kekuatan komunis
yang saat itu telah mendirikan UR (Universitas
Rakyat) dan memiliki pengaruh kuat. KH Abdullah Syafiie memanfaatkan media radio tersebut
untuk membentengi umat dari paham komunis,
perjudian, dan berbagai masalah yang dapat
menghancurkan keimanan umat Islam.
Keunikan Kyai Abdullah Syafiie, ia bukan
hanya mendirikan lembaga. Tapi, ia mengajar
langsung murid dan santrinya. Sesekali, Kyai ma84

suk ke kelas-kelas, sekolah atau masjid dengan


memberi dorongan dan keteladanan. Seorang
alumni As-Syafiiyah berbagi pengalaman, KH
Abdullah Syafiie setidaknya datang ke sekolah
tiap dua bulan. Dalam setiap kunjungannya, ia
menulis kalimat bahasa Arab di papan tulis.
Lalu dimintanya salah satu murid untuk mengirab (menganalisis secara tata bahasa Arab)
kalimat tersebut. Jika murid tersebut berhasil
mengirab dengan benar, maka beliau langsung
mendoakannya. Jika gagal, ia memberi peringatan keras dan mendorong murid belajar lebih
giat. Dalam kegiatan pengajian pun, Kyai Abdullah Syafiie sangat memperhatikan bacaan para
muridnya saat membaca kitab kuning, sampai
titik koma, dan tata bahasanya.
Pesan-pesan
KH Abdullah Syafiie dikenal sebagai ulama
yang sangat membenci kebodohan. Ia senantiasa
mengobarkan semangat para murid dan santri
agar bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu. Sebuah kata-kata hikmah dari Imam asSyafii rahimahullah, yang sering ia kutip untuk
para santrinya: .
85

Dijelaskan oleh Sang Kyai: Bercita-citalah seperti cita-cita para raja, terbanglah jiwamu setinggi-tingginya untuk mencapai citacita mulia. Pandanglah kehinaan diri sebagai
kekufuran. Kehinaan diri karena tidak berilmu
adalah suatu bentuk kekufuran, karena merupakan pengingkaran terhadap anugerah Allah
yang memberi kedudukan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang sangat mulia,
sebagaimana tersebut pula dalam hikmah yang
lain kadal faqru an yakuna kufra (kefakiran itu
dekat kepada kekafiran).
Dalam sebuah khutbah Jumat, Kyai juga
menyampaikan pesan: Sejak dari Nabi Ibrahim bahkan dari rasul-rasul sebelumnya terpeliharalah nur ilahi atau cahaya Tuhan yang diwujudkan menjadi agama untuk menuntun hidup
manusia menuju keselamatan dan kesejahteraan.
Dipelihara dan dijaga dibela dan dipertahankan
dengan segala daya dan kesanggupan dengan
segala macam pengorbanan oleh pengikut-pengikut dan para pembela rasul-rasul dari segala
macam kerusakan dan permainan hawa nafsu
dan bujukan setan. Dari sejak itu sampai kepada
masa kita sekarang ini dan seterusnya sampai
kepada anak cucu kita turun temurun hingga
86

hari kiamat. Kalau berhasil atau sekurang-kurangnya kuat hamba-hamba dan budak-budak hawa nafsu dan pengikut-pengikut iblis itu
dalam usahanya menggelapkan nur Ilahi, agama Allah yang suci dan membuat wiswas dan
keragu-raguan maka dunia ini banyaklah terdapat manusia yang hidup dalam kegelapan
dan kesesatan tidak tahu jalan mana yang harus
ditempuh untuk menuju keselamatan dan kesejahteraan.
Penggalan khutbah yang ditulis KH Abdullah Syafiie itu meunjukkan bahwa Sang Kyai
Betawi ini merupakan sosok yang sangat gigih
dalam membela Islam dari berbagai pemikiran
sesat yang berkembang pada masanya. Karena
itulah, ia tidak pernah mengenal lelah dalam mengajar dan berjuang membela Islam, khususnya
di wilayah Ibu Kota Jakarta.
Saat Gubernur Ali Sadikin melemparkan
wacana agar umat Islam yang meninggal dunia
tidak perlu dikubur melainkan cukup dibakar
saja karena tanah di Jakarta sudah mahal, maka
KH Abdullah Syafiie menjadi salah satu penentang terdepan.
Ia juga menolak legalisasi perzinahan dan
perjudian yang ketika itu sedang diusahakan. Ia
87

bukan hanya menentang melalui ceramah. Sang


Kyai juga mendirikan Majlis Muzakarah Ulama
dengan merangkul ulama lainnya seperti KH
Abdussalam Djaelani, KH Abdullah Musa dan
lain sebagainya. Dalam majlis itulah dibahas
berbagai masalah umat dan bangsa, seperti soal
perjudian, P4, kuburan muslim, dan sebagainya.
Saat ada wacana akan ada batasan azan subuh,
Kyai juga muncul sebagai penentang keras kebijakan tersebut.
Saat pemerintah berencana melegalisasi
Aliran Kepercayaan, KH Abdullah Syafiie juga
termasuk orang yang keras menentang. Bahkan
ia sampai mengumpulkan 1000 ulama yang memiliki integritas untuk berbaiat menolak kebijakan pemerintah tersebut. Kabarnya, itulah
yang antara lain membuat Pak Harto mundur
dari gagasannya.
Melalui radio yang dimiliknya, ia terus mengajak umat untuk melawan kebijakan yang menyudutkan umat Islam. Sikapnya berpedoman
pada sabda Nabi: Qul al Haq wa lau kana murran (katakanlah kebenaran, meskipun itu pahit). Kyai Abdullah Syafiie tidak segan dan gentar untuk berseberangan sikap dengan penguasa saat itu.
88

Namun sikap tegas tersebut, diimbangi dengan dakwah yang persuasif yang pada akhirnya meluluhkan sikap keras Ali Sadikin dan
membuatnya berubah pikiran di hadapan KH
Abdullah Syafiie. Karena itu, bukan aneh, jika
KH Abdullah Syafiie memang seorang ulama
yang sangat disegani oleh umat dan penguasa.
Kini, umat merindukan hadirnya ulamaulama yang berilmu tinggi dan bermental singa
seperti ini. (***)

89

8. Ilmu Nafi untuk


Perbaikan Pendidikan
Oleh:Muhammad Ardiansyah
Sungguh indah untaian kata-kata tentang
Tujuan Pendidikan di Indonesia. UU No 20 tahun
2003 tentang Pendidikan Nasional, menyatakan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi juga menyebutkan, bahwa Pendidikan
Tinggi bertujuan: (a). berkembangnya potensi
mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya un90

tuk kepentingan bangsa; dan seterusnya.


Menyimak tujuan pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi di Indonesia, maka sepatutnya semua pihak khususnya pemerintah sebagai pelaksana Undang-undang- bertungkus lumus untuk mewujudkanya. Para peserta didik bukan sekedar dipaksa untuk lulus
Ujian Nasional dengan nilai akademik tinggitetapi juga dipaksa untuk meraih ilmu yang
bermanfaat. Sehingga pemegang ilmu itu pun
menjadi manusia yang bermanfaat.
Kenapa harus dipaksa? Sebab, tugas Undang-undang adalah memaksa. Undang-undang
adalah peraturan yang memuat tentang keharusan dan sanksi bagi pelanggarnya. Sepatutnya
pemerintah sudah menerapkan sistem pendidikan yang memaksa anak didik untuk memahami
dan menjalankan agamanya dengan baik. Sebab
itulah modal menjadi manusia yang baik. Semua
itu berawal dari ilmu. Hanya ilmu yang benar
dan bermanfaat yang dapat mengantarkan peserta didik untuk menjadi manusia yang baik
dan bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan bangsanya. Itulah urgensi ilmu
yang bermanfaat (ilmu nafi)

91

Ilmu Nafi
Di dalam satu doa Nabi Muhammad SAW
mengucapkan Allhumma inn asaluka ilman
nafian, wa adzu bika min ilmin l yanfa.
Artinya Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat(HR Ibn Hibbn). Di dalam hadits lain
beliau juga memerintahkan umatnya SalLlha ilman nfian, wa taawadz biLlhi min
ilmin l yanfa. Artinya mohonlah kepada Allah
ilmu yang bermanfaat, dan mohonlah perlindungan kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat (HR Ibn Mjah).
Doa dan perintah Nabi Muhammad SAW
dalam hadits di atas penting untuk diingat dan
diamalkan. Di dalamnya ada isyarat bahwa ilmu
bukan dinilai dari banyaknya, tetapi dari manfaatnya. Ilmu yang bermanfaat akan menghantarkan seseorang meraih kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Sebaliknya, ilmu yang tidak bermanfaat akan menjerumuskan seseorang ke
jurang kebinasaan. Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa ilmu terbagi dua. Pertama ilmu
yang hanya di lisan yang merupakan hujjah
92

Allah kepada manusia, dan ilmu yang meresap


sampai ke hati itulah ilmu yang bermanfaat
(HR al-Darimi).
Imam al-Ghazali tentang Ilmu Nafi
Begitu pentingnya masalah ilmu nafi ini
banyak ulama ikut merumuskan konsepnya.
Imam al-Ghazali (450-505 H) adalah satu dari
sekian banyak ulama besar yang menekankan
pentingnya ilmu nafi. Ulama dengan banyak
karya monumental seperti Ihya Ulumiddin, Bidayatul Hidayah, Ayyuhal Walad, al-Munqidz
min al-Dhalal dan Tahafut al-Falasifah memang
dikenal dengan pemikirannya yang sangat
fundamental. Buah pemikirannya bahkan mampu membangkitkan generasi hebat sekaliber
Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al-Ayyubi.
Tidak berlebihan jika Imam al-Ghazali disebut
sebagai pembaharu (mujaddid) abad kelima.
Menurut Imam al-Ghazali umat Islam harus
memahami ilmu nafi. Sebab seseorang yang
tidak memahami ilmu nafi akan terjerumus
pada ilmu yang berbahaya (al-ilmu al-dhar). Ilmu
yang berbahaya ini akan digunakan sebagai alat
mengeruk kepentingan duniawi. Ilmu seperti
93

itu hakikatnya adalah sebuah kebodohan dan


sumber kerusakan yang terjadi di alam semesta.
(al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, Kairo: Dar Mishr Li
al-Thibaah, 1998, Juz IV, hlm. 438).
Melihat pentingnya ilmu nafi ini, Imam alGhazali merumuskan konsepnya lengkap dengan
indikator-indikatornya. Menurutnya, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membuatmu
bertambah takut kepada Allah, membuat mata
hatimu semakin tajam terhadap aib-aibmu, menambah marifatmu dengan menyembah-Nya,
mengurangi keinginanmu terhadap dunia, menambah keinginanmu terhadap akhirat, membuka mata hatimu tentang rusaknya segala
amalmu sehingga engkau menjaga diri dari kerusakan itu, dan membuatmu teliti atas perangkap
dan tipu daya setan (Al-Ghazli, Bidyat al-Hidyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2011,
hlm. 19).
Konsep ilmu nafi yang dirumuskan Imam
al-Ghazali ini begitu komperhensif. Konsep ilmu
yang dirumuskan untuk membentuk manusia
yang beradab. Diawali dengan adab kepada
Allah. Menurut Imam al-Ghazali, rasa takut dan
ketundukan merupakan buah utama dari ilmu
nafi. Kedua sifat ini kemudian membuahkan
94

ketaatan terhadap perintah Allah sekaligus


mencegah dari maksiat kepada-Nya. (Al-Ghazali, Rawdhat al-Thlibn wa Umdat al-Slikn,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2011), hlm.
48). Pendapat Imam al-Ghazali ini sesuai dengan QS Fathir:28 bahwa sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah orang-orang berilmu (ulama). Dalam
masalah ini Imam al-Ghazali juga mengutip
pendapat Ibn Masud yang menyatakan bahwa
ilmu itu bukanlah hanya banyaknya riwayat,
sesungguhnya ilmu itu berbuah rasa takut kepada Allah (al-Khassyah). (al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz I, hlm. 88).
Seorang penuntut ilmu juga harus sibuk
dengan aibnya sendiri daripada mengurus aib
orang lain. Menurut al-Ghazali, orang yang merasa bebas dari aib adalah orang yang bodoh
terhadap dirinya sendiri. Dan itu merupakan
aib yang terbesar (al-Ghazali, Ihya Ulumiddin,
Juz 3, hlm. ). Ilmu nafi juga terlihat dari sikap
semakin mengenal Allah (marifat) yang dibuktikan dengan rajin beribadah. Sebab dalam pandangan Islam, ilmu dan amal menjadi
satu. Ibadah adalah bukti pengamalan ilmu. AlGhazali sendiri mengingatkan muridnya bahwa
95

ilmu tanpa amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu ada sia-sia. (al-Ghazali, Ayyuhal Walad, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2011), hlm. 4).
Indikator ilmu nafi berikutnya adalah
membuat seseorang semakin zuhud, bukan gila
dunia. Dalam masalah ini al-Ghazali tegas mengingatkan bahwa menuntut ilmu dengan tujuan
meraih keuntungan dunia semata, sama dengan
merobohkan agama (al-Ghazali, Bidayat alHidayah, hlm. 1). Sebaliknya, ilmu nafi semakin
membuat seseorang menjadi termotivasi meraih
kebahagiaan di negeri akhirat. Sebagai Muslim
keyakinan adanya kehidupan akhirat menjadi
satu kewajiban. Dan ia akan menyiapkan bekal
terbaik sebelum kembali ke negeri akhirat.
Ilmu harus ada sebelum amal. Ilmu juga
harus terus mengawal amal agar tidak rusak. Ketika rukun dan syarat amal sudah disempurnakan, maka seseorang harus menjaga
amalnya itu dari virus mematikan yang bisa
membinasakan amalnya. Imam al-Ghazali menyatakan wahai saudaraku, setelah jalan ibadahmu bagus, maka kamu wajib menjaga amalmu dari perkara yang bisa merusaknya. (alGhazali, Minhajul Abidin, Surabaya: Maktabat
Ahmad ibn Saad ibn Nabhan, tanpa tahun),
96

hlm. 71). Menurut Imam al-Ghazali yang perlu


dikhawatirkan adalah kosongnya nilai ibadah.
Jangan sampai seseorang gigih beribadah tetapi
lengah terhadap cacat dan sifat buruk yang
ada dalam dirinya. Sehingga ibadahnya tidak
satupun yang diterima. Ibadah yang dibangun
bertahun-tahun, hancur hanya dalam waktu
sekejap. Yang paling mengkhawatirkan menurut
Imam al-Ghazali adalah adalah sifat riya. Secara
zahir ibadahnya untuk Allah, tetapi batinnya
ditujukan untuk makhluk. Akhirnya, Allah mengusirnya dan tidak lagi memandangnya. (alGhazali, Minhajul Abidin, hlm. 80).
Terakhir, ilmu nafi membuat seseorang
jeli terhadap perangkap dan tipu daya setan.
Dalam masalah ini banyak orang-orang berilmu menjadi korbannya. Menurut Imam alGhazali, setan menipu penuntut ilmu dengan
menggiring mereka ke jalan keburukan yang
dibungkus dengan kemasan kebaikan. Setan
akan membisikkan keutamaan-keutamaan ilmu,
dan kedudukan orang berilmu sebagaimana
yang ada di dalam al-Quran, Hadits ataupun
perkataan ulama. Pada saat yang sama, setan
membuat mereka terbuai sehingga melupakan
banyak ayat dan hadits yang mengancam orang
97

berilmu tapi tidak beramal (al-Ghazali, Bidayat


al-Hidayah, hlm. 2).
Penutup
Sampai saat ini nilai Ujian Sekolah dan Ujian
Nasional masih dianggap indikator suksesnya
pendidikan. Padahal sejatinya pendidikan itu
bukan hanya menghapal pelajaran dan menjawab soal. Sukses atau tidaknya juga tidak
cukup diukur dengan nilai di atas kertas. Dalam pandangan Islam, nilai ujian yang tinggi
tidak berarti jika tidak beradab kepada Allah.
Hapalan yang banyak tidak akan bernilai jika
tidak diamalkan dan tidak mau beribadah. Dan
banyaknya ilmu tidak akan menambah kemuliaan seseorang di sisi Allah jika dalam dirinya
ada penyakit gila dunia.
Konsep ilmu nafi yang dirumuskan Imam alGhazali masih sangat relevan untuk diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia. Karena itu, sepatutnya para perumus kebijakan pendidikan
menjadikannya sebagai indikator kenaikan atau
kelulusan, khususnya bagi pelajar Muslim.
Penerapan konsep pendidikan karakter
yang sempat begitu menyita wacana pendidikan
98

nasional, kini kembali senyap. Rezim baru memunculkan wacana revolusi mental. Padahal
semua penguasa itu Muslim, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. mereka juga mengakui Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam pembentukan manusia berakhlak
mulia. Sebab akhlak Nabi adalah al-Quran. Bahkan beliau menegaskan, diutusnya beliau adalah
untuk menyempurnakan akhlak.
Oleh para ulama seperti Imam al-Ghazali,
Ibn Miskawaih, dan sebagainya- keteladanan
Nabi Muhammad SAW itu kemudian dirumuskan
dalam bentuk konsep-konsep ilmiah tentang
pendidikan akhlak. Bahkan, di Nusantara ini,
begitu banyak ulama yang menulis kitab tentang
adab dan akhlak, seperti Mufti Betawi pada masanya Sayyid Utsman ibn Yahya menulis kitab
Adabul Insan, dan KH Hasyim Asyari yang menulis kitab Adabul Alim wal Mutaallim.
Anehnya, konsep-konsep hebat yang telah
terbukti keampuhannya dalam sejarah itu seperti tidak ditengok sama sekali oleh penguasa
pendidikan nasional Indonesia. Bahkan pemerintah kemudian memaksakan konsep yang
tidak berbasis pada keimanan dan tradisi
keilmuan Islam. Kita hanya mengimbau, jika
99

ingin pendidikan kita sukses, ajarkan peserta


didik kita ilmu nafi, sebagaimana diajarkan
oleh Imam al-Ghazali dan ulama-ulama lainnya.
Wallahu alam bis shawab.(***)

