“LIMFOGRANULOMA VENEREUM”
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
1
Definisi
Epidemiologi
Penyakit ini dijumpai pada usia antara 20-40 tahun, lebih sering pada
laki-laki dibanding dengan perempuan dengan rasio 5:1 atau lebih, hal ini
disebakan karena adanya perbedaan patogenesis. Kejadian akut LGV
berhubungan erat dengan usia dan tingginya aktivitas seksual, pernah
dilaporkan kasus LGV pada remaja. Kini penyakit ini jarang ditemukan.
Etiologi
1. Stadium Dini
a. Lesi primer genital
Setelah masa inkubasi antara 3-20 hari, akan terjadi lesi primer di
genital yang bersifat tidak sakit, ummumnya bersifat solitar, tidak khas,
dan cepat menghilang (sembuh) tanpa pembentukan jaringan parut
(scar) , lesi primer dapat berbentuk erosi atau ulkus dangkal, papula-
papula gerombolan vesikel kecil mirip lesi herpes, atau sebagai uretritis
7
nonspesifik. Masa inkubasi dapat bersifat lebih lama apabila lesi primer
genital tidak muncul, sebagai manifestasi adalah sindrom inguinal.
b. Sindrom inguinal
8
tumor, kalor dan fungsio lea. Selain limfadenitis terjadi pula
periadenitis yang menyebabkan perlekatan dengan jaringan
sekitarnya. Kemudian terjadi perlunakan yang tidak serentak, yang
mengakibatkan konsistensinya menjadi bermacam-macam, yakni
keras, kenyal dan lunak (abses). Perlunakan biasanya di tengah,
dapat terjadi abses dan fistel yang multiple.
Masa inkubasi untuk gejala ini berkisar 10-30 hari, tapi mungkin
lebih lambat 4-6 bulan setelah infeksi.
9
Gejala sistemik seperti demam, menggigil, nausea, anoreksia,
sakit kepala sering menyertai sindrom ini. Gejala konstitusi ini
kemungkinan berhubungan dengan penyebaran sistemik dari
Chlamydia. Selama stadium ini, organisme LGV dapat diisolasi dari
darah dan cairan serebrospinal pasien baik dengan gejala
meningoencephalitis maupun tidak dan pada cairan
serebrospinalyang abnormal.
2. Stadium Lanjut
a. Sindrom ano-rektal
Sindrom anorektal merupakan manifestasi lanjut LGV terutama
pada wanita, karena penyebaran lansung dari lesi primer di vagina ke
kelenjar limfe perirektal. Gejala awal adalah perdarahan anus yang diikuti
duh anal yang purulen disertai febris, nyeri pada waktu defekasi, sakit
perut bawah, konstipasi dan diare. Selanjutnya bila tidak diberi
pengobatan akan terjadi proktokolitis berat yang gejalanya mirip colitis
ulserosa, dengan tanda-tanda fistel anal, abses perirektal dan
rektovaginal/rektovesikel. Gejala striktura rekti yang progresif
sering ditandai dengan secret dan perdarahan rektum, kolik dan
obstipasi oleh karena obstruksi total.
Pada pria :
Pada wanita :
13
Manifestasi klinis :
Gejala proktokolitis :
1. Panas
2. Rasa sakit pada rektum
3. Tenesmus
4. Perut bagian bawah kiri terasa sakit jika disentuh
5. Pada palpasi kolon bagian pelvis terasa tegang
6. Mukosa rektal granuler pada pemeriksaan digital dan dapat
bergerak, kelenjar limfoid teraba pembesaran pada palpasi.
7. Pemeriksaan sigmoidoskopi tidak menunjukkan tanda yang
patognomonik.
Gejala konstipasi dari striktura rektal derajatnya sangat
bervariasi mulai dari “pencil stool”, distensi abdomen, kolik dan
penurunan berat badan. Mayoritas tebanyak pasien dengan
sindroma anorektal adalah wanita atau pria homoseksual.
b. Sindrom genital (esthiomene)
Kata esthiomene berasal dari bahasa Yunani yang artinya
“Eating away”. Infeksi primer mengenai kelenjar limfe dari skrotum,
penis atau vulva yang mungkin menyebabkan limfangitis kronis
dandan progresif, edema kronis dan akhirnya terjadi pembentukan
fibrosklerosis jaringan subkutan. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya indurasi dan pembesaran bagian yang terkena dan
14
pembesaran bagian yang terkena dan akhirnya terjadi ulserasi.
