I. VULVITIS
1.1 Definisi
Vulvitis adalah infeksi pada alat genitalia luar wanita yaitu pada vulva.
Vulva terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut = mons veneris,
labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dengan orifisium urethra
eksternum, glandula bartholoni, dan glandula paraurethralis. Pada radang
vulva (vulvitis) vulva membengkak, merah dan agak nyeri, kadang-kadang
disertai gatal2,3.
1.2 Anatomi
Organ kelamin luar (vulva) dibatasi oleh labium mayor (sama
dengan skrotum pada pria). Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea (penghasil minyak), setelah puber, labium mayor akan
ditumbuhi rambut. Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium
mayor dan mengelilingi lubang vagina dan uretra2.
Gambar 2.1 Penampang Alat Genitalia Wanita Eksterna
(source: http://www.medical-look.com/systems_images/Vagina_large.jpg)
Organ-organ seksual wanita bagian luar, alat kelamin, secara kolektif
dikenal sebagai Vulva. Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital.
Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia majora yang ke belakang menjadi
satu dan membentuk commisura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial
dari labia majora ditemukan labia minora yang ke arah perineum menjadi
satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi 5.
Di depan frenulum ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri dekat pada
fossa navikulare ini dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran
kedua Glandula Bartholini bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu
dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis. Di bawah
prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bawah klitoris
terdapat orifisium urethrae eksternum. Di kanan kiri lubang kemih ini
terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu (duktus paraurethralis
atau duktus Skene)4,5.
Saluran limfe dari klitoris, bagian atas labia minora dan labia majora
menuju ke kelenjar-kelenjar inguinal terus ke kelenjar-kelenjar femoral dan
iliaka eksterna. Bagian bawah labia, fossa navikulare dan perineum
menyalurkan limfe ke glandula-glandula inguinalis superfisialis dan terus ke
glandula-glandula inguinalis profunda5.
Mons Veneris adalah sebuah lapisan dari jaringan lemak yang lembut yang
menutupi tulang punggung. Kulit penutup mons veneris berisi banyak
ujung-ujung syaraf. Ini biasanya ditutupi oleh rambut yang tumbuh tebal
setelah pada mula dari masa puber Mons veneris artinya gundukan
tanah Venus dalam bahasa latin. Hal ini dinamakan demikian karena
jaringan lemak ditempatkan disini adalah sensitif untuk hormon estrogen,
dengan permulaan masa puber level estrogen akan meningkat
menyebabkan gundukan yang jelas sampai berbentuk 1,5.
Labia majora adalah dua lipatan kuilt, dalam beberapa kasus mereka lebih
mirip gundukan-gundukan daripada lipatan-lipatan, yang menjadikan
pudendal terpotong, dan menyembunyikan dan melindungi struktur-struktur
yang lebih lembut dari vulva. Bagian depan dari masing-masing labia
majora biasanya lebih tebal daripada pantat, lonjong kebawah dan
bergabung dengan kerampang. Panjang labia 7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal
1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah 1,5.
Labia minora merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan
berwarna kemerahan akan terlihat bila labia mayora dibuka. Labia minora
dibentuk dari jaringan erektil yang seperti sepon yang lembut berisi
pembuluh-pembuluh darah dengan konsentrasi yang padat, jaringan yang
sama seperti itu dimana mengelilingi urethra di dalam penis. Labia minora
dibentuk oleh banyak kelenjar penghasil minyak, tetapi tanpa sel-sel lemak.
Labia minora merupakan lipatan pipih sebelah medial, lipatan kulit tipis,
sensitif, tidak didapat folikel rambut. Labia minora mengandung folikel
sebasea, dan pembuluh darah. Labia minora menyatu di bagian superior,
tempatnya masing-masing terpisah membentuk 2 lamela, pasangan lamela
daripada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar
melalui duktusnya atau jika duktus tersumbat, mengumpul didalamnya dan
menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek.
Jika belum menjadi abses, keadaan bias diatasi dengan antibiotika, jika
sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan
sayatan. Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan
akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kistha bartolini 1.
Kista Bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi kadangkadang dirasakan sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan
pada koitus. Pengobatan kista bartholini dapat dengan memberikan
analgetik dan antibiotik spectrum luas. Jika kistanya tidak besar dan tidak
menimbulkan gangguan, maka tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa,
tetapi dalam hal lain perlu dilakukan tindakan pembedahan. Tindakan itu
terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menyebabkan
perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan menggunakan marsupialisasi
sebagai tindakan tanpa resiko dan dengan hasil yang memuaskan. Pada
tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding
kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan 1.
Vulvitis Herpes Genitalis
Herpes genitalis disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis, yang dekat
hubungannya dengan tipe 1 herpes simpleks, penyebab herpes labialis.
