Anda di halaman 1dari 20

PRINSIP DAN GAYA BELAJAR

A. APERSEPSI

B. PRINSIP DAN GAYA BELAJAR


1. Mengenal Otak Kita

Benar apa yang diperkirakan oleh albert enstain dan para ahli yang lainnya
mengenai otak manusia,menurut mereka manusia sekarang hanya menggunakan 10% dari
kemampuan otak mereka!

lah kalau cuma yang

10%

90%

dikemanakan ya? Baru

aja saya katam membaca

keajaiban otak kanan eh

tau-taunya dah ada ilmu

yang

tentang otak tengah sebagai

otak jenius, dengan otak

tengah yang diaktifkan kita

dapat menyeimbangkan

antara otak kiri (IQ) dan

otak

(seni/kreatifitas)

dengan

yang

bahkan

berkembang

kanan
mengaktifkan

otak tengah kita dapat lebih mengingat memori peristiwa atau mengingat tentang suatu
hal dengan mudah dan cepat,bahkan kita dapat dengan mudah membaca dengan mata
tertutup atau melukis sesuatu dengan mata tertutup. Dengan adanya teknologi
ini mungkin kita dapat mengerahkan kemampuan otak kita sebanyak 30% wah ternyata
banyak rahasia-rahasia dalam diri kita yang belum tersingkap!kita wajib bersyukur
dengan yang mendesaing atau menciptakan kita dialah TUHAN!
a. Otak yang terdapat pada manusia
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang otak manusia telah menemukan fungsi
dan kerja dari masing-masing otak yang terdapat pada manusia
1) Otak kiri seringkali di hubungkan dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ ini meliputi
kemampuan untuk perhitungan, memformulasikan pembicaraan, membaca, menulis,
logika dan analisa. Pendidikan tinggi di dunia sekarang ini banyak berkonsentrasi
pada bagian otak kiri ini.
2) Otak kanan biasanya berasosiasi dengan kecerdasan emosional (EQ, Emotion
Quotient). Otak kanan ini mengembangkan sisi personalitas, kreatifitas, intuisi,
kemampuan penerapan, kemampuan panggung, dan seni.
Otak kanan dan otak kiri ini ibaratnya 2 orang pilot yang mengatur bagian yang
berbeda pada mental kita. , seperti namanya, terletak ditengah-tengah dari kedua otak
tersebut. Otak ini seringkali dihubungkan dengan kejeniusan seseorang. Sayangnya otak
tengah dari sebagian besar manusia dalam keadaan tidak aktif. Jika saja kita dapat