Pada awalnya ulserasi hanya superfisial namun kemudian menjadi
lebih invasive dan destruktif.
Pasien dengan esthiomene kebanyakan adalah wanita.
Ulsearasi kronis ini sangat sakit. Pada wanita kebanyakan terjadi
bagian permukaan labia mayora, pda lipatan genitokruris, dan pada
bagian lateral dari perineum. Anus dan klitoris bisa terjadi edema
tapi masih dapat berfungsi normal. Pada wanita cenderung untuk
gterjadi pembentuka papiler pada mukosa meatus uretra, yang
berupa tumor poliploid pada permukaan elefantiasis yang
disebabkan akibat tekanan paha yang disebut buchblatt condiloma,
pertumbuhan ini menyebabkan disuria, polakisuria dan
inkontinensiauri. Dapat pula terjadi fistel akibat ulserasi yang
destruktif dan pecah ke vagina atau vesika urinaria. Bial derajat
kerusakan pembuluh dan kelenjar limfe cukup luas dapat terjadi
elefantiasissatu atau kedua tungkai.
Peniscrotal elephanthiasis dapat terlihat 1-20 tahun setelah
infeksi, dapat mengenai hanya preputium, preputium dan penis,
skrotum saja atau keseluruhan dari genitalia eksterna.
Konjungtivitis folikuler, selalu disertai oleh limfadenitis maksila
dan aurikularis posterior, dapat terjadi pada setiap stadium dari
LGV. Infeksi konjungtivitis disebabkan akibat infeksi secara
inokulasi dari discharge genital yang infeksius. Kondisi ini sejalan
dengan Parinaud’s oculoglandular syndrome.
Lesi primer LGV pada mulut dan faring dapat terjadi akibat
felasio dan cunnilingus, sehingga mengakibatkan limfadenitis
maksilaris atau servikalis.
Sindrom genital berupa edema vulva yang terjadi sepanjang klitoris
samapi anus (elephantiasis labia) akibat peradangan kronis, sehingga
terjadi kerusakan saluran dan kelenjar limfe dan timbulnya
15
edema limfe di daerah vulva. Dapat pula terjadi fistel akibat ulserasi
yang destruktif dan pecah ke vagina atau vesika urinaria.
Pada pria dapat terjadi proses yang sama, namun jarang
dijumpai. Manifestasi klinis berupa elefantiasis skrotum. Bila derajat
kerusakan pembuluh dan kelenjar limfe cukup luas dapat terjadi
elephantiasis satu atau kedua tungkai.
Jika sindrom inguinal tidak diobati, maka terjadi fibrosis pada
kelenjar inguinal medial, sehingga aliran getah bening terbendung
serta terjadi edema dan elephantiasis. Elefantiasis tersebut dapat
bersifat vegetative, dapat terbentuk fistel-fistel dan ulkus-ulkus.
Pada pria, elephantiasis terdapat di penis dan skrotum ,
sedangkan pada wanita di labia dan klitoris, disebut estiomen. jika
meluas terbentuk elefantiasis genito-anorektalis dan disebut
sindrom Jersild.
Patogenesis
Chlamydia trachomatis tidak dapat menembus membran atau kulit
yang utuh, tetapi masuk melalui abrasi atau lesi kecil di kulit, kemudian
tersebar secara limfogen untuk bermultiplikasi ke dalam sel mononuklear
pada kelenjar limfe regional yang kemudian akan menimbulkan peradangan
di sepanjang saluran limfe (limfangitis dan perilimfangitis), seterusnya
mencapai kelenjar limfe terdekat sehingga terjadi peradangan kelenjar limfe
dan jaringan di sekitarnya (limfadenitis dan perilimfadenitis). Jadi LGV adalah
penyakit yang mengenai jaringan limfatik. Proses patologis yang penting
adalah trombolimfangitis dan perilimfangitis, dengan penyebaran proses
inflamasi dari limfenod ke jaringan sekitarnya. Limfangitis ditandai dengan
ploriferasi sel endotel sepanjang pembuluh limfe saluran penghubung dalam
limfenod. Pada tempat infeksi limfenod cepat membesar, dan pada area
tersebut dikelilingi oleh daerah yang nekrosis yang terdiri atas kumpulan sel
endotel yang padat. Area yang nekrosis diserbu oleh sel lekosit
polimorfonuklear dan mengalami pembesaran yang khas berbentuk segitiga
atau segiempat disebut sebagai “stelata abses”. Pada peradangan lanjut
abses-abses bersatu dan pecah membentuk lokulasi abses, fistel atau sinus.