Herpes genitalis umunya dianggap sebagai akibat hubungan seksual dan
terjadi dalam 3 sampai 7 hari sesudah koitus. Jika penyakit timbul di
tengah-tengah daerah dengan radang dan edema tampak sejumlah vesikel
yang biasanya berlokasi pada labia minora, bagian dalam labia mayora dan
prepusium klitoridis1.
Tempat-tempat itu dirasakan panas dan gatal dan karena digaruk sering
timbul infeksi sekunder. Kadang-kadang tampak pula ulkus-ulkus kecil yang
dangkal. Selain pada vulva penyakit ditemukan pula pada vagina dan
serviks uteri yang menyebabkan leukorea, perdarahan dan disuria. Dengan
pengobatan simptomatis biasanya penyakit sembuh sendiri akan tetapi ada
kemungkinan timbul kembali. Timbulnya kembali ini mungkin merupakan
reaktivasi dari infeksi yang sesungguhnya tidak sembuh dan tinggal laten.
Selanjutnya virus mungkin memegang peranan dalam tumbuhnya
karsinoma servisis uteri1.
Diagnosis herpes genitalis dapat dibuat dengan jalan pembiakan pada
luka-luka di vulva, vagina atau serviks dan dengan tes serologik. Sebagai
terapi dapat dilakukan terapi simptomatis dengan obat-obat yang
mengurangi rasa nyeri dan gatal dan yang mengeringkan daerah yang
kena infeksi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa virus dapat diberantas
dengan aplikasi lokal dari 1% larutan neutral-red atau 0,1% larutan
proflavine, diikuti dengan penyinaran sinar flouresensi (20-30 watt) untuk
10-15 menit dengan jarak 15-20 cm1.
Kondiloma Akuminatum
Kondiloma akuminatum berbentuk seperti kembang kubis
(cauliflower) dengan di tengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama di
bagian atas oleh epitel dengan hiperkeratosis. Penyakit terdapat dalam
bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu kelompok. Lokasinya
ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah perianal,
pada vagina dan serviks uteri. Dalam hal-hal yang terakhir ini terdapat
leukorea1.
Kondiloma akuminatum kiranya disebabkan oleh suatu jenis virus yang
banyak persamaannya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea
oleh penyebab lain memudahkan tumbuhnya virus dan kondiloma
akuminata. Kelainan ini juga lebih sering ditemukan pada kehamilan karena
lebih banyaknya vaskularisasi dan cairan pada jaringan. Umumnya
diagnosis kondiloma akuminata tidak sukar dibuat dan dapat dibedakan
dari kondiloma lata, merupakan suatu manifestasi dari sifilis 1.
Kondiloma akuminatum yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10%
podofilin dalam gliserin atau dalam alkohol. Pada waktu pengobatan
daerah sekitarnya harus dilindungi dengan vaselin dan setelah beberapa
jam tempat pengobatan harus dicuci dengan air dan sabun. Pada
kondiloma yang luas, terapinya terdiri atas pengangkatan dengan
pembedahan atau kauterisasi. Untuk mencegah timbulnya residif, harus
Gangguan coitus.
o Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak dan senang tertutup
oleh sekret.
o
Infeksi
2.
Deodoran.
Pembilas vagina.
Tinja.
3.
4.
5. Perubahan hormonal5.
2.1 VAGINOSIS BAKTERIAL
2.1.1 Definisi
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat
penurunan jumlah lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang
dominan dan meningkatnya jumlah kuman anaerobic yang patogen
seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Peptostreprococcus spp,
Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial
merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada
wanita yang masih aktif secara seksual. Namun demikian Vaginosis
bakterial tidak ditularkan melalui hubungan seksual 9.
2.1.2 Anatomi
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Vagina
(liang senggama) adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva
dengan rahim, terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian
ujung atasnya terletak mulut rahim. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan
dibelakang 9,5 cm, sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir
bawah simfisis ke promontorium. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat
yang disebut rugae, sedangkan di bagian depan dan belakang ada bagian
yang mengeras disebut kolumna rugarum. Rugae-rugae jelas dapat dilihat
pada bagian distal vagina pada seorang yang virgin atau nullipara,
o Cairan yang keluar dari vagina umumnya berupa cairan yang berbau
amis seperti ikan terutama setelah melakukan hubungan seksual.
o
Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan
jumlah yang bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah.
o
Pada kasus yang lebih berat jika dilakukan pemeriksaan inspekulo
akan menimbulkan rasa nyeri pada penderita. Mukosa vagina dan
ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan
putih seperti keju.
o
Pemeriksaan pH vagina berkisar 4 4,513.
Kandidiasis Vulvovagina Rekurens (KVVR)
Sekitar 3040% dari pasien KVV akan mengalami infeksi ulang untuk
kedua kalinya dan kurang lebih 5% KVV akan menjadi kandidosis
vulvovagina rekurens (KVVR).Definisi KVVR adalah 4 atau lebih episode
infeksi kandidiasis selama 12 bulan/1 tahun. KVVR merupakan bentuk dari
KVV komplikasi15.