mengaktifkan otak tengah, maka kita akan mempunyai super pilot yang mengatur cara
kerja dari kedua pilot yang sudah ada. Otak tengah ini dapat menyeimbangkan kerja dari
otak kanan dan otak kiri. Otak yang bekerja secara sinergis akan mempunyai kapasitas
jauh lebih besar dari otak yang hanya berkembang sebelah.
Bayangkan saja kemampuan seseorang jika dia mempunyai daya analisa dan logika
yang tinggi (otak kiri) dan digabung dengan kemampuan penerapan dan kreatifitas yang
tinggi. Orang-orang ini biasanya dianggap sebagai orang yang jenius. Para ahli
mengatakan bahwa kejeniusan seseorang adalah kemampuan untuk menggabungkan
kemampuan otak kiri dan otak kanan. Jadi otak tengah ini dipercaya sebagai bagian otak
yang mengembangkan sisi jenius dari seseorang.
3) Otak tengah adalah jembatan yang menghubungkan dan menyeimbangkan fungsi otak
kiri dan otak kanan. Mengaktifkannya akan memungkinkan baik otak kiri maupun kan
berfungsi secara optimal.Pengaktifan otak tengah mengembalikan kekuatan otak pada
keadaan asalnya.
Ketika otak tengah diaktifkan, kita akan memiliki akses yang mudah baik ke otak
kiri maupun kanan. Dengan akses mudah ini, mereka akan belajar, membaca dan
menghafal benda-benda dalam kecepatan yang lebih cepat dan dengan demikian
meningkatkan keyakinan, minat dan konsentrasi mereka dalam belajar. Otak tengah
adalah jembatan yang menghubungkan dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan.
Dengan mengaktifkannya akan memungkinkan baik otak kiri maupun otak kanan
berfungsi dengan optimal. Pengaktifan otak tengah mengembalikan kekuatan otak pada
keadaan semula, katanya. Latihan telah mulai dilakukan di Indonesia. Saat ini belum
banyak orang yang mengetahui keberadaan dari training ini. Training biasanya dilakukan
selama 2 hari. Pada saat itu juga biasanya dilakukan training untuk para orang tua. Seperti
juga bidang keahlian lainnya, orang tua berperan besar untuk dapat membantu anak
mengembangkan potensi otak tengah mereka. Seorang anak dengan otak tengah yang
kuat, diharapkan dapat mengembangkan otak kanan dan otak kiri secara lebih maksimal
sehingga mereka dapat masuk kategori jenius. Bukan hanya dalam otak kiri (IQ,
intelektual) , atau otak kanan (emosional, EQ) tetapi juga dalam Loving Inteligence.
Mereka adalah individu yang seimbang dan mengasihi orang lain seperti sang pencipta
mengasihi dia. Sayangnya training aktivasi otak tengah ini hanya dapat dilakukan untuk

anak umur 5 15 tahun saja. Bayangkan saja negara kita apabila 25 tahun mendatang
banyak anak bangsa yang dilatih otak tengahnya yang dapat membuat anak memiliki
tingkat itelejensi yang tinggi maka ketertinggalan negara kita dari negara-negara maju
dapat dikejar dan disejajarkan dengan mudah!
b. Kebiasaan buruk yang merusak otak
1) Tidak Mau Sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan. Padahal tidak mengkonsumsi apapun di pagi hari
menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan
nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Sarapan yang terbaik di pagi
hari bukanlah makanan berat seperti nasi goreng spesial, tetapi cukup air putih dan segelas jus
buah segar. Ringkas dan berguna untuk tubuh!
2) Kebanyakan Makan.
Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun orang pada
menurunnya kekuatan mental. Jadi makanlah dalam porsi yang normal. Biasakan menahan
diri dengan cara berhenti makan sebelum Anda kekenyangan.
3) Merokok
Jika rokok memiliki segudang efek buruk, semua orang pasti sudah tahu. Dan ada satu lagi
efek buruk rokok yang terungkap di sini. Merokok ternyata berakibat sangat mengerikan pada
otak! Bayangkan, otak manusia lama kelamaan bisa menyusut dan akhirnya kehilangan
fungsi-fungsinya karena rajin menghisap benda berasap itu. Tak ayal di waktu tua bahkan
pada saat masih muda sekalipun, kita rawan alzheimer (alzheimer adalah penyakit pikun).
4) Terlalu Banyak Mengkonsumsi Gula
Terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh
kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu. Karena itu, kurangi konsumsi
makanan manis favorit Anda.
5) Polusi Udara
Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di
lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.
6) Kurang Tidur
Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat selsel otak menjadi mati kelelahan. Tapi jangan juga kebanyakan tidur karena bisa membuat
Anda menjadi pemalas yang lamban. Sebaiknya tidur 6-8 jam sehari agar sehat dan bugar.
7) Menutup Kepala Ketika Sedang Tidur
Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena
karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan
heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak.
8) Berpikir Terlalu Keras Ketika Sedang Sakit

Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah
ketidakefektifan otak. Sudah tahu sedang tidak sehat, sebaiknya istirahat total dan jangan
forsir otak Anda
9) Kurangnya Stimulasi Otak
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir akan membuat otak
menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Rajin membaca, mendengar musik dan
bermain (catur, scrabble, dll) membuat otak Anda terbiasa berpikir aktif dan kreatif.
10) Jarang Bicara
Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak. Jadi jangan terlalu
bangga menjadi pendiam. Obrolan yang bermutu sangat baik untuk kesehatan Anda.
2. Prinsip Belajar