100

9. Resep Imam al-Ghazali


Meraih Kebahagiaan
Oleh: Muhammad Ardiansyah
Bahagia. Satu kata dengan tarikan magnet
yang luar biasa. Setiap insan berlomba-lomba
mencarinya. Berbagai jalan ditempuh untuk
mendapatkannya. Sebagian orang menyangka
bahagia ada di dalam harta. Kemudian mereka
dengan gigihnya menimbun harta. Siang dan
malam dihabiskan hanya untuk mendapatkan
harta. Padahal tidak sedikit orang yang berlimpah harta mengakhiri hidup secara mengenaskan.
Ada juga yang menyangka bahagia ada di
dalam pangkat dan jabatan. Kemudian ia bersaing-saingan untuk mendapatkannya. Segala
cara ia halalkan yang penting menjadi orang
terpandang dan berkedudukan. Padahal betapa
banyaknya pangkat dan jabatan hanya membawa seseorang ke jurang masalah.
Kelompok lain menyangka bahagia ada
di dalam kepopuleran. Kemudian mereka mengerahkan segala usaha untuk menjadi terke101

nal. Dalam benaknya, terkenal akan membuat


banyak orang memujinya, mengikutinya dan
membelanya. Padahal banyak orang terkenal
justru merasakan sebaliknya. Hidupnya tidak
bebas. Setiap geraknya diawasi setiap mata.
Salah sedikit akan menjadi berita besar bahkan
mendunia.
Begitulah bahagia. Meski banyak jalan ditempuh, ternyata tidak semuanya menyampaikan seseorang kepada kebahagiaan. Lalu
jalan manakah yang akan menyampaikan seseorang kepada kebahagiaan? Seorang ulama
pembaharu (mujaddid) abad ke-5, Hujjatul Islm
Imam al-Ghazali coba memberitahukan jalan kebahagiaan itu. Melalui karyanya yang berjudul
Kimiy al-Sadah (Kimia Kebahagiaan), alGhazali mengajak kita untuk menapaki jalan
kebahagiaan itu.
Dont judge the book by its cover. Ungkapan
ini mungkin cocok untuk karya al-Ghazali ini.
Meski tipis, kitab ini memuat isi yang sangat
berbobot. Gaya bahasanya begitu mendalam.
Pembahasannya sangat mendasar. Membacanya
memerlukan ketelitian. Memahaminya membutuhkan keseriusan. Mengamalkannya membutuhkan keikhlasan. Itulah yang membedakan
102

kitab ini dengan buku lainnya yang membahas


tentang kebahagiaan.
Menurut al-Ghazali, jalan kebahagiaan
yang hakiki adalah mengikuti jalan kenabian. Ia
mengatakan maka setiap orang yang mencari
kimia kebahagiaan ini tanpa berbasis kehadiran
kenabian, maka ia telah salah jalan. dan amalnya
seperti uang dinar palsu. Ia menyangka dirinya
kaya, padahal sebenarnya dia orang yang rugi di
hari kiamat kelak. (hlm. 2).
Maksud jalan kenabian di sini adalah menyucikan diri dari akhlak-akhlak tercela dan
sifat-sifat binatang serta mengisinya dengan
ilmu dan hikmah untuk menapaki jalan kebahagiaan. Hal ini dijelaskan dalam QS al-Jumuah:2 Dia-lah yang mengutus kepada kaum
yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka kitab dan hikmah (As Sunnah). Dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.
Jalan kenabian adalah jalan yang terang
karena berdasarkan wahyu. Mengikuti jalan
kenabian sama dengan menempuh jalan yang
sangat jelas petunjuknya menuju kebahagiaan.
103

Allah SWT sudah mengutus ribuan Nabi untuk


menjadi petunjuk ke jalan kebahagiaan. Jalan itu
kemudian menjadi sempurna dengan diutusnya
Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu tidak
ada jalan kebahagiaan selain mengikuti jalan
mereka.
Selanjutnya, untuk menyucikan diri manusia harus mengenali dirinya dengan segala sifatsifatnya. Banyak orang yang belum mengenali
hakikat dirinya. Mereka mengira manusia hanyalah bagian yang tampak seperti kepala, tangan,
kaki dan lainnya. Pandangan seperti ini tentu
saja keliru. Sebab manusia bukan hanya aspek
jasmani, tapi juga rohani. Inilah pentingnya setiap orang tahu, apa sebenarnya manusia, dari
mana asalnya, untuk apa diciptakan, lalu dengan
apa ia bisa meraih kebahagiaan.
Atas dasar itulah Imam al-Ghazali menyatakan Dalam jiwamu terkumpul berbagai macam
sifat, diantaranya sifat-sifat binatang jinak (albahim), binatang buas (al-sib), dan juga sifatsifat malaikat. Maka ruh adalah hakikatmu yang
paling esensial, lainnya adalah unsur asing dan
kosong. Maka yang wajib kamu lakukan adalah
mengetahui hal ini, demikian bahwa sifat-sifat
itu harus dinafkahi dan dibahagiakan. (hlm. 4)
104

Menurutnya, sifat-sifat ini ada pada diri


manusia. Masalahnya, kebahagiaan seperti apakah yang diinginkan manusia? Apakah seperti
binatang jinak yang berbahagia ketika makan,
minum, tidur, kawin dan sebagainya. Atau seperti
binatang buas yang bahagia ketika menyerang
dan melumpuhkan musuhnya. Atau malah seperti setan yang berbahagia ketika menipu, berbuat makar dan kejahatan. Atau ingin merasakan kebahagiaan sebagaimana malaikat yang
bisa merasakan indahnya kehadiran di tengah
kesakralan Tuhan.
Dalam hal ini Imam al-Ghazali menyatakan
Allah SWT tidak menciptakan semua sifat itu
untuk menawanmu. Tetapi Dia menciptakannya
agar mereka menjadi tawananmu yang bisa
mendorongmu berjalan, yaitu kedua kakimu dan
agar salah satunya bisa engkau jadikan tunggangan, sedangkan lainnya sebagai senjata hingga engkau bisa mencapai kebahagiaan. (hlm. 5)
Sebagaimana karyanya yang lain, dalam
kitab ini pun al-Ghazali selalu menggunakan
pendekatan analogis. Al-Ghazali kemudian
membuat perumpamaan manusia seperti kota.
Hati sebagai raja, akal sebagai menterinya, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya sebagai
105

lahannya, kekuatan syahwat sebagai walikotanya


dan amarah sebagai transportasinya. Setiap manusia harus memahami cara mengatur dirinya
untuk mencapai kebahagiaan.
Al-Ghazali mengingatkan:
Raja bertugas mengatur keseluruhan sistem
agar kondisi kerajaan tetap stabil, karena walikota atau syahwat adalah pembohong dan acuh
tak acuh. Demikian motor penggeraknya yaitu
amarah amatlah jahat, pembunuh dan perusak.
Jika sejenak saja sang raja meninggalkan mereka
dalam kondisi itu, mereka akan menguasai kota
dan merusaknya. Maka sang raja wajib berkonsultasi pada menteri, dan menjadikan walikota
dan motor penggerak di bawah pengawasan
menteri. Jika ia melakukan itu, maka kondisi
kerajaan akan tetap stabil, dan kota akan berkembang. Hati juga harus berkonsultasi dengan
akal dan menjadikan syahwat amarah di bawah
kekuasaannya sampai kondisi jiwa menjadi
stabil dan bisa mengantarkan pada jalan-jalan
kebahagiaan, yaitu mengenal kehadiran Ilahi
(Marifat al-hadrah al-Ilhiyyah). Seandainya
akal diposisikan di bawah kekuasaan amarah dan
syahwat maka jiwanya akan rusak dan hatinya
tidak akan bahagia di akhirat kelak. (hlm. 9)
106

Pernyataan al-Ghazali itu menegaskan


bahwa hati memainkan peran penting dan
sentral dalam mencapai kebahagiaan. Namun,
dari semua kebahagiaan yang ada, menurut alGhazali kebahagiaan yang terbesar dan hakiki
adalah mengenal Allah SWT (Marifatullh).
Al-Ghazali menyatakan: Ketahuilah segala sesuatu memiliki rasa bahagia, nikmat dan kepuasan. Rasa nikmat akan diperoleh bila ia
melakukan semua yang diperintahkan oleh tabiatnya. Tabiat segala sesuatu adalah semua
yang tercipta untuknya. Kenikmatan mata pada
gambar-gambar yang indah, kenikmatan telinga pada bunyi-bunyi yang merdu, dan demikian semua anggota badan. kenikmatan hati
hanya dirasakan ketika mengetahui Allah SWT
(Marifatullh), sebab ia diciptakan untuk melakukan hal itu. semua yang tidak diketahui manusia, tatkala ia mengetahuinya ia pun senang,
jika ia dijauhkan dari permainan itu, maka ia
tidak akan meninggalkannya dan tidak sabar
untuk kembali memainkannya. Begitu juga
dengan mereka yang telah sampai pada marifat Allah SWT pun senang dan tidak sabar untuk menyaksikan-Nya, sebab kenikmatan hati
adalah marifat, setiap kali marifat bertambah
107

besar, maka nikmat pun bertambah besar pula.


Karenanya, ketika manusia mengetahui sang
menteri, ia akan senang. Lebih-lebih jika ia mengetahui sang raja, maka kebahagiaannya tentu
semakin besar. (hlm. 19-20)
Jalan untuk sampai pada tingkat marifatullh itu adalah dengan mengenal dirinya terlebih dahulu sebagaimana yang telah lalu. Menurut al-Ghazali, Siapa yang tak mengenal dirinya dan mengaku mengenal lainnya, maka ia seperti seorang lelaki bangkrut yang tak memiliki
makanan sedikit pun untuk dirinya dan mengaku
menafkahi orang miskin di kotanya. Maka hal itu
adalah mustahil. (hlm. 22)
Inti kitab Kimiy al-Sadah ini jalan untuk membersihkan diri dari sifat-sifat tercela
(takhalli) dan menghiasinya dengan sifat terpuji
(tahalli). Keduanya itu adalah jalan yang pernah
ditempuh oleh para nabi untuk mencapai kabahagiaan hakiki berupa marifatullah.
Kedalaman ilmu al-Ghazali memang membuat kandungan kitab kecil menjadi tidak biasa.
Untuk memahaminya dengan baik mungkin memerlukan beberapa kali membacanya. Oleh karena itu, sebagai pengantar memahami kitab Kimiy al-Saadah ini sebaiknya kaum Muslimin
108

membaca dan mengkaji kitab Bidyatul Hidyah


(Permulaan Hidayah) terlebih dahulu. Tentunya
di bawah bimbingan guru yang ahli dalam bidang tasawuf dan memahami pemikiran alGhazali dengan baik. Hal ini penting untuk diperhatikan. Jika tidak, hasil kajiannya bisa melahirkan pandangan yang berbeda terhadap sosok Hujjatul Islm ini.
Setelah itu, ia bisa melanjutkan kajian yang
lebih luas mengenai jalan-jalan menuju kebahagiaan lewat karya lain al-Ghazali, seperti Ihy
Ulmiddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama)
dan Mzan al-Amal (Neraca Amal).
Walhasil, melalui karyanya ini Imam alGhazali ingin menyampaikan pesan kepada
kita semua agar tidak tertipu dengan kebahagiaan semu. Kebahagiaan sejati bukan ada pada
nikmatnya makan, minum, syahwat, harta, jabatan, popularitas dan sebagainya. Kebahagiaan
hakiki adalah ketika hati semakin dekat dan
mengenal penciptanya, yaitu Allah SWT. Kebahagiaan yang tidak akan pernah berakhir, yang
akan dirasakan manisnya di dunia sampai ke
akhirat.
Inilah pentingnya konsep pendidikan yang
benar, agar seorang berjuang meraih ilmu untuk
109

bisa meraih kebahagiaan yang benar, di dunia


dan akhirat. Ilmu dan pendidikan yang salah
agar mengarahkan seorang manusia gagal memahami hekikat dirinya, sehingga ia tidak tahu
tujuan hidupnya; tidak tahu prioritas kegiatan
hidup untuk meraih kebahagiaan. (Wallhu
alam bis shawb).

