Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN PELAYANAN PASIEN

Latar belakang: Masalah perilaku kekerasan mer upakan mas alah kesehatan jiwa y ang ser ing di jumpai. Prinsip
menangani perilaku kekerasan ter dir i dari tiga strategi y aitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen
krisis.Berdasarkan survei y ang dilakukan peneliti lebih dari 90% pasien y ang datang dan dirawat di ruangan UPIP
memiliki masalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini ter masuk tinggi
sehingga memerlukan perhatian khusus adakah sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain y ang selama ini
dilakukan di ruangan dan adakah efek negatif y ang timbul mengingat lebih dari 90% pasien y ang masuk ke UPI P
mengalami prosedur restr ain.
Tuj uan: Menganalisa pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pas ien perilaku kekerasan y ang menjalani
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Metode: Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif analitik dengan pendekatan cr oss sectional Sampel
penelitian ini sebany ak 25 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil: Prosedur r estrain
yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP y ang telah ditetapkan oleh rumah sakit, diikat
dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan pr osedur restrain y ang dilakukan di UPIP secara umum tidak
memberikan ef ek samping pada pasien, telah memenuhi indikator pelepasan restrain, tidak mengalami kekambuhan
perilaku kekerasan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan restrain sebagian besar ber jumlah
lebih dar i 2 dengan melibatkan tenaga kesehatan perempuan dan tidak menimbulkan injuri sehinga terbukti efektif
dalam mengurangi perilaku kekerasan
Simpulan: Pelaksanaan prosedur tindakan r estrain pada pasien perilaku kekerasan y ang di Unit Perawatan Intensif
Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terbukti ef ektif dalam mngurangi perilaku keker asan.
Kata kunci: Perilaku keker asan, Restr ain, Unit Pelay anan Intensif Psikiatri
LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai.Berdasarkan data j umla h pasien pada
tahun 2010 di rumah sakit jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang dari total jumlah pasien gangguan jiwa ya i t u
sebanyak 3914 pasien, 39,2% (1534 pasi en) masuk dengan indikasi masalah perilaku kekerasan dan j umlah
ini menduduki peringkat terbesar kedua dalam masalah keperawatan ya ng di alami pasien. Masalah perilaku
kekerasan pasien hampir selalu t erjadi di ruang perawatan jiwa. Beberapa r iset menunjukkan bahwa perawat
jiwa sering mengalami kekerasan dari klien (Fight , 2002; Nijman, Foster, dan Bowers, 2007). Pada peneli t in ya ng
dilakukan oleh Eli t a, dkk (2011) mempero l eh hasil bahwa perilaku kekerasan yang t erbanyak dilakukan klien
dalam satu t ahun di RSJ Tampan adalah 84% kekerasan fisik pada di ri sendiri y ang meny ebabkan cedera ringan,
79% kemudian diikut i oleh ancaman fisik, 77% penghinaan dan 70% kekerasan verbal. Selain itu, dal am
penelit ian tersebut di ungkapkan bahwa 20% perawat mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius.
Prinsip-prinsip menangani perilakukekerasan t erdiri dari t i ga strategi yaituprevent if , antisipasi, dan pengekangan/
managemen krisis. Strategi pencegahanmeliput i di dalamnya y a itu self awarenessperawat, edukasi , managemen
marah, terapi kognit if, dan terapi kogni t if per ilaku.Sedangkan st rategi perilaku meliput i teknik komunikasi,
perubahan lingkungan,psikoedukasi keluarga, dan pemberian obat ant i psikoti k. Strategi yang ket i ga y a i tu
pengekangan meliput i t indakan manajemen kr i sis, pengikatan, dan pembatasan gerak (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan survei yang dilakukan penelit I di ruang UPIP RSJD Amino Gondohutomo Semarang lebih dari 90%
pasien yang dating dan di rawat di ruangan ini memiliki masalah perilaku kekerasan dan memperoleh t indakan
restrain dan seklusi . Angka ini termasuk t inggi Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang
Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tahun 2013.Kandar, Prabawati Setyo Pambudi 28
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
sehingga memer l ukan perhat i an khusus adakahsudah sesuaikah prosedur tindakan restrain yang selama ini
dilakukan di ruangan dan adakah efek negat if yang t imbul mengingat lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP
mengalami prosedur rest rain. At as dasar inilah peneli t i tergugah untuk menganalisa lebih jauh