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari kegiatan yang dinamakan belajar
mengajar. Manusia harus belajar berbagai aspek untuk mempertahankan hidup, prestasi
dan untuk berbagai kepentingan lainnya. Juga, baik disadari maupun tidak, akan
diajarkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari hari kepada orang yang ada di
sekeliling kita. Sering didengar kata belajar dan mengajar, tetapi apa arti belajar dan
mengajar itu. Peserta didik bertugas belajar, dan guru bertugas mengajar. Pengertian
belajar dan mengajar ini sering kali terasa tidak jelas. Secara umum belajar adalah proses
perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan ( Atang Kusdinar dkk 1989 : 78 ).
Banyak teori dan prinsip prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang elative berlaku umum yang dapat kita pakai
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya.
Berikut ini prinsip prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A. B. (1961)
a. Prinsip Kesiapan
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa, yang dimaksud kesiapan siswa ialah kondisi
yang memungkinkan ia dapat belajar.
b. Prinsip Motivasi
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan
memelihara kesungguhan.
c. Prinsip Persepsi

Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi.


Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu.
d. Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan di terima oleh para siswa pada saat
proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak di capai seseorang.
e. Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi tingginya. Pengajaran yang
hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh
siswa.
f. Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorng dapat menyimpan dan menerapkan hasil
belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya
akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer.
Kemampuan seseorng untuk menggunakan lagi hasil belajar di sebut retensi.
g. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif
mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan
keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi.
h. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya
dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat dan
sikap.
i. Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji
kemajuan dalam mencapai tujuan.
3. Modalitas Belajar (learning styles) Peserta Didik
a. Pengertian Modalitas
Modalitas menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah keterangan
dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan,
yakni mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya.

Sikap ini dapat berupa pernyataan, kemungkinan, kinginan, atau keizinan. Dalam
bahasa Indonesia modalitas dinyatakan secara leksikal (Chaer, 1994: 162).
b. Pengertian Modalitas Belajar (learning styles)
Modalitas berarti gaya atau tipe. Maka modalitas belajar seseorang merujuk
kepada gaya atau tipe belajarnya. Modalitas belajar (learning styles) juga merujuk
kepada cara interaksi individu dengan sistem pesan atau rangsangan kemudian
memproses dan menganalisa pesan tersebut di dalam otak untuk dijadikan
pengetahuan. Setiap orang mempunyai gaya pembelajaran yang tersendiri yang
berbeda secara individu seperti mana sidik jari (Gremli dalam Zakaria, 2007 :1).
Modalitas belajar merupakan satu konsep yang paling penting dan perlu diberi
tumpuan dalam aspek pendidikan di sekolah karena ia merupakan faktor utama
membentuk seseorang individu. Pelajar merupakan seseorang individu yang unik dan
berbeda di antara satu sama lain walaupun mereka berada dalam tahap pembelajaran
yang sama. Perbedaan individu ini merangkumi dari aspek pemikiran, umpan balik,
minat, kecenderungan, pencapaian dan pemahaman. Justru, pelajar-pelajar ini
mempunyai gaya yang tersendiri untuk menerima serta menggunakan rangsangan
dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang diambil oleh setiap pelajar adalah
dengan menurut tanggapan subjektif mereka terhadap kehendak pengajar atau
konteks pembelajarannya.
Modalitas belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu
yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi
(DePotter dan Hernachi, 2003 : 72). Sedangkan menurut Zaini dalam Sundari (2009 :
2) Modalitas belajar adalah karakteristik dan preferensi atau pilihan individu untuk
mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan
informasi yang diterima. Gremli dalam Zakaria (2007 :2 ) pula menyatakan bahawa
modalitas belajar melibatkan aspek-aspek personaliti, pemprosesan pesan, interaksi
sosial, kecenderungan terhadap garis panduan, tumpuan perhatian terhadap sesuatu
yang baru, unik dan terdapatnya kelainan dalam diri individu. Modalitas belajar yang
bersesuaian dengan diri seseorang individu adalah salah satu penentuan kearah
kecekapan dan kebolehan mengasimilasikan ilmu yang dipelajari dengan cemerlang
dan berkesan.