110

10. MENYEMAI AKHLAK MULIA


Oleh : Saif Hidayatullah
(Guru Pesantren at-Taqwa Depok)
Apa yang ada dalam pikiran anda ? Ketika
mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, elok perilakunya, santun adabnya, sopan
tingkahnya, paandangan tak liar, wajahnya berseri-seri dan pemikirannya terdidik ?
Anak yang membuat senang siapa saja
yang berjumpa dengannya. Lalu kita yakin dan
tidak sangsi lagi bahwa ia anak yang terdidik
dengan baik serta mendapat bimbingan akhlak
yang mulia dari gurunya maupun kedua orang
tuanya.
Mengapa demikian, sebab terbentuknya
akhlak yang mulia pada diri seseorang sangat
dipengaruhi oleh tempaan pendidikan yang dilaluinya di usia dini.
Karenanya, sangat penting bagi kita sebagai guru (pendidik) maupun orang tua mengisi masa kanak-kanak mereka dengan menanamkan adab dan akhlak yang terpuji. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah yang
murni dan perangai yang lurus. Jiwa yang polos
111

ini menerima bentuk perangai apapun yang


dipahatkan pada dirinya. Selanjutnya pahatan
itu akan meluas sedikit demi sedikit hingga
akhirnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya, dan akan menentang segala yang berlawanan dengannya.
Dalam kitab Ahkamul Maulud, Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, Yang sangat dibutuhkan anak adalah perhatian terhadap
akhlaknya. Ia akan tumbuh menurut apa yang
dibiasakan oleh pendidiknya ketika kecil. Jika
sejak kecil ia terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak dan seterusnya, maka akan
sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi
hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan
menjadi sifat dan perilaku yang melekat pada
dirinya. Jika ia tidak dibentengi betul dari hal itu,
maka pada suatu ketika nanti semua perangai itu
akan muncul. Karena itu kita temukan manusia
yang akhlaknya menyimpang itu disebabkan
oleh pendidikan yang dilaluinya.
Oleh karena itu, seorang guru maupun
orang tua hendaknya melakukan pembinaan
adab dan akhlak secara nyata melalui keteladanan (uswah) yang baik bagi mereka, hingga
112

mereka tumbuh dengan perangai yang mulia ini


dan tidak mengabaikan adab-adab Islami maupun akhlak-akhlak Islam lainnya dihadapan
berbagai gelombang arus yang menyimpang,
maksiat dan dosa.
Lihatlah akhlak Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam ! Beliau menyuruh dan melarang
anak, bercanda dengan mereka, mengajak mereka bermain, membonceng mereka dan memberikan senyuman, tidak marah di depan mereka dan tidak mencela mereka.
Inilah kunci agar anak merasa dekat dengan kita, hingga terciptalah suasana yang hangat dan kita lebih leluasa memberikan pengajaran kepada mereka.
Ayo didik anak-anak kita dengan teladan
(uswah) yang baik dari orang tua maupun guru
sehingga mereka kelak terbiasa dengan pendidikan adab dan berakhlak mulia.
Menanamkan Adab Pada Anak
Menanamkan Adab merupakan perkara pokok dan utama yang harus ditempa oleh seorang
guru kepada muridnya. Orang tua kepada anakanaknya. Jika adab ini sudah terpatri di dalam
113

hatinya, maka akan tercermin dalam tingkah lakunya.


Urgensi adab dan penanamannya pada
anak terlihat lebih jelas lagi manakala kita melihat
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
memberikan perhatian besar terhadapnya di
dalam pembinaan akhlak. Sampai-sampai beliau menjadikan penanaman adab pada anak
dan membiasakan sehingga menjadi salah satu
tabiat dan perangainya, lebih utama dari pada
sedekah yang dapat memadamkan api. Padahal
sedekah itu juga sangat penting dalam Islam.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
kepada kedua orang tua bahwa hadiah terbesar
bagi anak adalah adab, dan warisan termahal
baginya adalah adab yang baik.
Oleh karena itu Ali al-Madini Rahimahullah
mengatakan, Mewariskan adab kepada anakanak itu lebih baik bagi mereka daripada mewariskan harta. Adab bakal endatangkan harta,
kehormatan, cinta kepada sesama saudara serta
akan menghimpunkan bagi mereka kebaikan
dunia dan akhirat. (Tanbih al-Mughtarrin,
Imam Syarani, hal.41)
Namun ada sebagian orang yang melalaikan urgensi adab ini dan menganggapnya se114

bagai hal sepele yang biasa diabaikan. Dia tidak


tahu bahwa sebenarnya yang demikian itu berarti menyiapkan anak untuk berbuat durhaka.
Dia tidak sadar bahwa menanamkan adab merupakan hak anak atas bapaknya sebagaimana
hak mereka untuk diberi makan dan minum
yang menjadi kewajiban kedua orang tuanya.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah
bin Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabada, Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah adab
mereka.
Para salaf ash-shalih telah memberikan perhatian besar terhadap urgensi adab ini. Mereka
mendidik anak mereka di atas adab tersebut.
Sahabat mulia Abdullah bin Umar Radhiyallahu
Anhuma menyampaikan seruannya kepada
kedua orang tua dengan bahasa yang sangat
lembut, Didiklah anakmu dengan adab, karena
sesungguhnya engkau bertanggung jawab atas
apa yang engkau didikkan dan apa yang engkau ajarkan. Sedangkan ia bertanggung jawab
mengenai kebaktian dan kepatuhannya kepadamu.
(Ahkam al-Maulud, Ibnu Qayyim al-Jauziyah,
hal.225)
115

Perhatian yang besar terhadap adab


agar menjadi perangai dan karakter pada diri
anak ini, adalah karena adab yang baik akan
menghasilkan akal pikiran yang efektif; dari
akal pikiran yang efektif akan lahir kebiasaan
yang baik; dari kebiasaan yang baik akan lahir
karakter yang terpuji; dari karakter yang terpuji
akan lahir amal shalih; dari amal shalih akan
diperoleh keridhaan Allah; dan dari keridhaan
Allah Azza wa Jalla akan muncul kejayaan yang
langgeng.
Sebaliknya, dari adab yang buruk akan
lahir rusaknya akal; rusaknya akal akan
menimbulkan kebiasaan yang buruk; dari
kebiasaan yang buruk akan lahir karakter
yang jahat; dari karakter yang jahat akan
lahir amalan yang buruk; dan amalan yang
buruk akan mendatangkan kemurkaan Allah;
dan kemurkaan Allah itu akan menyebabkan
kehinaan selama-lamanya. (Nashihah al-Mulk,
Mawardi, hal.173)
Demikianlah salaf ash-shalih, membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka agar
mempunyai adab yang baik serta mewariskan hal ini kepada mereka. Marilah kita sebagai guru (pendidik), orang tua bersama-sama
116

mempelajari kehidupan mereka dan memperhatikan bagaimana mereka dalam menyiapkan


generasi. Wallahu Alam bish-Showab.
Keshalihan Orang Tua

Keshalihan kedua orang tua memiliki


pengaruh besar terhadap keshalihan keturunannya, dan mereka adalah sebagai sekolah
(madrasah) pertama bagi anak-anaknya.
Sebaliknya, keburukan kedua orang tua
akan berdampak besar terhadap keburukan keturunannya. Maka merekalah penentu utama
setelah Allah Azza wa Jalla atas kebaikan dan
keburukan generasi mereka.
Kedua orang tua yang shalih pasti akan
membangun rumah tangga di atas keshalihan,
sehingga dari rumah mereka tumbuh generasi
yang shalih pula.
Kedua orang tua shalih, pasti akan mendoakan kebaikan untuk keturunannya.
Isyarat dari Rabb Yang Maha Agung :
Dan adapun kedua orang tuanya adalah
orang yang shalih.
(Qs. Al-Kahfi ayat : 82)
Imam Ibnu Katsir menuturkan :
117

Ayat ini menunjukkan bahwasanya keshalihan seseorang berpengaruh pada keshalihan


keturunannya di dunia dan akhirat.
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/186)
Mengapa keshalihan orang tua sangat berpengaruh.....?
Karena orang tua yang shalih akan:
Mengemban amanah dan tanggung jawab berupa amanah keturunan yang Allah Azza wa Jalla
embankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
Memberikan pendidikan (tarbiyah) yang terbaik untuk keshalihan anak-anaknya serta memerintahkan dan memotivasi mereka untuk melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla
semata.
Memberikan dan menjadi qudwah (teladan yang
baik) kepada mereka.
Menjaga mereka dari hal-hal yang bisa merusak,
baik jasmani maupun rohani anak-anaknya..
Senantiasa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla
untuk kebaikan anak-anaknya baik di dunia
maupun akhirat.
Memberikan makan, minum, pakaian dan sebagainya dari harta yang halal lagi baik.

118

Mari muhasabah diri, sudah shalihkah kita...?


Sementara kita berharap anak cucu, keturunan
kita menjadi anak-anak yang shalih-shalihah. Sisi
lain kita malas berbenah diri, memperbaiki diri dan
menjadikan diri sebagai hamba Allah yang shalih.
Tanyakan pada diri sendiri sudah pantaskah
kita mendapat anak-anak yang shalih-shalihah...?
Jika belum pantas, segera perbaiki diri dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman, hadiri
kajian-kajian Islam dan ikuti seminar-seminar
Islam atau dengan membaca buku-buku Islam
yang ditulis oleh ulama yang hanif.
In syaa Allah, dengan ilmu akan lebih mudah memperbaiki diri. Melejitkan potensi dalam
hal keshalihan dan ketaqwaan.
Semoga bermanfat bagi diri ini, keluarga
dan umat Islam pada umumnya. Wallahu Alam
bish-Showab.
Kisah-kisah teladan
Selain itu, untuk menanamkan adab dan
akhlak mulia, kita bisa belajar dari kisah-kisah
teladan para ulama dan pejuang Islam yang
terdahulu, yang begitu mulia akhlak mereka.
Berikut ini kisah teladan seorang ulama besar
119

yang patut kita ambil pelajaran, yaitu kisah


hidup Muhammad bin Jarir ath-Thabari Rahimahullah.
Beliau adalah Guru Para Ahli Tafsir. Nama
lengkapnya adalah Muhammad bin Jarir bin
Yazid bin Katsir bin Ghalib. Kunyahnya adalah
Abu Jafar. Beliau lebih dikenal dengan nama AthThabari. Beliau lahir di Amul Thabaristan yaitu
ibukota Thabaristan pada tahun 224 Hijriyah.
Ath-Thabari dinisbahkan kepada kampung kelahirannya yaitu Thabaristan.
(Mujam al-Udaba, Yaqut al-Hamawi, Beirut
: Dar al-Fikr, 18/48)
Ciri-ciri fisiknya, Ath-Thabari berkulat coklat kehitaman, bermata lebar, bertubuh kurus,
berpostur tinggi, berlisan fasih, berambut hitam, rambut dan jenggotnya masih tetap hitam
hingga beliau wafat. Ada sedikit uban padanya,
tapi beliau tidak merubahnya dengan menyemirnya atau selainnya.
Sejak masa kanak-kanak Ath-Thabari sudah kelihatan memiliki keistimewaan dan bakat
yang luar biasa. Umur 7 tahun, beliau telah hafal
kitab Allah (al-Quran), dan menjadi imam shalat
saat berusia 8 tahun, serta menulis hadits saat
berusia 9 tahun.
120

(Al-Imam ath-Thabari, Muhammad az-Zuhaili, Darul Qalam, hal.63)


Allah Azza wa Jalla telah memberikan kepadanya kecerdasan yang luar biasa, akal cemerlang, otak tajam, dan hafalan yang jarang
ditemukan pada anak seusianya. Inilah yang dilihat oleh ayahnya, lalu sang ayah memberi dukungan penuh kepadanya untuk menuntut ilmu
saat masih anak kecil.
Sang ayah menyediakan secara khusus hasil
tanahnya baginya untuk membiayai belajarnya
dan perjalanan yang dilakukan dalam rangka
menuntut ilmu, serta agar terfokus untuk ilmu
saja.
Uniknya, beliau menyibukkan diri untuk menuntut ilmu saat masih berusia 12 tahun. Ia tetap
mencari ilmu dan mencintai ilmu hingga wafat.
Hingga beliau tidak mengenal wanita (tidak menikah). Seluruh waktunya beliau gunakan untuk
mengajar dan belajar. Mengembara untuk mencari ilmu, dan menghabiskan sebagian besar
masa mudanya untuk melakukan perjalanan
dan berpindah dari negeri ke negeri lainnya.
Dan selama 40 tahun beliau menulis 40 kertas
(lembar) perhari. Sebuah prestasi mengagumkan.
121

Menurut dugaan kuat bahwa ambisi ilmiah,


kesibukan dalam mencari ilmu, dan menggosongkan waktu untuknya, adalah sebab utama
dia membujang dan tidak menikah. Karena ilmu
itu menyibukkan pelakunya, dan memberikan
kepadanya kenikmatan yang jarang ada, dan
kelezatan khusus, yang tidak pernah dijumpai
kecuali oleh yang pernah mencobanya.
Ath-Thabari menguasai berbagai macam
disiplin ilmu di antaranya bidang Tafsir, Tarikh
(Sejarah), Hadits, Qiraat, Fiqh, Ahli Nahwu sekaligus Bahasa dan lain-lain. Beliau juga dinobatkan sebagai imam besar, mujtahid mutlak, dari
penduduk Amul Thabaristan, salah satu imam
dunia, baik ilmu maupun ketaatan beragama.
(Thabaqat asy-Syafiiyyah, At-Taj as-Subki,
Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, 3/120)
Ath-Thabari juga memiliki pribadi yang
luhur dan akhlak mulia, sehingga ia dicintai teman-temannya, guru-gurunya, dan orang-orang
yang mengenalnya; karena akhlak terpuji adalah asas interaksi, tolong-menolong, saling mengenal, berbagi cinta dan kepercayaan, serta
kunci ilmu dan belajar. (Imam ath-Thabari, Muhammad az-Zuhaili, hal.66)
Muridnya, Abu Muhammad Abdul Aziz
122

bin Muhammad ath-Thabari menyifatinya lewat


perkataannya, Abu Jafar memiliki akal, ilmu,
kecerdasan, dan hafalan yang sudah diketahui
oleh siapa saja yang telah mengenalnya, karena
dia menghimpun ilmu-ilmu Islam yang belum
pernah kami ketahui berhimpun pada satu
orang pun dari umat ini. Tidak pula tampak
pada kitab-kitab para pengarang dan tersebar
pada kitab-kitab para penulis sebagaimana
yang tersebar pada kitab-kitabnya.
Ath-Thabari termasuk ahli ibadah, zuhud,
wara, dan melaksanakan sesuatu yang haq.
Celaan para pencela tidak bisa menghalanginya.
Dia termasuk tokoh para shalihin.
(Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir,
11/146)
Karya-karya tulis Muhammad bin Jarir
ath-Thabari di antaranya, Jami al-Bayan fi Tawil
Ayi al-Quran, yang dikenal dengan Tafsir athThabari, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, Dzail alMudzayyal, Ikhtilaf Ulama al-Amshar fi Ahkam
Syarai al-Islam yang dikenal dengan Ikhtilaf alFuqaha, Al-Khafif fi Ahkam Syarai al-Islam ini
mengenai Fikih Jariri, Musnad Ibni Abbas, Kitab
al-Murtarsyid, Ikhtiyar min Aqawil al-Fuqaha
dan masih banyak lagi.
123

Ath-Thabari wafat pada petang hari Ahad,


dua hari tersisa dari bulan Syawal, 310 Hijriyah.
Dan dimakamkan di rumahnya, di Rahbah Yaqub, yakni di Baghdad. (Siyar Alam an Nubala,
Syamsuddin adz-Dzahabi, 14/282)

124

11. AMALKANLAH ADAB DENGAN ILMU


(Mengamalkan sebuah nilai dari bait-bait
mahfudhat)

Oleh : Bana Fatahillah


(Guru Pesantren at-Taqwa Depok)
A. Berilmulah karena kau bukan Binatang
Laula al-ilmu lakaana an-nasu ka albahaaimi
(Jikalau tidak ada Ilmu maka manusia layaknya
binatang).
Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi
seorang Muslim untuk mencari ilmu. Rasulullah
SAW bersabda : jadilah kamu orang-orang yang
berilmu, atau orang yang belajar akan ilmu, atau
orang yang mendengarkan akan ilmu, atau orang
yang mencintai dengan (majlis) keilmuan, dan
jangan kamu menjadi orang yang kelima maka
kamu akan hancur. Hadist ini sangat jelas bahwa
Rasul memerintahkan kita untuk menjadi orang
aalim atau orang yang berilmu atau belajar akan
ilmu. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa,
125

Tolaabu al-ilmu fariidotun ala kulli musliimin


wa al-musliimat.menuntut ilmu itu wajib bagi
seorang muslim dan muslimat.
Dalam ilmu Logika (Mantiq) disebutkan
bahwa manusia itu adalah jenis hewan yang berbicara (al-insaanu hayawaanu an-naatiq). Kata
naatiq disitu bukan hanya berarti berbicara,
melainkan berbicara dan berfikir. Karena semua
tindakan manusia, termasuk berbicara pasti
berhubungan dengan berfikir. Ketika hati manusia ingin berkata sesuatu, maka kata-kata itu
akan masuk ke otak untuk difikirkan dan akan
berujung dan keluar melalui mulut. Itulah yang
disebut berbicara.
Disinilah letak perbedaan yang sangat jelas
antara hewan dan manusia. Allah menciptakan
manusia dengan akal dan pengetahuan yang
sempurna. Dengannya lah manusia dapat berfikir mengenai berbagai hal. Ketika ia tidak mampu menggunakan akalnya tersebut, maka ia disamakan seperti binatang (lakaana an-naasu ka
al-bahaaimi).
Al-Quran pun dengan jelas mengatakan
orang-orang yang tidak menggunakan akal nya
untuk berfikir, matanya untuk melihat (tandatanda kebesaran Allah), telinganya untuk men126

dengar (ayat-ayat Allah) seperti binatang, bahkan lebih sesat darinya.


