dinding selaput peritoneum. Dengan demikian kista ini harus dibedakan dengan
hernia (burut) inguinal dan varikokel yang sering terdapat pada kehamilan.
Penyebab:
Ligamentum rotundum yang berinsersi pada labium majus, membawa elemen
peritoneum. Kadang-kadang bagian ini terlepas dari perlekatannya dan berisi
cairan, sehingga timbul kista yang merupakan benjolan di labium.
3. Kista kelenjar
Kista Bartholini
Penyebab :
terjadi akibat radang/infeksi pada glandula bartolini (bartholinitis). Dapat
berasal juga dari bartholinitis kronis. Teraba sebagai suatu tonjolan pada
bagian belakang dari labium majus, mudah digerakkan. Umumnya tidak
memberikan
keluhan,
tetapi
kadang-kadang
mengalami
pernanahan.
Bartholinitis sering timbul pada gonorea, akan tetapi dapat pula mempunyai
sebab yang lain, misalnya streptokokus, atau basil koli. Pada bartholitis akuta
kelenjar membesar, merah, nyeri, dan keluar melalui duktusnya, atau jika
duktus tersumbat, menggumpal di dalamnya dan menjadi abses yang kadangkadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, kadaan
bisa diatasi dengan antibiotika, jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau
harus dekeluarkan dengan sayatan. Radang pada glandula bartholini dapt
terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk
kista bartholini.
Terapi:
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi kadang-kadang
dirasakan sebagai benda berat dan/atau menimbulkan kesulitan pada koitus.
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa; dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan.
Tindakan itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menyebabkan
perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa
risiko dan dengan hasil yang memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan
sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista terbuka dijahit pada kulit vulva
yang terbuka pada sayatan. Kista harus dapat diangkat seluruhnya, sebab dapat
menyebabkan residif.
Kista sebasea
Penyebab :
Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium mayor, labium
minor, dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran kelenjar
sehingga terjadilah penimbunan sebum. Kelerjar ini biasanya terletak dekat di
bawah permukaan kulit berwarna kuning keabu-abuan, dengan batas yang jelas
dan konsistensi keras, ukuran kecil sering multipel. Dindingnya berlapis epitel
kelenjar dengan isi sebum yang mengandung kristal kolesterol. Kristal ini
sering mengalami infeksi. Terjadi sebagai akibat penyumbatan dari kelenjar
sebacea yang meradang. Biasanya terjadi pada bagian dalam dari labia majora
atau minora. Isinya bahan sebacea, dan sering mengalami suppurasi.
Terapi:
Kalau perlu eksisi.
Hidradenoma
Penyebab :
Berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal dari sisa saluran
Wolffi. Walaupun jarang, tetapi dianggap penting juga oleh karena sering
disangkan sebagai adenocaricinoma. Berasal dari kelenjar peluh vulva.
Tampak sebagai benjolan kecil. Bentuk dan konsistensi menyerupai fibroma.
Kadang-kadang kulit atasnya jadi merah, granuler, atau berulcus. Dalam
keadaan ini dapat berdarah. Umumnya tidak memberikan gejala, kadangkadang ada gatal-gatal. Tempatnya pada bagian dalm dari labia majora, tapi
bisa juga pada labia minora atau perineum.
Terapi: eksisi.
Penyakit Fox-Forduce
Disebut juga apokrin miliaria.
Penyebab :
Terjadi akibat sumbatan saluran kelenjar keringat sehingga membentuk banyak
kristal kecil dengan diameter 1-3 mm, multipel, terasa gatal. Kelainan ini dapat
Kista endometriosis
Walaupun jarang sekali terjadi, dapat tumbuh pada vulva maupun vagina.
Terapi:
Kista pada vulva ini umum hanya memerlukan pengangkatan kalau mengganggu
saja. pada kista yang mengalami infeksi dapat dilakukan insisi.