Dari pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa modalitas belajar adalah


cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsangperangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada
proses belajar.
c. Macam-macam Modalitas Belajar (learning styles) Peserta didik
1) Pendekatan modalitas belajar berdasarkan preferensi kognitif.
pendekatan ini dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc.

Gregorc

mengklasifikasikan gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori,


yaitu: gaya belajar konkret-sekuensial, gaya belajar abstrak-sekuensial, gaya
belajar konkret acak, dan gaya belajar abstrak acak.
2) Pendekatan modalitas belajar berdasarkan profil kecerdasan.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner dikutip
dari buku Psikologi Pendidikan ( Robert E. Slavin) manusia mempunyai 7
kecerdasan yaitu: linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal,
musik, spasial, dan kinestetik. Teori kecerdasan ganda ini mewakili definisi sifat
manusia, dari perspektif kognitif, yaitu bagaimana kita melihat, bagaimana kita
menyadari hal. Ini benar-benar memberikan indikasi yang sangat penting dan
tidak dapat dihindari untuk orang-orang preferensi gaya belajar, serta perilaku
mereka dan bekerja gaya, dan kekuatan alami mereka. Jenis-jenis kecerdasan
yang dimiliki seseorang (Gardner menunjukkan sebagian besar dari kita kuat
dalam tiga jenis) tidak hanya menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara
atau metode di mana mereka lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan
mereka dan juga untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan mereka.
3) Pendekatan modalitas belajar berdasarkan preferensi sensori
Penjelasan dan pemahaman Tujuh Kecerdasan Gardner dapat lebih diterangi dan
diilustrasikan dengan melihat klasik kecerdasan lain dan model gaya belajar,
dikenal sebagai model gaya belajar Visual-Auditory-Kinestetik, biasanya
disingkat VAK. Konsep, teori dan metode pertama kali dikembangkan oleh
psikolog dan spesialis mengajar seperti Fernald, Keller, Orton, Gillingham,
Stillman dan Montessori, dimulai pada tahun 1920-an. Para VAK pendekatan
multi-indera (preferensi sensori) untuk belajar dan mengajar ini awalnya berkaitan
dengan pengajaran anak-anak menderita disleksia dan pelajar lain untuk metode
pengajaran konvensional yang tidak efektif. Spesialis VAK awal diakui bahwa

orang belajar dalam berbagai cara: sebagai contoh yang sangat sederhana, seorang
anak yang tidak bisa dengan mudah mempelajari kata-kata dan huruf dengan
membaca (visual) mungkin misalnya belajar lebih mudah dengan menelusuri
bentuk huruf dengan jari mereka (kinestetik). Model gaya belajar VisualAuditory-Kinestetik tidak menutup kecerdasan ganda Gardner, melainkan dengan
model VAK memberikan perspektif yang berbeda untuk memahami dan
menjelaskan pilihan seseorang atau dominan berpikir dan gaya belajar, dan
kekuatan. Teori Gardner adalah salah satu cara melihat gaya berpikir; VAK adalah
hal lain.
Dari tiga pendekatan tersebut yang dikenal luas di Indonesia adalah pendekatan
berdasarkan preferensi sensori (Adi W. Gunawan:2004:142). Macam-macam modalitas
belajar berdasarkan preferensi sensori ini menurut Barbe dan Swassing (dikutip oleh
Hartanti dan Arhartanto) terdiri atas tiga modalitas (gaya belajar), yaitu: visual,
auditorial, da kinestetik. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Fleming (2002)
bahwa terdapat 3 modalitas belajar, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik (Hartanti dan
Arhartanto: 2003:295-307). Namun akhir-akhir ini Fleming memperkenalkan modalitas
tambahan yakni modalitas read/write (baca/tulis).
Oleh karena ketenaran dan penggunaannya yang luas maka makalah ini hanya
menitikberatkan pada pengklasifikasian modalitas belajar menurut preferensi sensori
yaitu modalitas belajar visual, modalitas belajar auditorial, dan modalitas belajar
kinestetik.
Menurut sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang
dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New
York, dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John
Grinder, dan Michael Grinder, telah mengidentifikasi tiga modalitas belajar dan
komunikasi yang berbeda.
a) Visual.
Belajar melalui melihat sesuatu, suka melihat gambar atau diagram, pertunjukkan,
peragaan atau menyaksikan video. Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan
cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting
adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang
digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media,
ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan

cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di


papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh
dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung
untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir
menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar,
dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya
untuk mendapatkan informasi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik modalitas belajar
seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki, adalah sebagai berikut:
Rapi dan teratur
Berbicara dengan cepat
Mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik
Teliti dan rinci
Mementingkan penampilan
Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang
belajar
Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi
secara tertulis
Merupakan pembaca yang cepat dan tekun
Lebih suka membaca daripada dibaca
Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada,
membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang
berkaitan
Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretancoretan tanpa arti
selama berbicara
Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak.
Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/ berceramah
Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) dari pada musik
Sering kali menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan
dalam kata-kata
Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
b) Auditori.

Belajar melalui mendengar sesuatu, suka mendengarkan kaset audio, ceramahkuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Lirikan kekiri/kekanan
mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang bertipe auditori
mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk
itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih
cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru
katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone
suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.
Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori
mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat
dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai
dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja (belajar)
Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras
Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara
Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam
bercerita
Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
Berbicara dengan sangat fasih
Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
apa yang dilihat
Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan
dengan visualisasi
Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada
menuliskannya
Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.
c) Kinestetik.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung, suka menangani, bergerak,
menyentuh, dan merasakan, mengalami sendiri (Rose, Colin & Malcolm J.

Nicholl:2002:130-131). Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat.


Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh,
dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena
keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang
bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai
dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
Berbicara dengan perlahan
Menanggapi perhatian fisik
Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain
Banyak gerak fisik
Memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar
Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca
Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut
Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Pada umumnya tulisannya jelek
Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik
Ingin melakukan segala sesuatu (DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike:2000:110112.
4. Ketrampilan Mencatat
a. Mencatat untuk menghapal
Pada umumnya jika kita memerlukan mencatat untuk menghapalnya, maka
catatan yang kita buat berbentuk out-line. Formatnya tersusun secara berurutan
kebawah serta penomorannya.ini adalah bentuk yang lazim.
Kelebihannya:
-

Bahan tersusun secara berurutan dan tampak sistematik,

Kalimat atau penjelasan dapat di tulis panjang lebar.


Kelemannya:

Kesulitan memasukan materi-materi sejenis pada nomornya karena tidak ada lagi
ruang,

Tidak dapat di lihat keseluruhan,sekaligus.

Sulit melihat kaitan-kaitan antar bahasaan/subahasan.

Membosankan dan sering kali ada hal-hal yang terlewatkan.

