Anda di halaman 1dari 27

BRAIN DEVELOPMENT PESERTA DIDIK

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Teori Belajar Matematika
Dosen Pengampun : Widodo Winarso, M.PdI

Oleh:
Siti Wilhelminah (1808105001)
Fifi Fitriyani Salwan (1808105002)
Siti Alfiyah (1808105003)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Teori Belajar
Matematika. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman para mahasiswa mengenai Brain Development Peserta
Didik yang nantinya akan menjadi pedoman para mahasiswa dalam kegiatan
mengajar.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, semua itu karena kami masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Cirebon, 18 Maret 2019

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3. Manfaat dan Tujuan .................................................................................. 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 3

2.1. Tahapan Brain Development .................................................................... 3

2.2. Tahap Perkembangan Otak Manusia ........................................................ 4

2.3. Cara Kerja dan Teori Otak .................................................................... 12

BAB III ................................................................................................................. 22

PENUTUP ............................................................................................................. 22

3.1. Simpulan ..................................................................................................... 22

3.2. Saran ........................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Brain development adalah salah satu model pendekatan pengembangan
pemberdayaan manusia berbasis otak untuk meningkatkan kualitas hidup
dan produktivitas SDM. Brain Development dilakukan melalui tahapan
Brain Screening, Brain Stimulation dan Brain Restoration.
Pada perkembangan dunia pendidikan dewasa ini, pendidik dituntut
untuk mengetahui kehebatan otak. Dengan mengetahui kehebatan otak,
pendidik akan menyadari dan meyakini bahwa otak sebagi nikmat yang luar
biasa dan sangat menakjubkan. Keyakinan ini akan memotivasi pendidik
yang berikutnya ditularkan pada para peserta didik untuk mensykuri apa
yang dimilikinya.
Otak manusia memiliki kapasitas (kemampuan yang bersifat bawaan)
sangat besar untuk belajar karena secara proporsional manusia memiliki
area otak yang selalu siap untuk belajar sesuatu yang baru. Area otak itu
dikenal sebagai otak berfikir atau otak belajar (the learning brain), dan
dalam istilah Neurologist dinamakan neocortex.

Cara kerja otak dalam belajar, memang masih banyak hal yang belum
terungkap, tetapi di sisi lain, banyak juga yang sudah ditemukan oleh para
ahli. Teori-teori yang sudah ditemukan oleh para ahli, sangat bermanfaat dan
merupakan kontribusi berharga dalam memperkaya pemahaman tentang cara
otak belajar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahapan Brain Development?
2. Bagaimana cara kerja otak dan apa saja Teori tentang Otak menurut Para
Ahli?
3. Bagaimana tahap perkembangan otak manusia?

1
1.3. Manfaat dan Tujuan
1. Pembaca dapat memahami tentang Brain Development.
2. Pembaca dapat memahami Cara Kerja Otak dan Teori tentang Otak
menurut para Ahli.
3. Pembaca mengetahui tahap perkembangan otak manusia

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tahapan Brain Development


Brain development adalah salah satu model pendekatan pengembangan
pemberdayaan manusia berbasis otak untuk meningkatkan kualitas hidup
dan produktivitas SDM. Brain Development dilakukan melalui tahapan
Brain Screening, Brain Stimulation dan Brain Restoration.
Brain Screening, adalah upaya penilaian potensi kecerdasan pada orang
normal maupun sakit, meliputi: Penilaian potensi kecerdasan pada anak
sampai lanjut usia; Penilaian potensi kecerdasan majemuk (Multiple
Intelligence) pada anak, misalnya kecerdasan bahasa, kecerdasan
matematika, ataupun kecerdasan lainnya; dan Penilaian kecerdasan
kompeten pada dewasa/usia produktif.
Brain Stimulation adalah upaya peningkatan kesehatan otak melalui
pemberian rangsangan. Tujuannya mengoptimalkan potensi kecerdasan,
meliputi: Stimulasi pada janin dilakukan melalui Brain Booster, yaitu
pemberian stimulasi dan nutrisi pengungkit otak untuk meningkatkan
perkembangan otak janin melalui ibu hamil; Peningkatan kemampuan
komunikasi anak dan remaja melalui komunikasi otak, yang merupakan
salah satu model pendekatan komunikasi yang sesuai dengan proses kerja
otak; Brain learning pada lanjut usia untuk mengoptmalkan fungsi otak pada
lansia melalui senam vitalisasi otak dan mendongeng; dan Brain exercise
pada lanjut usia yang mengalami satu atau lebih gangguan proses kognitif
dengan activity daily living yang masih baik.
Brain Restoration adalah upaya penanggulangan kerusakan otak melalui
rangsangan potensi kecerdasan yang masih dimiliki untuk memaksimalkan
potensi kecerdasan, meliput: Brain restoration pada anak, misalnya pada
anak dengan gizi buruk, penyandang eoilepsi; Brain Restoration pada
remaja dengan masalah ketergantungan obat (NAPZA), adiksi pornografi;
Brain Restoration pada lanjut usia yang mempunyai resiko maupun yang