KVVR, menurut Sobel & Fidel, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1)
kelompok dengan jumlah mikroorganisme yang banyak (KOH+, kultur
kuantitatif tinggi) yang didominasi oleh bentuk hifa, disertai tanda dan
gejala yang khas, baik pada daerah vagina maupun vulva; 2) kelompok
yang jumlah organismenya cukup banyak (KOH +), tetapi gejala dan tanda
terbatas pada daerah vagina saja; 3) kelompok dengan jumlah
mikroorganisme sedikit, tetapi gejala dan tanda cukup jelas15.
Perbedaan ketiga kelompok diatas juga terletak pada respon imunitas
selularnya. Pada kelompok pertama, respon selular lokal berkurang
(reaktivitas Th1 berkurang), sedangkan reaksi hipersensitivitas tipe 1
meningkat (reaktivitas Th2 meningkat). Sementara itu, pada kelompok
kedua, reaktivitas Th1 menurun, tetapi reaktivitas Th2 tidak ada atau hanya
sedikit. Kelompok terakhir, respon selular berupa Th0 (T helper naf) yang
merupakan bentuk awal respon sebelum berubah menjadi Th1 atau Th215.
2.2.5 Diagnosis
Tidak ada gejala dan tanda klinis yang spesifik untuk menegakkan
diagnosis kandidiasis vulvovaginal. Gejala yang sering terjadi adalah gatal
(pruritus) dan duh vagina. Karakteristik duh vagina seperti keju lunak
berwarna putih susu, mungkin bergumpal, dan tidak berbau. Rasa nyeri
pada vagina, iritasi dan sensasi terbakar pada vulva, dispareuni, serta
disuria juga dapat dikeluhkan. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda
inflamasi berupa erithem, edem pada vulva dan labia, adanya lesi diskret
pustulopapular dan dermatitis vulva 8,12.
Pada inspeksi, dapat dilihat labia dan vulva eritem dan membengkak
disertai lesi pustulopapular diskret di bagian tepi. Melalui spekulum, serviks
terlihat normal sedangkan epitel vagina tampak eritem disertai duh
keputihan dan terdapat lesi satelit. Infeksi dapat menjalar ke daerah
inguinal dan perianal15.
Balanopostitis terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan wanita
yang terinfeksi. Gejalanya berupa kemerahan, gatal, dan sensasi terbakar
pada penis. Gejala pada pria tersebut biasanya bersifat sembuh sendiri
(self-limiting)15.
Diagnosis kandida vulvovaginal juga dapat dilakukan dengan melakukan
usapan diatas gelas objek dan dicat dengan cara Gram, bila perlu dapat
pula dilakukan pembiakan. Sampel duh diambil dari dinding lateral vagina,
Obat
Dosis
Butokonazole
Clotrimazole
Miconazole
Nystatin
0.4% krim 5 g/hari selama 7
krim 5 g/hari selama 3 hari
Terconazole
Tioconazole
150 mg, dosis tunggal
Oral
Fluconazole
1.
komensal dan baru diketahui patogen pada abad ke20.Trichomonas vaginalis melekat pada membran mukosa dan bersifat
anaerob. Peterson melaporkan bahwa 24,6% dari apusan vagina yang
diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukkan
adanya Trichomonas vaginalis9.
2.3.3 Etiologi
Trichomoniasis disebabkan oleh protozoa yaitu
Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis adalah suatu parasit dengan
flagella yang bergerak sangat aktif. Walaupun infeksi dapat terjadi dengan
berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering
terdapat.25. Dalam hubungan ini parasit pada pria dengan Trichomonas
biasanya terdapat (tanpa gejala) di urethtra dan prostat 17.
Gambaran 2.3.3 Mikroskopis Trichomoniasis vaginalis
(source : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e3/Fem_isa_2.g
if)
Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap
trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi
(handuk)17.
2.3.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang ditemukan pada penderita trichomoniasis adalah sebagai
berikut:
o
o
Jumlah leukorrhea banyak, sering disertai bau yang tidak enak,
pruritus vulva, external disuria dan iritasi genital sering ada.
o
o
Tanda-tanda inflamasi: eritem pada mukosa vagina dan itrocoitus
vagina, kadang-kadang petechie pad serviks, dermatitis vulva.
o
o
Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak,
sekitar 50% penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada
vulva dan dispareunia.
o
Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan
pada vulva dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada
pemasangan spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem.
o
Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk
trichomoniasis, yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak
dan berbau tidak enak.
o
Pemeriksaan pH vagina >4,56,17.