b. Mencatat untuk mengingat


Keperluan mencatat yang sesungguhnya adalah untuk mengingat kembali
dengan baik materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru, pembicara dalam diskusi,
atau materi bacaan yang telah di baca. Mencatat untuk keperlan semacam ini
merupakan proses belajar dengan tingkat perhatian lebih tinggi dari pada untuk
keperlaun menghapal. Kita dapat mengingat sesuatu dengan baik apabila kita punya
kesan terhadapnya. Pristiwa yang mengharukan dapat kita ingat dengan baik karena
meninggalkan kesan yang mendalam. Begitu jg sesuatu yang membuat kita senang,
ataupun sangat marah.
Selama kita memperhatikan guru menearangkan pelajaran, pembicaraan
membahas materi diskusi. Sewaktu itu pula dalam otak kita terjalin pemikiran,kesan,
reaksi dan kepedulian terhadap hal-hal yang kita perhatian. Hal ini umumnya tidak
kita sadari, sehingga kita abaikan dan lupakan. Dalam mencatat untuk kebutruhan
mengingat, hal-hal yang kita abaikan dan lupakan yang terdapat di bawah sadar kita
harus munculkan ketas kertas catatan. Ada dua hal yang sekaligus kita lakukan
selama mencatat:
-

menulis materi-materi yang kita perhatikan secara sada kita.

Menyusun hal-hal yang berkembang dibawah sadar kita.


Dalam Quantum Learning, model mencatat seperti ini di sebut catatan,tulis-

susun. Caranya adalah sbb:


-

Buatlah garis vertika,kira-kira sepertiga bagian dari tepi kanan lembaran buku
catatan. Sisi kiri adalah untuk menuliskan materi yang kita catat;sisi kanan adalah
untuk menyusun hal-hal yang berkembang di bawah sadar kita selama kegiatan
mencatat.

Pada sisi kiri, tulislsh poin-poin penting yang akan di sampaikan oleh guru,
pembicara, atau pengarang buku yang di baca, Istilah, bagan, diagram. Inilah
materi yang kita catat. Pada sisi ini kita harus membatsi diri hanya mencatat halhal yang disampaikan.

Pada sisi kanan, perasaan, reaksi, pertanyaan, kepedulian kita tentang materi
yang kita catat di sisi kiri. Disisi ini kita bisa menulis apa saja yang muncul di
pikiran dan perasaan kita.

Catatan pada sisi kanan akan membantu kita memuaskan konsentrasi atau
mengalihakan kembali perhatian pada apa yang sedang di katakan guru atau
pembicara. Nantinya akan bermanfaat untuk:
-

Memahami dan mengingatkan kita pada maksut catatan;

Mengingat hal-hal yang ingin kita periksa ulang;

Mendesak kita untuk mencari sumber atau reperensi;

Memilih hal-hal yang sangat penting bagi kita ketika mendengarnya.

5. Jurus Belajar Yang Efektif dan efisien


Pada dasarnya, Belajar merupakan aktivitas manusia yang berlangsung hingga akhir
kehidupannya. Setiap manusia terus menerus mempelajari sesuatu, khususnya yang berkaitan
dengan keinginan untuk mencapai tujuan, keterampilan, dan pengetahuan tertentu. Gaya belajar
adalah kebiasaan belajar yang dimiliki oleh seseorang. Gaya belajar seseorang merupakan
kombinasi dari cara seseorang menyerap, mengair, dan mengolah informasi.
Jurus

Unsur Belajar Efektif dan efisien

Pertama

Beri alasan yang kuat mengapa kita harus belajar?

Setelah lulus SMA, kita harus bekerja atau melanjutkan studi ke perguruan
tinggi.

Kualitas lulusan SMA belum siap pakai.

Persaingan masuk ke perguruan tinggi yang berkualitas sangat ketat.

Kedua

Tumbuhkan minat

Jangan biarkan kebencian terhadap pelajaran tertentu meluruhkan semangat


belajar.

Tumbuhkan minat pada semua mata pelajaran yang diujikan dengan cara
mengajukan banyak pertanyaan (mengapa jadi begini?, mengapa jadi begitu?,
mengapa harus dengan cara itu?)

Ketiga

Tekun dan rajin hadir di kelas

Datang, duduk, dengarkan dengan baik pembahasan pelajaran. Berarti kamu

telah menyerap pelajaran tersebut minimal 30 % nya.

Keempat

Hal tersebut menjadi modal penting untuk memahami materi selanjutnya.