Allah berfirman :

Dan sesungguhnya telah kami sediakan


untuk mereka jahannam banyak dari jin dan
manusia; mereka mempunyai hati (tetapi) tidak
mereka gunakan untuk memahami ,mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan
untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak digunakan untuk mendengar, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang
lalai. (QS : al-Araf : 179)
Ust Akmal Sjafril, Penulis buku Islam Liberal 101 pernah menjelaskan kepada saya ten127

tang teori linguistik atau teori bahasa. Menurut beliau teori ini adalah salah satu teori yang
dapat membantah teori evolusi. Dan dengan
teori linguistik atau bahasa ini terlihat jelas
perbedaan antara manusia dan hewan.
Kita pertama kali belajar bahasa dari sebuah kata-kata. Dan semua manusia pasti mempelajari kata-kata itu. Diwaktu kecil, kita belajar mengucapkan sebuah kata-kata, seperti
mama, ayam, susu dan lainnya. Nabi Adam
dahulu pun di ajarkan oleh para malaikat akan
nama-nama dari sebuah benda dan itu berbentuk kata. wa allama aadama al-asmaa kullaha
tsumma aradohum ala al-malaaikati.
Manusia (al-insaanu), dengan berbahasa,
akan mengetahui dari yang tidak ada, yang ada,
dan apa yang harus ia lakukan dengan yang ada
tersebut menjadi bentuk lain dari yang ada.
Berbeda halnya dengan Hewan. Hewan adalah
makhluk yang hanya bekerja secara perasaan
(insting). Walaupun ia berbahasa, namun ia
tidak akan memikirkan hal yang tidak ada dihadapannya. Ia hanya bergerak dan berfikir secara
instingnya dengan menjadikan apa yang ada
dihadapannya.
Sebagai contoh, seekor simpanse, akan
128

berteriak, huuuuaaha ketika melihat sebuah


makanan yang enak untuk memanggil kawannya.
Bisa kita artikan bahwa suara simpanse itu
bermaksud untuk memanggil kawannya dan
memberitahukan bahwa ditempatnya tersebut
terdapat makanan atau ia menginginkan sebuah pisang tersebut. Namun, simpanse itu
hanya akan berfikir bagaimana ia besok bisa
menemukan makanan itu lagi. Dan akan selalu
seperti selanjutnya.
Simpanse tersebut tidak akan berfikir bagaimana ia bisa membuat makanan itu menjadi
lebih enak, atau lebh gurih. Dia tidak akan berfikir bagaimana bisa mendapatkan makanan
yang lebih enak dan dibagikan satu satu kepada
kawannya tanpa ada yang berebutan. Itu semua
adalah insting berbahsa hewan. yang tidak
memikirkan sesuatu untuk ada atau yang belum
ada. Berbeda dengan manusia. Manusia akan
selalu berfikir, dengan apa yang ada, bahkan
yang belum ada sekalipun hingga untuk apa.
Inilah mengapa al-Quran sering kali mengingatkan manusia dengan kata afalaa tatafakkaruun (apakah kamu tidak berfikir). Allah
kerap sekali menyuruh hamba-Nya untuk selalu
berfikir dengan apa yang terjadi di Muka Bumi
129

ini.Karena ini semua adalah tanda-tanda yang


Allah tunjukan kepada Manusia atas kebesaranNya.
Allah berfirman :

)(.

)(

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan


Bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring. Dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan Bumi (seraya berkata) ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
sia-sia; Maha suci Engkau lindungilah kami dari
api Neraka (QS:Ali Imron : 190-191)
130

Sebagaimana ayat diatas, manusia sebagai


makhluk yang berakal seharusnya berfikir dengan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Dengan berfikir, kita akan mencapai pada suatu
kebenaran. Nabi Ibrahim dahulu berfikir tentang siapa Tuhan yang harus ia sembah, apakah
Matahari, atau Bulan, atau patung-patung yang
dibuat oleh ayahnya. Hingga pada akhirnya ia
menemukan hidayah untuk menyembah Allah
SWT. Inilah sebagai contoh berfikir untuk mencari kebenaran.
Seorang manusia akan berfikir bagaimana
ia bisa membuat ini, itu. Bagaimana dari yang
tadinya beras, menjadi nasi yang sedemikian
enaknya. Bagaimana yang tadinya hanya sebuah
besi, bisa menjadi lemari. Bagaimana yang tadinya kayu, bisa menjadi meja. Itulah manusia,
yang mempunyai keistimewaan berbahasa dengan akalnya. Maka sebagaimana halnya diatas manusia disebut sebagai jenis hewan yang
berbicara (al-insaanu hayawaanun natiq).
Teori linguisitk ini sangat bisa memberi
alasan dengan teori evolusi. Teori evolusi yang
sampai saat ini kita kenal adalah teori evolusii
berupa fisik atau hardwarenya saja. Yang kita
lihat dari kera sampai bisa menjadi manusia.
131

Namun sebagai detailnya lagi, kita harus melihat


dari dalamnya atau softwarenya. Seperti otak
manusia dan otak bintang yang saya sebutan tadi.
Apakh mungkin bisa berubahnya otak hewan
yang sedemikian rupa menjadi otak manusia
yang sangat imajinatif dalam hal apapun.
Maka untuk membedakan antara manusia
dan hewan, manusia haruslah berilmu. Manusia
sebagai makhluk yang sempurna, harus menuntut ilmu. Dalam salah satu pepatah dikatakan,
taalam falaisa al-mar u yuuladu aaliman,
(belajarlah, karena tidak ada manusia yang
dilahirkan dalam keadaan pintar/mengetahui).
B. Syarat Menuntut Ilmu
Akhii lan tanaala al-ilma illa bi sittatin sa
unbiika an tafsiiliha bi bayaanin : Dzakaain,
wa Hirshin, wa Ijtihaadin, wa dirhaamin, wa
suhbati ustaadzin, wa thuuli zamaanin.
Imam Syafii berkata dalam salah satu
syairnya, wa man faatahu at-taliimi waqta syabaabihi fakabbir alaihi arbaan liwafaatihi, (dan
barang siapa yang meninggalkan menuntut ilmu
di waktu mudanya, maka bertakbirlah empat
132

kali atas kematiaannya). Disini Imam Syafii menekankan akan pentingnya menuntut ilmu di
waktu muda. Karena pepatah lain mengatakan
bahwa menuntut ilmu diwaktu muda ibarat mengukir diatas sebuah batu.(al-ilmu fi as-shigoori
ka an-naqsyi ala al-hajari).
Ketika kita tahu betapa pentignya kedudukan ilmu, maka kita akan berlomba-lomba
untuk mendapatkannya. Allah berjanji dalam
salah satu ayat-Nya akan mengangkat derajad
seseorang yang beriman dan menuntut ilmu.
Allah berfirman Yarfai Allahu alladziina aamanu minkum wa alladziina uutu al-ilma darajaat
(Allah akan mengangkat derajad diantara kalian
orang-orang yang beriman dan menuntu ilmu).
Berbicara masalah ilmu, maka kita berbicara masalah adab. Berbicara masalah ilmu
maka kita berbicara masalah cara bagaimana
mendapatkan ilmu tersebut. Seperti halnya
shalat, maka kita akan membahas syarat untuk
mendirikan shalat. Maka disini Imam Syafii menerangkan dengan jelas (sa unbiika an tafshiilihaa bi bayaanin) syarat-syarat seseorang agar
dapat mendapatkan ilmu.
Yang pertama adalah kecerdasan (dzakaaun). Kecerdasan disini bukanlah kepintaran
133

bagi setiap orang sebelum menuntut ilmu, atau


bukan juga wajib bagi setiap orang memiliki
kecerdasan sebelum menuntut ilmu. Melainkan,
dzaka disini adalah keadaan seseorang untuk
mau terus berfikir dengan akal dan kecerdasan.
Karena seseorang tidak akan mendapatkan
sebuah ilmu atau pengetahuan tanpa berfikir.
Seperti yang telah diuraikan diatas, berfikir
merupakan tindakan yang wajib dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk yang sempurna.
Yang kedua adalah ketamakan (Hirshun).
Kata hirshun biasa kita artikan sebagai tamak.
kenapa menuntu ilmu perlu sebuah ketamakan,
sementara Allah tidak suka orang-orang yang
melampaui batas. Dalam al-Quran disebutkan
Inna Allaha laa yuhibbu al-musriifin. Rasulullah
SAW juga mengatakan Kuluu wasyroobuu watasoddaqu wa laa tusriifuu (makanlah, minumlah,
dan bersedekahlah, tetapi jangan melampaui
batas).
Tamak disini bukan dimaksudkan seperti
hal-hal yang dilarang oleh Allah atau RasulNya diatas, namun tamak disini adalah sikap
sebagai penuntut ilmu yang tidak puas dengan
ilmu yang ia punya atau yang sudah ada. Tidak
adanya kepuasan atau kecukupan terhadap ilmu
134

yang sudah kita punya akan membuat ilmu-ilmu


yang belum kita miliki masuk ke diri kita. Ibarat
gelas kosong, yang selalu dapat terisi oleh air
yang dituangkan ke dalam gelas itu. Kalau kita
sudah merasa penuh, maka cukuplah diri kita
dengan ilmu yang sedikit itu.
Yang ketiga adalah sungguh-sungguh (ijtihaadun). Seperti yang dikatakan oleh Sayyid
Ahmad al-Hasyimi dalam salah satu syairnya, Syammir wa jidda li amrin anta toolibuhu idz laa tunaalu al-maashi qotthun bi
al-kasalai(singsingkan lengan baju, dan bersungguh sungguhlah mencapai apa yang anda
inginkan.sebab kehormatan itu tak bisa engkau
capai hanya dengan bermalas-malasan). Ilmu
tidak akan kita capai kalau tidak ada kesungguhan dalam emncarinya. Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas, karena sebuah penyesalan adalah untuk orang-orang yang malas,
Ijhad wa laa taksal wa la taku goofilan fanadaamatu al-uqba liman yatakaasal.
Yang keempat adalah biaya (dirhaamun).
Biaya adalah salah satu syarat untuk mencari
ilmu. Ibarat orang yang ingin menempuh
perjalanan jauh, maka ia haruslah menyiapkan
perbekalan dengan persiapan yang matang,
135

(man araafa buda assafari istaadda). Maka


biaya (dirham) ibarat sebuah perbekalan bagi
para pencari ilmu. Dan nantinya biaya yang digunakan untuk mencari ilmu akan menjadi
sebuah pahala sodaqoh. Jikalau orang-orang
sekarang berani untuk membayar mahal demi
sebuah tiket sebuah konser, kenapa untuk
mencari ilmu, yang dampaknya jelas dan berguna, kita tidak mau.
Yang kelima adalah kedekatan terhadap
guru (suhbatu ustadzin). Sebagai sebuah syarat
dari penuntut ilmu adalah kedekatannya dengan
seorang guru, dalam senangnya, susahnya,
sedihnya. Apabila ia senang, ikut turutlah senang,
dan apabila dilanda musibah atau kesedihan,
maka bantu dan ikutlah dalam kesedihannya.
Karena jasa seorang guru sangatlah besar terhadap perubahan yang ada pada diri kita. Maka
sebagai penuntut ilmu kita haruslah menghormatinya dan menaatinya seperti kita menghormati orang tua kita di Rumah. Ada sebuah
pepatah tentang penghormatan terhadap guru,
yang berbunyi :



136

()



Sesungguhnya, baik guru dan dokter tidak
(rela) memberi nasihat apabila mereka tidak
dihormati. ( ) maka, bersabarlah dengan penyakitmua bila anda jauh dari Dokter, dan puaslah
kebodohanmu jika anda jauh dari Guru.
Yang terkahir adalah panjangnya waktu
(tuulu zamaanin). Al-Ustadz Ardiansyah, Mudiir
Pesantren Shoul lin al-Islami, merumuskan sebuah rumusan tentang mencari ilmu, beliau
berkata mau banyak materi dan mendalam,
maka tidak bisa sebentar ; mau mendalam dan
sebentar, maka tidak bisa banyak materi ; mau
sebentar dan banyak materi, maka tidak bisa
mendalam. Disinilah harus ada panjangnya
waktu (tuulu zamaan), sebagai sebuah proses
kesabaran bagi seorang murid ketika menuntut
ilmu.
Keenam syarat tersebut merupakan syarat
yang harus kita penuhi dalam menuntut ilmu.
Imam Syafii mengatakan bahwa ilmu adalah
137

sebuah cahaya dan tidak cahaya itu tidak akan


didapati oleh pelaku maksiat. Al-ilmu nuurun
wa nuuru Allahi la yuhda liashii. Maka, dalam
menuntut ilmu pun kita harus memperhatikan
kelakuan kita terhadap ibadah. Karena menuntut ilmu adalah sebuah ibadah. Semakin banyak
ilmu yang kita punya, maka semakin besar pula
kedekatan kita terhadap Allah. Man izdaada
ilman wa lam yazdad lahu huudan lam yazdan
mina Allahi illa budan.
C. Bukan dari Nasab (keturunan) tapi adab
As-syarofu bi al-adabi laa bi an-nasabi.
Banyak orang orang yang berfikir bahwasanya kemuliaan seseorang terletak dari keturunannya, jabatannya, kedudukannya atau
fisiknya. Dan mirisnya, mereka yang dimuliakan
karena hal-hal tersebut sering terjadi di kehidupan kita, bahkan dikehidupan Rasul saat itu.
Dahulu bangsa Arab, sebelum datangnya islam,
masih menganggap bahwasanya orang-orang
yang kaya, punya jabatan tinggi, dan dari keturunan yang besar, adalah orang-orang yang
sangat mulia. Hingga nanti itu semua di ubah
138

oleh Rasulullah SAW.