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Di st ribusi Frekuensi Kesesuaian Prosedur
Restrain
Tabel 1 Dist ribusi frekuensi berdasarkan
Kesesuaia n Prosedur Restrain di UPIP 2013
prosedur t indakan restrain yang dilakukan di Prosedur restrain Frekuensi Persen
UPIP RSJD Aminogondohutomo Semarang. n=30 (%)
Sesuai 13 43,3
METODE PENELITIAN
Peneli t ian ini menggunakan konsep
deskript if analit ik dengan pendekatan cross
sect i onal , dimana fungsi deskriptif analit i k
adal ah metode peneli t ian yang menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa
adanya. Sehingga peneli t i an yang akan
dilakukan menggunaka n konsep deskript if
anali t ik dengan pendekatan cross sect ional
yang bertuj uan untuk memperoleh gambaran
mengenai pelaksanaan t indakan rest rain di Unit
Kurang sesuai 17 56,7
Jumlah 30 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa 56,7% atau
sebany ak 17 kali tindakan rest rain kurang
sesuai dengan prosedur y ang tel ah ada,
43,3% atau sebanyak 13 kali t indakan
restrain sudah sesuai dengan prosedur y ang
telah ditetapkan.
2. Di str ibusi Frekuensi Durasi Restrain
Tabel 2 Distribusi f rekuensi berdasarkan
Durasi Restrain di UPIP 2013
Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr.
Durasi Frekuensi Persen
Amino Gondohutomo Semarang.
Penelit ian ini dilaksanak an pada t anggal 6
Mei 1 Juni 2013 di Unit Pelayanan Intensif
Psi kiatri (UPIP) RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang dengan menggunakan
sampel sebanyak 25 pasien dengan
menggunakan teknik purposive sampling yai tu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria y ang
di t et apkan penelit i (Hidayat, 2008).
Instrumen yang digunakan dalam
peneli t ian ini adalah Lembar observasi , yaitu
daf tar pernyataan tert ulis mengenai prosedur
tindakan rest eain yang diisi o leh peneli t i.
Lembar observasi dalam penelit ian ini
menggunakan SOP mengenai pelaksanaan
rest rain n=30 (%)
jam 4 13,3
> 4 j am 26 86,7
Jumlah 30 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak

86,7% at au sebany ak 26 kali t indakan


restrain yang dilakukan, lama pasien diikat
> 4 jam, 13,3% atau sebanyak 4 kali
tindakan restrain yang dilakukan, lama
psien diikat j am.
3. Di stribusi Frekuensi Efek Samping Yang
Dit imbulkan Dari Tindakan Restrain
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Ef ek Samping Rest rain Di UPIP 2013
tindakan restrain di RSJD Dr. Amino
Ef ek samping Frekuensi Persen
Gondohutomo Semarang. Analisa data dalam
n=30 (%)
penelit ian ini dilakukan penghi tu ngan distribusi
f rekuensi dengan menggunakan rumus
di stribusi f rekuensi diant aranya mean, median,
variansi, standar deviasi .
Ti dak
terdapat ef ek
samping
Terdapat ef ek
samping
19 63,3
11 36,7
Jumlah 30 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak
63,3% atau sebany ak 19 kali t indakan
restrain yang dilakukan t idak menimbulkan
ef ek samping, 36,7% atau sebanyak 11 kali
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
29
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
t indakan restrain yang dilakukan
memberikan ef ek samping kepada pasien.
4. Di stribusi Frekuensi Indikasi Pelepasan
Tabel 6 Jumlah Perawat yang Terlibat
dal am Pelaksanaan Prosedur Restrain di
UPIP Semarang
Ikatan Jumlah Frekuensi Persen (%)
Tabel.4 Dist ribusi Frekuensi Berdasarkan Perawat n=30
Indikasi Pelepasan Rest rain Di UPIP 2013 >2 orang 28 93,3
Indikator
Frekuensi Persen 2orang 2 6,7
n=30 (%) Jumlah 30 100
Indikator tidak
tercapai
Indikator
5 16,7
25 83,3
Tabel 6 menunjukkan distribusi jumlah
perawat y ang t erlibat dalam pelaksanaan
tercapai
Jumlah 30 100
Tabel 4 Tabel menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien ya ng tel ah dilepas