3
telah mengalami gangguan, misalnya pada lansia yang telah mengalami
gangguan degeneratif, gangguan vaskuler, penyakit metabolik ataupun
gangguan pasca stroke.
2.2. Tahap Perkembangan Otak Manusia

Otak adalah mesin penggerak segala fungsi dan aktivitas tubuh


manusia. Jika Anda ingin bergerak atau melakukan sesuatu, otaklah yang
memerintah dan mengaturnya. Kecerdasan, kreativitas, emosi, dan ingatan
juga menjadi sekian dari banyak hal yang diatur oleh otak.
- Otak mulai terbentuk sejak dalam kandungan
Otak manusia mulai berkembang sejak minggu ke-empat setelah
pembuahan, ketika tabung saraf akhirnya menutup. Tabung saraf adalah
jaringan saraf yang paling perama terbentuk sejak pembuahan, tampak
seperti cacing tanah yang membentang sepanjang bagian belakang
embrio.
Pada saat Anda hamil tiga minggu, embrio yang sedang
berkembang telah membentuk alur saraf, yang merupakan fondasi bagi
struktur otak. Otak manusia kemudian terus berkembang seiring usia
kehamilan, ditandai dengan munculnya sel-sel saraf (neuron) yang
membentuk struktur dan fungsi baru pada otak. Setiap neuron akan

4
terhubung dengan neuron lainnya untuk membentuk sistem saraf dengan
bantuan serat yang disebut dendrit dan akson.
- Saat bayi dilahirkan
Ketika bayi dilahirkan, ada sekitar sekitar 100 miliar neuron yang
terbentuk sehingga ukuran otak bayi sudah mencapai 60% dari ukuran
otak dewasa. Saat lahir, myelin atau zat lemak yang melindungi akson
pada otak serta membantu impuls bergerak lebih cepat sudah diproduksi
oleh otak yang berada di dekat sumsum tulang belakang. Bagian otak
tersebut bertugas untuk mengatur fungsi-fungsi dasar, seperti bernapas,
makan, dan mengendalikan detak jantung.
- Masa anak-anak
Anak membaca buku cerita, memasuki usia tiga tahun, ukuran
otak manusia membesar menjadi 80% dari ukuran otak utuh saat dewasa.
Pada usia ini, otak sebenarnya memiliki lebih dari 200 persen sinaps.
Sinaps adalah hubungan antara akson dengan sel saraf yang
memungkinkan informasi mengalir di antara keduanya.
Seiring dengan tumbuh kembang anak, otak mulai memecah
sinaps yang dianggap tidak penting sehingga otak menjadi lebih fokus
hanya pada koneksi yang penting. Saat menginjak usia lima tahun,
perkembangan otak menjadi lebih tajam. Setiap pengalaman yang
dirasakan anak akan membentuk sinaps. Itu kenapa perkembangan otak
anak akan disesuaikan dengan lingkungan anak. Bila anak merasakan
pengalaman negatif, maka akan otak akan membentuk trauma dan
ingatan negatif berkat sinaps yang terbentuk. Tetapi di sisi lain, upaya
pemulihan kondisi juga lebih efektif dilakukan daripada di usia yang
lebih tua.
- Menginjak usia remaja
Ukuran dan berat otak remaja tidak berbeda jauh dengan orang
dewasa, tapi belum sepenuhnya berkembang matang. Pada usia ini,
myelin yang sudah dihasilkan ketika bayi dilahirkan memiliki rangkaian
yang lebih kompleks. Rangkaian akhir myelin tersebut berada di bagian