Belajar kelompok secara teratur

Belajar secara bersama pada umumnya lebih efektif dibanding dengan


belajar sendiri karena kita dapat berbagi pengetahuan.

Kelima

Jumlah kelompok sebaiknya tiga orang.

Belajar secara teratur dan terjadwal serta memiliki target

Jadikanlah belajar sebagai kebiasaan.

Belajar sedikit tetapi sering berdampak lebih efektif jika dibandingkan


belajar banyak tetapi hanya sekali.

Merupakan usaha untuk menjaga kesegaran pemahaman dan ingatan serta


memelihara motivasi.

Keenam

Target perolehan nilai/prestasi akan memotivasi semangat belajar.


Pandailah seluruh materi pelajaran sebelum mempelajari bagian demi
bagian

Pahamilah materi pelajaran secara menyeluruh

Kamu harus mengeti keterkaiatan antara satu pokok bahasan dengan pokok
bahasan yang lain.

Ketujuh

Konsentrasi pada satu hal

Belajar akan menjadi jauh lebih mudah bila kamu hanya berkonsentrasi pada
satu hal saja.

Menjauhlah dari persoalan-persoalan sepele ataupun serius yang akan


menyita konsentrasi belajarmu.

Kedelapan

Seraplah informasi yang benar sedini mungkin

Yakinkan diri bahwa kamu telah memahami konsep-konsep dasar.

Jangan biarkan ketidakpahaman tersimpan dalam benakmu

Bertanyalah jika belum mengerti, sebab bertanya adalah ciri orang cerdas.

Kesembila
n

Buatlah catatan atau ringkasan yang rapi, menarik, dan teratur


Catatan atau ringkasan yang rapi, menarik dan teratur memudahkan untuk
menjaga motivasi belajar serta memahami dan mengingat bahasa.

Kesepuluh

Mengulang pelajaran adalah bagian dari belajar

Mengulang catatan atau ringkasan yang telah dibuat.

Melatih diri mengerjakan soal-soal sebanyak mungkin.

6. Meningkatkan Ketrampilan Mendengar


Awal mula kita belajar segala sesuatu pasti lewat mendengar. Kita belajar mengenal suara
ibu dan ayah juga lewat mendengar. Saat seluruh indra lain belum sempurna bekerja,
pendengaran kitalah yang berperan. Bahkan katanya, kita sudah bisa mendengar detak jantung
kita sendiri dan merespon suara ibu dan ayah dengan gerakan tertentu saat kita masih di
kandungan. Beranjak dewasa kemampuan mendengar kita tetap berfungsi, tetapi ketrampilan
mendengarkan semakin berkurang. Kita sudah tidak melatihnya lagi. Coba kita ingat lagi apakah
dulu ada pelajaran mendengarkan di sekolah? Iya ada saat pelajaran bahasa inggris. Selain mata
pelajaran itu rasanya tidak ada lagi. Waktu belajar kita menjadi lebih banyak dihabiskan untuk
membaca dan menulis. Ketrampilan mendengarkan tidak lagi dilatih dan digunakan. Tidak tahu di
zaman sekarang ya. Latihan bagaimana mendengarkan orang lain mungkin sudah mulai
diajarkan.
Lalu bagaimana mengembalikan kemampuan mendengarkan itu? Julian Treasure, yang
juga seorang ahli dalam penerapan suara untuk kebaikan , memberikan beberapa latihan berikut
agar kemampuan mendengarkan Anda menjadi lebih baik.