Proses inflamasi dapat berlansung beberapa minggu atau beberapa bulan.
Penyembuhan disertai dengan pembentukan jaringan fibrosis, yang merusak
struktur limfenod dan dapat menyumbat saluran limfe. Edema kronis dan
fibrous sklerosis menyebabkan indurasi dan pembengkakan daerah yang
terkena. Fibrosis juga mempengaruhi pembuluh darah kulit dan membrane
mukosa sehingga menyebabkan ulserasi. Dapat terjadi kerusakan rektum
akibat ulserasi mukosa, peradangan transmural dinding usus, obstruksi aliran
limfe, pembentukan jaringan fibrotic, dan striktur. Juga dapat terjadi
perlekatan diantara kolon sigmoid dan dinding rektum dengan dinding rektum
dengan dinding pelvis. Limfopatia pada laki-laki terjadi pada daerah inguinal,
sedangkan pada perempuan dan laki-laki homoseksual biasanya terjadi di
daerah genital, anal dan rektal. Perbedaan lokasi lesi penyakit ini tergantung
dari letak lesi primer. Pada laki-laki penis merupakan tempat pertama kali
masuknya (lesi primer) Chlamydia trachomatis kemudian menyebar ke
kelenjar limfe inguinal sedangkan perempuan melalui intravagina atau
servikal menuju kelenjar limfe intrapelvik, anus dan rektal.
LGV akut lebih sering pada laki-laki karena pada perempuan
biasanya asimtomatik dan baru didiagnosis setelah berkembang menjadi
proktokolitis akut atau bubo inguinal.
17
LGV kemungkinan bukanlah suatu penyakit menular seperti gonore.
Lesi primer herpes, urethritis, servisitis, proktokolitis, dan ulserasi kronis
kemungkinan adalah bentuk infeksi yang terbanyak dari LGV. Walaupun bukti
yang menyokong sangat minimal, endoservik kelihatanya adalah tempat
infeksi yang paling sering pada wanita, dan infeksinya masih berlangsung
sampai beberapa minggu atau bebrapa bulan. Penularan secara kongenital
tidak terjadi, tetapi infeksi mungkin terjadi melalui jalan lahir selama proses
kelahiran.
Meskipun proses patologi primer pdea limfagranuloma venereum
biasanya hanya terlokalisir pada satu atau dua bagian kelenjar limfe, organism
ini juga dapat menyebar secara sistemik melalui aliran darah dan dapat
memasuki system saraf pusat. Penyebaran lokal penyakit ini dibatasi oleh
imunitas hospes yang akan membatasi multiplikasi, Chlamydia Delayed
hypersensitivity (dapat dibukktikan melalui skin tes) dan LGV-spesifik
Chlamydia antibody dapat terlihat 1-2 minggu setelah infeksi. Imun hospes ini
mungkin juga tidak dikeluarkan dari tubuh sehingga terjadi laten. Chlamydia
yang hidup dapat diisolasi dari lesi lama selama 20 tahun setelah infeksi awal.
Kebanyakan kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh limfogranuloma
venereum mungkin disebabkan oleh hipersensitivitas yang diperantarai oleh
sel antigen terhadap Chlamydia. Persisten limfogranuloma venereum di
jaringan atau infeksi ulang oleh serovarians yang berhubungan dengan
Chlamydia trachomatis mungkin berperan dalam perkembangan penyakit
sistematik.
18
2. Kelenjar-kelenjar getah bening dalam panggul dan sepanjang aorta
abdominalis yang terutam merupakan kelenjar-kelenjar regional bagi
alat reproduksi. Nama kelenjar-kelenjar tersebut disesuaikan dengan
nama pembuluh darah yang diiringinya atau sesuai dengan nama alat
yang terdapat berdekatan dengan kelenjar-kelenjar yang
bersangkutan.
Pada pria :
1. Penis
Anyaman pembuluh getah bening dangkal ditampung oleh kelenjar-
kelenjar inguinal superficial medial, kadang-kadang ditampung oleh
kelenjar-kelenjar iliaka eksterna. Anyaman pembuluh getah bening
dalam ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal medial.
2. Skrotum
Dari skrotum ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial
medial.
3. Uretra
Dari uretra pars spongiosa getah bening ditampung oleh kelenjar-
kelenjar inguinal superfisial medial, kelenjar – kelenjar inguinal dalam
iliaka eksterna. Dari uretra pars prostatika dan membranasea getah
bening disalurkan ke kelenjar-kelenjar iliaka interna.