5
lobus frontal, tepatnya di belakang dahi. Myelin berfungsi untuk
mengambil keputusan, mengontrol impuls, dan empati.
Namun, fungsi tersebut belum begitu mantap layaknya orang
dewasa. Oleh karena itu, banyak remaja yang sering mengalami galau
atau emosi yang labil. Perlu peran orangtua dalam membimbing anak
remajanya dalam mengambil keputusan supaya terhindar dari pilihan
yang buruk.
- Beranjak dewasa
Saat memasuki usia 20 tahun, perkembangan otak pada lobus
frontal akhirnya selesai, terutama pada kemampuan penilaian. Itu
sebabnya usia 25 digadang menjadi usia terbaik untuk mengambil
keputusan.
Namun demikian, perkembangan otak akan mulai menurun secara
perlahan di rentang usia ini. Tubuh akan dengan sendirinya akan
membentuk sekaligus menghilangkan sel saraf dan sel otak. Terlebih
walaupun sel otak dan sinaps tetap dibentuk, namun prosesnya memakan
waktu yang lebih lambat. Saat memasuki usia 30 tahun, pemecahan
sinaps menjadi lebih sulit sehingga banyak orang dewasa yang
mengalami kesulitan untuk fokus untuk mempelajari sesuatu yang baru.
Beberapa penyakit mental yang melemahkan perkembangan
fungsi lobus frontal otak, seperti skizofernia, depresi, hingga gangguan
kecemasan paling rentan terjadi di masa dewasa muda. Sekitar 60 sampai
80% orang yang berusia 18 sampai 25 tahun memiliki salah satu, atau
lebih, dari kondisi ini.
Memulai kebiasaan olahraga dan pola makan sehat untuk
menjaga kesehatan otak sampai usia senja nanti idealnya dimulai sejak
saat ini.
- Sudah lanjut usia
Pada usia 50 tahun, ingatan mulai menjadi lebih pendek atau
Anda jadi lebih mudah melupakan sesuatu. Ini disebabkan karena
penuaan alami mengubah ukuran dan fungsi otak. Berkurangnya

6
kemampuan otak sepenuhnya disebabkan oleh kematian sel-sel otak dan
sinapsis. Otak menjadi menyusut dan risiko berbagai penyakit terkait
dengan otak akan terus meningkat.
Sekitar 5% orang dewasa mengalami gejala awal Alzheimer di
usia 50-an. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui perubahan yang
terjadi pada diri Anda; apakah terjadi akibat penuaan alami atau gejala
Alzheimer. Satu dari sepuluh lansia berusia 65 tahun ke atas diketahui
memiliki alzheimer. Risiko ini pun meningkat setiap 5 tahun. Saat usia
mencapai 85 tahun, risiko Alzheimer menjadi 50% lebih besar.
Oleh karena itu, lansia diharuskan tetap rutin berolahraga untuk
meningkatkan kemampuan otaknya, misalnya dengan senam aerobik, dan
mengonsumsi makanan yang sehat untuk otak serta serta menghindari
stres sebagai pertahanan terbaik terhadap penuaan otak.
A. Perkembangan Psikomotorik
Adalah perkembangan psikomotorik adalah perkembangan
kepribadian manusia berhubungan dengan gerakan jasmania dan fungsioto
akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam
diri sendiri seseorang. Ciri khas dari keterampilan motoric adalah
otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur
dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap
apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan. Dua
prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku
psikomotorik ialah: Pertama, bahwa perkembangan itu berlangsung dari
yang sederhana kepada yang kompleks. Kedua, yang kasar dan global (gross
bodily movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan.
Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik
utama yang bersifat universal yang harus dikuasai oleh setiap individu pada
masa bayi atau awal masa kanak- kanaknya yaitu berjalan dan memegang
benda. Kedua jenis keterampilan ini merupakan basis bagi perkembangan
keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan
bermain dan bekerja. Keterampilan ini berkembang dan diajarkan kepada