dari rest rain berhasil memenuhi indikasi
pelepasan (indicato r tercapai) yai tu sebesar
83,3% (25 pasi en) dat i total 30 tindakan
restrain. Akan t et api masih t erdapat
sebanyak 16,7% (5 pasien) yang t elah
dilepas dar i i katan namun belum memenuhi
indikasi pelepasan restrain.
prosedur restrain. Tabel menunjukkan
bahwa sebagian besar pelaksaan prosedur
restrain di UPI Semarang melibatkan lebih
dari 2 orang perawat y aitu sebesar 93,3%
(28 prosedur restrain) dari to tal 30 t indakan
restrain.
7. Keterlibat an tenaga kesehatan perempuan
dal am pelaksanaan prosedur rest rain
Tabel 7 Keterlibat an Tenaga Kesehatan
Perempuan yang Terlibat dalam
Pel aksanaan Prosedur Restrain di UPIP
Semarang
5. Kekambuhan perilaku kekerasan akt if pada Tenaga Kesehatan Frekuensi Persen
pasien post-restrain
Tabel 5 Kekambuhan Per ilaku Kekerasan
Akt if pada Pasien Post-Restrain di UPIP
Semarang
n=30 (%)
Terdapat perawat
perempuan
30 100
Jumlah 30 100
Waktu
Frekuensi Persen (%)
n=30
Tabel 7 menunj ukkan distr ibusi ket erlibatan
1 hari 6
2 hari 3
>2 hari 2
20,0
10,0
6,7
tenaga kesehatan perempuan dalam
pel aksanaan prosedur restrain. Tabel
Tidak terjadi 19 63,3
Jumlah 30 100
Tabel 5 menunjukkan distribusi
kekambuhan perilaku kekerasan akt if pada
pasien post-restrain. Tabel menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien t idak
mengalami kekambuhan perilaku kekerasan
setel ah dilepas dari restrain yai tu sebesar
menunjukkan bahwa dari total 30 t indakan
rest rain yang ada di UPIP keseluruhan
prosedur melibatkan tenaga kesehatan
perempuan.
8. Kejadian injury pada tenaga kesehatan
selama pelaksanaan prosedur restrain

Tabel 8 Kejadian Injury pada Tenaga


Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan
Prosedur Restrain di UPIP Semarang
63,3% (19 pasi en) dari t ot al 30 t indakan
Tenaga Kesehatan Frekuensi Persen (%)
n=30
rest rain yang ada di UPIP. Akan t et api
masih terdapat pasien y ang mengalami
kekamb uhan dimana se bagian besar pasien
mengalami kekambuhan perilakuk
kekerasan setelah 2 hari dar i pelepasan
restrain.
6. Jumlah perawat y a ng terlibat dal am
pelaksanaan prosedur restrain
Terjadi injury 6 20
Tidakterjadi injury 24 80
Jumlah 30 100
Tabel 8 menunjukkan distribusi kejadian
injury pada tenaga kesehatan selama
pel aksanaan prosedur restrain. Tabel
menunjukkan bahwa dari 30 t indakan
rest rain secara gari s besar ti dak memiliki
ef ek samping bagi tenaga kesehat an yai tu
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
30
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
berupa injury akan tet api masih terdapat
sebagian kecil y aitu 20% (6 tindakan
rest rain) y ang mana perawat mengalami
injury.
B. PEMBAHASAN
1. Prosedur Restrain
Restrain, dalam psi kiat rik, secara umum
mengacu pada suatu bentuk ti ndakan
menggunakan t ali untuk mengekang atau
membatasi gerakan ekst remi tas individu
y a ng berperilaku di l uar kendali yang
bertu juan untuk memberikan keamanan
fisik dan psiko l ogis individu. Didalam
pelaksanaan prosedur ini di Rumah Saki t
tentuny a harus memiliki standar isasi demi
kode et i k dan legal da lam pelaksanaan
prosedur pada pasien. Dalam dunia
pel a y anan kesehatan standar tatacara at au
t ahapan yang dibakukan dan yang harus
dilalui untuk meny elesaikan suat u proses
kerja tertentu dikenal dengan ist ila h
standard operating procedure (SOP)
atau Standar Prosedur Operasional
(SPO) (Perry dan Potter (2005).
Set i ap Rumah Sakit past ilah
memiliki SPO guna mengatur
keseragaman dan menjamin mut u
pelayanan. Demikian haln y a RSDJ Dr.

