NIM : 1914314201045
JAWABAN TUGAS
1. Restrain atau pengikatan fisik Dalam psikiatri secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali restrain adalah bagian dari implementasi pasien safety karena
bertujuan untuk memberikan keamanan fisik, psikologis dan kenyamanan pasien. restrain yang
dilakukan pada pasien di rumah sakit jiwa juga banyak menimbulkan dampak negatif yakni
berupa cedera/luka pada ekstremitas yang dilakukan restrain. Penelitian Dwi Aryani
Sulistyowati, meneliti keefektifan penggunaan restrain terhadap penurunan perilaku kekerasan
pada pasien skizofrenia. Penelitian ini mendapatkan hasil yakni restrain efektif terhadap
penurunan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di rsjd Surakarta tahun 2013.(Mustaqin
and Dwiantoro 2018)
Restrain yang aman untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu menggunakan alat yang bermanset
penelitian saseno meneliti pengaruh tindakan restrain fisik dengan manset terhadap penurunan
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia dengan uji wilcoxon menunjukkan nilai mean atau
rata-rata 19,50 dengan nilai Z Sebesar -5,386 dan nilai P = an 0,000 Artinya ada pengaruh
tindakan restrain fisik dengan manset terhadap penurunan perilaku kekerasan. Restrain yang
aman untuk pasien jiwa Yakni dengan juga diolesi lotion pada area yang di lakukan restrain
menurut Dwi Saputra dan Arum Pratiwi 2017 melakukan penelitian kualitatif tentang
pengalaman pasien gangguan jiwa selama mengalami restrain ekstremitas, hasil penelitian
mengatakan secara teknis seharusnya perawat memberikan lotion untuk mengantisipasi
timbulnya gangguan fisik pada pasien serta menjaga kenyamanan pasien. Selanjutnya durasi
tindakan restrain juga harus dibatasi agar pasien tidak terlalu merasa kesakitan atau mengurangi
rasa nyeri penelitian oleh Abdul muhith 2017 meneliti hubungan durasi pemberian restrain
dengan resiko perilaku marah berulang pada pasien skizofrenia. Penelitian ini Penelitian ini
adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan
menunjukkan hasil bahwa hubungan durasi pemberian restrain dengan resiko perilaku marah
berulang pada pasien skizofrenia sangat kecil yakni di RSJ Dr. Radjiman wediodiningrat
Lawang, Malang. Prinsip dan tindakan selanjutnya yaitu restrain dilakukan oleh petugas yang
terlatih hal ini untuk mencegah luka atau kekakuan pada pasien.(Mustaqin and Dwiantoro 2018)
(Iskandar, Anggraini, and Rahman 2019)
2. Penelitian Dwi Aryani Sulistyawati tahun 2013 tentang keefektifan penggunaan restrain
terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia menunjukkan nilai rata-rata
perilaku kekerasan sebelum intervensi restrain sebesar 14,73 dan sesudah mendapatkan
intervensi restrain sebesar 6,27 dengan nilai T hitung 10,16 dan nilai P sebesar 0,000. T hitung
lebih besar dari t tabel yaitu 10, 116 > 2,05, maka Ho ditolak artinya ada perbedaan nilai
sebelum dan sesudah perlakuan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa restrain efektif
terhadap penurunan perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan Gale Spinger (2015) Restrain
adalah perangkat atau intervensi untuk pasien yang melakukan kekerasan atau agresif,
mengancam, menyerang staf, atau menyakiti diri sendiri, yang perlu dihentikan agar tidak
menyebabkan luka lebih lanjut pada diri mereka sendiri atau orang lain. Tujuan penggunaan
restrain tersebut adalah untuk menjaga pasien dan staf tetap aman dalam situasi darurat. Stuart
and Laraia 2005 mengatakan, dengan pemberian restrain yang sistematis pasien akan melakukan
kontrol terhadap emosi yang mempengaruhi proses berpikir serta ketegangan otot. Dengan
demikian restrain efektif menurunkan perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa.