7
anak oleh masing- masing keluarga mereka. Oleh karena itu orangtua dan
keluarga merupakan media paling awal yamg mempengaruhi pembentukan
perkembangan psikomotorik anak.
Kombinasi biologi, psikologi, kognitif, spiritual dan penerimaan
sosial selama periode anak usia 3-5 tahun menyiapkan anak sebelum masuk
sekolah. Anak bisa mengontrol sistem tubuh, kemampuan untuk berinteraksi
dengan anak lain dan orang dewasa, menggunakan bahasa untuk
menunjukkan kemampuan mental, serta bertambahnya perhatian terhadap
waktu dan ingatan, sebagai persiapan mereka menuju periode yang besar
selanjutnya yaitu masa sekolah. Keberhasilan penerimaan tahap tumbuh
kembang selanjutnya adalah penting bagi anak usia 3-4 tahun, untuk
memperbaiki tugas-tugas yang sudah dikuasai pada masa toddler. ( Arif,
2009)
Menurut Satoto 1990 (dalam Nurwidodo 2010) perkembangan
psikomotor mencakup banyak aspek perkembangan yang komplek antara
lain perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan sosial
dan perilaku.
a. Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan dari unsur
kematangan, pengendalian gerak tubuh serta perkembangan tersebut
erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak.
Perkembangan motorik kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan
sebagian besar bagian tubuh dan memerlukan tenaga karena dilakukan
otot-otot yang besar.
Perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah diantaranya
menendang bola jauh-jauh, melempar bola, menangkap bola yang
memantul dengan tepat, bergerak ke depan dan ke belakang dengan
mudah, berdiri pada satu kaki selama 10 detik atau lebih, meloncat/
jungkir balik, menganyun atau memanjat, anak dapat melompat, naik
turun tangga dengan kaki bergantian, anak dapat mengendarai sepeda
roda tiga.

8
b. Perkembangan motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya kemampuan
menggambar, memegang suatu benda. Hal ini tidak memerlukan
tenaga serta koordinasi yang cermat.
Perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah
diantaranya anak dapat mencontoh gambar yang diberikan dengan baik
seperti menggambar garis silang, mengenal dua atau tiga warna, dapat
melaksanakan tugas-tugas sederhana, menempatkan mainan-
mainannya dengan perhatian besar, menyusun balok-balok kecil, dapat
menggambar segi-tiga dan segi-empat, dapat menghitung jari-jarinya
sendiri, menggambar orang dari kepala, lengan dan badan,
membedakan bentuk benda, serta membedakan besar dan kecil, dapat
mencetak beberapa abjad/angka, menggunakan gunting dan pensil
dengan baik, dan anak dapat mengikat tali sepatunya sendiri.
c. Perkembangan bahasa dan bicara
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan. Bahasa adalah bentuk
aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi
dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar
gagasan, pikiran dan emosi.
Anak prasekolah sudah pandai bicara dalam kalimat yang
terdiri dari 5-6 kata, menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya,
banyak bertanya, mengenal sisi atas, bawah, depan dan belakang,
senang mendengar cerita-cerita dan mengulang hal-hal penting dalam
cerita. dapat berbicara dengan cukup jelas dan dapat dimengerti oleh
orang lain, mengenal empat warna, dapat menyebut hari-hari dalam 1
minggu, minat pada kata-kata baru dan artinya, mengetahui beberapa
lagu sederhana, dan protes bila di larang apa yang diinginkannya.