Amino Gondohutomo Semarang. RS tel ah


menet apkan SPO terkai t tindakan rest rain
bagi pasien rawat inap di RS. Secara garis
besar, SPO rest rain y ang ada di ruangan
sudah sesuai dengan teori yang ada
maupun dengan SOP restrain yang ada di
negara-negara maju. Di ungkapkan o l eh
Australian Capital Territory (ACT)
(2011) int i dari SPO pelaksanaan restrain
pada pasien gangguan jiwa meliput i 13
poin yaitu emergency situations,
assessment of patient, alternatives to
restraint, f orms of restraint,
authorisation, communication,
application of restraint, monitoring, care
of the patient during restraint, evaluation
of use of restraint, emergency evacuation,
post restraint, dan patient/ family
concerns.
Secara gar is besar, antara SOP y ang
di t et apkan o l eh RSJD Dr. Amino
Gondohutomo, ACT, dan Idaho
Department of Correction memiliki
kesamaan dalam prosedur pelaksanaan.
Hal yang sediki t berbeda terletak pada
mo ni to ring pasien. Apa bila dalam SOP
yang di t etapkan o l eh ACT menetapkan
kegi at an mo ni to ring t ekanan darah, Heart
Rate (HR), dan suhu dilakukan set iap satu
jam, RSJD Amino Gondohutomo
menetapkan mo nito ring dtanda-tanda
vital , tanda-t anda cedera, nutrisi hidrasi,
sirkulasi , hygien eliminasi , dan st atus
fisik maupun psiko logi s dilakukan set iap
15-30 meni t.
Berbeda dengan kedua SOP
sebelumnya, Idaho Department of
Correction menetapkan wakt u observasi
yang berbeda dari set iap po in.
Berdasarkan SOP yang t elah ditetapkan,
mo ni to ring setiap 15 meni t meliput i
pemantauan hygiene, sirkulasi,
respi rato ri , akt i vi tas, status mental , dan
t anda-tanda per ilaku meluai diri sendi ri.
Moni to ring set iap sat u j am untuk
menawarkan cai ran atau keinginan ke
kamar mandi . Sedangkan setiap 2 jam
perawat melakukan lat ihan gerak pada
ekstremi tas dengan ROM. Sedangkan
pemant auan TTV dilakukan o l eh perawat
setiap 4 jam. Untuk pemantauan hari an,
hal y ang dilakukan adalah perawat
menawarkan at au membantu pasien unt uk
mandi/ bathing.
Dalam pelaksanaan prosedur rest rain,
hasil peneli t ian yang dilakukan peneli t i