Keefektifan Restrain juga tergantung dari beberapa prinsip dan tindakan dalam pelaksanaannya
sesuai dengan jawaban di nomor satu ini adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien
yang tujuannya untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu tersebut dan
meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien.(Kesehatan, Kesehatan, and Jurusan 2006)
3. Teknik isolasi terhadap pasien gangguan jiwa sangat efektif dalam mengurangi perilaku
kekerasan yang akan dilakukan oleh dirinya terhadap orang lain maupun dirinya sendiri. Isolasi
di sini akan lebih efektif dibandingkan dengan teknik Restrain karena teknik isolasi lebih sedikit
dampaknya terhadap cidera klien atau pasien. dalam beberapa praktiknya teknik restrain lebih
sering memberikan efek cidera Bagi pasien karena pelaksanaan sopnya yang kadang tidak sesuai
dengan aturan sop di rumah sakit . maka dari itu kemudian teknik isolasi menjadi opsi untuk
menenangkan seorang pasien gangguan jiwa yang ingin melakukan kekerasan. Akan tetapi
teknik isolasi disini Berdampak tidak baik terhadap aspek psikologis pasien gangguan jiwa
walaupun pada dasarnya baik itu intervensi keperawatan seperti restrain dan isolasi bertujuan
untuk menenangkan atau memberikan efek lebih baik terhadap pasien gangguan jiwa.
(Mustaqin and Dwiantoro 2018)
Persiapan Alat :
Persiapan pasien :
Persiapan Lingkungan :
1. Pastikan lingkungan terasa nyaman. gunakan lampu yang redup atau matikan jika perlu.
2. Tutup jendela, pintu, atau tirai tiap tempat tidur.
Pelaksanaan Tindakan
1. Setelah menyiapkan restrain, pastikan kembali apakah cukup lembut dan aman buat
pasien
2. Lakukan cuci tangan
3. Posisikan pasien pada posisi anatomis (lurus)
4. Lindungi bagian tulang yang menonjol dengan bantalan lembut
5. Ikat kedua kaki dan tangan dengan restrain, lalu pastikan ikan tidak terlalu erat, yaitu
dengan cara memasukan dua jari kedalam ikatan tersebut.
6. Ujung ikatan dibuat simpul agar mudah dibuka
7. Ujung restrain di ikat pada samping tempat tidur, dan pastikan tangan dan kaki masih
bisa bergerak. tapi ujung restrain tidak terjangkau oleh pasien.
8. Pelepasan restrain bisa dilakukan dua jam sekali atau sesuai peraturan rumah sakit. Jika
pergerakan pasien masih sangat aktif, jangan dulu dilepaskan. terkecuali pengikatan dapat
membahayakan pasien.
1. Periksa dan temukan, jika ada tanda-tanda penurunan sirkulasi atau ada gangguan
integritas jaringan.
2. Setelah ikatan pasien dibuka, lakukan gerak sendi untuk menghindari pegal dan kaku
3. Observasi tanda pasien mengalami gangguan sensori seperti tidur yang terlalu lelap,
Halusinasi, Cemas, dan Panik.
4. Lakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan
Dokumentasi :
5. Berdasarkan jurnal restrain yang efektif terhadap pasien dengan gangguan jiwa dijelaskan
Beberapa kontra indikasi untuk pemasangan restrain bagi pasien gangguan jiwa :
Iskandar, Iskandar, Winda Restu Anggraini, and Budi Rahman. 2019. “Persepsi Pasien
Gangguan Jiwa Tentang Aspek Positif Dan Negatif Dari Tindakan Restrain Fisik Pada
Pasien Rawat Inap.” Holistik Jurnal Kesehatan 13(3): 194–200.
Mustaqin, and Luky Dwiantoro. 2018. “Restrain Yang Efektif Untuk Mencegah Cedera.” Jurnal
Keperawatan 10(1): 19–27.