Mereka yang duduk di Kursi wakil rakyat,
maka akan kerap dihormati dan dimuliakan.
Mereka yang keturunan bangsawan, kerap akan
di muliakan dan dipatuhi. Dan mereka yang
mempunyai kedudukan yang tinggi juga kerap
akan dihormati dan dimuliakan.
Sebenarnya dimanakah letak kemuliaan itu ?
Sebagai seorang penuntut ilmu yang bertaqwa kepada Allah SWT, maka kita akan memandang bahwsanya orang yang harus dimuliakan adalah orang yang bertaqwa kepada Allah.
Karena Allah sendiri telah mengingatkan bahwa
yang paling mulia di sisinya adalah yang paling
taqwa. inna akramakum indallahi atqaakum.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kalian disisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
Taqwa secara definisi singkat adalah menaati perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Imtitsaali awaamirillahi wajtinaabi nawaahiihi.
Karena taqwa adalah menaati segala perintah
Allah, maka untuk menjadi orang taqwa, kita
harus memiliki adab. Kita harus beradab kepada Allah. Kita harus bisa menempatkan Allah
sebagai Tuhan satu-satunya di Dunia ini. Tiada
Tuhan selain Dia. Dan Nabi Muhammad SAW
139

adalah utusan-Nya.
Berarti disini bisa dikatakan orang yang
paling mulia adalah mereka yang paling bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menjalankan
perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Dan orang-orang yang bertaqwa harus mempunyai adab terhadap apapun. Karena tanpa adab,
mereka tidaklah bisa menempatkan sesuatu
sesuai harkat dan martabatnya. Orang yang
paling mulia adalah orang yang bertaqwa dan
beradab. Jadi, kemuliaan seseorang itu dari segi
adabnya, bukan keturunannya. Assyarafu bil
adab laa binnasabi. Karena adab sendiri adalah
bagian dari ketaqwaan.
Walaupun ia anak presiden pun, kalau dia
tidak memiliki adab, maka dia tidak akan bisa
memahami arti sebuah ketaqwaan, dia tidak
berhak dimuliakan. Dia bukanlah orang yang
mulia. Walaupun ia dari keturunan presiden sekalipun.
Seorang murid bisa lebih mulia dari gurunya,
seorang budak bisa lebih mulia dari orang yang
merdeka, seorang anak bisa lebih mulia dari
ayahnya, dan seorang yang miskin bisa lebih
mulia dari sang kaya, bila mereka semua lebih
bertaqwa dan beradab dengan sebenar-benar
140

taqwa melebihi mereka. Dari ketaqwaan itulah


mereka akan memahami sebuah adab tentang
bagaimana bersikap kepada siapapun, bahkan
apapun.
Sebagai pencari ilmu, kita haruslah memiliki
adab. Bagaimana kita beradab terhadap Allah
SWT, terhadap Rasul-Nya, terhadap para Ulama,
terhadap gurunya, dan siapapun itu. Ia harus
bisa bagaimana bertata cara, bertutur kata dengan baik, bersopan santun dengan bijak. kalau
kau sudah mengamalkan adab-adab yang ada,
maka mulia lah dirimu. Bukan engkau yang mengatakan bahwa kau itu mulia, namun orang lah
yang akan menilai dengan semua adabmu.
Adab seseorang lebih berharga dari pada
hartanya aadabu al-mar
Sebagai seorang murid yang beradab, kita
haruslah memuliakan guru, karena mereka
tidak akan memberikan nasehat ketika kita
tidak memuliakannya atau menghormatinya.
D. Hiasi dirimu dengan Ilmu dan Adab
Laisa al-jamaalu bi atswaabin tuzayyinuuna
inna al-jamaala jamaalul ilmi wa al-adabi.

141

Kecantikan/keindahan itu bukan karena


pakaian yang kamu pakai, namun keindahan itu
adalah keindahan ilmu dan adab (pada dirimu).
Ketika berbicara keindahan, maka orangorang akan melihat itu semua dari sebuah penampilan. Secara sadar atau tidak, kita pun
biasanya menilai seseorang dari bagaimana ia
berpenampilan. Keindahan seseorang, pada hakikatnya bukan terdapat pada baju atau pakaian yang ia kenakan, sejatinya keindahan itu terdapat pada keindahan ilmu dan adab nya.
Ketika seseorang bertanya mana yang lebih
dahulu, ilmu atau adab. Maka ketahuilah bahwa keduanya sama penting dan tidak ada yang
didahulukan. Walaupun kita sering mendengar
bahwa adab itu diatas ilmu (al-adabu fauqo alilmi), namun untuk beradab pun kita membutuhkan ilmu tentang adab tersebut. Maka disini
ilmu dan adab harus kita seimbangkan pada diri
kita.
Ketahuilah banyak pengetahuan tentang
adab, lalu amalkanlah dengan ilmu tersebut.
Beradablah dengan ilmu, serta beradablah sebelum mendapatkan ilmu. Seorang ulama mengatakan bahwa belajar adab satu bab lebih
baik daripada kau belajar ilmu sebanyak 10 bab.
142

Ketika kita sudah dapat menyeimbangkan


antara ilmu dan adab, maka seperti yang dikatakan diatas, keindahan dirimu akan tampak.
Ini bukan karena bagusnya baju atau pakaian
yang kalian pakai, namun karena ilmu dan adab
yang ada pada diri kalian. Yang selalu menyinari
diri seseorang layaknya lentera yang terang.
Adab terhadap ilmu adalah dengan mengamalkan ilmu tersebut. Ilmu tanpa pengamalan,
ibarat pohon tanpa buah, Al-ilmu bilaa amalin ka
as-syajaari bilaa tsamaarin. Di hari akhir nanti
ada empat pertanyaan yang akan ditanyakan
kepada kita. Pertama, tentang umurmu kau habiskan untuk apa. Kedua, masa mudamu kau
gunakan untuk apa. Ketiga, ilmumu, kau gunakan untuk apa. Dan yang terkahir, hartamu, dari
mana kau dapat dan kemana kau berikan.
Imam al-Ghazali mengibaratkan orang yang
tidak mengamalkan ilmunya seperti seorang
pemburu yang memasuki hutan dengan segala persenjataannya. Namun ketika binatangbinatang buas muncul dihadapannya, ia tidak
menggunakan satu pun dari senjata yang ia
bawa. Ini semua adalah sia-sia. Maka dari itu
mengamalkan ilmu adalah adab terhadap ilmu.
(***)
143

12. PENGALAMAN PRAKTIS


MENGATASI
PROBLEMATIKA ANAK DIDIK
Oleh: Megawati
(Kepala Sekolah TK At-Taqwa
&Guru Pesantren at-Taqwa Depok)
A. Bagaimana Mengatasi Pengaruh TV?
Banyak yang mengatakan, bahwa TV mempunyai pengaruh yang kuat terhadap anak.
Acara-acara TV sebagian besar tidak mendidik
atau tidak baik bagi anak. Ada yang mengatakan,
27 persen saja acara TV yang bermanfaat. Kenyataannya, acara-acara TV memang banyak
yang tidak mendidik. Bahkan, kadang ada acara
yang baik, ada juga iklannya yang tidak baik.
Iklan-iklan itu ada yang mengajarkan anak
berperilaku konsumtif. Atau iklan yang menampilkan pakaian-pakaian yang tidak sopan.
Di rumah, saya membolehkan anak saya
menonton TV. Tetapi dengan batasan. Anak
tidak boleh nonton setelah maghrib (malam),
bangun tidur pagi dan setiap azan berbunyi, TV
144

harus dimatikan. Saya membagi waktu nonton


TV sore /siang untuk anak dan malam untuk
orang tua. Saya usahakan anak-anak menonton
acara anak-anak seperti kartun. Saya memberi
peraturan tidak boleh lama-lama menonton,
paling banyak 2 jam sehari. Kalau anak lupa saya
hanya mengingatkan bahwa sudah waktunya
TV istirahat.
Pernah anak saya pada saat libur sekolah,
nonton TV terlalu lama, akhirnya saya dan
suami sepakat untuk menggunting kabel TV,
anak-anak terkejut dan protes. Alhamdulillah
bekas guntingan itu kami sambung dengan
aliran listrik, sampai sekarang apabila anak melanggar kami tinggal putuskan kabelnya dan
kami simpan sambungannya. Karena terbiasa,
anak-anak biasanya pasrah dan menyesali perbuatannya.
Suatu ketika, anak saya Dina mulai kelihatan menyukai acara tertentu (musik). Saya
hanya mengingatkan bahwa hanya untuk sekedar tahu saja , tidak perlu idolakan . Imad anak
kelima dan juga anak pertama saya, waktu kecilnya sangat suka film Power Rangers. Ketika
mereka nonton saya hanya mengingatkan inget
lho, power rangers ini hanya untuk anak Play
145

group (usia 3 thn), Kamu kan udah gede, masak


mau dibohongin sama robot, nanti kalau udah 5
tahun, kita cari film yang lain ya.. kan udah gede.
Sekarang setelah beberapa bulan, Imad
tidak lagi tertarik dengan Power Rangers. Film
kartun itu tidak lagi menjadi film utama. Masalah TV sekarang sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan anak-anak. Ada orang
tua yang ketat, tidak memperbolehkan anaknya menonton TV sama sekali. Ada tokoh pendidikan dan orang tua yang mengganti TV dengan VCD-VCD pendidikan. Sejauh pengalaman
yang saya lihat, di sini peran orang tua sangat
menentukan. Ada tetangga yang memilih untuk
tidak mempunyai TV di rumah. Karena kurang
pembinaan pada anaknya, maka akhirnya anaknya menonton TV di rumah tetangga.
Saya ingin anak-anak saya tahu tetapi
juga tahu batasnya. Dan juga tahu, mana yang
jelek dan mana yang baik. Anak saya yang ke-6,
Alima, yang masih duduk di TK, kadangkala juga
sangat sulit dihentikan kemauannya untuk menonton TV. Ada film-film Kartun tertentu atau
acara-acara analo-anak seperti Bolang (Bocah
Petualang) yang disukainya. Saya membolehkan,
tetapi juga dengan pengawasan dan penjelasan.
146

2. Bagaimana mengajak anak berbicara


masalah seks
Pada sore hari saya sedang berkumpul dengan keenam anak saya, sambil beres-beres
rumah, tiba-tiba anak saya yang pertama dan
kedua yang kebetulan satu sekolah bertanya saling bersahutan mi, jablay itu apa, ngein itu apa,
toket itu apa mi, pentil itu apa mi, ngentot itu apa,
perkosa itu apa, lalu mereka bertanya dengan
memperagakan jari jempol berada ditengan
antara jari telunjuk dan jari tengah artinya apa
sih, belum selesai kakak nanya adiknya nanya
sambil memeperagakan jati telunjuk dan jempol
di satukan (seperti lingkaran) lalu jari telunjuk
tangan satunya dimasukkan kedalam lingkaran
itu, apaan artinya???????
Saya yang pada saat itu sedang menyapu,
alhamdulillah dengan santai mendengarkan semua pertanyaan mereka ( padahal didalan hati
cukup terkejut), lalu saya balik bertanya kakak
dapat kata-kata itu dari mana,? Mereka menjawab dari temen di sekolah, temen-temenku
katanya udah pada tahu, cuma aku aja yang belum tau, aku minta kasih tau katanya aku nggak
gaul
147

Dalam hati aku bersyuukur, alhamdulillah


temennya tidak menjelaskan, kalau terjadi, apa
yang akan mereka jelaskan ya????
Aku dekati anakku, lalu aku tanya, kamu pengen tahu ? ya mi aku pengen tau biar gaul. Tapi
ada syaratnya kata ku Kalo ada pertanyaan seperti ini atau apa saja yang belum kamu ketahui
nanyanya sama umi ya ?
Satu persatu pertanyaan mereka saya
jawab apa adanya , walaupun tidak terlalu vulgar, tapi pendidikan seks saya jelaskan. Reaksi
dari anakku berbeda-beda, anakku yang kedua
biasa-biasa aja. Tapi anakku yang pertama mendengar penjelasannku histeris dan ketakutan,
sampai selesai magrib anakku yang pertama
gelisah, melihat tingkahnya yang aneh, saya
dekati dan saya peluk, saya tanya kenapa kakak
begini, dia jawab aku tidak mau kawin aja mi.
Langsung ku jawab , ya memamg sekarang
kakak belum boleh kawin, karena usianya masih anak-anak. Nanti kakau kakak siap baru boleh. Anakku tetap menangis, pelan-pelan saya
terus menjelaskan dari anatomi laki-laki dan
perempuan, bagaimana terjadinya proses terjadinya mereka , dan etika pergaulan antara laki
dan perempuan yang sudah nikah dan belum
148

nikah. Ku peluk anakku dan terlihat dia tidak


gelisah lagi.sampai akhhirnya dia tertidur
Alhamdulillah sampai sekarang, anakanaku kalau ada pertanyaan tentang hubungan
laki dan perempuan (seks) mereka selalu
bertanya dengan saya tanpa rasa malu-malu,
dan sayapun menjelaskan apa adanya, sesuai
dengan kebutuhan mereka.
3. Anak mengidolakan artis?
Sekarang ini sangat sulit memisahkan anak
dari cerita tentang kehidupan para artis. Karena walaupun dia tidak menonton TV, tetapi
kalau ketemu teman-temannya di sekolah, biasanya akan mendengar cerita juga tentang mereka. Bahkan, kadangkala yang sering juga mendapatkan lagu-lagu dari teman-temannya. Bisa
juga dari koran. Apalagi sekarang anak-anak juga
sudah banyak yang memegang handphone, sehingga dengan mudah mendapatkan informasi
tentag dunia artis atau selebritis.
Karena sebagai pendidik di TK, saya harus
tahu dunia nyata itu. Saya juga kadangkala mengamati, walaupun tidak rutin. Memang kehidupan artis dan dipertontonkan kepada anak149

anak kita seringkali sangat tidak mendidik.


Pakaiannya jorok. Uacapannya tidak sopan. Cara
bergaul sangat tidak Islami. Bahkan ada yang
mencontohkan perilaku yang dilaknat oleh Rasulullah saw, yaitu misalnya laki-laki yang berpakaian dan berperilaku sebagai perempuan,
atau sebaliknya perempuan yang kelelaki-lakian
dalam berperilaku dan berpakaian. Ada juga laki-laki yang pakai anting. Semua itu sekarang
sulit dipisahkan dari kehidupan anak-anak kita.
Sebagian orang tua sekarang, memisahkan
secara total anak-anaknya dengan kehidupan
modern seperti itu. Dengan cara, ia tidak memiliki TV di rumah.
Karena saya terlibat dalam dunia pendidikan, dan saya punya waktu yang cukup banyak
untuk berinteraksi dengan anak-anak di rumah,
maka saya tidak melarang anak saya untuk
tahu tentang kehidupan artis. Bahkan kalau
mereka ingin menonton acara Idola Cilik juga
saya biarkan. Kadangkala kalau mereka ingin
menonton acara tertentu, saya juga ijinkan dengan pengawasan ketat. Tetapi untuk acara
infotainment yang isinya banyak gosipnya, saya
melarang untuk menonton. Cukup mereka dengar saja.
150

Yang penting, saya selalu menanamkan pada


anak-anak, bahwa kehidupan artis bukanlah
untuk dicontoh. Bahkan, juga ditanamkan rasa
malu, kalau mereka mengenakan pakaian yang
tidak sopan, dan juga perilaku pergaulan bebas.
Pokoknya jangan sampai mereka mengidolakan
artis. Yang harus jadi idola adalah orang-orang
yang shalih.
Ada cerita, suatu ketika anak saya, Fatiha,
mau membeli poster Debo, Idola Cilik. Karena
ada beberapa temannya di Madrasah Ibtidaiyah
membeli poster Idola Cilik. Saya nanya ke dia,
untuk apa dan mau diapakan kalau ada poster
seperti itu? Sebab, Debo bukan saudara, bukan
keluarga, bukan teman, tidak kenal, untuk apa
dia beli. Jadi, saya mencoba mengajak dia berpikir, agar dia tahu bahwa perbuatannya itu tidak
bermanfaat untuk dirinya sendiri. Yang penting
dia tahu hanya untuk pergaulan, tidak dianggap
temannya kurang informasi, sehingga dia tidak
terkucil. Jadi, dia harus tetap tahu mana yang
baik dan mana yang tidak baik.
4. Bagaimana mengajak anak suka mengaji?
Alima, anak saya yang keenam, dari bayi
151

dia selalu saya ajak mengajar TPA (Taman


Pendidikan al-Quran). Alhamdulillah diusia 3
tahun dia sudah mampu membaca Alqur`an
(metode Yanbu`ah) jilid 2, yaitu huruf hijaiyah
yang disambung dengan harokah kasroh.
Dia waktu usia 2 tahu selalu membawa buku
mengajinya, walau waktu itu belum bisa baca
dia selalu membawa dan mempraktrekkan
seperti saya mengajar, jadi dia pura-pura seprti
guru .Semakin sya banyak tilawah Al qur`an,
maka dia juga langsung mengambil bukunya
untuk minta baca. Perna suatu waktu bulan
Ramadhan, karena libur ngajar, maka waktuku,
saya habiskan dengan tilawah. Setiap saya mulai
tilawah,(ngambil Al Qur`an), saya lihat, Alima
juga buru-buru nyari buku ngajinya. Semakin
banyak waktu saya mau tilawah, maka dia juga
mau baca.Dalam hati saya wah gampang sekali
mau ngajak anak mengaji, contohin aja dari diri
kita , maka anak akan mencontoh kita.Paling
sedikit habis magrib dan subuh kita tilawah.
Alhamdulillah sampai sekarang kalau saya mulai
tilawah, Alima buru-buru antri juga untuk baca.
Alhamdulillah, sekarang diusia empat tahun sudah bisa membaca al-Quran walaupun
belum dengan Tajwidnya yang sempurna.
152