2.3.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa
dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme
penyebabnya. Parasit biasanya dengan mudah dijumpai di tengah-tengah
leukosit pada sediaan yang dibuat dengan mengambil sekret dari dinding
vagina dicampur dengan satu tetes larutan garam fisiologis di atas gelas
objek. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran sedang
dan dengan cahaya yang dikurangi sedikit. Pada pemeriksaan mikroskopik
dengan pembesaran 400 kali dapat terlihat pergerakan trichomonas.
Bentuknya ovoid, ukuran lebih besar dari sel PMN dan mempunyai flagel.
Pada 80-90% penderita symtomatic leucocyte (+), clue cell dapat (+)8,15.
Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan pH vagina 5,0, whiff
test biasanya (+). Parasit dapat dikenal dengan melihat gerakan-
o
Sering
menimbulkan erusio pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala.
o
Pada
pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka
harus diingat kemungkinan gonorroe.
o
Pada
servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovula
nabothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran
keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena
peradangan.
o
Gejalagejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan
kemih.
o
3.5 Klasifikasi
3.5.1 Servisitis Akut
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada Gonorroe, infeksi
postabortum, postpartum, yang disebakan oleh Streptococcus,
Sthapylococcus dan lain-lain. Dalam hal ini Streptococcus merah dan
membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejalagejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah
ditemukan diplokokus gram negatif yang tampak di dalam sel PMN dan di
luar sel PMN1.
Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut:
o
o
Azitromisisn 1 gr peroral, dosis tunggal atau
o
o
Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak boleh diberikan pada
wanita hamil atau sedang menyusui dan anak-anak 8.
3.5.2 Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan. Lukaluka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan
masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjarnya
sehingga menyebabkan infeksi menahun. Gambaran patologis pada
servisitis kronik dapat ditemukan sebagai berikut:
o Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis
ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini
menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
o Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah
kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio
disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
o Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks
lebih kelihatan dari Karena radang menahun, serviks bisa menjadi
hipertropis dan mengeras, secret mukopurulen bertambah banyak 1.
Pada poin 2 dan 3 di atas, karena infeksi menahun terdapat infiltrasi sel-sel
plasma di dalam dan di bawah stroma endoserviks dan terjadi penggantian
epitel porsio uteri oleh epitel thoraks endoserviks. Dengan demikian
terdapat di luar ostium uteri eksternum stroma endoserviks dengan epitel
thoraks dan kelenjar-kelenjarnya1..
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal porsio uteri
dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel thoraks tumbuh ke dalam
stroma di bawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga
terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh (Ovula Nabothi) 1.
Gambaran servisitis kronika sering kali pada pemeriksaan biasa sukar
dibedakan dari karsinoma servisis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh
sebab itu sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan apusan
menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsi, untuk kepastian
bahwa tidak ada karsinoma1.
Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan:
o
Pap smear.
Biakan damedia.
o Biopsy19.
Pelaksanaan dan Terapi Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan adalah:
o
o
Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman
dalam AgNO3 10 % dan irigasi.
o
Cervicitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan
melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau
amputasi.
o
BAB III
KESIMPULAN
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritoneum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba falopii.
Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing-masing alat traktus
genitalis memiliki mekanisme pertahanan1.
Kuman-kuman dapat memasuki traktus genitalis wanita dengan berbagai jalan. Trauma pada vulva dan vagina sebagai
akibat perlukaan, kebakaran dan lain-lain merupakan port dentree bagi kuman-kuman dari luar. Selanjutnya adanya benda
asing (korpus alineum) di vagina atau uterus, melakukan tindakan atau pemeriksaan dengan alat-alat yang tidak suci hama,
dapat menimbulkan infeksi. Pada waktu dan sesudah partus atau abortus, kemungkinan infeksi dan meluasnya infeksi itu
juga lebih besar karena: 1) kadang-kadang keadaan umum mundur, 2) terdapat luka besar di uterus di bekas tempat
plasenta serta luka-luka kecil pada serviks uteri, vagina dan vulva, 3) hubungan antara kavum uteri dan dunia luar lebih
terbuka, 4) lokia terdiri atas darah dan sisa-sisa desidua merupakan tempat pembiakan baik untuk kuman-kuman 1.
Radang pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh
sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit akut bisa juga menjadi
menahun atau penyakit dari permulaan sudah menahun1.
Di Amerika Serikat, bakterial vaginosis merupakan penyebab vaginitis yang terbanyak, mencapai sekitar 40 sampai 50%
dari kasus pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini disebabkan oleh perkembangbiakan beberapa organisme, termasuk
di antaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus species, Mycoplasma hominis dan Peptostreptococcus species. Servisitis
disebabkan oleh kuman-kuman seperti Trichomonas vaginalis, Candida sp dan Mycoplasma atau mikroorganisme aerob dan
anaerob endogen vagina seperti Streptococcus sp, Enterococus sp, E. coli, dan Staphylococcus sp11.
