Panduan Pelayanan Pasien
Panduan Pelayanan Pasien
Latar belakang: Masalah perilaku kekerasan mer upakan mas alah kesehatan jiwa y ang ser ing di jumpai. Prinsip
menangani perilaku kekerasan ter dir i dari tiga strategi y aitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen
krisis.Berdasarkan survei y ang dilakukan peneliti lebih dari 90% pasien y ang datang dan dirawat di ruangan UPIP
memiliki masalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini ter masuk tinggi
sehingga memerlukan perhatian khusus adakah sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain y ang selama ini
dilakukan di ruangan dan adakah efek negatif y ang timbul mengingat lebih dari 90% pasien y ang masuk ke UPI P
mengalami prosedur restr ain.
Tuj uan: Menganalisa pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pas ien perilaku kekerasan y ang menjalani
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Metode: Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif analitik dengan pendekatan cr oss sectional Sampel
penelitian ini sebany ak 25 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil: Prosedur r estrain
yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP y ang telah ditetapkan oleh rumah sakit, diikat
dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan pr osedur restrain y ang dilakukan di UPIP secara umum tidak
memberikan ef ek samping pada pasien, telah memenuhi indikator pelepasan restrain, tidak mengalami kekambuhan
perilaku kekerasan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan restrain sebagian besar ber jumlah
lebih dar i 2 dengan melibatkan tenaga kesehatan perempuan dan tidak menimbulkan injuri sehinga terbukti efektif
dalam mengurangi perilaku kekerasan
Simpulan: Pelaksanaan prosedur tindakan r estrain pada pasien perilaku kekerasan y ang di Unit Perawatan Intensif
Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terbukti ef ektif dalam mngurangi perilaku keker asan.
Kata kunci: Perilaku keker asan, Restr ain, Unit Pelay anan Intensif Psikiatri
LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai.Berdasarkan data j umla h pasien pada
tahun 2010 di rumah sakit jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang dari total jumlah pasien gangguan jiwa ya i t u
sebanyak 3914 pasien, 39,2% (1534 pasi en) masuk dengan indikasi masalah perilaku kekerasan dan j umlah
ini menduduki peringkat terbesar kedua dalam masalah keperawatan ya ng di alami pasien. Masalah perilaku
kekerasan pasien hampir selalu t erjadi di ruang perawatan jiwa. Beberapa r iset menunjukkan bahwa perawat
jiwa sering mengalami kekerasan dari klien (Fight , 2002; Nijman, Foster, dan Bowers, 2007). Pada peneli t in ya ng
dilakukan oleh Eli t a, dkk (2011) mempero l eh hasil bahwa perilaku kekerasan yang t erbanyak dilakukan klien
dalam satu t ahun di RSJ Tampan adalah 84% kekerasan fisik pada di ri sendiri y ang meny ebabkan cedera ringan,
79% kemudian diikut i oleh ancaman fisik, 77% penghinaan dan 70% kekerasan verbal. Selain itu, dal am
penelit ian tersebut di ungkapkan bahwa 20% perawat mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius.
Prinsip-prinsip menangani perilakukekerasan t erdiri dari t i ga strategi yaituprevent if , antisipasi, dan pengekangan/
managemen krisis. Strategi pencegahanmeliput i di dalamnya y a itu self awarenessperawat, edukasi , managemen
marah, terapi kognit if, dan terapi kogni t if per ilaku.Sedangkan st rategi perilaku meliput i teknik komunikasi,
perubahan lingkungan,psikoedukasi keluarga, dan pemberian obat ant i psikoti k. Strategi yang ket i ga y a i tu
pengekangan meliput i t indakan manajemen kr i sis, pengikatan, dan pembatasan gerak (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan survei yang dilakukan penelit I di ruang UPIP RSJD Amino Gondohutomo Semarang lebih dari 90%
pasien yang dating dan di rawat di ruangan ini memiliki masalah perilaku kekerasan dan memperoleh t indakan
restrain dan seklusi . Angka ini termasuk t inggi Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang
Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tahun 2013.Kandar, Prabawati Setyo Pambudi 28
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
sehingga memer l ukan perhat i an khusus adakahsudah sesuaikah prosedur tindakan restrain yang selama ini
dilakukan di ruangan dan adakah efek negat if yang t imbul mengingat lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP
mengalami prosedur rest rain. At as dasar inilah peneli t i tergugah untuk menganalisa lebih jauh
a. Jumlah Perawat
Penelit ian yang dilakuka n
menunjukkan pelaksaan prosedur
rest rain di UPI Semarang paling sering
melibatkan lebih dari 2 orang perawat
ya i tu sebesar 93,3% (28 prosedur
restrain) dari total 30 t indakan restrain
dan hanya 6,7% (2 prosedur restrain)
y a ng dilakukan hany a dengan jumlah
tenaga kesehat an 2 orang. Hasil
penelit ian ini senada dengan st udi
surve y yang dilakukan Lee, dkk (2001)
dimanana t eknik penahanan dengan 3
orang saat restrain adalah t eknik yang
paling sering dilakukan. Diungkapkan
pul a o l eh Wright, dkk (2005) dari
peneli t ian yang dilakukannya
didapatkan hasil bahwa sebanyak 24%
perawat melaporkan lebih sering
menggunakan teknik penahanan
pasien dengan 3 orang perawat di
lingkungan kerja mereka saat
melakukan restrain.