5. Bagaimana agar anak menyukai


matematika?
Anak saya, Fatiha, suatu ketika minta kursus
Jarimatika. Saya memenuhi permintaannya.
Akhirnya dia belajar Jarimatika selama satu
tahun. Ia sudah sampai tingkatan 3, dan sudah
bisa menghitung dengan cepat. Tetapi, lamalama dia bosan. Lalu mau berhenti. Akhirnya
meskipun die berhenti kursus, tetapi ia suka
belajar matematika. Saya pikir, orang tua sebaiknya menurutui kemauan anaknya yang
kita anggap baik, walaupun dia tidak punya
kompetensi untuk itu. Tentu ini tergantung kemampuan setiap orang tua, seperti biaya dan
melihat kondisi anaknya tersbeut. Jadi, kemauan
anak yang baik jangan sampai dimatikan. Yang
penting diarahkan, dan anak akhirnya bisa
menyukai.
Fatiha sekarang sudah kelas tiga di Madrasah Ibtidaiyah. Dia menyukai pekerjaan yang
memerlukan ketelitian dan ketekunan. Misalnya, dia menyukai tantangan untuk memecahkan masalah yang berat dan rumit, seperti
permainan Rubic dalam berbagai bentuknya.
Permainan ini membutuhkan kemauan yang
153

kuat. Anak bisa cepat bosan karena gagal membuat atau menyusun bentuk atau warna yang
seragam.
Suatu ketika, Fatiha saya belikan mainan
Rubic berbentuk kubus dan piramid. Dia terus
berusaha mencoba permainan itu sampai bisa.
Bahkan, malam-malam pun dia otak-atik sendiri,
sampai dia bisa, baru dia berhenti.
Sebaliknya dengan Dina, ia suka matematika. Kalau mengerjakan soal yang sulit, dia
tidak berhenti untuk mencoba dan bertanya.
Kelemahannya kalau mengerjakan soal-soal
matematika masih kurang sistematis, karena
tidak mencatat cara penyelesaian soal dengan
teratur. Cara berpikir teratur itu yang perlu diajarkan.
Sekarang Dina sudah memasuki jenjang
kelas enam SD.
6. Bagaimana anak bisa bicara?
Orang tua pasti akan suka kalau anaknya dapat
berbicara dengan baik dan lancer. Itu merupakan
karunia Allah yang tidak ternilai harganya. Bayangkan kalau anak kita tidak bisa berbicara. Tentu kita
akan sedih. Makanya, kita harus bersyukur kalau
154

anak kita bisa brebicara dengan lancer.


Bagaiamana kalau anak kita susah berbicara?
Apa ada caranya? Pengalaman saya sebagai guru
TK dan Ibu rumah tangga, pernah menangani
kasus seperti ini. Salah satu anak saya ada yang
agak kesulitan bicara. Cara menanganinya, ketika
anak sudah bicara, maka diarahkan agar anak bisa
bicara teratur, dimulai dengan satu kata satu kata.
Jadi jangan satu kalimat. Misalnya, kalimat Saya
mau makan, harus diucapkan perlahan-lahan dan
jelas, yaitu mengucapkan: saya mau..
makan. Jangan anak disuruh mengucapkan satu
kalimat tersebut. Walaupun anak itu cadel. Misalnya tidak bisa mengucapkan huruf R, harus
tetap diberikan latihan. Dan yang penting, harus
ditanamkan perasaan tidak minder pada anak-anak
yang kesulitan berbicara, atau yang kurang lancar.
Nanti lama-lama Insyaallah sejalan dengan pertambahan umurnya, dia sudah terbiasa dengan
ucapan yang pelan dan teratur. Ini biasanya memakan waktu lama, bisa bertahun-tahun.
7. Bagaimana anak bisa menggambar?
Si Imad dan Hafidz asalnya tidak bisa menggambar, bahkan tidak bisa mewarnai. Sampai
155

akhirnya dia menjadi juara mewarnai.Saya bukan ahli lukis, dengan sedilit bekal ilmu yang
pernah saya dapat mengenai tekhnis mewarnai,
akhirnya saya melatih anak TK yang akan ikut
lomba. Anak yang yang saya bimbing saya ajarkan
mewarnai dengan gradasi warna, untuk anak TK
mungkin lebih cepat menjelaskan dengan mengatakan temenan. Misalnya warna merah temennya
sia orange dan kuning. Hijau temennya hijau muda
dan kuning dll.Untuk tidak membuat anak jenuh,
maka anak lebih baik mewarnai bagian yang besar
dulu, misalnya langitnya atau tanahnya, baru
kemudian bagian-bagian yang kecil, serta untuk
tidak jenuh juga ajarkan anak untuk mencari temen
warna senanyak-banyaknya ( semankin banyak isi
krayon) maka temennya akan banyak juga. Pertama
anak mencoba hasilnya beda-beda, tapi kalau
dilakukan secara berulang-ulang, lama lama akan
terlihat hasilnya. Alhamdulillah dengan kesabaran,
maka setiap anak akan ikut lomba, alhamdulillah
bisa jadi juara
8. Mengajarkan anak menulis?
Abduh dan muhammad , adalah murid TK
saya yang sedikit agak kesulitan dalam menulis.
156

Muhammad mau menulis tapi setiap pensil yang


di pegangnya hanya sebentar, kemudian terlepas,
katanya capek. Sehingga membuat dia sangat
tidak menyukai kalau disuruh menulis. Suuatu hari
saya menyuruh Muhammad untuk meremas-remas
kertas (membuat bubur kertas) dan saya suruh
ibunya di rumah untuk meremas-remas spon cuci
piring serta meremas cucian basah. Pekerjaan itu
selalu diulang-ulang terus. Alhamdulillah sebelum
Muhammad masuk SD kondisi tangannya kalau
memegang pensil sudah gampang terlepas lagi.
Begitu juga dengan Abduh, ketika 3 bulan
lagi dia mau masuk SD, kondisi tulisannya sangat
tidak memuaskan. Saya beri dia buku kotak besar.
Ketika saya beri hadiah buku tsb, dia sangat senang
sekali .Saya biarkan dia menulis huruf didalam
kotak tersebut,Tiap hari dia menulis di buku itu,
pertama I kotak I huruf, kemudian 1 kotak 2 huruf
(1 suku kata) lama-lama I kota dia tulis I kata.
Selam1 1 bulan Abduh rajin menulis dibuku hadish
tersebut, lama lama saya surug dia menulis dibuku
tulis seperti biasa, tidak saya sangka dia dapat
menuliskan dengan rapi dalan 1 kalimat. Motivasi
dengan memberikan dia hadiah berbuah Abduh
jadi rajin menulis.

157

9. Bagaimana mengajarkan anak membaca?


Setiap anak berbeda-beda dalam pengajaran
membaca, tetapi awal unutuk mengajari anak
membaca sya menggunakan tehnik bercerita. Ke
enam anak saya pengajaran membaca saya awali
dengan bercerita. Dari usia a tahun saya biasakan
unyuk bercerita, kapan saja saya bisa, tidak ada
waktu khusus.Semua anak saya sangat senang
kalau saya cerita, bahkan anak saya yang sudah
besar. kalau saya cerita untuk adiknya dia selalu
mendekat dan mendengarkan, Saya bercerita selalu menggunakan buku cerita. Setiap saya cerita
saya selalu mengenalkan judul pada cover depan,
dan saya tunjuk huruf-huruf pada judul tersebut.
Lalu saya cerita halaman perhalaman, sambil menunjukkan huruf-huruf serta gambar pada buku
tersebut. Dan saya sengaja kadang membiarkan
buku-buku cerita tersebut berserakan di lantai.
Sehingga anak tidak asing lagi dengan taburan
huruf-huruf. Baru kemudian ketika usia 3 tahun
saya mengenalkan tehnik membaca per suku kata
tanpa di eja, alhamdulillah karena merasa tidak
asing lagi , mereka senang dan merasa tidak seperti
belajar, tapi seprti bercerita. Lama kelamaan tanpa
mereka sadari banyak suku kata yang mereka
158

pelajari dan mereka bisa merangkaikan suku


kata tersebut menjadi kata dan kalimat.Metode
pengajaran anak membaca memang berbedabeda, tapi harus diawali dengan suasana mereka
senang dan mencintai buku , dengan itu mereka
akan tertarik dan mempunyai rasa ingin tau apa
yang ada di dalam buku, akhirnya mereka dengan
senang hati untuk membacanya sendiri.
10. Bagaimana mengajarkan anak mandiri?
Pada usia balita, anak saya ketika jatuh, saya
selau membiarkan mereka, kadang banyak ibu-ibu
yang berusaha membangunkan anak saya yang
jatuh, tapi saya larang.Biasanya anak balita kalau
jatuh apapun kondisinya kadang menangis, untuk
itu saya membiasakan balita saya, kalau jatuh dan
saya lihat tidak terlalu berbahaya serta poosisi
jatuhnyapun tidak berbahaya , maka reaksi saya
pura-pura tidak melihatnya, walaupun lututnya
sedikit merah atau berdarah sedikit, saya pura-pura
tidak tau dan tidak bereaksi (mendekati ataupun
berteriak) . Saya biarkan, sampai anak saya berdiri
sendiri dan mendekati saya, setelah itu baru saya
tanyakkan kenapa ( untuk memancing agar
anak saya menceritakan kejadian) setelah itu baru
159

dilihat bagian yang terluka, dan menyuruhnya


untuk membersihkan (walaupun tetap saya yang
mengerjakan) tapi saya membiasakan mereka juga
bisa mengerjakannya.
Begitu juga dengan kegiatan lain misalnya
makan,setelah saya ambilkan makannya saya
biarkan balita saya makan sendiri, memang hasilnya
berantakan tapi itu merupakan suatu proses. Usia
2 tahun saya mulai mengenalkan mereka untuk
makan sendiri, sepiring nasi dengan lauk yang
telah saya siapkan ( kalau ikan sudah tidak ada
durinya) , sehingga mereka tinggal makan. Untuk
memudahkan saya ajak mereka makan dilantai dan
saya alasi koran dan kalau sudah selesai saya tinggal
mengambil koran tersebut. Alhamdulillah mereka
mau makan sendiri, memamg prosesnya lama dan
berantakan, tapi semuanya ini pembelajaran buat
mereka.
Kegiatan Mandipun saya biasakan mereka
lakukan sendiri, saya biarkan mereka mandi
sendiri dengan gaya mereka sendiri, Saya lihat
cara mereka dan kalau mereka salah saya biarkan
sampai mereka menyelesaikan mandinya. Sekali
kali saya memandikan mereka dan mengajarkan
mandi secara benar dan biasanya kalau saya
mandikan itu juga merupakan pembersihan besar
160

besaran. Sehingga kalau mereka mandi sendiri


saya tidak terlalu menuntut untuk benar-benar
bersih. Karena pada saat saya memandikan saya
ajarkan caranya, maka cukup ketika meraka mandi
sendiri , kita hanya mengingatkan, tidak perlu ikut
memandikan.
Semua proses pembiasaan diatas kelihatannya
sepele, tapi hal tersebut sangat membantu kita,
apalagi ketika kondisi badan kita sedang sakit atau
kita lagi sibuk dengan pekerjaan lain. Mereka bisa
melakukannya sendiri. Dan pembelajaran tersebut
juga sangat menyenangkan anak membuat anak
bangga serta penuh percaya diri.
11. Fahim yang semi autis
Sebut saja namanya Fahim. Usianya 4 tahun
.Waktu pertama kali ibunya mendaftarkan Fahim,
dia sangat berharap anaknya itu bisa diterima di TK
kami. Kami tidak tahu apa yang terjadi sehingga
ibunya agak khawatir kalau Fahim tidak di terima.
Setelah melalui tahap tes secara sederhana, kami
mengetahui bahwa Fahim tidak seperti anak
lainnya. Fahim tidak pernah berkomunikasi lisan
dengan teman temannya, dia selalu berbicara
sendiri, dan kalau di ajak berbicara dia tidak
161

menatap mata lawan bicaranya. Waktu menerima


Fahim, saya sebagai pimpinan langsung memberi
beberapa persyaratan kepada ibunya, bahwa dengan
keterbatasan guru maka kami tidak bisa mengawasi
setiap gerak Fahim dan ia akan kami beri perlakuan
seperti anak biasa. Ibunya menyetujuinya.
Hari pertama Fahim di kelas, dia selalu keliling di dalam kelas, ia tidak mau duduk diam,
dan selalu mengambil benda yang dia sukai, sehingga gurunya selalu memangku Fahim berdoa
dan bercerita kepada anak anak lainnya. Ketika
memangku Fahim, gurunya merasa tidak nyaman
dengan rambut Fahim yang agak bau. Menurut
keterangan orang tuanya Fahim agak susah kalau
dikeramas.
Suatu hari karena rambutnya bau sekali, maka
kami mencoba membersihkannya, kami hanya
membasahi rambutnya dengan lap, kemudian
kami beri shampoo sambil si Fahim bermain .
Dan busa sampo juga kami bersihkan dengan lap
basah secara berulang ulang, sehingga dia tidak
merasa dimandikan. Akhirnya berhasil. Kalau mau
berbicara dengan Fahim , maka kami memegang
kedua pipinya dan mengarahkan kepada kami,
sehingga dia menatap kami.
Selain itu Fahim juga takut di potong kuku,
162

sehingga setiap hari Jum`at saat pemeriksaan kuku,


kami berusaha memotongnya, walaupun agak
susah. Pada saat kami praktek membuat jus, Fahim
juga agak takut dengan suara blender.
Walaupun demikian Fahim mempunyai
kelebihan, di usianya masuk 4 tahun dia sudah
bisa membaca dan menulis dan dia sangat mudah
memahami sesuatu yang baru, misalnya main game
di HP. HP siapapun dia bisa mengoperasikannya
dan membuka sendiri game yang dia ingin mainkan.
Orang tua Fahim banyak menceritakan
kisah anaknya kepada kami, dan kami pun sering
memberikan saran supaya Fahim ke dokter khusus,
kami merasa Fahim seperti anak Autis, melihat
banyak sekali ciri cirinya yang kami baca di bukubuku. Tapi karena keterbatasan dana, ibunya
berusaha mengurus Fahim sendiri. Ibunya sangat
rajin mencari tahu bagaimana memberi perhatian
terhadap Fahim.
12. Reza yang Bolang
Nama anak ini adalah Reza Kurniawan,
anak seorang pembantu rumah tangga. Anaknya
bertipe seperti bocah petualang. Kalau main
kemana-mana tidak pakai sandal. Dia masuk ke
163

sekolah saya, melalui TPA (Taman Pendidikan


Alquran), pada umur empat tahun. Tapi dia
sangat sulit untuk menerima pembelajaran.
Dia sama sekali tidak bisa membaca. Diajari
mengenal huruf sangat sulit. Selama setahun,
dia masih belum bisa mengenal huruf hijaiyyah,
walaupun yang mudah, seperti a-ba.
Akhirnya, pada umur lima tahun, dia masuk
TK B. Karena dia lebih hobi ke petualangan, maka
dia sangat menonjol di bidang ini. Contohnya,
waktu ada perlombaan pada perayaan Tujuhbelasan, seperti menangkap belut, lomba tarik
tambang,dan lain-lain, dia menjuarai hampir semua lomba tersebut. Termasuk dia suka
memanjat-manjat pintu atau dinding, melakukan koprol.
Anak seperti Reza itu didorong untuk berprestasi di bidangnya. Tetapi tidak dibiarkan
liar. Tetap dibatasi. Sekarang, dia ternyata mempunyai kelebihan lain, yaitu menonjol dalam
berhitung. Misalnya, dia bisa menghitung uang
dengan sangat cepat. Kelemahanya, dia tetap
belum bisa membaca huruf latin. Kalo membaca
huruf hijaiyyah, dia agak lumayan.
Kasus Reza ini menunjukkan, bahwa dalam
mendidikan anak-anak semacam ini, memer164

lukan kesabaran yang lebih dibandingkan yang


lain. Selama ini, saya terus memuji tindakannya,
tetapi sambil mengarahkan. Misalnya, ketika
dia koprol dalam kelas, ada temannya yang kena
kakinya. Saya tidak memarahinya, bahkan saya
puji dengan mengatakan kepadanya: Kamu
pinter banget koprolnya, tapi lebih bagus lagi,
kalau kamu koprol nanti di tempat yang lebih
luas, tidak di dalam kelas.: Dia nurut. Malah dia
bilang: Bagus ya Bu?
Cara mengajar Reza membaca juga berbeda
dengan anak-anak lainnya. Kalau anak lain
bisa memakai buku panduan. Tetapi Reza saya
buatkan kartu huruf khusus yang berwarnawarni, sehingga dia senang melihat-lihat dan
belajar, meskipun dia tidak mudah juga membaca. Yang penting dia menyukai. Sebab di TK
at-Taqwa, pengajaran membaca diberikan berdasarkan kemauan dan kemampuan anak. Tidak
dipaksa. Yang dilakukan adalah menggunakan
strategi yang berbeda-beda untuk setiap anak.
Dan di TK at-Taqwa membaca diberikan dalam
sistem privat tanpa bayar, karena sudah termasuk dalam bayaran SPP. Bukan dengan sistem
klasikal, dimana anak-anak diperlakukan secara
sama. Padahal setiap anak berbeda-beda.
165