menunjukkan bahwa pada dasarny a


pel aksanaan prosedur rest rain di Uni t
Pel ayanan Intensif Psikiatrik (UPIP)
RSJD Dr. Amino Gondhohutomo
sudahlah cukup baik dan sesuai dengan
SPO rest rain yang ada di RS y ai tu sebesar
43,3% (13 tindakan restrain) dari t ot al 30
t indakan restrain bagi pasien dengan
Perilaku Kekerasan (PK) akt if . Akan
tetapi , angka ini masih lebih rendah
apabila dibandingkan dengan jumlah
prosedur restrain di ruangan y ang kurang
sesuai dengan SPO yang ada yaitu sebesar
56,7% (17 tindakan restrain). Hal ini
membukt i kan bahwa pelaksanaan
prosedur restrain di ruangan belumlah
maksimal.
Berdasarkan hasil observasi y ang
dilakukan, dari keseluruhan poin prosedur
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
31
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
t indakan rest rain sesuai SPO yang ada di
Rumah Saki t , terdapat beberapa prosedur
y a ng paling sering untuk t i dak dilakukan.
Prosedur yang sering tidak dilakukan o l eh
perawat di ruangan dalam pelaksanaan
intervensi restrain adalah 80% pengikatan
dilakukan tanpa instruksi dokter, 73,3%
perawat melakukan restrain tanpa
melakukan pengkajian fisik terl ebih,
76,6% pengikat an dila kukan di tempat
tidur dengan po sisi kedua lengan berada
di samping badan, belum ada papan nama
yang berisi keterangan terkai t
pel aksanaan prosedur restrain, belum
efekt ifnya pendokumentasian tindakan
restrain di st atus pasien, dan poi n terkahir
adal ah perawat belum menerapkan di
rungan untuk membant u/ meatik anggota
gerak untuk mencegah luka dan
kekakuan.
Tinggin y a prosent ase pelaksanaan
restrain y ang dilakukan tanpa instruksi
dokter dapat di terima mengingat kondisi
pasien y ang di restain di ruangan
memanglah dalam kondisi y ang
berbaha y a baik bagi diri p asien i tu sendiri
maupun bagi orang lain. Sehingga,
apabila rest rain dilakukan t i dak saat i tu
juga just ru akan berbahaya bagi pasien
dan orang lain. Sesuai dengan teori bahwa
dalam keadaan darurat yang mengancam
jiwa, staff kesehatan memiliki tugas

perawat an untuk menyediakan


kepent ingan t erbaik keselamat an pasien
dan keselamat an orang lain. Dalam
persetuj uan ini si tuasi t i dak diperlukan
sebelum intervensi restrain. Restain ' dapat
diberikan dalam keadaan darurat dan
restrain merupakan suatu keharusan unt uk
dilakukan mka pelaksaan prosedur dapat
di alkukan t anpa dengan instruksi dokter
(ACT, 2011).
2. Durasi Restrain
Hasil penelit ian yang dilakukan diketahui
bahwa dari keseluruhan tindakan restrain
y a ng ada di UPIP RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang pasien yang
mengalami t indakan restrain memiliki
jangka waktu y ang cukup lama hingga
akhir nya dilepas dari ikatan at au restrain.
Sebanyak 86,7% (26 prosedur restrain)
pasien diikat lebih 4 jam dan hanya
13,3% (4 prosedur restrain) yang
dibebaskan dar i rest rain kurang dar i at au
sama dengan 4 jam pada pasien usia lebih
dari 18 tahun.
Berdasarkan beberapa sumber
literatur, baik menurut CMS Psychiatric
Residential Treatment Facilities. COA,
dan JCAHO, jangka wakt u perestrainan
pada pasien dengan gangguan jiwa usia
lebih dari 18 t ahun adalah t i dak lebih dari
4 j am. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir efek samping prosedur
restrain. Akan tet api, pada dasar nya
belum ada standar waktu lama pengikatan
y a ng baik. Setiap lembaga atau
departemen yang menangani peny u sunan
SOP memiliki kebijakan y ang berbeda-beda dalam penet apan panjang durai
pengikat an ini .
Meskipun demikian, li terature l ain
menambahkan, seperti yang di ungkapkan
ol eh Idaho Department of Correction
(2010) dalam SOP tindakan restrain, awal
durasi intervensi restrain maksimal adalah
8 jam. Setel ah masa wakt u 8 jam
berakhir, dilakukan evaluasi kembali
t erkait per ilaku agresif klien, apabila
perilaku y ang dim iliki klien masih sama
dan belum menunjukkan perbaikan maka
prosedur rest rain dapat di t erapkan
kembali apabila langkah-langkah
alternat ive unt uk pengendalian perilaku
tet ap ti dak efekt if.
Idaho Department of Correction,
National Commission on Correctional
Health Care (2003) menetapkan bahwa
durasi dar i pasien diikat hingga pelepasan