Penelit ian yang dilakukan o l eh
Southcott dan Howard (2007)
menunjukkan hasil bahwa penggunaan
3 perawat atau l ebih jauh lebih efekt if
dalam menahan pasien saar proses
pemasangan restrain dibandingkan
pada kel o mpok perawat dengan t im
yang terdi ri dari 2 orang at au kurang.
Setel ah penelit i melakukan studi
li terat ure terny ata untuk saat ini belum
ada standar baku jumlah perawat yang
t erlibat dalam pelaksanaan restrain.
Akan t etapi mengingat kondisi pasien
psikiatri k dengan masalah PK akt if
tentuny a semakin ba nyak jumlah
perawat y ang terlibat akan mengurangi
ri siko cedera pada tenaga kesehatan
selama pemasangan. Seperti yang
diungkapkan o l eh Azizah (2011) hal
yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan rest rain dalah
menyediakan staff yang cukup.
Apabila ki ta telaah lebih lanjut, yang
dimaksud dengan st aff cukup berart i
set iap pasien memerlukan j umlah st aff
ya ng berbeda-beda. Hal ini disesuikan
dengan kebutuhan dan kondisi pasien
i tu sendiri.
b. Keterlibatan Perawat Perempuan
Dan Kejadian Injuri Pada Perawat
Hasil peneli t ian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa 100% atau
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
34
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
sebanyak 30 kali prosedur tindakan
restrain yang dilakukan t erdapat
perawat perempuan dalam
pemasangannya. Hal ini terj adi karena
may ori tas tenaga kesehatan di UPIP
adal ah perawat perempuan. Ada
ti daknya t enaga kesehatan perempuan
dalam pelaksanaan t indakan rest rain
berkaitan dengan terj adin y a injur y pada
tenaga kesehat an selama melakukan
tindakan rest rain. Dari 30 kali t indakan
restrain yang dilakukan, 80% atau
sebanyak 24 kali prosedur tidak
menimbulkan kejadian injur y pada
tenaga kesehat an. Namun masih ada
kej adian injury pada tenaga kesehatan
selama melaksanakan t indakan restrain
ya i tu sebesar 20% at au sebanyak 6
perawat . Kej adian injury yang sering
dialami perawat antara lain: dilidahi
pasien, ditendang, di cakar, dan
terkadang juga di tarik bajunya.
Penelit ian y ang dilakukan oleh
Wanda, K. (2003), menyebut kan bahwa
pelaksanaan restrain pada pasien dengan
gangguan jiwa t idak hany a memberikan
dampak pada pasien, namun juga
berisiko pada tenaga kesehatan yang
melakukannya mengalami cedera.
Perawat perempuan dan l aki-laki
memang berbeda. Kekuatan t enaga atau
da y a fisik laki-laki jauh lebih banyak
dari p ada teaga fisik perempuan. Tubuh
perempuan yang besar dan gemuk
belum tentu menjamin adanya tenaga
dan daya fisik yang lebih dibandingkan
dengan laki- laki yang mungkin jauh
lebih kurus. Bentuk tubuh dan
pertul angannya yang menunjukkan
perbedaan yang khas sesuai dengan
jenis kelamin mereka mempunyai
tuj uan khusus (Gunarsa, )
Simpulan
1. Pel aksanaan prosedur rest rain yang diakukan
di UPIP sebagian besar kurang sesuai
dengan SOP y ang t elah di t et apkan o l eh
rumah sakit.
2. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukan
di UPIP sebagian besar diikat dal am waktu
lebih dari 4 j am.
3. Pelaksanaan prosedur restrain yang
dilakukan di UPIP secara umum t i dak