Vulvitis ditemukan adanya perasaan panas dan disuria. Terdapat lekorea yang kadang menimbulkan gatal dan iritasi pada
vulva. Introitus vagina dan labia menjadi merah dan bengkak dan tertutup oleh sekret.
Vaginitis bakterial terdapat leukorea berwarna putih, encer atau berbusa, melekat pada dinding vagina, homogen, tipis dan
berbau amis. pH > 4,5, terdapat clue cells, PMN sedikit dan lactobacili sedikit. Pada pemeriksaan dengan pulasan gram
negatif atau positif ditemukan adanya bakteri. Pada pemeriksaanWhiff Test didapatkan hasil yang positif.
Vaginitis trikomoniasis terdapat leukorea yang berwarna kekuningan, encer atau kental, berbuih, banyak dan berbau.
Ditemukan luka dan lecet pada vulva. pH > 4,5 dan banyak sel PMN. Pada pemeriksaan dengan apusan NaCl 10%
ditemukan Trichomoniasis vaginalis. Pada pemeriksaan Whiff Test didapatkan hasil yang positif.
Vaginitis candidiasis terdapat leukorea yang berwarna putih, encer, menggumpal, sedikit atau sedang dan berbau apek.
Ditemukan adanya membran putih pada vagina yang jika diangkat mudah berdarah. pH 4,5 dan pemeriksaan Whiff
Test negatif. Pada pemeriksaan dengan apusan KOH 10% ditemukan adanya pseudohifa.
Servisitis ditemukan adanya erotio portionis dan adanya ovula nabothi. Terdapat nyeri tekan negatif pada portio. Pada
servisitis terdapat keputihan yang kental atau purulen dan biasanya berbau. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang
dapat dilihat flour yang purulent yang keluar dari kanalis servikalis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. VULVITIS
1.1 Definisi
Vulvitis adalah infeksi pada alat genitalia luar wanita yaitu pada vulva.
Vulva terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut = mons veneris,
labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dengan orifisium urethra
eksternum, glandula bartholoni, dan glandula paraurethralis. Pada radang
vulva (vulvitis) vulva membengkak, merah dan agak nyeri, kadang-kadang
disertai gatal2,3.
1.2 Anatomi
Organ kelamin luar (vulva) dibatasi oleh labium mayor (sama
dengan skrotum pada pria). Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea (penghasil minyak), setelah puber, labium mayor akan
ditumbuhi rambut. Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium
mayor dan mengelilingi lubang vagina dan uretra2.
Gambar 2.1 Penampang Alat Genitalia Wanita Eksterna
(source: http://www.medical-look.com/systems_images/Vagina_large.jpg)
Organ-organ seksual wanita bagian luar, alat kelamin, secara kolektif
dikenal sebagai Vulva. Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital.
Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia majora yang ke belakang menjadi
satu dan membentuk commisura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial
dari labia majora ditemukan labia minora yang ke arah perineum menjadi
satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi 5.
Di depan frenulum ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri dekat pada
fossa navikulare ini dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran
kedua Glandula Bartholini bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu
dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis. Di bawah
prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bawah klitoris
terdapat orifisium urethrae eksternum. Di kanan kiri lubang kemih ini
terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu (duktus paraurethralis
atau duktus Skene)4,5.
Saluran limfe dari klitoris, bagian atas labia minora dan labia majora
menuju ke kelenjar-kelenjar inguinal terus ke kelenjar-kelenjar femoral dan
iliaka eksterna. Bagian bawah labia, fossa navikulare dan perineum
menyalurkan limfe ke glandula-glandula inguinalis superfisialis dan terus ke
glandula-glandula inguinalis profunda5.
Mons Veneris adalah sebuah lapisan dari jaringan lemak yang lembut yang
menutupi tulang punggung. Kulit penutup mons veneris berisi banyak
ujung-ujung syaraf. Ini biasanya ditutupi oleh rambut yang tumbuh tebal
setelah pada mula dari masa puber Mons veneris artinya gundukan
tanah Venus dalam bahasa latin. Hal ini dinamakan demikian karena
jaringan lemak ditempatkan disini adalah sensitif untuk hormon estrogen,
dengan permulaan masa puber level estrogen akan meningkat
menyebabkan gundukan yang jelas sampai berbentuk 1,5.
Labia majora adalah dua lipatan kuilt, dalam beberapa kasus mereka lebih
mirip gundukan-gundukan daripada lipatan-lipatan, yang menjadikan
pudendal terpotong, dan menyembunyikan dan melindungi struktur-struktur
yang lebih lembut dari vulva. Bagian depan dari masing-masing labia
majora biasanya lebih tebal daripada pantat, lonjong kebawah dan
bergabung dengan kerampang. Panjang labia 7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal
1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah 1,5.