9
d. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan disekitarnya. Perkembangan personal sosial yang dapat
dilihat pada anak prasekolah yakni bekerja sama dan bermain dengan
anak-anak lain, berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga, belajar
berpakaian dan membuka pakaian sendiri, menunjukkan rasa sayang
pada saudara-saudaranya, anak dapat makan sendiri, anak senang
menyanyi: menari, menaruh minat pada aktivitas orang dewasa, ingin
seperti teman-temannya, ingin menyenangkan teman-temannya, lebih
senang mengikuti aturan dan membutuhkan persetujuan saat ingin
melakukan sesuatu.
Untuk mengembangkan potensi kemampuan psikomotorik
anak diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, dan yang paling
penting pada saat masa anak anak adalah orang tua, kemampuan
psikomotorik hanya bisa dikembangkan dengan latihan latihan yang
menuju kearah mengembangkan kemampuan anak. Hal ini
memerlukan rangsangan dari lingkungan sekitar anak agar
perkembangan potensi kemampuan psikomotorik anak bisa optimal
B. Perkembangan Kognitif
Adalah dikembangkan oleh jean piaget, seorang psikologi siss
yang hidup tahun 1896-1980. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata-skema-tentang bagaimana seseorang mempresentsi
lingkungannya- dalam tahap tahap perkembangan,saat seseorang
memperoleh cara baru dalam mempesentasikan informasi informasi secara
mental.
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a) Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal.
Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai tahap

10
praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat
dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan
pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap
kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis,
atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul
pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori (
Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang
sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu
dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak
yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang
merupakan sosok individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6
tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b) Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap
praoperasional. Dikatakan praoperasional karena pada
tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional dapat
dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis,
subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir
secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi
perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional,
anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses
berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi
suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya
dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase
ini merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun
kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab
itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik.

11
C. Perkembangan Psikososial
Adalah perkembangan bagian pesikologi yang secara khusus
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan aspek fisik, kognitif maupun
psikososial manusia sejak masa konsepsi sampai kematiannya.

2.3. Cara Kerja dan Teori Otak


2.3.1 Cara Kerja Otak
Pada perkembangan dunia pendidikan dewasa ini, pendidik
dituntut untuk mengetahui kehebatan otak. Dengan mengetahui kehebatan
otak, penddik akan menyadari dan meyakini bahwa otak sebagai nikmat
yang luar biasa dan sangat menakjubkan. Keyakinan ini akan memotivasi
pendidik yang berikutnya ditularkan pada para peserta didik untuk
mensykuri apa yang dimilikinya.
Pandangan terhadap wujud syukur dapat dikuatkan melalui
beberapa para ahli. Misalnya, dalam kitab Madarij as-Salikin (2:247), buah
karya Ibnu Qoyim Al-Juziah, Syeikh Abu Ismail al-Harawi, mengatakan
bahwa syukur itu sebuah nama untuk mengetahui nikmat. Cara
mengetahui nikmat merupakan jalan untuk mengetahui Pemberi nikmat”.
Ibnu Qoyim mengomentarinya bahwa mengetahui nikmat merupakan
fondasi (rukun) syukur. Beliau melanjutkan pandanganya yakni
mengetahui nikmat merupakan pondasi yang paling utama, karena tidak
mungkin ada syukur, tanpa mengetahui nikmat. Ternyata syukur pun ada
rukunnya, mirip seperti pada shalat dan ibadah-ibadah mahdhoh lainnya.
Dalam kitab lain (Fath al-Majid:452) Ibnu Qoyim mengatakan bahwa
barang siapa yang tidak mengetahui nikmat, lebih-lebih jahil atas nikmat
itu, maka ia tidak akan pernah mensyukurinya. Syeikh Abdurrahman (Fath
al-Majid:65 dan 452), ketika mengomentari kitab Tauhid Abdul Wahab,
yang menjadi rujukan utama kaum Wahabi di bidang tauhid, mengatakan
pula bahwa syukur itu tidak akan tegak, kecuali bila dibangun di atas tiga
rukun (fondasi) pengakuan atas nikmat, menghubungkannya dengan