4. Prostat dan vesikula seminalis
Ditampung oleh kelenjar-kelenjar sakral, iliaka eksterna, iliaka interna
dan anorektal.
5. Testis dan epididimis
Ditampung oleh kelenjar-kelenjar iliaka eksterna.
Pada wanita :
1. Labium mayor
Ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial medial, kadang-
kadang oleh kelenjar-kelenjar iliaka eksterna.
2. Labium minor
Ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial medial, inguinal
dalam dan iliaka ekster.
3. Kelenjar bartholin
Ditampung oleh kelenjar-kelenjar vesikel anterior.
4. Klitoris
Anyaman pembuluh getah bening dangkal ditampung oleh kelenjar-
kelenjar inguinal superfisial medial, kelenjar-kelenjar inguinal dalam
medial. Anyamn pembuluh getah bening dalam ditampung oleh
kelenjar-kelenjar iliaka eksterna.
5. Uretra
Getah bening uretra ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal
superfisial medial, kelenjar-kelenjar inguinal dalam, interiliaka dan
gluteal inferior.
6. Ovarium
Ditampung oleh kelenjar-kelenjar sepanjang aorta abdominalis.
7. Uterus
Fundus uteri : sama seperti ovarium
Korpus uteri : ke kelenjar-kelenjar sepanjang aorta, kelenjar-kelenjar
inguinal superfisial, dan interiliakal.
Servik uteri : ke kelenjar-kelenjar iliaka dan kelenjar sepanjang aorta.
8. Vagina
Bagian kranial : beranastomosis dengan servik uteri lalu ke kelenjar
iliaka eksterna dan interiliaka.
Bagian kaudal : ke kelenjar-kelenjar interiliakal gluteal inferior dan
beberapa kelenjar inguinal superfisial.
Bagian dorsal : ke kelenjar anorektal.
Pemeriksaan Penunjang
Tes Frei
Tes Serologi
Kultur Jaringan
Dilakukan dalam yolk sac embrio ayam atau dalam biakan sel dengan bahan
pemeriksaan dari aspirasi pus bubo yang belum pecah dapat member
konfirmasi diagnosis
Sitologi
Dipakai untuk menemukan badan inklusi Chlamydia yang khas dari koloni
virus, baik intraseluler maupun ekstraseluler. Specimen diambil dari jaringan
yang terinfeksi kemudian diwarnai dengan menggunakan metode giemsa,
iodine, dan antibodi fluoresen. Ssitologi tidak terlalu baik sebagai metode
untuk diagnosis pasti LGV karena spesimen sering kali terkontaminasi
dengan bakteri dan artefak lain.
Biopsi-Histopatologi
Tes GPR
Diagnosis
Diagnosis Banding
3. ulkus mole: ulkus pada ulkus mole dapat bervariasi dari satu sampai
multipel yang disertai ulserasi. Bila menyebabkan limfadenitis maka lesi
primer masih tampak, kelima tanda radang juga terdapat namun
perlunakannya serentak. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan H.
Ducreyi.
B. Sindrom Inguinal
1. Granuloma Inguinalis: lesi pada kulit lebih khas, lebih besar dan lebih
persisten daripada LGV, ditemukan Donovan bodies. Limfadenitis
inguinal pada granuloma inguinale tidak khas. Dapat dijumpai
esthiomene.
2. Limfadenopati inguinal: dapat merupakan kelanjutan dari suatu trauma
pada kaki, keganasan pada daerah genital, rektum dan abdominal, lifoma
maligna, tuberculosis dan herpes genital.
Penatalaksanaan
Penderita LGV akut dianjurkan untuk istirahat total dan diberikan terapi untuk
gejala sistemik yang timbul yaitu meliputi terapi berikut.
Pengobatan
Pembedahan
Tidak ada satu prosedurpun yan diberikan tanpa didahului dengan pemberian
antibiotik, bahkan antibiotika harus diberikan beberapa bulan sebelum
diputuskan untuk dilakukan tindakan bedah. Resolusi spontan dari fibrosis
LGV belum pernah tejadi, tetapi proses inflamasi dan diameter striktur mungkin
mengalami kemajuan yang dramatis dengan pengobatan antibiotika.
Komplikasi
Prognosis
Holmes KK, Mardh PE, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P,
Wasserheit JN, editors. Sexually Transmitted Disease. 4th edition. New york:
McGraw-Hill, Inc.2008.