Labia minora merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan
berwarna kemerahan akan terlihat bila labia mayora dibuka. Labia minora
dibentuk dari jaringan erektil yang seperti sepon yang lembut berisi
pembuluh-pembuluh darah dengan konsentrasi yang padat, jaringan yang
sama seperti itu dimana mengelilingi urethra di dalam penis. Labia minora
dibentuk oleh banyak kelenjar penghasil minyak, tetapi tanpa sel-sel lemak.
Labia minora merupakan lipatan pipih sebelah medial, lipatan kulit tipis,
sensitif, tidak didapat folikel rambut. Labia minora mengandung folikel
sebasea, dan pembuluh darah. Labia minora menyatu di bagian superior,
tempatnya masing-masing terpisah membentuk 2 lamela, pasangan lamela
daripada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar
melalui duktusnya atau jika duktus tersumbat, mengumpul didalamnya dan
menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek.
Jika belum menjadi abses, keadaan bias diatasi dengan antibiotika, jika
sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan
sayatan. Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan
akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kistha bartolini 1.
Kista Bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi kadangkadang dirasakan sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan
pada koitus. Pengobatan kista bartholini dapat dengan memberikan
analgetik dan antibiotik spectrum luas. Jika kistanya tidak besar dan tidak
menimbulkan gangguan, maka tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa,
tetapi dalam hal lain perlu dilakukan tindakan pembedahan. Tindakan itu
terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menyebabkan
perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan menggunakan marsupialisasi
sebagai tindakan tanpa resiko dan dengan hasil yang memuaskan. Pada
tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding
kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan 1.
Vulvitis Herpes Genitalis
Herpes genitalis disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis, yang dekat
hubungannya dengan tipe 1 herpes simpleks, penyebab herpes labialis.
Herpes genitalis umunya dianggap sebagai akibat hubungan seksual dan
terjadi dalam 3 sampai 7 hari sesudah koitus. Jika penyakit timbul di
tengah-tengah daerah dengan radang dan edema tampak sejumlah vesikel
yang biasanya berlokasi pada labia minora, bagian dalam labia mayora dan
prepusium klitoridis1.
Tempat-tempat itu dirasakan panas dan gatal dan karena digaruk sering
timbul infeksi sekunder. Kadang-kadang tampak pula ulkus-ulkus kecil yang
dangkal. Selain pada vulva penyakit ditemukan pula pada vagina dan
serviks uteri yang menyebabkan leukorea, perdarahan dan disuria. Dengan
pengobatan simptomatis biasanya penyakit sembuh sendiri akan tetapi ada
kemungkinan timbul kembali. Timbulnya kembali ini mungkin merupakan
reaktivasi dari infeksi yang sesungguhnya tidak sembuh dan tinggal laten.
Selanjutnya virus mungkin memegang peranan dalam tumbuhnya
karsinoma servisis uteri1.
Diagnosis herpes genitalis dapat dibuat dengan jalan pembiakan pada
luka-luka di vulva, vagina atau serviks dan dengan tes serologik. Sebagai
terapi dapat dilakukan terapi simptomatis dengan obat-obat yang
mengurangi rasa nyeri dan gatal dan yang mengeringkan daerah yang
kena infeksi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa virus dapat diberantas
dengan aplikasi lokal dari 1% larutan neutral-red atau 0,1% larutan
proflavine, diikuti dengan penyinaran sinar flouresensi (20-30 watt) untuk
10-15 menit dengan jarak 15-20 cm1.
Kondiloma Akuminatum
Kondiloma akuminatum berbentuk seperti kembang kubis
(cauliflower) dengan di tengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama di
bagian atas oleh epitel dengan hiperkeratosis. Penyakit terdapat dalam
bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu kelompok. Lokasinya
ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah perianal,
pada vagina dan serviks uteri. Dalam hal-hal yang terakhir ini terdapat
leukorea1.
Kondiloma akuminatum kiranya disebabkan oleh suatu jenis virus yang
banyak persamaannya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea
oleh penyebab lain memudahkan tumbuhnya virus dan kondiloma
akuminata. Kelainan ini juga lebih sering ditemukan pada kehamilan karena
lebih banyaknya vaskularisasi dan cairan pada jaringan. Umumnya
diagnosis kondiloma akuminata tidak sukar dibuat dan dapat dibedakan
dari kondiloma lata, merupakan suatu manifestasi dari sifilis 1.
Kondiloma akuminatum yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10%
podofilin dalam gliserin atau dalam alkohol. Pada waktu pengobatan
daerah sekitarnya harus dilindungi dengan vaselin dan setelah beberapa
jam tempat pengobatan harus dicuci dengan air dan sabun. Pada
kondiloma yang luas, terapinya terdiri atas pengangkatan dengan
pembedahan atau kauterisasi. Untuk mencegah timbulnya residif, harus
Gangguan coitus.
o Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak dan senang tertutup
oleh sekret.
o
Infeksi
2.