Dengan perlakuan yang halus dan sabar,


anak bolang seperti Reza ternyata bisa menjadi
santun. Dia memang tidak bisa disamakan
dengan anak-anak lain. Misalnya, kalau berbaris,
dia biasanya tidak mau. Tetapi, kalau sudah
dibujuk-bujuk, akhirnya dia mau juga. (***)

166

13. Lampiran

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


AT-TAQWA DEPOK

TK At-Taqwa dan Pesantren at-Taqwa Depok


Kantor Pusat: Komplek Timah Blok CC V/100,
Kelapa Dua, Depok 16951
Telp. 0813-18566316 (TK), 0856-40336342 (SD),
0821-2563679 (SMP/Pesantren Shoul-Ln al-Islami).

Pendidikan Berbasis Adab


I. Konsep Dasar: Urgensi Adab dan Tadib
Tahun 1977, dalam Konferensi Internasional
Pendidikan Islam Pertama, di Makkah,
Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas
menyampaikan teori penting ke dunia Islam,
bahwa problem umat Islam yang paling mendasar adalah hilang adab (loss of adab). Solusi
dari masalah umat tersebut adalah dengan
pendidikan yang disebut sebagai tadib.
Loss of adab adalah: loss of discipline the
167

discipline of body, mind, and soul; the discipline


that assures the recognition and acknowledgement of ones proper place in relation to ones
self, society, and community; the recognition and
acknowledgement of ones proper place in relation to ones physical, intellectual, and spiritual
capacities and potentials; the recognition and
acknowledgement of the fact that knowledge
and being are ordered hierarchically. (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Aims and Objectives of
Islamic Education (Jeddah: King Abdul Aziz University, 1979, hlm.2).
Pentingnya adab dalam kehidupan manusia
sudah banyak pula dikemukakan oleh para
ulama terdahulu. Imam Ibnu Katsir, dalam Kitab
Tafsirnya, menyebutkan, bahwa Ali bin Abi Thalib
r.a. memaknai perintah Allah Q anfusakum waahlkum nr (dalam QS at-Tahrim:6), dengan
addibhum wa allimhum (didiklah mereka
agar beradab dan ajari mereka ilmu). (Al-Hafizh
Abu al-Fida Ismail Ibn Katsir, Tafsir al-Quran
al-Azhim, , Juz III, (Singapura:Sulaiman Mari,
tt), hlm. 391).
Rasulullah SAW bersabda:


168

Muliakan anak-anak kalian, dan perbaiki adab


mereka. - HR. Ibn Majah, no. 3671


Ibunya telah mendidiknya dan ibumu telah
mendidikmu. - HR. Muslim, no: 66

Tuhanku telah mendidikku dan aku tumbuh


besar di kalangan Bani Saad. Jami al-Ahadits,
Vol. II, hlm. 88, hadits no. 960 (dalam Maktabah
Syamilah)

Tidak ada warisan yang lebih baik daripada


pendidikan yang baik. (H.R. AthThabrani dalam Mujam al-Ausath).
Sejumlah ulama juga menulis kitab terkait
dengan adab, seperti al-Mawardi (w. 450 H), menulis Adab ad-Dunya wa ad-Din, Muhammad bin
Sahnun at-Tanwukhi (w. 256 H) menulis Adab
al-Muallimin wa al-Mutaallimin, juga al-Khatib
169

al-Baghdadi ( w. 463 H) menulis al-Jami liAkhlaq al-Rawi wa Adab as-Sami. Ulama Tabiin,
Abdullah Ibn al-Mubarak juga mengatakan,
bahwa hampir-hampir adab itu merupakan dua
pertiga agama.()541 /4(

Di Indonesia, pendiri Nahdlatul Ulama


(NU), KH Hasyim Asyari, menulis kitab khusus
tentang Adab, berjudul, dabul lim wal-Mutaallim. Ditulis dalam Kitab tersebut: at-Tawhdu yjibul mna, faman l mna lah l tawhda lah; wal-mnu yjibu al-syarata, faman
l syarata lah, l mna lah wa l tawhda
lah; wa al-syaratu yjibu al-adaba, faman l
daba lah, l syarata lah wa l mna lah
wa l tawhda lah. (Hasyim Asyari, dabul
lim wal-Mutaallim, Jombang: Maktabah Turats
Islamiy, 1415 H).
Jadi, menurut Kyai Hasyim Asyari, Tauhid
mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak
beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman
mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang
tidak ada syariat padanya, maka dia tidak me170

miliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab; maka barangsiapa yang
tidak beradab maka tiada syariat, tiada iman,
dan tiada tauhid padanya.
Tahun 1973, dalam bukunya, Risalah untuk
Kaum Muslimin, Prof. al-Attas sudah menjelaskan
makna adab secara terperinci. Juga, dalam bukunya, Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan
Alam, (Pulau Pinang: Universiti Sains Malaysia,
2007, hlm. 42-43), Prof. al-Attas menjelaskan
lebih jauh makna adab yang dimaksudnya:
Adab, atau amalan, tindakan, dan perbuatan yang betul, itulah yang merupakan
pengakuan yang dimaksudkan. Jadi, pendidikan itu adalah penyerapan adab ke
dalam diri. Penjelmaan adab dalam diri-diri
persendirian yang membentuk masyarakat
sebagai suatu kumpulan membayangkan
keadaan keadilan; dan keadilan itu sendiri
adalah suatu yang menayangkan hikmah,
yang merupakan cahaya nan terbit dari
lampu nubuwwat, yang membolehkan si
penerimanya mendapat tahu letaknya tempat yang betul dan wajar bagi suatu benda
atau kewujudan makhluk. Keadaan berada
pada tempat yang wajar itulah keadilan;
171

dan adab itu perbuatan yang disadari yang


dengannya kita menjelmakan keadaan berada pada tempat yang wajar. Jadi adab,
dalam pengertian an ditarifkan di sini,
adalah juga suatu pancaran hikmah; dan
berkenaan dengan masyarakat, adab itu
peraturan adil yang terdapat di dalamnya.
Ditarifkan dengan ringkas, adab itu tampaknya keadilan sebagaimana dia dipancarkan oleh hikmah.
Begitulah pentingnya penanaman adab
dalam diri seorang Muslim. Itulah yang dimaksud sebagai tadib (pendidikan). Karena itu, Pesantren at-Taqwa Depok berusaha mengambil
dan menerapkan konsep adab untuk diterapkan
dalam lembaga pendidikannya, agar bisa membentuk manusia-manusia yang beradab. Yakni,
manusia yang baik; manusia yang beradab kepada Allah, yang tidak syirik kepada Allah; manusia
yang beradab kepada Rasulullah saw, yakni yang
mencintai Rasul saw dan menjadikannya sebagai
suri tauladan (uswatun hasanah). Manusia beradab juga hormat dan taat kepada guru dan
orang tua; menghargai dan cinta ilmu serta
memahami kedudukan ilmu pada tempatnya;
172

memahami potensi dirinya dan berusaha keras


untuk mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin. Manusia beradab pun memiliki kemampuan fisik dan bela diri yang tinggi sehingga mampu menjalankan kewajibannya sebagai
Muslim dalam melakukan amar maruf nahi
munkar secara optimal.
Sesuai dengan perintah al-Quran dan beberapa hadits Nabi Muhammad saw, perintah
untuk menjadikan anak-anak agar menjadi manusia beradab merupakan kewajiban terpenting dari orang tua. Karena itulah, perlu ada kerjasama yang erat dan sungguh-sungguh, antara
orang tua dan guru agar pendidikan di at-Taqwa
Quranic School berhasil membentuk muridmurid menjadi manusia yang memiliki adab
yang baik.
II. Sejarah
Pesantren At-Taqwa dimulai keberadaannya pada tahun 1998, dengan dibukanya Taman
Pendidikan al-Quran (TPA) di alamat Komplek
Timah Blok CC V/100, Kelapa Dua Depok. Dalam
satu tahun, murid peserta didik yang mengaji
al-Quran mencapai sekitar 40 orang. Alham173

dulillah, hingga tahun 2014 ini, TPA at-Taqwa


masih tetap berlangsung.
Atas usulan para wali murid, TPA kemudian dikembangkan menjadi TK yang mulai
beroperasi mulai tahun 2000. Hingga tahun
2012, jumlah lulusan TK at-Taqwa sudah mencapai sekitar 700 orang. Jumlah murid TK saat
ini mencapai 137 orang, dengan guru sebanyak
12 orang, dan pekerja sekolah 2 orang. Tahun
2008, TK at-Taqwa mendapat akreditasi dengan
peringkat amat baik (A).
Meskipun tercatat sebagai salah satu
sekolah berkualitas tinggi yang dibuktikan dengan berbagai prestasi para guru dan muridnya,
TK at-Taqwa tetap berpegang pada prinsip pendidikan Islam, bahwa pendidikan adalah suatu
aktivitas dakwah yang tidak membeda-bedakan
murid berdasarkan kemampuan finansialnya.
At-Taqwa Quranic School menetapkan
slogan pendidikan Pendidikan Berbasis Adab.
Maknanya, pendidikan ini dikelola dengan sungguh-sungguh dengan tujuan mengembangkan
potensi murid sesuai dengan kemampuannya,
sehingga dia kelak dapat menjadi manusia yang
bermanfaat bagi sesama. Sebab, kata Nabi Muhammad SAW: sebaik-baik manusia adalah yang
174

paling bermanfaat bagi umat manusia.


Mulai tahun 2011, juga atas usulan sejumlah
wali murid, dibukalah at-Taqwa Quranic School
tingkat Sekolah Dasar, yang dimulai dengan 23
murid. Kegiatan Belajar-Mengajar at-Taqwa SD
ini dimulai dengan membangun satu saung di
sebuah lahan pinjaman dari keluarga Bapak
Azhar Zainuri, di Komplek Timah.
Tahap berikutnya, tahun 2012, YPI at-Taqwa
menerima tanah wakaf seluas 300 m2 di Gang
Haji Usman Jalan RTM, Kelapa Dua Depok, yang
kini digunakan untuk lokasi KBM sekolah atTaqwa tingkat SD. Kini, sekolah at-Taqwa tingkat
SD telah memiliki murid sebanyak 72 orang dan
guru sebanyak 9 orang. Di lokasi wakaf ini juga
telah dibangun enam kelas (gedung berlantai
dua), satu mushalla, kantin, dan satu bangunan
kamar mandi.
Mulai tahun ajaran 2015/2016, karena
adanya permintaan beberapa wali murid dan
tuntunan kebutuhan untuk mewujudkan suatu
model pendidikan yang berbasis adab, di semua
jenjang pendidikan, maka YPI at-Taqwa membuka Pesantren Shoul-Ln al-Islami, tingkat
SMP. Murid inti dari Pesantren adalah alumnus
Attaqwa Quranic School tingkat SD. Pesantren
175

ini bermula dengan 9 santri dan mengontrak


rumah di Daerah Pondok Duta. Kemudian
berpindah kontrakan ke Komplek Timah.
Di tahun 2015 itu pula, YPI at-Taqwa Depok
menerima tanah wakaf di daerah Cilodong
Depok, seluas 4.000 meter2. Alhamdulillah, pada
bulan April 2016, dimulailah pembangunan
pesantren at-Taqwa (Shoul-Lin al-Islami) Depok.
Dan mulai 1 Ramadhan 1437 H, pesantren
di Cilodong itu secara resmi dibuka dengan
pembacaan surat al-Baqarah oleh mudir Mahad,
para guru, dan santri. Lalu, pada 11 Ramadhan
1437, para santri mulai menempati lokasi baru
di Pesantren Cilodong. Pembukaan pendidikan
dimulai dengan pengkhataman Kitab Ayyuhal
Walad karya Imam al-Ghazali.
Alhamdulillah, perkembangan Pesantren
at-Taqwa Depok ini sangat pesat. Kemampuan
para santri angkatan pertama patut disyukuri.
Mereka telah menamatkan dan menguasai
sejumlah kitab dasar, menguasai dasardasar beladiri, dan memiliki adab yang baik.
Angkatan kedua masuk lebih dari 10 santri.
Pada bulan Ramadhan 1437, mulai dilakukan
pengintegrasian konsep pendidikan, dengan
menggabungkan pendidikan tingkat SD ke
176

sistem Pendidikan Pesantren Shoul-Lin. Bahkan,


sistem pendidikan Shoul-Lin al-Islami dibuat
sebanyak 15 jenjang, mulai tingkat 1 SD sampai
Pendidikan Tinggi (Mahad Aliy).

JENJANG PENDIDIKAN
1. TK Islam at-Taqwa
GRAFIK JUMLAH SISWA TK ISLAM AT-TAQWA

177

PRETASI MURID TK AT-TAQWA


NO

NAMA LOMBA

Juara 1 Lomba Melukis Siswa berprestasi se Cimanggis


Mewakili Gugus IX Cimanggis 2009

Juara 1 Lomba Melukis siswa berprestasi SeDepok


mewakili kecamatan Cimanggis 2009

Juara 1 Lomba Menggambar TK sedepok 2013

Juara 1 Lomba mewarnai IGTKI Cimanggis 2013

Lomba Lompat simpai IGTKI Cimanggis 2013

Juara 1 Lomba Adzan se cimanggis 2011

Juara 1 Lomba Puitisasi Alqur an TK sedepok 2013

Juara 1 Lomba Hafalan surat surat pendek TK se


Cimanggis 2013

178

PRESTASI GURU dan KEPALA


SEKOLAH TK AT-TAQWA
Juara Lomba Kepala Sekolah Berprestasi
se Cimanggis 2009
Juara 1 Juara 1 Lomba MTQ
Kec Cimanggis 2009
JUARA 1 Lomba MHQ
Kota Depok
Juara 1 Lomba Pembuatan media
bahan bekas se Depok 2012
Juara 1 Lomba Tahfidzul Qur`an
guru se Depok 2012
Juara 1 Pembuatan media guru
se Cimanggis 2012
--2. At-Taqwa Quranic School Tingkat SD
(Sebelum Dintegrasikan ke Pesantren Shoul-Lin).