tidak melebihi 12 jam. Perbedaan standar


waktu ini mungkin t erjadi mengingat
belum adanya kesepakatan dan standar
baku dunia memilki kebijkan masing-masing. Hal ini bo l eh dilakukan
mengingat persy aratan set i ap negara
dapat berbeda antara negara sat dengan
y a ng lainn y a (NCCH, 2003).
3. Efek Sampaing Restrain
Hasil peneli t ian menunjukkan bahwa
secara umum yai t u sebesar 63,3% atau
sebanyak 19 kali prosedur restrain t i dak
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
32
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
menimbulkan efek samping bagi pasien,
36,7% atau sebanyak 11 kali prosedur
rest rain memberikan efek samping bagi
pasien. Walaupun sebagian besar t i dak
memberikan efek samping, namun masih
ada prosedur restrain yang memberikan
efek samping. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan mengenai
prosedur tindakan restrain, sebagian besar
efek samping yang di t imbulkan terj adi
secara fisik.
Data hasil peneli t ian menunjukkan
bahwa dari 11 kali prosedur restrain,
sebesar 68,75% pasien mengalami cedera
secara fisik dan 31,5% pasien mengalami
cedera secara psiko l ogi s. Sesuai dengan
t eori yang meny ebutkan bahwa tindakan
rest rain yang dilakukan pada
pasiendengan gangguan jiwa akan
memberikan efek samping yang berupa
efek secara fisik dan efek secara
psiko l ogis.
Cedera fisik yang mereka alami
berupa ket idakny amanan fisik, lecet pada
area pemasangan restrain, peningkat an
inkont inensia, ket i dakefekt ivan sirkulasi,
peningkatan risiko kontraktur, d an
terj adin y a iri tasi kuli t . Dari 11 pasien,
81,8% atau sebanyak 9 pasien mengalami
ketidaknyamanan fisik akibat pemasangan
rest rain, 72,7% atau sebanyak 8 pasien
mengalami lecet akibat dari pemasangan
rest rain yang t elalu kencang, 72,7% atau
sebanyak 8 pasien mengalami
peningkatan inkont inensia yang
disebabkan oleh terbatasnya mobili tas
fisik klien yang berakibat pada
ketidakmampuan klien untuk memenuhi
kebutuhan eliminasinya, 54,5% at au
sebanyak 6 pasien mengalami

ket i dakefekt ifan si rkulai yang di tandai


dengan terj adin ya odem pada area
pemasangan rest rain, sebanyak 36,6%
atau sebanyak 4 pasien mengalami
peningkatan t erj adin ya kontraktur, 27,3%
atau sebanyak 3 pasien mengalami iri t asi
kulit akibat terbatasnya mo bilitas fisik
karena tindakan restrain.
Cedera psiko l ogi s yang mereka alami
antara lain kemarahan dan agresif . Dari 5
pasien yang mengalami cedera psiko l ogi s,
sebanyak 60% atau sebanyak 3 pasien
mengalami agresif setel ah dilakukan
t indakan rest rain, sebanyak 20% atau
sebanyak 1 orang mengalami peningkatan
kemarahan keti ka dilakukan tindakan
restrain.
Hal ini sesuai dengan penelit ian yang
dilakukan oleh Wanda, K. (2003),
menyebut kan bahwa t indakan restrain
yang dilakukan pada psien gangguan jiwa
dapat menimbul kan trauma emosi o nal
atau efek psikologis misalnya takut,
marah dan cemas.
4. Indikasi Pelepasan
Sebagian besar pasien di ruang UPIP
RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang yang telah dilepas dari rest rain
berhasil memenuhi indikasi pelepasan
(indikator tercapai) yai t u sebesar 83,3%
(25 pasien) dat i total 30 t indakan restrain.
Presentase yang cukup tinggi dimana
pencapaian indi kator pelepasan melebihi
50% dari total kejadian restrain di
ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa
tindakan restrain t erbukti efekt if bagi
pasien dengan PK aktif.
Indikasi pelepasan pasien restrain
meliput i kemampuan pemenuhan ADL,
kondisi fisik, dan kondisi psiko l ogis.
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa
dengan pemberian rest rain pada pasien
dengan PK akt if dimana pasien dengan
memiliki agresifi tas yang t inggi dan
berisiko untuk melukai diri sendiri
maupun orang lain menunjukkan
perbaikan dalam kondisi fisik yaitu
sebanyak 70% dar i total keseluruhan
pasien y ang ada. Kondisi fisik yang
dimaksud di sini meliput i t indakan
mencakar, meludah, menjambak,
menendang, mencengkeram pakaian,
mencekik, dan mendorong.
Sedangkan dari segi kondisi
psi ko l ogis, dengan rest rain keseluruhan
pasien dengan PK akt if menunjukkan