B. Tumor solid
1. Tumor epitel
Kondiloma akuminatum
Penyebab:
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV type 6 dan II, dan akhir-akhir ini juga
dimasukkan ke dalam golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Terjadi kalu vulva terus menerus dibasahi oleh fluor. Gambar histologik
adalah suatu papiloma yang sekali-sekali setelah lama dapat menjadi ganas.
Gambaran makroskopik adalah seperti jengger ayam. Tampak sebagai
pertumbuhan yang menyerupai jengger ayam dengan ukuran berbeda-beda,
multipel berserakan di vulva dan perineum. Bila disertai kehamilan tampak lebih
besar, menyerupai bloemkool dan dapat menghalangi persalinan. Jarang jadi
ganas. Kondiloma akuminatum dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai
vagina dan serviks.
Terapi:
Podophyllin 25% dalam tinctura benzoin.
Sulfonamide, systemic dan local.
Operatif.
Albothyl.
kebanyakan
merupakan
penampilan
infestasi
Nevus pigmentosus
Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan,
melanoma maligna terjadi pada vulva dan vagina 710%. Seing terjadi. Mungkin berasal dari irritasi. Nevus
ini tampaknya sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman
pada
permukaan
vulva
berdiameter
1-2
mm.
Terapi:
Eksisi yang kemudian dilakukan pemeriksaan PA karena ada bahaya keganasan.
Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, yaitu jaringan fibreus dari
vulva. Biasanya berukuran kecil atau sedang, dan bertangkai. Ukuran yang
terbesar 268 pounds. Dapat tumbuh besar dengan konsistensi lunak dan berwarna
putih keabu-abuan.
Terapi: operasi.
Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium mayus dengan konsistensi
lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar. Hampir menyerupai fibroma.
Jarang terjadi.
Terapi: operasi.
Leiomioma: berasal dari otot polos ligamentum rotundum dekat pada labium
mayus tersusun seperti pusaran, air/konde.
Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya kecil saja, lunak
berbentuk polipoid dan berwarna seperti daging.
Palpasi: Palpasi dilakukan pada lesi dan pada kelenjar-kelenjar getah bening
regional.
Pemeriksaan dalam: Desertai juga dengan pemeriksaan Pap smear, untuk mencari
penyakit-penyakit lain yang mungkin bersamaan.
Sebaiknya dilakukan juga:
Kolposkopi
Perwarnaan dengan Toluidine blue.
Biopsi dilakukan pada bagian yang berwarna biru tua.
Biopsi: lesi yang mencurigakan perlu dibiopsi; diagnosis pasti diperoleh melalui
pemeriksaan histopatologis.
Klasifikasi:
a. Ca in situ.
Ca in situ dari vula merupakan suatu kesatuan yang nyata, walaupun lebih jarang
dari pada ca in situ dari cervix.
Sifatnya pun hampir bersamaan, misalnya pada penyakit ini pun ditemukan
aktivitas mitose yang abnormal dari lapisan epitel, hanya saja di sini jenisnya
spinal, dan pula masih ditemukan tanda-tnda diferensiasi dari sel komponen
walaupun jenis adanya anaplasi intraepitelial.
Tapi jarang sekali ditemukan jenis sitologi ca in situ dari vulva murni.
Berbagai-bagai nama seperti Bowens disease atau erythroplasi Queyrat, kadangkadang dipergunakan.
Secara makroskopis anaplasi dapat terbentuk granulomateus, lekoplakia dan lainlain.
Pagets disease dari vulva adalah bentuk khas dari ca in situ yang ditandai oleh
lesi merah dari epitel yang menebal, dan secara mikroskopis ditemukan Paget
cells yang besar dan pucat.
b. Carcinoma invasif.
Umumnya merupakan penyakit wanita tua.
Frekuensi yang tinggi ialah pada umur 70 tahun. Penyakit in dapat mulai di tiap
bagian dari vulva. Jenis histologisnya yang sering ditemukan ialah: Squamous cell
ca. Kadang-kadang ditemukan carcinoma sel basal.
Hanya ca primer glandula bartholini jenisnya mungkin adeno ca, transitional
epidermoid.
Makroskopis, tampak keputih-putihan, ber-ulcus atau granulomateus.
c. Ca sel basal.
Jarang terjadi. Tampak sebagai ulcus dengan pinggir yang melipat.
Dalam pertumbuhannya vulva ca makin lama makin besar, dengan pertambahan
indurasi, ulcerasi dan oedem. Bila dibiarkan dapat merusak seluruh vulva.
Metastase dapat mencapai kelenjar limfe femoral dan inguinal dalam waktu yang
singkat, oleh karena komunikasi saluran limfe di daerah ini sangat banyak.
Etiologi:
Tidak banyak diketahui mengenai faktor etiologi jenis tumor ganas ini meskipun disebut
tentang lambatnya menarche (15-17 tahun) dan awalnya menopause (40 tahun) dalam
riwayat penyakitnya. Faktor etnik tak berpengaruh, meskipun lest granulomatosa sering
ditemukan pada suku Negro.
Faktor predisposisi:
Kodiloma akuminata
Patologi:
Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif (ulcero-granulating) atau sebagai
tumbuhan eksafitik (wart/kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia mayora, labia
minora, klitoris dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang, bahkan kedua labia
mayora dapat simetris terkena (kissing) Histologik lebih dari 80% adalah epidermoid
dengan diferensiasi baik, sedang sisanya yang
10% karsinoma basoselulare, adenokarsinoma,
fibcosarkoma
atau
miosarkoma,
tumor
Penyakit Bowen dan Paget (paling jarang). Perlu diingatkan, bahwa wujud
kelainan kulit ini apakah memberi predisposisi ataukah menjadi lest pra-kanker yang prainvasif, adalah sering multi/plurifokal, yang kemudian dapat berlanjut jadi kanker yang
invasif. Meskipun umumnya distrofia vulva selalu menyertai proses karsinoma. yang
invasif, belum ada bukti bahwa distrofia vulva sendiri bila dibiarkan tidak diobati akan
berlanjut menjadi karsinoma yang invasif. Tidak seperti pada karsinoma serviks atau
endometrii, di sini secara jelas tidak diketahui lesi yang memelopori atau mendahului
(precursor) karsinoma vulva. Analog dengan NIS (Neoplasia Intraepitelial Serviks) pada
epitel serviks yang displastik/diskariotik bila tidak diobati akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ, kemudian kanker yang invasif, pada Neoplasia Intraepitelial Vagina
(NIV) tidak ada bukti bahwa NIV akan berlanjut menjadi kanker vulva yang invasif Bila
dibiarkan tanpa pengobatan. NIV-I, II, III biasanya terdapat pada wanita 40 tahun, sedang
karsinoma vulva yang invasif pada usia > 60-70 tahun. Secara umum diterima, bahwa
pada kanker serviks terdapat periode laten 5-10 tahun sebelum lesi pra-maligna (NIS-I, II,
III, KIS) menjadi kanker yang invasif. Analog tersebut tidak dapat dibenarkan, mengingat
periode latennya akan menjadi terlalu panjang, hampir 25-30 tahun. Yang jelas lesi pada
vulva ini didahului oleh perasaan gatal-gatal yang sangat (pruritus vulva), kadang-kadang
disertai rasa nyeri atau panas dan timbul benjolan/kutil atau luka ulseratif dengan tepi
induratif. Wujud kelainan kulit vulva berupa leukoplakia (50%) dan kraurosis dengan
hiperplasia merupakan tingkatan praneoplastik, dari itu nemerlukan penegasan dengan
biopsi.
Mengingat lokasi tumor primer (karsinoma epidermoid) hampir 60% pada labium
majus, 20% pada labium minus atau vestibulum,l2% di klitoris dan 6% di komisura
posterior, perembetan ke jaringan sekitar akan meluas ke urethra, kandung kemih, vagina,
rekrum dan melalui pembuluh getah bening secara embolisasi. Oleh sebab itu, kelenjar
inguinal dan femoral merupakan stasiun pertama. Vulva kaya akan jaringan pembuluh
getah bening yang beranyam-anyaman meliputi seluruh permukaan, terdapat anastomosis
dari satu sisi ke sisi lain khususnya yang ventral dari orifisium urethra eksterna, hingga
keterlibatan kelenjar kontralateral tanpa melibatkan kelenjar ipsi-/homolateral adalah
jarang. Rute primer penyebaran ke kelenjar inguinal adalah melalui kelenjar femoral luar
(superfisial), kemudian kelenjar femoral dalam (profundal) untuk akhirnya menuju
kelenjar getah bening panggul melalui kelenjar iliak luar/ eksterna, obturator, iliaka
komunis dan kelenjar para-aorta. Kelenjar inguinal luar ada di bawah kulit dalam fasia
Camper dan di atas fasia kribriformis. Kelenjar-kelenjar ini merupakan stasiun pertama
untuk penyebaran karsinoma vulva. Kelompok kelenjar sekunder termasuk kelenjar
femoral dalam yang terdapat sepanjang arteri, vena dan saraf di bawah fasia kribriformis.
Kelenjar Cloquet atau kelenjar Rosenmuller, dianggap sebagai kelenjar sentinel untuk
penyebaran ke dalam panggul. Kelenjar-kelenjar getah bening ini terletak pada muara
dari kanalis. femoralis (kelenjar iliak luar) paling distal di bawah ligamentum inguinal.
Pembagian tingkat keganasan:
Seperti di bawah ini didasarkan kepada pemeriksaan klinik, tidak atas dasar
penemuan saat/sesudah operasi. Cara demikian memberi kesalahan sekitar 25-50%. Oleh
sebab itu, sekarang disarankan menetapkan tingkat pem berdasarkan sistem TNM
(Tumor, Nodes, Metastasis) dan p-TNM (post-TNM) yakni penetapan tingkat penyakit
keganasan sesudah atau pada saat pembedahan.
Perlu diingatkan bahwa penetapan stadium/tingkat keganasan ini dibuat hanya
sekali, yakni pada waktu diagnosis penyakit ditegakkan, dan biasanya oleh staf onkologi
yang senior. Selanjutnya dalam follow-up setelah mendapat penanganan, bukannya
stadium/tingkatan klinik yang dilaporkan berubah, akan tetapi respons terhadap
penanganan, kualitas hidup dalam status penampilan (performance status), kekambuhan
(relapse/recurrence), progresivitas penyakit, ketahanan hidup (survival time), bebas
penyakit (disease-free survival time) atau mati.
Pembagian dalam tingkat klinik karsinoma vulva (menurut klasifikasi FIGO '76)
Tingkat
Kriteria
II
(inguinal) tidak teraba, atau dapat teraba bilateral, tidak membesar dan mobil,
III
IV
kelenjar
lipat
paha
uni/bilateral,
mobil
tapi
klinis
T1
T2
terbesar < 2 cm
Tumor terbatas pada vulva; diameter
terbesar > 2 cm
T3
T4
urethra,
dan/vagina,
dan/perineum,
dan/anus.
Tumor dari setiap ukuran, yang telah
menginfiltrasi mukosa kandung kemih,
dan/rektum,
atau
keduanya,
termasuk
tulang.
Kelenjar getah bening regional.
Tak ada kelenjar yang teraba.
Kelenjar inguinal teraba; di satu/dua belah
lipat
paha,
digerakkan
tidak
(mobile)
membesar,
dan
klinis
mudah
tidak
N2
N3
sebar.
Kelenjar
inguinal
menjadi
satu
membesar,
yang
keras,
terfiksir/sukar
M
Mo
M1A
M2A
klinis.
Kelenjar panggul dalam (profundal) teraba.
Metastasis
berjarak
jauh
lainnya
ditemukan.
karena pedih waktu kencing. Superinfeksi dari lesi ganas juga menimbulkan rasa sakit
dan lebih banyak iritasi akibat keputihan yang terus menerus. Hanya sekitar 5% yang
datang dengan pembesaran kelenjar lipat paha atau abses sebagai keluhan utama.
Diagnosis dini:
Mula-mula berupa rasa sakit, dan gatal. Sering kali dalam anamnesa ada keluhan
pruritus yang lama. Pada stadium yng lebih lanjut sakitnya makin hebat, sehingga perlu
obat-obat analgetik.
Perasaan gatal atau terbakar di vulva harus mendapatkan perhatian, untuk mencari
area yang mencurigakan akan keganasan.
Daerah tersebut dapat berupa wart (kutil),
benjolan kecil yang berwarna kemerahan, keputihan
atau berpigmen, agak meninggi, atau ulkus datar yang
mudah berdarah dengan tepi induratif. Kalau prosesnya sudah agak lanjut, mungkin akan
ditemukan luka yang dalam, yang telah mengalami infeksi dan nekrotik, atau tampak
sebagai bunga kobis/kool. Daerah yang mencurigakan harus dibiopsi untuk penilaian
histologik. Untuk itu penggunaan kolposkop diikuti dengan biopsi terarah (target biopsy)
hendaknya dikerjakan bila keadaan memungkinkan. Cunam biopsi Keyes adalah ideal
(lihat gambar). Untuk memilih tempat biopsi, vulva terlebih dahulu diwarnai dengan
larutan toluidin biru 1 % kemudian dicuci dengan larutan acidum aceticum glacial (ijsazijn) 1 %, cat kebiruan akan hilang dari jaringan normal, tetapi menetap di tempattempat ang mencurigakan. Untuk menentukan perluasan proses metastatik ke kelenjar
getah bening, dapat dikerjakan limfografi meskipun tidak selalu konklusif.
Golongan risiko tinggi ialah wanita yang mempunyai faktor-faktor predisposisi
1) Diabetes Mellitus, 2) Qbesitas, 3) Hygiene seksual yang tidak baik, 4) Lichen
sclerosus atrophicus, 5) Leukoplakia & kraurosis vulva.
Penanganan:
Pada tingkat klinik 0 (KIS/intraepitelial karsinoma) dikerjakan vulvektomi
dengan mengangkat kedua labia mayora, labia minora, sebagian mons veneris dan
himen. Untuk mengembalikan bentuk yang baik dari vulva, dapat dikerjakan bedah
rekonstruksi menggunakan skin-graft. Eksisi luas hanya dibenarkan, bila diameter lesi <
2 cm, hanya satu, dan kedalaman invasi tak lebih dari 1 mm. Untuk lainnya prosedur
standar adalah vulvektomi radikal dan limfadenektomi bilateral en bloc. Jika karena
alasan tertentu operasi tak dapat dilakukan, maka dipilih pengobatan dengan sitostatika,
elektrokoagulasi, bedah krio atau dengan sinar laser.
Pada tingkat
klinik I
dan II dilakukan
vulvektomi
radikal
dengan
limfadenektomi bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam, dalam satu tahap (en bloc).
Bila kondisi penderita tidak memungkinkan untuk dikerjakan dalam satu tahap,
limfadenektomi inguinal bilateral dapat ditunda pelaksanaannya 5-7 hari kemudian.
Pada tingkat klinik III dan IV, diberikan sitostatika seperti MMC, SFU, Bleosin,
Endoxan, Doxorubisin, secara sistemik baik sebagai obat tunggal atau pun dalam
kombinasi (polikemoterapt), intra-tumor, atau perfusi jaringan melalui infus saluran
getah bening di kaki penderita.
Perlu diingatkan, bahwa obat-obat ini sangat toksik, sebab itu pemberiannya hanya
boleh d'rlakukan di senter yang memiliki tim kanker/onkologi. Tindakan eksenterasi
panggul tidak lagi dikerjakan, karena mortalitasnya tinggi.
Radioterapi diberikan pasca bedah sebagai adjuvans, bila kelenjar inguinal positif
mengandung tumor, yang ternyata dapat men~ngkatkan AKH (Angka Ketahanan Hidup)
5-tahun penderita dan menurunkan angka kekambuhan (rasio rekurens). Radioterapi primer
dengan atau tanpa kemoterapi pada tingkat klinik III dan N lanjut, yang dianggap
inoperable sedang diteliti di pelbagai senter dan hasilnya belum dilaporkan.
Hubungan kedalaman invasi dengan kelenjar inguinal positif
Kedalaman invasi (mm) Jumlah kasus (84)
Metastasis kelenjar
(%)
<1
34
1.1-2.0
2.1-3.0
3.1-5.8
19
17
7
10.5
11.8
14.3
42.5
>5
Krim 5 FU
Kriosasi
Vulvektomi total
Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah karsinoma.
Hampir 5% dari semua melanoma maligna muncul di vulva yang merupakan hanya 1%
dari kulit permukaan seluruh tubuh. Tempat predileksi di labia minora dan klitoris, sering
meluas ke vagina dan urethra berupa benjolan (nodul) yang berwarna hitam kebiruan.
Menyebar secara limfogen dengan membentuk nodul satelit sekeliling tumor primer untuk
kemudian bermetastasis ke kelenjar limfa regional. Bila terjadi penyebaran secara
hematogen, anak sebar terdapat di paru-paru (tersering), kemudian otak, hati dan jantung
tidak jarang. Perlu dicatat adanya beberapa kasus (<0.08%) yang menunjukkan regresi
spontan tumor primer, sedangkan anak sebarnya terus berkembang. Tampaknya ada
predisposisi tertentu pada keluarga (familial) wanita kulit yang bermata biru.
Penanganannya seperti pada karsinoma vulva. Pada tingkat yang sudah lanjut dapat
dipertimbangkan pemberian DTIC (I)acarbazine) atau MeCCNU (Semustine) yang
memberikan respons >20%. Juga dilaporkan baik dengan kombinasi imunoterapi BCG.
C. Adenokarsinoma
Pada vulva jarang dan umumnya berasal dari kelenjar Banholin.
D. Basalioma (Basal sel karsinoma)
Biasanya ditemukan di daerah yang berambut, sesekali pada labia mayora sebagai
makula kemerahan/kecoklatan atau sebagai nodul kecil yang mengalami ulserasi di
tengahnya (ulkus rodens). Lesi ini hampir tak pernah menyebar ke kelenjar getah bening,
sebab itu eksisi lokal yang luas sudah memadai untuk tujuan kuratif.
E. Penyakit Paget
Merupakan lesi intra epitelial vulva, yang sering bersama-sama munculnya
adenokarsinoma kelenjar apokrin.
F. Karsinoma verukosa
Karsinoma ini adalah keganasan pada vulva berbentuk tumor eksofitik seperti
papil pada kondilomata akuminata, atau seperti bunga kol (cauliflourer like).
histologik
dapat
berupa
leiomiosarkoma
(paling
sering),
liposarkoma,
Palpasi: Palpasi dilakukan pada lesi dan pada kelenjar-kelenjar getah bening
regional.
Pemeriksaan dalam: Desertai juga dengan pemeriksaan Pap smear, untuk mencari
penyakit-penyakit lain yang mungkin bersamaan.
Sebaiknya dilakukan juga:
Biopsi: lesi yang mencurigakan perlu dibiopsi; diagnosis pasti diperoleh melalui
pemeriksaan histopatologis. Gambarannya dapat berbentuk:
Kanker epidermoid vulva.
Adenokarsinoma vulva (Pagets disease)
Melanoma malignum.