At-Taqwa Quranic Shcool Tingkat SD selanjutnya disebut SD at-Taqwa mulai beroperasi tahun 2011 dengan jumlah murid 23
orang dan guru 3 orang. Sekarang, muridnya
179

berjumlah 72 orang, dengan guru sebanyak 8


orang. Sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional No
23 tahun 2000, maka SD at-Taqwa mengambil
jalur pendidikan informal, yaitu mengikuti jalur
Ujian Persamaan Paket A untuk kelulusan SD.
Jalur informal ini diambil dengan pertimbangan keleluasaan dalam mengembangkan dan
menerapkan kurikulum dan sistem pendidikan
berbasis adab, demi tercapainya pendidikan,
yaitu menjadikan anak-anak memiliki adab yang
baik. Untuk menetapkan standar perkembangan
potensi murid disusunlah standar kompetensi
murid:
1. Standar Kompetensi Dasar (Kompetensi
Minimum/fardhu ain yang harus dicapai
seorang murid pada setiap tingkatan):
2. Standar Kompetensi Umum (Kompetensi
rata-rata murid)
3. Standar Kompetensi Unggulan (Kompetensi
khusus yang dimiliki murid-murid tertentu).

180

PRESTASI MURID AT-TAQWA


TINGKAT SD
Ruzainah Munibah Sobari (kelas 5)
Juara 3 Tahfidz al-Quran se-Depok (2012)
Alima Pia Rasyida (kelas 4)
Juara 1 Taekwondo Invitasi
Pra-Junior & Junior 2013
Juara 1 Taekwondo Unit Kota Depok 2014
Juara 1 Taekwondo Youth Competition KONI
Sleman Yogyakarta, 2014
Juara 1 Taekwondo
Pekan OR KONI Jaksel, 2014
Fatih Madini (Kelas VI)
Pemegang Sabuk Hitam Brimob Taekwondo
Training Center (BTTC)
Juara 2 Taekwondo Pekan
OR KONI Jaksel, 2014

181

PESANTREN
SHOUL-LIN AL-ISLAMI DEPOK
Dalam perjalanan selama satu tahun, para
santri Pesantren Shoul-Lin al-Islami telah mencapai prestasi yang patut disyukuri. Mereka ratarata telah menguasai bahasa Arab, terutama kemampuan Qiraatul Kutub yang memadai. Begitu
juga perkembangan dalam soal adab: ibadah
harian, doa-doa harian, kemampuan Ulumuddin,
dan juga perkembangan fisik yang sangat baik.
Tahun 2016, Fatih Madini meraih medali emas
dalam Kejuaraan Taekwondo tingkat pelajar
se-Jabodetabek, mewakili Brimob Taekwondo
Training Center (BTTC). Semoga prestasi mereka terus berkembang, khususnya dalam meraih kemampuan yang tinggi sebagai kader dakwah yang sangat dibutuhkan oleh umat Islam.
(11 Ramadhan 1437 H).

182

Pesantren at-Taqwa
(Pesantren Shoul Lin al-Islami)
Depok, Jawa Barat

Motto: Shoul Lin JSP, Beradab Jiwa Raga

STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
15 TINGKAT
PENDIDIKAN
183

Kelas 1 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Sudah melaksanakan shalat 5 waktu

2.
3.

Mampu bersuci dan berwudhu dengan benar


Terbiasa doa harian: doa keselamatan dunia akhirat,
doa orang tua, doa makan, doa tidur, doa masuk&keluar
kamar mandi, doa belajar

4.
5.
6.

Beradab pd ortu, guru, teman.


Jujur dan Peduli kebersihan
Mampu bela diri

ILMU:
1.
2.
3.

Tahu syarat dan rukun shalat


Tahu tata cara wudhu yang benar
Mulai bisa membaca al-Quran

4.
5.
6.
7.

Bisa membaca huruf Latin


Hafal doa-doa harian yang ditentukan.
Hafal bacaan dzikir setelah shalat
Hafal sepuluh surat pendek juz amma

8.
9.
10.

Hafal 10 hadits ttg iman dan adab


Hafal satu nasyid bahasa Arab dan Inggris
Bisa matematika dan sains dasar

11.

Memahami siroh Nabi dan sejarah Islam sesuai target

184

Kelas 2 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Melaksanakan terus adab di kelas 1

2.
3.
4.

Menambah kebiasaan doa: bercermin, berpakaian, keluar


rumah, mendapat ilmu manfaat, ketetapan iman.
Dzikir dan doa setelah shalat
Membiasakan shalat dhuha

5.
6.

Mulai latihan puasa sunnah


Bela diri

ILMU:
1.

Evaluasi terus standar kompetensi kelas 1.

2.
3.
4.

Memahami arti bacaan shalat


Hafal 10 lagi surat2 juz amma.
Hafal 10 hadits lagi

5.
6.
7.
8.

Hafal satu lagi nasyid bahasa Arab dan Inggris


Bisa matematika dan sains dasar
Memahami siroh Nabi dan sejarah Islam sesuai target
Hafal 1 puisi Islami

185

Kelas 3 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Pemantapan adab kelas 1& 2

2.
3.
4.

Doa harian ditambah 5 lagi


Penekanan adab JSP.
Kemampuan bela diri meningkat lagi

ILMU:
1.
2.

Paham tentang shalat sunnah


Bisa membaca al-Quran

3.
4.

Menamatkan tiga buku cerita teladan


Hafal doa shalat dhuha

5.
6.
7.

Hafal juz amma


Hafal 10 hadits lagi
Hafal satu lagi nasyid bahasa Arab dan Inggris

8.
9.

Bisa matematika dan sains dasar


Memahami siroh Nabi dan sejarah Islam sesuai target

186

Kelas 4 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Pemantapan adab kelas 1,2, dan 3

2.
3.
4.
5.

Doa harian ditambah 5 lagi


Penekanan adab JSP.
Mulai menjalankan puasa sunnah Senin Kamis
Kemampuan bela diri meningkat lagi

ILMU:
1.

Masih menguasai kompetensi kelas 1,2 dan 3

2.
3.

Paham tentang fiqih puasa wajib dan sunnah


Lancar membaca al-Quran

4.
5.
6.

Hafal Surat Yasin


Hafal dan paham ayat-ayat dakwah
Menamatkan tiga lagi buku cerita teladan

7.
8.
9.
10.

Hafal 5 doa pilihan


Hafal 10 hadits lagi
Bisa matematika dan sains dasar
Memahami siroh Nabi dan sejarah Islam sesuai target

187

Kelas 5 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Pemantapan adab kelas 1,2,3 dan 4

2.
3.
4.
5.

Doa harian ditambah dzikir pagi dan sore


Penekanan adab JSP.
Merutinkan puasa sunnah Senin Kamis
Melaksanakan shalat sunnah rawatib

6.

Kemampuan bela diri meningkat lagi

ILMU:
1.
2.

Masih menguasai kompetensi kelas 1,2,3, dan 4


Paham tentang fiqih zakat, infaq dan shadaqah

3.
4.
5.

Hafal QS Arrahman dan al-Waqiah


Tamat kitab Adabul Insan dan Akhlaq lil-Banin
Hafal doa shalat istikharah

6.
7.
8.
9.

Hafal 10 hadits lagi


Bisa matematika dan sains dasar
Memahami siroh Nabi dan sejarah Islam sesuai target
Memahami IT sesuai target

10.

Mulai belajar menulis

188

Kelas 6 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Pemantapan adab kelas 1,2,3, 4 dan 5

2.
3.

Pemantapan JSP
Berkemampuan menjadi imam shalat dan memberikan
taushiyah, lisan dan tulisan
Kemampuan bela diri meningkat lagi

4.

ILMU:
1.

Pemantapan kompetensi kelas 1,2,3,4, dan 5

2.
3.

Paham fiqih dakwah


Tamat kitab al-Arabin an-Nawawiyah dan Risalah Dua

4.
5.

ilmu
Pemantapan hafalan hadits
Siap menghadapi ujian nasional

6.
7.
8.

Mampu menyampaikan Siroh Nabi dan Sejarah Islam


dengan baik.
Memahami IT sesuai target
Mampu menulis cerita sederhana dengan baik

189

CATATAN KHUSUS
Untuk murid
yang mempunyai
kemampuan tertentu,
agar dikembangkan
kompetensi uggulan,
dengan dikerjasamakan
dengan orang tuanya.
Misalnya: Keunggulan
tahfidz al-Quran, hafalan
hadits, IT, matematika,
beladiri, penulisan, dll.

190

Kelas 7 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Matrikulasi pengenalan dan penanaman adab bagi murid

3.

baru dari luar at-Taqwa


Pemantapan adab dari mau tidur sampai tidur lagi
(termasuk shalat tahajjud, dhuha, dll)
Kemampuan bela diri meningkat lagi

4.
5.

Mampu membaca naskah Arab Melayu dengan lancar


Mempraktikkan adab makan yang halal dan thayib

2.

ILMU:
1.

Menguasai Kitab Ajrumiyah, Sharaf Tingkat Dasar,

2.

Sullamut Taufiq, Talimul Mutaallim, dan Hidayah alSalikin


Hafal juz 29.

3.
4.

Hafal hadits-hadits al-Arabin an-Nawawiyah


Mengenal Sahabat-sahabat Nabi dan Tokoh dan Ulama
Teladan: Imam Syafii, Imam Hanafy, Imam Malik, Imam alGhazali, Ibnu Taymiyah

5.
6.
7.

Menguasai teknik fotografi dan desain grafis


Mampu menulis berita
Mengenal Thibbun Nabawiy

191

Kelas 8 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Pemantapan adab di kelas 7

2.

Kemampuan bela diri meningkat lagi

ILMU:
1.

Mampu membaca naskah Arab gundul dengan lancar

2.
3.

Mampu menyampaikan dakwah melalui media sosial


Menguasai Kitab Bidayatul Hidayah, Taqrib, dan Tafsir
ayat-ayat pilihan

4.
5.

Hafal juz 28
Pemantapan hafalan hadits-hadits al-Arabin an-

6.
7.

Nawawiyah
Mengenal Ulama-ulama Nusantara
Menguasai ilmu pembuatan dan pengelolaan blog

8.
9.

Mampu menulis berita dan opini


Mengenal kepemimpinan dan wirausaha

192

Kelas 9 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Pemantapan adab di kelas 7

2.
3.

Pemantapan shalat khusyu beserta zikirnya


Kemampuan bela diri semakin mumpuni

ILMU:
1.
2.
3.

Mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab


Memantapkan penguasaan kitab-kitab di kelas 7 dan 8
Memahami pemikiran-pemikiran sesat dan pemikiran

4.

kontemporer serta mampu memberikan jawabannya


Hafal surat al-Baqarah

5.
6.

Menguasai teknik syuting dan editing video


Memahami buku Fiqih Dakwah Muhammad Natsir dan
Novel Kemi 1,2,3

7.
8.

Menguasai Sejarah Perjuangan Islam Indonesia


Siap menghadapi Ujian Nasional

193

CATATAN KHUSUS
Para santri yang dinilai
telah berkemampuan
mulai dilibatkan dalam
proses pengajaran dan
penanaman adab di
tingkat TK atau SD.
Para santri mulai
dilibatkan dalam lombalomba tingkat lokal
dan seterusnya, sesuai
kompetensi mereka.
Para santri diberikan
amanah tentang berbagai
aspek kepengurusan di
pesantren
194

Kelas 10 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Penanaman nilai-nilai aqidah Ahlus Sunnah wal-jamaah

2.

Pemantapan adab dari mau tidur sampai tidur lagi


(termasuk shalat tahajjud, dhuha, dll)
Kemampuan bela diri: siap menjadi pelatih
Praktik dakwah/amar maruf nahi munkar secara

3.
4.

langsung

ILMU:
1.
2.

Pemantapan bahasa Arab dan Qiraatul kutub


Masuk pesantren bahasa Inggris (satu semester)

3.
4.

Latihan komunikasi lisan dan tulisan dalam bahasa


Inggris
Memantapkan basis Islamic English Teaching

5.
6.
7.
8.

Matematika dan Sains Islam


Pemantapan life skill
Kajian pemikiran kontemporer
Kajian Sejarah

9.

Tahfidz al-Quran juz 28, 29, 30, al-Baqarah, Yasin, alRahman, al-Waqiah
Kajian Tazkiyatun Nafs

10.

195

Kelas 11 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Penanaman nilai-aqidah Ahlus Sunnah wal-Jamaah

2.

Pemantapan adab dari mau tidur sampai tidur lagi


(termasuk shalat tahajjud, dhuha, dll)
Kemampuan bela diri: siap menjadi pelatih
Praktik dakwah/amar maruf nahi munkar secara

3.
4.

langsung

ILMU:
1.
2.

Pemantapan bahasa Arab dan Qiraatul kutub


Pemantapan TOEFL (target minimal 500)

3.
4.
5.

Memantapkan basis Islamic English Teaching


Matematika dan Sains Islam
Pemantapan life skill (mengajar)

6.
7.

Kajian pemikiran kontemporer


Tahfidz al-Quran juz 28, 29, 30, al-Baqarah, Yasin, alRahman, al-Waqiah, al-Insan, al-Sajdah, al-Kahfi
Kajian Tazkiyatun Nafs

8.

196

Kelas 12 Sekolah Dasar


ADAB:
1.

Penanaman nilai-nilai aqidah Ahlus Sunnah wal-jamaah

2.

Pemantapan adab dari mau tidur sampai tidur lagi


(termasuk shalat tahajjud, dhuha, dll)
Pementapan nilai JSP
Kemampuan bela diri: siap menjadi pelatih

3.
4.
5.

Praktik dakwah/amar maruf nahi munkar secara


langsung

ILMU:
1.

Evaluasi dan Pemantapan seluruh standar kompetensi

2.
3.

sejak SD-SMA
Evaluasi dan pemantapan Qiraatul Kutub
Mengajar dan magang di media massa Islam.

4.
5.

Persiapan Ujian Nasional


Bimbingan masuk Perguruan Tinggi

197

KOMPETENSI
AKHIR LULUSAN
KELAS 12
PESANTREN
SHOUL LIN
Siap dan bersemangat
menjadi guru: adab,
ulumuddin, bahasa Arab,
bahasa Inggris.
Siap dan bersemangat
menjadi juru dakwah
Siap melanjutkan ke jenjang
Pendidikan Tinggi
(Akhwat) Siap menjadi
pendidik/Ibu rumah tangga
yang baik

198

Kelas
13-15Tingkat
Pendidikan Tinggi

(Setara S-1: 150 SKS,


Bidang IT dan Studi Islam)
1. Pemantapan nilai-nilai aqidah ahlus Sunnah
wal-jamaah dan adab
2. Pemantapan life Skill: pendidikan,
jurnalistik, IT, wirausaha.
3. Kajian kitab-kitab: Ulumul Quran, Ulumul
Hadits, Ushul Fiqih, Ilmu Fiqih, Ilmu nahwu,
sharaf, balaghah.
4. Kajian Kitab Tafsir dan Kitab Hadits
5. Kajian sejarah dan peradaban
6. Kajian Agama-agama
7. Kajian Keislaman dan Keindonesiaan
8. Kajian pemikiran tokoh

199

Rumusan standar
kompetensi ini telah
didiskusikan dengan
guru-guru at-Taqwa
pada bulan Ramadhan
1437 H dan masih
terus menerima
penyempurnaan.

200

Anda mungkin juga menyukai