12
Pemberi nikmat, dan menggunakan sesuai dengan tuntutan (fungsi)
nikmat.
Dari berbagai organ tubuh manusia, otak merupakan organ yang
paling kompleks. Hingga saat ini, penelitian tentang otak terus
berkembang. Dave Meier mengatakan bahwa penelitian otak yang
dilakukan dalam 25 tahun terahir lebih banyak dari pada dalam seluruh
sejarah manusia digabung menjadi satu.
Otak manusia memiliki kapasitas (kemampuan yang bersifat
bawaan) sangat besar untuk belajar karena secara proporsional manusia
memiliki area otak yang selalu siap untuk belajar sesuatu yang baru. Area
otak itu dikenal sebagai otak berfikir atau otak belajar (the learning
brain), dan dalam istilah Neurologist dinamakan neocortex.
Menurut Sufyan Ramadhy, dkk bahawa kemampuan Neokortex
pada manusia memberikan kemampuan manusia untuk berfikir, persepsi,
berbicara, berbahasa berperilaku yang beradab dan berbudaya, belajar atau
mempelajari sesuatu yang baru, imajinasi kreatif, memproses informasi,
merasakan, bergerak, dan fingsi-fungsi luhur lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa otak
manusia terdiri dari milyaran sel aktif yang disebut neuron. Gordon
Dryden bahwa otak manusia memiliki 100 miliar sel aktif, masing-masing
memiliki hingga 20.000 koneksi. Selain itu, menyatakan bahwa sejak hari-
hari pertama kehidupan, sel-sel tersebut membentuk koneksi belajar (atau
sinapsis) dengan kecepatan yang luar biasa yakni 3 miliar perdetik.
Koneksi tersebut adalah kunci dari kekuatan otak.
Masing-masing sel aktif dapat membuat jaringan sampai 20.000
sambungan tiap detik. Hal menakjubkan lainya adalah pada hari-hari
pertama kehidupan manusia, otak manusia dapat berkembang melalui
proses belajar alamiah dengan kecepatan 3 miliar sambungan perdetik.
Sambungan-sambungan inilah yang menjadi kunci kekuatan otak. Untuk
sambungan-sambungan ini, para ahli neurologist menyebutnya dengan
koneksi atau sinapsis. Kecanggihan dan kecepatan sel-sel otak dalam

13
melakukan hubungan (koneksi), dapat dibuat perbandingan dengan 3 hari
pertama dalam perjalanan Angkasa di atas permukaan Mars pada tahun
1997, seperti yang diungkapkan Gordon bahwa jutaan pengguna Internet
membentuk 200 juta sambungan untuk mengikuti perkembangan
perjalanan angkasa tersebut. Sedangkan otak manusia mampu membuat
jaringan 15 kali lebih besar dalam satu detik dibanding dengan jaringan
internet di seluruh dunia dalam waktu 3 hari.
Bayangkan 100 milyar koneksi listrik yang terjadi di dalam otak
sekarang ini. Bayangkan setiap orang di dunia (kira-kira llima setengah
milyar manusia) bicara di telpon satu sama lain pada saat bersamaan.
Tetapi untuk memperoleh gambaran betapa dahsyatnya yang terjadi di
dalam otak. Suruhlah lima setengah milyar orang itu berbicara pada
delapan belas pesawat telpon masing-masing. Suruh mereka berbicara satu
sama lain pada saat yang bersamaan.
Jika setiap neuron hanya dapat menyentuh dua neuron lainnya,
jumlah kemungkinan konfigurasi dalam otak adalah dua pangkat 100
milyar. Bilangan sebesar itu memerlukan waktu 100 tahun untuk ditulis
dengan kecepatan satu angka perdetik. Dalam kenyataannya, karena setiap
neuron berhubungan dengan setiap neuron lainnya, kemungkinan
konfigurasinya mustahil dipahami.
Robert Ornstein dalam Gordon (2003:115) mengatakan bahwa
jumlah koneksi yang mungkin, kemungkinan lebih banyak dari pada
jumlah atom di jagat raya ini. Hal ini menunjukkan kemampuan dan
kapasitas otak yang luar biasa, sehingga otak manusia mampu menghapal
seluruh atom yang ada di alam raya.
Untuk lebih konkretnya, Agus Nggermanto (2002:38) menjelaskan
bahwa kemampuan memori otak manusia adalah 10800 (angka 10 dengan
0 sebanyak 800 di belakangnya). Sedangkan jumlah atom yang ada di
belahan bumi ini sekitar 10100 (angka 10 dengan 0 sebanyak 100 di
belakangnya).