Deodoran.
Pembilas vagina.
Tinja.
3.
4.
5. Perubahan hormonal5.
2.1 VAGINOSIS BAKTERIAL
2.1.1 Definisi
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat
penurunan jumlah lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang
dominan dan meningkatnya jumlah kuman anaerobic yang patogen
seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Peptostreprococcus spp,
Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial
merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada
wanita yang masih aktif secara seksual. Namun demikian Vaginosis
bakterial tidak ditularkan melalui hubungan seksual 9.
2.1.2 Anatomi
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Vagina
(liang senggama) adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva
dengan rahim, terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian
ujung atasnya terletak mulut rahim. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan
dibelakang 9,5 cm, sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir
bawah simfisis ke promontorium. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat
yang disebut rugae, sedangkan di bagian depan dan belakang ada bagian
yang mengeras disebut kolumna rugarum. Rugae-rugae jelas dapat dilihat
pada bagian distal vagina pada seorang yang virgin atau nullipara,
o Cairan yang keluar dari vagina umumnya berupa cairan yang berbau
amis seperti ikan terutama setelah melakukan hubungan seksual.
o
Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan
jumlah yang bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah.
o
Pada kasus yang lebih berat jika dilakukan pemeriksaan inspekulo
akan menimbulkan rasa nyeri pada penderita. Mukosa vagina dan
ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan
putih seperti keju.
o
Pemeriksaan pH vagina berkisar 4 4,513.
Kandidiasis Vulvovagina Rekurens (KVVR)
Sekitar 3040% dari pasien KVV akan mengalami infeksi ulang untuk
kedua kalinya dan kurang lebih 5% KVV akan menjadi kandidosis
vulvovagina rekurens (KVVR).Definisi KVVR adalah 4 atau lebih episode
infeksi kandidiasis selama 12 bulan/1 tahun. KVVR merupakan bentuk dari
KVV komplikasi15.
KVVR, menurut Sobel & Fidel, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1)
kelompok dengan jumlah mikroorganisme yang banyak (KOH+, kultur
kuantitatif tinggi) yang didominasi oleh bentuk hifa, disertai tanda dan
gejala yang khas, baik pada daerah vagina maupun vulva; 2) kelompok
yang jumlah organismenya cukup banyak (KOH +), tetapi gejala dan tanda
terbatas pada daerah vagina saja; 3) kelompok dengan jumlah
mikroorganisme sedikit, tetapi gejala dan tanda cukup jelas15.
Perbedaan ketiga kelompok diatas juga terletak pada respon imunitas
selularnya. Pada kelompok pertama, respon selular lokal berkurang
(reaktivitas Th1 berkurang), sedangkan reaksi hipersensitivitas tipe 1
meningkat (reaktivitas Th2 meningkat). Sementara itu, pada kelompok
kedua, reaktivitas Th1 menurun, tetapi reaktivitas Th2 tidak ada atau hanya
sedikit. Kelompok terakhir, respon selular berupa Th0 (T helper naf) yang
merupakan bentuk awal respon sebelum berubah menjadi Th1 atau Th215.
2.2.5 Diagnosis
Tidak ada gejala dan tanda klinis yang spesifik untuk menegakkan
diagnosis kandidiasis vulvovaginal. Gejala yang sering terjadi adalah gatal
(pruritus) dan duh vagina. Karakteristik duh vagina seperti keju lunak
berwarna putih susu, mungkin bergumpal, dan tidak berbau. Rasa nyeri
pada vagina, iritasi dan sensasi terbakar pada vulva, dispareuni, serta
disuria juga dapat dikeluhkan. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda
inflamasi berupa erithem, edem pada vulva dan labia, adanya lesi diskret
pustulopapular dan dermatitis vulva 8,12.
Pada inspeksi, dapat dilihat labia dan vulva eritem dan membengkak
disertai lesi pustulopapular diskret di bagian tepi. Melalui spekulum, serviks
terlihat normal sedangkan epitel vagina tampak eritem disertai duh
keputihan dan terdapat lesi satelit. Infeksi dapat menjalar ke daerah
inguinal dan perianal15.
Balanopostitis terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan wanita
yang terinfeksi. Gejalanya berupa kemerahan, gatal, dan sensasi terbakar
pada penis. Gejala pada pria tersebut biasanya bersifat sembuh sendiri
(self-limiting)15.