a. Diamlah untuk beberapa saat


Dengan diam, kita menjadi lebih sensitif terhadap sekitar kita. Berbahagialah bagi
Anda yang sering Sholat karena dalam sholat kita melatih untuk diam bukan?
Beberapa teman lain mungkin ada yang bermeditasi. Namun, Julian Cuma
mensyaratkan kita untuk diam beberapa menit saja sebagai latihan untuk
meningkatkan kemampuan mendengarkan kita.
b. Mendengarkan beberapa suara
Misalnya saat Anda sedang di cafe dan menikmati minum kopi sambil kumpul sama
beberapa teman. Coba identifikasi dan dengarkan beberapa saluran suara seperti suara

mesin kopi, suara kran air, suara deruman mesin pencampur susu. Anda pun dapat
melakukannya di tempat lain, misalnya di Pantai. Coba dengarkan suara burung,
deburan ombak, semilir angin dan sebagainya. Latihan seperti ini akan membuat kita
menjadi lebih sensitif.
c. Menikmati suara-suara yang Anda tidak suka
Anda pasti tidak suka suaran bising mesin, tetapi Julian menyarankan agar Anda
menikmati suara bising tersebut. Contoh, disebelah rumah saya, tetangga sedang
bangun rumah. Suara Molen, mesin pengaduk semen, cukup bising di pagi hari. Coba
saja dinikmati karena sesungguhnya ada irama tertentu di suara tersebut yang bisa
kita nikmati.
d. Mengubah posisi mendengarkan Anda
Ubahlah posisi mendengarkan Anda. Anda akan lebih menyadari dan meningkatkan
sensitifitas Anda dengan mengubah posisi mendengarkan Anda.
e. Mendengar dengan RASA
Anda harus mulai mempraktekkan mendengar dengan RASA di setiap kesempatan.
RASA merupakan singkatan dari kata Receive, Appreciate , Summarize, Ask.
(menerima, menghargai, meringkas dan bertanya). Praktekkan selalu dalam setiap
kesempatan maka Anda mampu menjadi seorang pendengar yang baik. Sayangnya,
Julian tidak detail menjelaskan tentang RASA dalam presentasinya.

Rangkuman

C. DISKUSI
Ada 4 hal yang harus Anda lakukan saat mendengarkan agar mampu menangkap pesan dengan
baik. Ini hasil intisari dari beberapa kajian perihal mendengarkan secara aktif tersebut:
1. Berikan Perhatian

Praktikkan dengan
kelompokmu!

2. Berikan Penghargaan
3. Berikan Pernyataan
4. Berikan Pertanyaan

D. EVALUASI
Aspek Kognitif
1. Coba jelaskan bagaimana otak manusia itu?

2. Apa saja prinsip-prinsip belajar itu?

3. Apa pentingnya mencatat dan mendengarkan?

Aspek Afektif
1. Bagaimana modalitas belajarmu? Termasuk yang mana? Jelaskan

2. Bagaimana cara belajar yang efektif dan efisien menurut kalian?

Aspek psikomotorik
Tentu kamu sudah mengenali cara belajarmu, adakah yang perlu kamu perbaiki lagi?
Tuliskan rencanamu disini!

.
Daftar Pustaka
Sumber : Mulyaningtyas, Renita. Hadiyatno, Yusup. 2007. Bimbingan dan Konseling untuk SMA dan MA
Kel as XI. Jakarta: Esis
https://dedenhendrayana.com/2013/12/12/cara-meningkatkan-kemampuan-mendengarkan-anda/
http://yudiarachmadcounselling.blogspot.co.id/2014/01/modalitas-belajar-learning-style.html
http://aldersy-belajar.blogspot.co.id/2014/02/mengenal-otak-kita.html
http://mengenal-otak.blogspot.co.id/2010/08/kebiasaan-buruk-yang-merusak-otak.html

http://ainunzaky.blogspot.co.id/2014/10/prinsip-prinsip-belajar_15.html

http://renopendidikankonselor.blogspot.co.id/2013/11/satlan-keterampilan-mencatat.html

Das, Irsyad & Elfi. 2004. Belajar Untuk Belajar. Bukit Tinggi Padang: Usaha Ikhlas.
Prayitno. 2004. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. L1-L9.Fkip: UNP
http://kukuhsilautama.wordpress.com/prinsip partisipasi aktif siswa, prinsip umpan balik dan
prinsip perulangan/html.

Anda mungkin juga menyukai