perbaikan kondisi psiko l ogis. Kondisi


psi ko l ogis yang dimaksud di sini adalah
mampu mengident ifikasi marah, mampu
mengontrol marah (fisik, sosial , dan
spi ritual), kooperatif dengan pengobatan,
serta tidak memiliki tanda-tanda PK
seperti agi t asi verbal mapun motori k,
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
33
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
impulsive, serta marah-marah tanpa
sebab.
Akan tetapi masih terdapat sebanyak
16,7% (5 pasien) y ang tel ah dilepas dari
ikat an namun bel um memenuhi indikasi
pelepasan restrain. Pasien ini biasanya
dilepas dari restrain dengan tuj uan untuk
uji coba at au mengetahui sejauh mana
perkembangan kondisi pasien setelah
ti dak direstrain sudahkan baik at au
terny ata PK pasien kambuh kembali.
5. Kekambuhan dan Waktu Kambuh
Perilaku Keke rasan
Hasil peneli t ian menunjukkan bahwa dari
30 kali t indakan restrai n yang t el ah
dilakukan, sebesar 63,3% atau sebanyak
19 pasien tidak menga lami kekambuhan
untuk melakukan perilaku kekerasan
setel ah mendapatkan t indakan restrain.
Walaupun demikian, masih ada yai t u
sebanyak 36,7% atau sebanyak 11 pasien
mengalami kekambuhan untuk melakukan
per ilaku kekerasan walaupun tel ah
mendapatkan t indakan restrain. Dar i 11
pasien yang mengalami kekambuhan
perilaku kekerasaan, 20% at au 6 pasien
di antaranya kambuh dalam wakt u 1
hari , 10% atau 3 pasi en kambuh dalam
waktu 2 hari setelah ikat an dilepaskan,
dan sebanyak 6,7% atau 2 pasien
mengalami kekambuhan per ilaku
kekerasan set el ah >2 hari.
Kekambuhan untuk melakukan
perilakuk kekarasan pada pasien dengan
gangguan jiwa disebababkan o l eh
berbagai fakto r. Sal ah satu f aktor y ang
mempengaruhi adalah kondisi psikol ogis
psaien. Dengan dilakukannya tindakan
restrain pada dirinya dapat meningkat kan
rasa marah atau agresif klien. Selain i t u
juga reinforcement yang diberikan
perawat dapat mempengaruhi kondisi
psi ko l ogis klien.
6. Karakteritik Tenaga Kesehatan

a. Jumlah Perawat
Penelit ian yang dilakuka n
menunjukkan pelaksaan prosedur
rest rain di UPI Semarang paling sering
melibatkan lebih dari 2 orang perawat
ya i tu sebesar 93,3% (28 prosedur
restrain) dari total 30 t indakan restrain
dan hanya 6,7% (2 prosedur restrain)
y a ng dilakukan hany a dengan jumlah
tenaga kesehat an 2 orang. Hasil
penelit ian ini senada dengan st udi
surve y yang dilakukan Lee, dkk (2001)
dimanana t eknik penahanan dengan 3
orang saat restrain adalah t eknik yang
paling sering dilakukan. Diungkapkan
pul a o l eh Wright, dkk (2005) dari
peneli t ian yang dilakukannya
didapatkan hasil bahwa sebanyak 24%
perawat melaporkan lebih sering
menggunakan teknik penahanan
pasien dengan 3 orang perawat di
lingkungan kerja mereka saat
melakukan restrain.
Penelit ian yang dilakukan o l eh
Southcott dan Howard (2007)
menunjukkan hasil bahwa penggunaan
3 perawat atau l ebih jauh lebih efekt if
dalam menahan pasien saar proses
pemasangan restrain dibandingkan
pada kel o mpok perawat dengan t im
yang terdi ri dari 2 orang at au kurang.
Setel ah penelit i melakukan studi
li terat ure terny ata untuk saat ini belum
ada standar baku jumlah perawat yang
t erlibat dalam pelaksanaan restrain.
Akan t etapi mengingat kondisi pasien
psikiatri k dengan masalah PK akt if
tentuny a semakin ba nyak jumlah
perawat y ang terlibat akan mengurangi
ri siko cedera pada tenaga kesehatan
selama pemasangan. Seperti yang
diungkapkan o l eh Azizah (2011) hal
yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan rest rain dalah
menyediakan staff yang cukup.
Apabila ki ta telaah lebih lanjut, yang
dimaksud dengan st aff cukup berart i
set iap pasien memerlukan j umlah st aff
ya ng berbeda-beda. Hal ini disesuikan
dengan kebutuhan dan kondisi pasien
i tu sendiri.
b. Keterlibatan Perawat Perempuan
Dan Kejadian Injuri Pada Perawat
Hasil peneli t ian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa 100% atau
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan

Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
34
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
sebanyak 30 kali prosedur tindakan
restrain yang dilakukan t erdapat
perawat perempuan dalam
pemasangannya. Hal ini terj adi karena
may ori tas tenaga kesehatan di UPIP
adal ah perawat perempuan. Ada
ti daknya t enaga kesehatan perempuan
dalam pelaksanaan t indakan rest rain
berkaitan dengan terj adin y a injur y pada
tenaga kesehat an selama melakukan
tindakan rest rain. Dari 30 kali t indakan
restrain yang dilakukan, 80% atau
sebanyak 24 kali prosedur tidak
menimbulkan kejadian injur y pada
tenaga kesehat an. Namun masih ada
kej adian injury pada tenaga kesehatan
selama melaksanakan t indakan restrain
ya i tu sebesar 20% at au sebanyak 6
perawat . Kej adian injury yang sering
dialami perawat antara lain: dilidahi
pasien, ditendang, di cakar, dan
terkadang juga di tarik bajunya.
Penelit ian y ang dilakukan oleh
Wanda, K. (2003), menyebut kan bahwa
pelaksanaan restrain pada pasien dengan
gangguan jiwa t idak hany a memberikan
dampak pada pasien, namun juga
berisiko pada tenaga kesehatan yang
melakukannya mengalami cedera.
Perawat perempuan dan l aki-laki
memang berbeda. Kekuatan t enaga atau
da y a fisik laki-laki jauh lebih banyak
dari p ada teaga fisik perempuan. Tubuh
perempuan yang besar dan gemuk
belum tentu menjamin adanya tenaga
dan daya fisik yang lebih dibandingkan
dengan laki- laki yang mungkin jauh
lebih kurus. Bentuk tubuh dan
pertul angannya yang menunjukkan
perbedaan yang khas sesuai dengan
jenis kelamin mereka mempunyai
tuj uan khusus (Gunarsa, )
Simpulan
1. Pel aksanaan prosedur rest rain yang diakukan
di UPIP sebagian besar kurang sesuai
dengan SOP y ang t elah di t et apkan o l eh
rumah sakit.
2. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukan
di UPIP sebagian besar diikat dal am waktu
lebih dari 4 j am.
3. Pelaksanaan prosedur restrain yang
dilakukan di UPIP secara umum t i dak

memberikan efek samping pada pasien


4. Pel aksanaan prosedur restrain yang diakukan
di UPIP sebagian besar tel ah memenuhi
indikator pel epasan rest rain.
5. Sebagian besar responden yang tel ah
dibebaskan dari ikatan tidak mengalami
kekambuhan perilaku kekerasan
6. Sebagian besar responden yang mengalami
kekambuhan perilaku kekerasan,
menunjukkan tanda-t anda perilaku
kekerasan akt if dalam kurun wakt u kurang
dari at au sama dengan satu hari
7. Tenaga kesehatan yang terlibat dal am
pel aksanaan rest rain sebagian besar
berjumlah lebih dari 2 orang
8. Keseluruhan pelaksanaan prosedur restrain
melibat kan tenaga kesehatan perempuan.
9. Pelaksanaan prosedur restrain yang t el ah
dilakukan, sebagian besar t idak
menimbulkan injuri pada perawat.
10. Tindakan rest rain yang dilakukan terbukti
ef ekt if dalam mengurangi perilaku
kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai