Anda di halaman 1dari 12

JURNAL TEKNOLOGI KELAUTAN

Vol. 8, No. 2, Juli 2004: 74 - 85

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat Pengembangan


Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Wahyudi1 dan Dikor Jupantara2
1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya
Gedung WA, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Email: wahyudictr@oe.its.ac.id
2) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya

Abstrak: Berdasarkan kebutuhan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, maka saat
ini merupakan waktunya bagi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk melakukan pengembangan. Makalah ini memaparkan hasil studi pola sedimentasi dari simulasi dengan software
SMS 6.0 bila dilakukan pengembangan di pelabuhan Tanjung Perak. Pengembangan dilakukan dengan satu Rencana Awal dan tiga alternatif reklamasi daerah sekitar wilayah teluk Kali
Lamong. Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa, konsentrasi penyebaran rata-rata
sedimen yang terjadi untuk Rencana Awal pada kondisi HWL, MSL, dan LWL adalah sama
sebesar 0.111 kg/m3. Sedangkan untuk alternatif I, pada saat HWL, MSL, dan LWL sebesar
0.108 kg/m3. Pada alternatif II, saat HWL, MSL, dan LWL sebesar 0.109 kg/m3. Pada alternatif III, pada saat HWL, MSL, dan pada saat LWL sebesar 0.108 kg/m3. Perubahan rata-rata kontur dasar laut pada Rencana Awal sebesar 0.089 m, untuk Alternatif I sebesar 0.077 m,
untuk Alternatif II sebesar 0.097 m, dan pada Alternatif III sebesar 0.082 m. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa untuk Alternatif I penyebaran sedimen rata-rata yang terjadi
adalah yang paling sedikit, sehingga sesuai untuk pengembangan pelabuhan.
Kata kunci: pengembangan pelabuhan, sms versi 6.0, alternatif pengembangan

1. PENDAHULUAN
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan
terbesar kedua di Indonesia yang sangat strategis dalam mendukung transportasi laut dari
dan ke wilayah bagian timur Indonesia. Dengan
semakin meningkatnya kegiatan di Pelabuhan
Tanjung perak, maka sudah saatnya digagas pengembangan dengan menambah lahan terutama
terminal peti kemas. Pada sisi lain lahan pelabuhan sangat terbatas, sehingga pengembangan
pelabuhan dapat dilakukan di areal perairan sekitar muara Kali Lamong seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.
Kajian yang pernah dilakukan di daerah studi di
antaranya adalah studi AMDAL oleh PSL-ITS
(Pudjiastuti, 2001). Studi ini tidak menekankan
bagaimana pola sedimentasi yang terjadi bila
dilakukan pengembangan pelabuhan, tetapi
hanya ditekankan pada perubahan dan dampak
lingkungan. Penelitian yang lain dilakukan oleh
Purwadi (1996) tentang alur pelayaran di selat

Madura. Studi mengenai sedimentasi di muara


Kali Lamong dalam kaitannya dengan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak belum pernah
dilakukan.
Apabila dilakukan pengembangan terhadap Pelabuhan Tanjung Perak, maka perlu ada analisa
proses fisik perairan yang akan terjadi untuk
mengantisipasi agar pengembangan tidak membawa dampak yang merugikan bagi wilayah
sekitarnya. Makalah ini mengungkapkan hasil
penelitian tentang simulasi dan analisa pola
sedimentasi di perairan Kali Lamong bila
dilakukan pengembangan dengan berbagai
bentuk layout pengembangan. Dalam makalah
ini disajikan hasil pemodelan pola sedimentasi
yang terjadi di sekitar wilayah Kali Lamong
dengan program SMS (Surface-water Modeling
System), serta disajikan pula bentuk skenario
reklamasi pengembangan Pelabuhan Tanjung
Perak yang paling sedikit menimbulkan sedimentasi di sekitar Kali Lamong. Makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat .....................(Wahyudi)

masukan bagi instansi terkait dalam pengembangan pelabuhan Tanjung Perak.

75

kuat untuk membawa material sedimen dalam


jumlah yang cukup besar.

2.2 Sedimentasi
Properti sedimen merupakan faktor penting dalam proses erosi dan sedimentasi, antara lain ukuran partikel dan distribusi butir, rapat massa,
bentuk, kecepatan endap, dan tahanan terhadap
erosi. Kecepatan endap material tak kohesif seperti pasir dipengaruhi oleh rapat massa dan air,
viskositas air, dimensi dan bentuk partikel. Sedangkan untuk sedimen kohesif, kecepatan endap dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen suspensi, salinitas, dan diameter partikel. Di daerah
pantai, gerakan air dapat terjadi karena adanya
kombinasi dari gelombang dan arus. Gelombang berperan untuk mengaduk dan melepaskan
material di dasar laut, sementara arus memindahkan material sedimen ke tempat lain.
Gambar 1. Lokasi daerah studi

2. DASAR TEORI
2.1 Pasang Surut
Wilayah pelabuhan Tanjung Perak berada di
perairan selat di antara pantai Surabaya-Gresik
dan pantai barat Bangkalan, secara geografis
merupakan teluk dan selat yang terlindung dari
angin dan gelombang dari laut lepas (Gambar
1). Seperti wilayah pantai pada umumnya, di
daerah ini selalu terjadi interaksi antar elemen
dalam sistem pantai. Karena lokasi daerah studi
yang terlindung dari gelombang, maka proses
pantai yang dominan adalah proses yang dipengaruhi pasang surut.
Penyebab utama pola arus dan gerakan sedimen
di daerah pantai tertutup seperti daerah studi adalah fluktuasi muka air laut karena pasang surut. Arus pasang surut juga efektif bila bekerja
di daerah muara, mulut teluk atau selat yang terlindung dari gelombang (Komar, 1976). Pasang
surut mempengaruhi elevasi tinggi gelombang
yang membawa material sedimen dari dan menuju kearah pantai. Selain itu pasang surut juga
berpengaruh pada kecepatan dan arah arus.
Arus yang ditimbulkan oleh pasang surut cukup

Transpor sedimen merupakan perpindahan material sedimen dari suatu tempat tertentu ke tempat lainnya. Perpindahan ini berupa penambahan (inflow) atau pengurangan material (outflow).
Jika outflow lebih banyak daripada inflow maka
akan terjadi erosi dan sebaliknya jika out flow
lebih sedikit dibandingkan dengan in flow maka
terjadi proses akresi. Selanjutnya transpor sedimen terjadi dalam tiga tahapan, yaitu teraduknya material kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi atau lepasnya material nonkohesif dari
dasar laut, perpindahan material secara horisontal serta pengendapan.

2.3 Pemodelan dengan Software SMS


2.3.1 Analisa Pola Arus
Analisa pola arus diperlukan dalam perhitungan
besarnya sedimen yang terjadi di pantai. Dalam
studi ini dipakai software yang dibuat oleh King
and Norton dalam Resource Management Assosiates (RMA) dan Waterway Experiment Station (WES) Coastal and Hydroulic Laboratory
Brigham Young University. RMA2 WES (SMS,
2000) melakukan analisa pola arus dan kecepatannya dalam dua dimensi, yang menggunakan
persamaan seperti di bawah ini.

76

Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 8, No.2, Juli 2004: 74-85

u
u
u h
2u
2v
+ hu
+ hv
Exx 2 + Exy 2
t
x
y p
x
y
2
1/ 2
gun
a h
+ gh + +
u 2 + v2
1/ 6 2

x
x
(
1
.
486
h
)

laku kecepatan dan arah dari fluida. Tegangan


dasar geser dirumuskan:

.Va2 cos 2hv sin = 0

dengan,

(1)

u
u
u h
2u
2v
+ hu
+ hv
E yx 2 + E yy 2
t
x
y p
x
y

a h
gun 2
+ gh + +
u2 + v2
1/ 6 2
y y (1.486 h )
.Va2 cos 2hv sin = 0

1/ 2

(2)
(3)

dengan,
h
: kedalaman air
u,v
: kecepatan pada koordinat kartesius
x,y,t
: koordinat kartesius dan waktu

: densitas fluida
E
: koeffisien viskositas Eddy
xx
: untuk arah x
yy
: untuk arah y
xy, yx : geser untuk arah setiap permukaan
g
: kecepatan gravitasi
a
: elevasi dasar
n
: koefisien kekasaran Manning
1,46
: konversi dari satuan SI ke non SI

: koefisien tegangan geser angin


Va
: kecepatan angin
: arah angin

:
sudut rotasi bumi

: garis lintang bumi

f (t) = f(to) + a.t + b.t

(5)

: tegangan geser
: densitas fluida
: kecepatan gravitasi
: radius hidrolik
: kemiringan

Tegangan geser dihitung dengan persamaan


Manning jika masukan nilai kekasaran < 3.0,
dan jika berlebih maka dipakai persamaan
Chezy. Umumnya, dipilih koefisien Manning
(n) dan nilai kekasaran ini dapat ditambahkan
dalam global mesh sebagai tipe material, atau
tingkat elemen. Persamaan Manning untuk
aliran uniform adalah:

V = 1,49*

R 2 / 3 S 1/ 2
n

(6)

Notasi V adalah kecepatan, dan n merupakan


nilai
Manning.
Dengan
menyelesaikan
persamaan Manning untuk S dan disubtitusikan
maka diperoleh persamaan untuk tegangan
geser dasar yaitu:
2

2
n V
1/ 3
1.49 R

= g

(7)

Dengan menyelesaikan R (radius) dan mensubtitusikan, maka diperoleh persamaan baru seperti pers. (8) dan (9) berikut ini.

Persamaan tersebut dapat diselesaikan melalui


metode elemen hingga dengan menggunakan
Galerkin Method. Variable waktu diasumsikan
untuk bermacam-macam waktu untuk setiap
langkah dalam bentuk:
2

g
R
S

u v
h
u
h
+ h
+ + u
+v
=0
t
x
y
x y

= gRS

2
2
n u u +v

h1 / 3
1.49
2

x = g

(8)

2
2
n u u +v

h1 / 3
1.49

y = g

(4)

(9)

to t < to+ t, variabel a, b, dan c konstan.

Bersarnya turbulensi dihitung dengan persamaan berikut:

Salah satu masalah utama yang diperiksa oleh


RMA2 adalah kekasaran dasar. Perubahan gesekan dasar menyebabkan perubahan pada peri-

E xx

y
2 y u ' v'
=

+
x 2
x 2 x x

(10)

77

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat .....................(Wahyudi)

u*

dengan,

u,v

: molecular viscosity
: turbulensi yang terjadi sesaat, dalam
kecepatan sesaat

Analisa pola sedimentasi diperlukan untuk mengetahui tingkat sedimentasi pada suatu pantai
dan pola penyebarannya. Berdasarkan hasil analisa ini, bisa diketahui tingkat keamanan sebuah
struktur yang dibangun untuk penanggulangan
adanya sedimentasi. Analisa sedimentasi dilakukan dengan software SED2D-WES version
4.3. Persamaan dasar yang dipakai adalah seperti di bawah ini.

a. Persamaan Convection-Diffusion

(11)

dengan,
C
: konsentrasi, kg/m3
U
: kecepatan aliran pada arah x, m/det
X
: arah aliran utama, m
V
: Kecepatan aliran pada arah y, m/detik
Y
: arah tegak lurus terhadap x, m
Dx
: koefisien difusi efektif pada arah x,
m2/detik
Dy
: koefisien difusi efektif pada arah y,
m2/detik
1
: koefisien untuk bentuk dasar, 1/detik

: konsentrasi equilibrium dari bagian


bentuk dasar kg/m3/detik

b. Tegangan Geser Dasar


Beberapa persamaan bisa dipakai untuk menghitung tegangan dasar geser antara lain:

b = (u* )2
dengan,

: densitas air,

(12)

g .u.n
CMED 1 / 6

(13)

dengan,
g
: kecepatan gravitasi
n
: nilai kekasaran Manning
CMED : koeffisien (1.0 untuk satuan metric dan
1,486 untuk satuan British).

d. Persamaan Jonsson, persamaan untuk


tegangan geser permukaan yang disebabkan
oleh gelombang dan arus:
u* =

C
C
C

C
+u
+v
=
Dx

t
x
y x
x


C
+ 1C + 2
+ D y
y
y

c. Persamaan Tegangan Geser Manning


u* =

2.3.2 Analisa Pola Sedimentasi

: shear velocity.

u
1 f w u om + f c u
u + om

f w u om
2
2

(14)

dengan,
uom
: kecepatan maksimum gelombang
fc
: koeffisien tegangan
CMED : koeffisien (1.0 untuk satuan metric dan
1,486 untuk satuan British).

3. METODOLOGI
Pemodelan pola arus dan sedimentasi dalam
studi ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengumpulan data, analisa data dan pemodelan
yang menggunakan software SMS versi 6.0.
Data yang digunakan meliputi peta topografi
dan batimetri, dat pasang surut, data tanah, dan
debit sungai yang bermuara di lokasi studi.
Pengolahan data meliputi penentuan kondisi batas model, penggambaran peta topografi, penentuan kondisi lingkungan model seperti ketinggian dan gerakan pasang surut, debit air sungai
dan data tanah, serta pembuatan bentuk skenario dari rencana pengembangan pelabuhan Tanjung Perak.
Analisa hasil pemodelan pola arus dilakukan
dengan dua cara, berdasarkan output data secara
numerik dan animasi output data. Pola arus ini
selanjutnya digunakan sebagai input untuk analisa pemodelan pola sedimentasi. Hasil pemo-

78

Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 8, No.2, Juli 2004: 74-85

delan pola sedimen juga ada dua cara, yaitu secara numerik maupun output gambar animasi.
Pemodelan pola sedimen memberikan gambaran adanya endapan yang terbawa oleh sungai.

erosi pantai itu sendiri, selain itu proses sedimentasi juga bisa diakibatkan karena adanya
material yang terbawa oleh arus dari laut dalam.
Kondisi umum dari sungai yang bermuara di
sekitar teluk Lamong ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data sungai

4. ANALISA DATA
Nama
Sungai

4.1 Batimetri
Data batimetri yang digunakan dalam studi ini
adalah Peta Hidral Dinas Hidro-oseanografi
TNI-AL dan dokumentasi yang dimiliki oleh PT
Pelabuhan Indonesia III. Dari peta tersebut dapat diketahui kedalaman rata-rata dari selat Madura adalah 10 m.

4.2 Pasang Surut


Data pasang surut untuk penelitian ini diperoleh
dari laporan pengukuran selama 15 hari berturut-turut dengan interval waktu 1 jam. Data diperoleh dari data Dinas Hydro-oseanografi TNI
AL, untuk bulan Januari tahun 2003. Gerakan
pasang surut diramalkan terhadap suatu muka
surutan yang letaknya 1.5 m di bawah DT, serta
pengamatan dilakukan di daerah sekitar pelabuhan Surabaya. Konstanta pasang surut hasil
perhitungan dengan metode Admiralty disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Konstanta pasang surut metode Admiralty
Komponen
Pasut
Amplitudo
Fase

M2

S2

N2

K2

K1

O1

P1

M4

Z0

44

26

47

28

14

60

31

20

49

18

50

91

47

Data pasang surut ini digunakan sebagai input


boundary condition SMS untuk mendapatkan
pola arus maupun pola sedimen. Data pasang
surut ini dianalisa dan diurutkan menggunakan
fasilitas Ms Excel dan merubah file *. xls
menjadi file yang berekstensi *.xys. Dari data
pasang surut didapatkan 360 time step.

4.3 Kondisi Sungai


Sungai berpengaruh terhadap proses sedimentasi yang terjadi. Sedimentasi bisa berasal dari
material yang terbawa dari daratan maupun dari

Luas
DAS
(km2)

Kedalaman
Sungai
(m)

Slope
Dasar
Sungai

Luas
Penampang
Sungai
(m2)

Elevasi
Muka
Air
Rata2
(m)

Debit
(m3/det)

0,38

Anak

1.985

0.48

0.001

2.07

0.48

Greges

5.765

1.21

0.005

4.77

1.21

1,5

Manukan

5.33

0.68

0.007

2.21

0.68

1,67

Branjangan

2.63

0.74

0.006

2.63

0.74

0,46

Semimi

7.64

0.84

0.008

8.01

0.84

1,83

Lamong

209

2.4

0.005

174.2

2.4

42,03

Debit sungai diperlukan sebagai input boundary condition SMS untuk mendapatkan pola arus
maupun pola sedimen. Data debit sungai ini di
diurutkan menggunakan fasilitas Ms Excel dan
merubah file *.xls menjadi file yang berekstensi
*.xys. Data debit sungai dalam hal ini diambil
sampai time step 360 atau 15 hari pengukuran
menyamakan jumlah time step yang diambil dalam data pasang surut.

5. PEMODELAN DENGAN SMS 6.0


5.1 Pemodelan Kontur Dasar Laut
Langkah pertama pembuatan kontur dasar laut
adalah membuat titik-titik atau node sesuai dengan gambar dari peta batimetri yang sudah di
import ke dalam SMS dengan file Dxf. Kemudian dibuat peta gambar yang akan dipakai dalam simulasi dengan cara menghubungkan titiktitik sesuai dengan peta yang akan dimodelkan.
Setelah didapatkan model kontur dasar laut, kemudian dilakukan penginputan data pasang surut dan debit sungai. Dengan mengambil data
pengukuran selama 15 hari pengukuran atau selama 360 jam. Grafik pasut dalam SMS ditunjukkan pada Gambar 2.
Pasang surut digunakan sebagai head (elevasi
muka air) dan debit sungai sebagai flow. Data
flow yang di masukkan ke dalam model adalah
data sungai-sungai yang bermuara di teluk Lamong yaitu Kali Lamong, Kali Branjangan, Kali
Semini, Kali Krambangan, Kali Manukan, dan
Kali Anak.

79

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat .....................(Wahyudi)

Gambar 2. Grafik pasang-surut dalam SMS

Setelah pembuatan node dan peta modul dilanjutkan dengan membuat kontur dasar dengan
cara menggabungkan setiap node menjadi garisgaris pada SMS dan akan didapat pola kontur
kedalaman dari Selat Madura (Gambar 3).

Gambar 4. Rencana awal pengembangan Pelabuhan


Tanjung Perak, Surabaya

Gambar 5. Kondisi pasang surut

Gambar 3. Kontur kedalaman selat Madura

Dalam studi ini dibuat model simulasi dari beberapa rencana bentuk pengembangan pelabuhan. Rencana awal layout pelabuhan berdasarkan
PT. PELINDO III, ditunjukkan pada Gambar 4.

5.2 Pemodelan Pola Arus dan Pola Sedimen


Berdasarkan data pasang surut diperoleh bahwa
pasang tertinggi (HWL) terjadi pada time step
191, pasut rerata (MSL) pada time step 47 dan
surut terendah (LWL) pada time step 175
(Gambar 5).
Setelah proses input data dan pemasangan kondisi batas selesai tanpa ada kesalahan, kemudian
dilakukan proses running. Dengan menggunakan modul RMA2 didapatkan pola arus. Pola arus digambarkan dalam bentuk vektor arah arus
yang berupa anak panah serta perbedaan warna
yang merupakan perbedaan kecepatan arus, dalam bentuk flow trace (jejak) arus (Gambar 6).

Gambar 6. Pola arus dalam bentuk flow trace

Pemodelan sedimentasi menggunakan modul


SED2D dilakukan bila proses pemodelan pola
arus telah selesai tanpa kesalahan. Dari pemodelan ini didapatkan model konsentrasi sedimen
dan perubahan kontur dasar laut.

5.2.1 Pola Arus dan Sedimen Rencana


Awal
Pada pemodelan pola arus diambil sampel (titik
A, B, dan C) yang dianggap mewakili daerah
sekitarnya (Gambar 7). Contoh hasil simulasi
pemodelan arus untuk kondisi Rencana Awal,
disajikan pada kondisi MSL (pada timestep 47)

80

Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 8, No.2, Juli 2004: 74-85

pada Gambar 8. Sedangkan hasil simulasi sedimen disajikan pada Gambar 9.

yang paling besar terjadi di sekitar muara sungai, karena interval warna terlihat sangat banyak, karena muara sungai adalah pembawa
material sedimen yang paling besar. Penyebaran
konsentrasi sedimen di lokasi (A) adalah 0.10
kg/m3 - 0.26 kg/m3, di lokasi (B) adalah 0.13
kg/m3 - 0.20 kg/m3, di sekitar muara sungai lokasi (C) adalah 0.30 kg/m3 - 0.88 kg/m3.

5.2.2 Pola Arus dan Sedimen Alternatif I

Gambar 7. Lokasi pengambilan sampel master plan

Pada Pengembangan dengan Alternatif I bentuk


model tetap seperti pada Rencana Awal, tetapi
jarak (kanal) yang terdapat pada reklamasi 1
dan 2 di tiadakan (Gambar 10). Hal itu
dilakukan untuk melihat apakah sedimen yang
terjadi di sekitar kolam labuh dapat dikurangi.
Contoh hasil pemodelan arus dan sedimentasi
untuk Pengembangan Alternatif I disajikan pada
Gambar 11 dan 12.

Gambar 8. Pola arus hasil simulasi untuk Pengembangan Rencana Awal pada timestep 47.

Gambar 8 menunjukkann bagaimana pola arus


dan kecepatannya di sekitar rencana reklamasi
pada timestep 47. Kecepatan arus di sekitar
lokasi A adalah 0.115 m/s - 0.164 m/s, di sekitar
lokasi B adalah 0.002 m/s - 0.034 m/s, dan di
sekitar muara sungai (C) 0.002 m/s - 0.051 m/s.

Gambar 10. Lokasi pengambilan sampel Alternatif I

Gambar 11. Pola arus hasil simulasi pada time step


47 untuk Alternatif I
Gambar 9. Pola penyebaran konsentrasi sedimen
pada time step 47

Gambar 9 menunjukkan pola penyebaran sedimen yang terjadi, dapat dilihat bahwa sedimen

Gambar 12 menunjukkan penyebaran konsentrasi sedimen di sekitar lokasi A sebesar (0.00 0.13) kg/m3, di sekitar lokasi B (0.00 - 0.13)
kg/m3, dan di sekitar muara sungai (C) (0.30 0.88) kg/m3.

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat .....................(Wahyudi)

5.2.3 Pola Arus dan Sedimen Alternatif II


Pengembangan dengan Alternatif II dilakukan
reklamasi seperti ditunjukkan pada Gambar 13.
Contoh hasil pemodelan arus dan sedimentasi
untuk Pengembangan Alternatif II disajikan
pada Gambar 14 dan 15.

Gambar 12. Pola penyebaran konsentrasi sedimen


pada time step 47 (jam ke 47)

81

kitar C (0.002 - 0.051) m/s. Sedangkan penyebaran konsentrasi sedimen ditunjukkan pada
Gambar 15. Konsentrasi sedimen di sekitar lokasi A adalah (0.01 - 0.13) kg/m3, di sekitar B
(0.13 - 0.20) kg/m3, dan di sekitar lokasi C adalah (0.30 - 0.88) kg/m3.

Gambar 15. Pola penyebaran konsentrasi sedimen


pada time step 47 untuk Pengembangan
Alternatif II

5.2.4 Pola Arus dan Sedimen Pada Alternatif III

Gambar 13. Lokasi pengambilan sampel pada


Alternatif II

Gambar 14. Pola arus hasil simulasi pada time step


47 untuk model Alternatif II

Pada Gambar 14 ditunjukkan simulasi kecepatan arus di sekitar lokasi A adalah (0.115-0.164)
m/s, di sekitar B (0.018 - 0.115) m/s, dan di se-

Pada Pengembangan Alternatif III dilakukan reklamasi dengan model seperti ditunjukkan pada
Gambar 16. Sedangkan contoh hasil pemodelan
arus dan sedimentasi untuk Pengembangan dengan Alternatif III disajikan pada Gambar 17
dan 18, yang masing-masing diambil pada time
step 47.

Gambar 16. Lokasi pengambilan sampel model Pengembangan Alternatif III

Pada Gambar 17 ditunjukkan simulasi kecepatan arus di sekitar lokasi A adalah sebesar (0.068
- 0.118) m/s, di sekitar B (0.019 - 0.051) m/s,
dan di sekitar C (0.002 - 0.051) m/s. Sedangkan

82

Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 8, No.2, Juli 2004: 74-85

penyebaran konsentrasi sedimen ditunjukkan


pada Gambar 18. Konsentrasi sedimen di sekitar lokasi A adalah (0.01 - 0.18) kg/m3, di sekitar B (0.01 - 0.09) kg/m3, dan di sekitar lokasi C
adalah (0.26 - 0.75) kg/m3.

Perubahan kontur dasar laut akibat rencana pengembangan pelabuhan pada Rencana Awal dapat diketahui dalam Tabel 4. Perubahan kontur
dasar laut ini diperoleh setelah running program
SED2D selesai tanpa ada error. Perubahan kontur dasar laut tersebut adalah hasil running SMS
setelah 360 time step atau 15 hari.
Tabel 3. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut pada rencana awal
Lokasi
Analisa di
Sungai

Gambar 17. Pola arus hasil simulasi pada time step


47 untuk Pengembangan Alternatif III

Sediment Consentration
(kg/m3)
Node
ID

Kondisi
HWL

MSL

LWL

Lamong

1133

0.2020

0.2020

0.2020

Semini

2798

0.1638

0.1638

0.1638

Branjangan

3821

0.1333

0.1333

0.1333

Manukan

4661

0.1514

0.1514

0.1514

Krambangan

5326

0.1647

0.1648

0.1649

Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

4142

0.0619

0.0619

0.0619

5061

0.0073

0.0073

0.0073

2784

0.0030

0.0030

0.0030

Tabel 4. Perubahan kontur dasar laut pada Rencana


Awal saat kondisi awal dan akhir

Gambar 18. Pola penyebaran konsentrasi sedimen


pada time step 47 untuk Pengembangan
Alternatif III

5.3 Pemodelan Perubahan Kontur Dasar


Laut
5.3.1 Perubahan Kontur Dasar Laut pada Pengembangan Rencana Awal
Penyebaran konsentrasi sedimen yang terjadi akibat dari pengembangan pelabuhan pada Rencana Awal ditunjukkan pada Tabel 3, dengan
tiap-tiap lokasi sampel mewakili daerah di sekitarnya. Penomeran atau node yang tercantum
pada Tabel 3 adalah titik yang diambil pada tiap-tiap lokasi.

Lokasi
Analisa di
Sungai

Node
ID

Lamong
Semini

Bed Change (m)

1133

Awal
(TS=0)
0

Akhir
(TS=360)
0.204104512

2798

0.106987409

Branjangan

3821

0.055760774

Manukan

4661

0.061784863

.Krambangan

5326

0.195746824

Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

4142

0.036586694

5061

0.023574437

2784

0.030733644

5.3.2 Perubahan Kontur Dasar Laut pada Pengembangan Alternatif I


Pada Alternatif I terlihat perbedaan konsentrasi
sedimen dengan Rencana Awal, serta terdapat
juga perbedaan node. Hal ini dikarenakan urutan penomerannya yang berbeda tetapi lokasi
dan tempat diambilnya sampel random adalah
sama dengan Rencana Awal. Konsentrasi sedi-

83

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat .....................(Wahyudi)

men akibat rencana pengembangan pelabuhan


pada Alternatif I disajikan pada Tabel 5, sedangkan perubahan kontur dasar laut yang terjadi pada Alternatif I disajikan dalam Tabel 6,
di mana tiap-tiap lokasi mempunyai nilai perubahan kontur yang terjadi dalam 15 hari.
Tabel 5. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi
pasang surut dari Alternatif I
Lokasi
Analisa di
sungai

Sediment
Consentration (kg/m3)
Node
ID

Kondisi
HWL

MSL

LWL

Perubahan kontur dasar laut yang terjadi pada


Alternatif II disajikan dalam Tabel 8, dengan
tiap-tiap lokasi mempunyai nilai perubahan
kontur yang terjadi dalam 15 hari atau 360 time
step.
Tabel 7. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut dari Alternatif II
Lokasi
Analisa di
Sungai

Sediment Consentration
(kg/m3)
Node
ID

Kondisi
HWL

MSL

LWL

Lamong

1115

0.1944

0.19442

0.1944

Lamong

1276

0.1826

0.1828

0.1826

Semini

2551

0.1565

0.15647

0.1565

Semini

2676

0.1650

0.1650

0.1650

Branjangan

3595

0.1293

0.12932

0.1293

Branjangan

3903

0.1353

0.1353

0.1353

Manukan

4251

0.1546

0.15455

0.1546

Manukan

4444

0.1503

0.1503

0.1503

Krambangan

5144

0.1633

0.16332

0.1633

Krambangan

5043

0.1697

0.1697

0.1697

Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

3943

0.0613

0.06127

0.0613

4348

0.0575

0.0575

0.0575

4937

0.0015

0.00148

0.0015

3146

0.0085

0.0085

0.0085

2376

0.0030

0.00298

0.0030

Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

3118

0.0042

0.0042

0.0042

Tabel 6. Perubahan kontur dasar laut Alternatif I


pada kondisi awal dan akhir
Lokasi
Analisa di
Sungai

Node
ID

Lamong
Semini
Branjangan
Manukan
.Krambangan
Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

Bed Change (m)

Tabel 8. Perubahan kontur dasar laut pada kondisi


awal dan kondisi akhir dari Alternatif II
Lokasi
Analisa di
Sungai

Node
ID

Lamong

Bed Change (m)

1276

Awal
(TS=0)
0

Akhir
(TS=360)
0.261884212
0.100966297

1115

Awal
(TS=0)
0

Akhir
(TS=360)
0.186187133

2551

0.075281076

Semini

2676

3595

0.047775525

Branjangan

3903

0.058052990

4444

0.061060611

4251

0.050541620

Manukan

5144

0.181168526

.Krambangan

5043

0.193783074

Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

4348

0.034984756

3146

0.025781530

3118

0.035484604

3943

0.030069962

4937

0.011643613

2376

0.030135095

5.3.3 Perubahan Kontur Dasar Laut pada Pengembangan Alternatif II


Ada perbedaan konsentrasi sedimen pada Alternatif II dan Rencana Awal, serta terdapat juga
perbedaan node. Hal ini dikarenakan perbedaan
bentuk dengan Rencana Awal. Konsentrasi sedimen akibat rencana pengembangan pelabuhan
Alternatif II disajikan pada Tabel 7.

5.3.3 Perubahan Kontur Dasar Laut pada Pengembangan Alternatif III


Penyebaran konsentrasi sedimen akibat pengembangan pelabuhan dengan Alternatif III disajikan pada Tabel 9. Sedangkan perubahan
rata-rata kontur dasar laut akibat pengembangan
dengan Alternatif III disajikan pada Tabel 10.
Penyebaran konsentrasi sedimen pada Tabel 9
terlihat bahwa, transpor sedimen terbesar bera-

84

Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 8, No.2, Juli 2004: 74-85

sal dari sungai yang mengalir ke muara dan


akhirnya diendapkan di laut.
Tabel 9. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut (Alternatif III)
Lokasi
Analisa di
Sungai

Node
ID

Sediment
Consentration (kg/m3)
Kondisi
HWL

MSL

LWL

Lamong

1298

0.1914

0.1914

0.1913

Semini

2957

0.1630

0.1629

0.1629

Branjangan

3721

0.1267

0.1267

0.1267

Manukan

4363

0.1561

0.1561

0.1561

Krambangan

5100

0.1596

0.1596

Anak
Pelabuhan
Penumpang
Pelabuhan
Peti Kemas

4477

0.0619

4217
3199

Node
ID

Lamong

Tabel 11. Penyebaran konsentrasi sedimen pada setiap model untuk setiap kondisi pasang
surut.
Model

HWL
(kg/m3)

MSL
(kg/m3)

LWL
(kg/m3)

0.1596

Rencana
Awal

0.110932

0.110960

0.110957

0.0619

0.0619

Alternatif I

0.107978

0.107978

0.107978

0.0042

0.0042

0.0042

0.109140

0.1091428

0.109141

0.0023

0.0023

0.0023

Alternatif
II
Alternatif
III

0.108170

0.108172

0.108170

Tabel 10. Perubahan kontur dasar laut pada kondisi


awal dan akhir (Alternatif III)
Lokasi
Analisa di
Sungai

Berdasarkan Tabel 11 dan 12, diketahui bahwa


penyebaran sedimen rata-rata yang terjadi setelah 360 time step bernilai paling kecil terdapat
pada Alternatif I. Penyebaran sedimen pada Alternatif I pada semua kondisi pasang surut
mempunyai nilai yang paling kecil. Demikian
pula untuk perubahan kontur dasar laut, perubahan terkecil terjadi pada Alternatif I.

Bed Change (m)

Tabel 12. Perubahan kontur pada tiap-tiap model


Model

Bed Change (m)

Rencana
Awal

0.08940989

0.191453

0.088100

Alternatif I

0.07660031

3721

0.056763

Alternatif II

0.09649975

Manukan

4363

0.062467

Alternatif III

0.08268446

.Krambangan

5100

0.185501

Anak

4477

0.037702

Pelabuhan
Penumpang

4217

0.017514

Pelabuhan
Peti Kemas

3199

0.021979

Awal
TS=0

Akhir
TS=360

1298

Semini

2957

Branjangan

5.4 Perbandingan Hasil Pemodelan dari


Pengembangan Rencana Awal dan ke
Tiga Alternatif
Perbandingan hasil proses sedimentasi yang
terjadi akibat pengembangan pelabuhan di Teluk Kali Lamong dapat dilihat pada Tabel 11
dan 12. Tabel 11 menyajikan perbedaan penyebaran sedimen yang terjadi pada tiap-tiap model. Sedangkan perubahan rata-rata kontur dasar
laut yang terjadi pada tiap-tiap model dirangkum dalam Tabel 12.

5.5 Verifikasi Hasil Simulasi


Hasil pengukuran elevasi muka air pasang surut
secara langsung untuk verifikasi model diambil
pada lokasi pengamatan pasang surut yang tidak
digunakan sebagai kondisi batas, yaitu lokasi
pengukuran Tanjungan. Hasil perbandingan antara pengukuran pasang surut secara langsung di
Tanjungan dengan hasil simulasi disajikan pada
Gambar 19.
Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa elevasi
muka air pasang surut hasil simulasi memberikan hasil yang bagus, sehingga diasumsikan
bahwa validitas parameter-parameter model
kontrol serta referensi kondisi batas pasang surut yang diaplikasikan telah mendekati kebenaran sesuai kondisi lapangan.

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat .....................(Wahyudi)

Tanjungan

Elevasi Muka Air (m LWS)

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
0

25

50

75

100

125

150

175

200

225

250

275

300

325

350

jam kepasut pengamatan

pasut simulasi

Gambar 19. Kalibrasi terhadap data pasang surut

6. KESIMPULAN
Penyebaran konsentrasi rata-rata sedimen yang
terjadi pada Rencana Awal Pengembangan sebesar 0.11096 kg/m3; Alternatif I sebesar
0.10798 kg/m3; Alternatif II sebesar 0.10914
kg/m3 dan Alternatif II sebesar 0.10817 kg/m3.
Bentuk sekenario reklamasi pengembangan pelabuhan Tanjung Perak yang paling sedikit menimbulkan sedimentasi di sekitar wilayah KaliLamong adalah Alternatif I.

DAFTAR ACUAN
Buana, C. (2003), Simulasi Hidrodinamis Perairan Terhadap Beberapa Alternatif Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak di
Muara Sungai Kali Lamong, Master Tesis, Program Pasca Sarjana Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya.
Coastal Engineering Research Center, (1984),
Shore Protection Manual; Volume 1 and

85

2, U.S. Army Corps of Engineers, U.S.


Government Printing Office, New York.
Horikawa, K. (1988), Nearshore Dynamics
and Coastal Processes, University of
Tokyo Press.
Horikawa, K. (1998), Coastal Engineering, An
Introduction to Ocean Engineering, University of Tokyo Press.
Koestalam, P. (2001), Kajian Teknis Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat-ITS, Surabaya.
Komar, P.D. (1984), CRC Handbook of Coastal Processes and Erosion, CRC, Florida.
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III (2000),
Masterplan Pelabuhan Tanjung Perak,
PT. Pelabuhan Indonesia III, Surabaya.
Pudjiastuti, L. (2001), Studi Amdal Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak di
Muara Kali Lamong dan Teluk Lamong,
Lembaga Penelitian-ITS, Surabaya.
Purwadi, D. (1996), Pra Studi Kelayakan (Prefeasibility Study) Pengembangan Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Arah Barat
Sampai Dengan Pelabuhan Gresik, Lembaga Pengabdian kepada MasyarakatITS, Surabaya.
SMS (2000), Tutorial Version 7.0, Brigham
Young University Environmental Modeling Research Laboratory.
Triatmodjo, B. (1999), Teknik Pantai, Beta offset, Yogyakarta.
Users Guide To RMA2WES Version 4.5, US
Army, Engineering Research Development Center, Waterways Experiment Station, Coastal and Hydraulics Laboratory.

Anda mungkin juga menyukai