GHAITSA ZAHIRA S.
XII IIS 5
MAN 2 Blitar
Maret 2022
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia untuk meresume buku yang
berjudul “Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak” dengan baik.
Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Gogot Ari
Susanto, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia MAN 2 Blitar yang sudah
memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat menyadari bahwa tulisan ini pasti terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Mudah-mudahan tulisan yang saya buat ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca sekalian. Saya mohon maaf apabila terdapat kalimat yang kurang
berkenan dalam penulisan ini.
Ghaitsa
A. IDENTITAS BUKU
Judul : Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak
Pengarang : Jalaluddin Rakhmat
Penerbit : Penerbit Kaifa
Tebal halaman : 177 halaman
B. RESUME BUKU
BAB 1 Otak Anda yang Menakjubkan
Otak bertanggung jawab atas semua kegiatan kita yang sangat canggih
menciptakan peradaban, musik, seni, ilmu, dan bahasa. Harapan-harapan kita,
pikiran kita, emosi kita, dan kepribadian kita semua dionggokkan di satu tempat di
dalamnya. Setelah ribuan ilmuwan mempelajarinya selama berabad-abad, hanya ada
satu kata untuk menggambarkannya menakjubkan. Ada kira-kira seratus miliar
neuron atau sel saraf di dalam otak. Dan dalam satu otak manusia, jumlah
kemungkinan interkoneksi di antara sel-sel ini lebih besar dari jumlah atom di alam
semesta. Walaupun kita tidak pernah dapat mengungkapkan misteri otak secara
sempurna, kita sekarang tahu banyak tentangnya. Kita tahu kira-kira apakah otak itu,
apa yang dilakukannya, dan mengapa ia berlaku seperti itu.
1. Mulailah pelajari mekanisme otak kita dan menyesuaikan cara belajar kita
dengannya.
2. Karena otak sangat dipengaruhi makanan, maka makanlah makanan yang bukan
saja menyehatkan tetapi juga mencerdaskan otak Anda. Pelajari “Bab II: Cerdas
dengan Makanan”.
3. Karena olahraga dapat menghasilkan “faktor” pertumbuhan yang mendorong
percabangan dendrit, belajarlah dengan banyak bergerak. Tinggalkan cara belajar
“kuno” dengan menghafal sambil duduk selama berjam-jam. Pelajari “Bab III:
Cerdas dengan Gerakan”.
4. Otak kita terus berkembang bila kita hidup dalam lingkungan yang penuh
tantangan. Pelajarilah selalu hal-hal baru, pecahkan masalah-masalah baru, atau
hidup dalam lingkungan baru. Dalam buku ini, pelajarilah “Bab IV: Cerdas
dengan Pengayaan Lingkungan”.
BAB 2 Cerdas dengan Makanan
Dr. Snowdown melakukan penelitian pada delapan puluh delapan perempuan
berusia lanjut mulai dari 77 sampai 98 tahun. Mereka yang likopen darahnya rendah
paling tidak mampu untuk merawat dirinya pada usia tua; paling tidak mampu untuk
berjalan, mandi, berpakaian atau makan. Mereka yang mengalami defisiensi likopen
empat kali lebih banyak memerlukan bantuan ketimbang orang yang kadar
likopennya rata-rata. Menurut Dr. Snowdown, likopen menetralkan radikal bebas
dalam tubuh, termasuk otak, dan membuat otak tetap utuh sehingga berfungsi lebih
baik dan lebih lama.
Untuk “memaku” pikiran, haruslah ada gerakan. Seseorang dapat duduk diam
untuk berpikir, tetapi untuk mengingat pikiran, gerakan harus dilakukan untuk
mengikatnya. Kita harus mewujudkannya dalam kata-kata. Saat saya menulis, saya
membuat hubungan dengan pikiran saya melalui gerakan tangan saya. Saya mungkin
takkan perlu membaca apa yang saya tulis, tetapi gerakannya adalah perlu untuk
mengumpulkan pikiran membangun jaringan saraf.
Sebagian besar orang memiliki kecenderungan untuk berpikir lebih baik dan
lebih bebas bila melakukan kegiatan fisik yang memerlukan konsentrasi rendah
secara berulang kali. Banyak orang mengatakan kepada saya bahwa mereka berpikir
lebih baik saat berenang, berjalan santai, atau saat bercukur. Seorang mahasiswi saya
yang agak tua menyelesaikan satu semester dengan merajut selama mendengar
kuliah saya. Ia merajut lebih sering ketimbang menulis di catatannya. Ia menamatkan
kuliah saya dengan mendapat nilai A dan sembilan sweater. Saya menyadari bahwa
gerakan ternyata menolong saya dalam berpikir.
Ahli sains saraf telah lama mencari kaitan saraf antara daerah pada otak yang
terlibat dengan gerakan dan daerah pada otak yang terlibat dengan aktivitas kognitif.
Jika ditemukan, hal ini akan membantu menjelaskan, misalnya, mengapa penderita
penyakit Parkinson menunjukkan tanda-tanda kemunduran mental seiring dengan
kemunduran fisik. Belakangan, penelitian menunjukkan bahwa dua daerah pada otak
yang sebelumnya dianggap hanya mengendalikan gerakan otot, yaitu basal ganglia
dan serebelum, ternyata juga penting dalam mengoordinasikan pikiran. Daerah-
daerah ini dihubungkan dengan lobus frontal, tempat terjadinya perencanaan dan
penyusunan kegiatan di masa yang akan datang.
Yang telah kita bicarakan di atas sebagian besar merupakan ikhtisar dari Your
Miracle Brain. Buku itu menghimpun berbagai penelitian tentang pengaruh makanan
pada otak. Di bawah ini saya sampaikan kepada Anda ikhtisar dari saransaran Carper
untuk Anda—memanfaatkan makanan agar Anda belajar cerdas. Sepuluh saran
berikut ini disebut Carper sebagai “Ten Top Strategies”.
Untuk “memaku” pikiran, haruslah ada gerakan. Seseorang dapat duduk diam
untuk berpikir, tetapi untuk mengingat pikiran, gerakan harus dilakukan untuk
mengikatnya. Kita harus mewujudkannya dalam kata-kata. Saat saya menulis, saya
membuat hubungan dengan pikiran saya melalui gerakan tangan saya. Saya mungkin
takkan perlu membaca apa yang saya tulis, tetapi gerakannya adalah perlu untuk
mengumpulkan pikiran membangun jaringan saraf.
Sebagian besar orang memiliki kecenderungan untuk berpikir lebih baik dan
lebih bebas bila melakukan kegiatan fisik yang memerlukan konsentrasi rendah
secara berulang kali. Banyak orang mengatakan kepada saya bahwa mereka berpikir
lebih baik saat berenang, berjalan santai, atau saat bercukur. Seorang mahasiswi saya
yang agak tua menyelesaikan satu semester dengan merajut selama mendengar
kuliah saya. Ia merajut lebih sering ketimbang menulis di catatannya. Ia menamatkan
kuliah saya dengan mendapat nilai A dan sembilan sweater. Saya menyadari bahwa
gerakan ternyata menolong saya dalam berpikir.
BAB 4 Cerdas dengan Pengayaan
Seperti kata Hohmann, “Gen menjadi batu bata untuk membangun otak, dan
lingkungan adalah arsiteknya.” Dalam Bab 1, kita sudah menjelaskan interaksi yang
menakjubkan antara gen dengan lingkungan, antara neuron dengan stimuli. Anda
mungkin membayangkan otak sebagai komputer besar dengan kapasitas yang luar
biasa. Tetapi, bayangan itu tidak tepat. Jaringan-jaringan sirkuit dalam komputer
disusun oleh ahli hardware. Sirkuit dalam otak kita dibuat dan diatur oleh bagian-
bagian otak kita sendiri. Anda harus membayangkan otak sebagai komputer dengan
sepasukan teknisi kecil yang tidak henti-hentinya bekerja, membuat jaringan-
jaringan baru untuk menyesuaikan otak dengan perubahan lingkungan.
Sekarang ini otak kita masing-masing yang beratnya hanya tiga pon itu
mempunyai 100 miliar neuron, 16 kali lebih banyak dari jumlah penduduk bumi, atau
kira-kira sama banyaknya dengan jumlah gemintang di galaksi Bimasakti. Jumlah
yang dahsyat itu ternyata hanya setengah dari jumlah neuron yang dibekalkan Tuhan
kepada kita pada empat bulan pertama kehamilan. Jika alam semesta lahir karena
ledakan dahsyat, The Big Bang, maka perkembangan otak juga dimulai dengan
overproduksi neuron pada minggu-minggu pertama kehamilan. Maka sebagaimana
bintang gemintang meninggalkan pusat alam semesta membentuk balon raksasa, the
expanding universe, neuron-neuron itu bergerak meninggalkan tanah airnya,
bermigrasi ke berbagai daerah sampai ke lapisan otak paling luar.
Neuron tidak menjadi neuron visual begitu dia lahir. Neuron memperoleh
jabatan neuron visual hanya karena ia berhenti di tempat yang nanti akan menjadi
tempat datangnya informasi visual. Begitu pula neuron-neuron yang lain. Mereka
memperoleh jati dirinya di tempat tujuan. Di situ, setiap neuron membangun dendrit
dan akson untuk berkomunikasi dengan dendrit dan akson lainnya. Seperti para
pembangun kota, mereka membangun jaringan-jaringan telepon yang jauh lebih
banyak dengan akses yang jauh lebih efektif, dan dengan biaya yang jauh-jauh lebih
murah (bukan hanya karena tidak ada korupsi!).