Diagnosis kandida vulvovaginal juga dapat dilakukan dengan melakukan
usapan diatas gelas objek dan dicat dengan cara Gram, bila perlu dapat
pula dilakukan pembiakan. Sampel duh diambil dari dinding lateral vagina,
Obat
Dosis
Butokonazole
Clotrimazole
Miconazole
Nystatin
0.4% krim 5 g/hari selama 7
krim 5 g/hari selama 3 hari
Terconazole
Tioconazole
150 mg, dosis tunggal
Oral
Fluconazole
1.
komensal dan baru diketahui patogen pada abad ke20.Trichomonas vaginalis melekat pada membran mukosa dan bersifat
anaerob. Peterson melaporkan bahwa 24,6% dari apusan vagina yang
diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukkan
adanya Trichomonas vaginalis9.
2.3.3 Etiologi
Trichomoniasis disebabkan oleh protozoa yaitu
Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis adalah suatu parasit dengan
flagella yang bergerak sangat aktif. Walaupun infeksi dapat terjadi dengan
berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering
terdapat.25. Dalam hubungan ini parasit pada pria dengan Trichomonas
biasanya terdapat (tanpa gejala) di urethtra dan prostat 17.
Gambaran 2.3.3 Mikroskopis Trichomoniasis vaginalis
(source : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e3/Fem_isa_2.g
if)
Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap
trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi
(handuk)17.
2.3.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang ditemukan pada penderita trichomoniasis adalah sebagai
berikut:
o
o
Jumlah leukorrhea banyak, sering disertai bau yang tidak enak,
pruritus vulva, external disuria dan iritasi genital sering ada.
o
o
Tanda-tanda inflamasi: eritem pada mukosa vagina dan itrocoitus
vagina, kadang-kadang petechie pad serviks, dermatitis vulva.
o
o
Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak,
sekitar 50% penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada
vulva dan dispareunia.
o
Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan
pada vulva dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada
pemasangan spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem.
o
Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk
trichomoniasis, yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak
dan berbau tidak enak.
o
Pemeriksaan pH vagina >4,56,17.
2.3.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa
dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme
penyebabnya. Parasit biasanya dengan mudah dijumpai di tengah-tengah
leukosit pada sediaan yang dibuat dengan mengambil sekret dari dinding
vagina dicampur dengan satu tetes larutan garam fisiologis di atas gelas
objek. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran sedang
dan dengan cahaya yang dikurangi sedikit. Pada pemeriksaan mikroskopik
dengan pembesaran 400 kali dapat terlihat pergerakan trichomonas.
Bentuknya ovoid, ukuran lebih besar dari sel PMN dan mempunyai flagel.
Pada 80-90% penderita symtomatic leucocyte (+), clue cell dapat (+)8,15.
Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan pH vagina 5,0, whiff
test biasanya (+). Parasit dapat dikenal dengan melihat gerakan-
o
Sering
menimbulkan erusio pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala.
o
Pada
pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka
harus diingat kemungkinan gonorroe.
o
Pada
servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovula
nabothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran
keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena
peradangan.
o
Gejalagejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan
kemih.
o
3.5 Klasifikasi
3.5.1 Servisitis Akut
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada Gonorroe, infeksi
postabortum, postpartum, yang disebakan oleh Streptococcus,
Sthapylococcus dan lain-lain. Dalam hal ini Streptococcus merah dan
membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejalagejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah
ditemukan diplokokus gram negatif yang tampak di dalam sel PMN dan di
luar sel PMN1.
Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut:
o
o
Azitromisisn 1 gr peroral, dosis tunggal atau
o
o
Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak boleh diberikan pada
wanita hamil atau sedang menyusui dan anak-anak 8.
3.5.2 Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan. Lukaluka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan
masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjarnya
sehingga menyebabkan infeksi menahun. Gambaran patologis pada
servisitis kronik dapat ditemukan sebagai berikut:
o Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis
ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini
menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
o Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah
kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio
disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
o Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks
lebih kelihatan dari Karena radang menahun, serviks bisa menjadi
hipertropis dan mengeras, secret mukopurulen bertambah banyak 1.
Pada poin 2 dan 3 di atas, karena infeksi menahun terdapat infiltrasi sel-sel
plasma di dalam dan di bawah stroma endoserviks dan terjadi penggantian
epitel porsio uteri oleh epitel thoraks endoserviks. Dengan demikian
terdapat di luar ostium uteri eksternum stroma endoserviks dengan epitel
thoraks dan kelenjar-kelenjarnya1..
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal porsio uteri
dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel thoraks tumbuh ke dalam
stroma di bawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga
terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh (Ovula Nabothi) 1.
Gambaran servisitis kronika sering kali pada pemeriksaan biasa sukar
dibedakan dari karsinoma servisis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh
sebab itu sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan apusan
menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsi, untuk kepastian
bahwa tidak ada karsinoma1.
Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan:
o
Pap smear.
Biakan damedia.
o Biopsy19.
Pelaksanaan dan Terapi Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan adalah:
o
o
Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman
dalam AgNO3 10 % dan irigasi.
o
Cervicitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan
melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau
amputasi.
o