14
Kemapauan otak peserta didik yang luar biasa dapat dimanfaatkan
dengan maksimal yakni dengan memebrikan stimulus terhadap peserta
didik berupa kemampuan koneksi. Peserta didik mampu mengkoneksikan
dari pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain.
Selain itu, Dave Meier (2002:286) menyatakan bahwa
menghubungkan adalah intisari kecerdasan, apakah itu antara neuron-
neuron di dalam otak atau para pembelajar dalam suatu komunitas belajar.
Semakin banyak kesalingterkaitan yang ada, semakin banyak pula
kecerdasan yang hadir.
Peserta didik harus banyak melakukan koneksi dengan cara
menghubungkan sel otak dengan berbagai hal, semakin banyak hubungan
(koneksi) yang terjadi, semakin banyak pula kecerdasan yang terbentuk.
Dan sebaliknya, bila sel otak tidak melakukan koneksi dengan berbagai
hal, semakin kurang kecerdasan yang berkembang, bahkan bisa jadi
semakin lemah dan rusak. Untuk melakukan koneksi, siapapun mampu
melakukannya. Orang yang bukan pembelajar formal pun dapat
melakukan, lebih-lebih yang tercatat sebagai pembelajar secara formal.
Memang benar diakui oleh para ahli, bahwa manusia akan kehilangan
sebagian sel saraf otak bersamaan dengan tambahnya usia. Seseorang
yang berusia lanjut mempunyai jumlah sel saraf lebih sedikit di banding
dengan sel saraf bayi yang baru lahir.
Perlu di perhatikan, bahwa kapasitas dan kemampuan otak , bukan
hanya tergantung pada jumlah sel saraf aktif, melainkan pada jumlah dan
kualitas koneksi (sinapsis) yang terjadi. Hal tersebut dapat tumbuh dan
berkembang sepanjang umur manusia. Seperti yang dinyatakan Sufyan
Ramadhy (2001:38-39) bahwa kekuatan otak (brain power) itu tergantung
kepada jumlah dan kualitas sinapsis yang terbentuk melalui proses belajar.
Secara fisiologi, otak sangat mirip dengan milik orang lain, bahkan
dengan pemikir-pemikir cemerlang sekalipun seperti Albert Einstein,
Leonardo Da Vinci, Al-Khowarizmi, Al-Gozali, Ibnu Rusyd, Habibi,
Nurholis Majid, Amin Rais, dan orang-orang terkenal lainnya. Hal ini

15
menunjukkan bahwa secara fisiologis, otak manusia memiliki peluang
yang besar untuk berkembang dan mencapai keberhasilan. Peserta didik
hanya perlu belajar bagaimana mengelola dan membimbingnya untuk
mencapai prestasi gemilangnya. Kapasitas otak sangat tak terbatas dan
penelitian otak terus berkembang sehingga penemuan berbagai kecerdasan
mulai bermunculan. Penemuan mutahir dari para ahli dan peneliti, ternyata
di dalam otak masih lebih banyak kekuatan yang bersifat potensialnya
ketimbang yang actual Perkiraan di atas bukan menggambarkan
kecerdasan peserta didik yang menurun, melainkan lebih menggambarkan
kemampuan peserta didik sekarang yang makin canggih dalam mengukur
potensi otak Bukan karena kecerdasan manusia menjadi turun secara
drastis, melainkan cerminan bahwa sekarang ini banyak ditemukan
kekuatan potensial otak yang belum dimanfaatkan.
2.3.2 Teori Kerja Otak
1. Teori Otak Triune (Three In One)
Menurut teori ini, otak manusia mempunyai tiga lapisan otak,
masing-masing mempunyai fungsi spesialisasi terpisah meskipun
tetap ketiganya saling berhubungan. Ketiga lapisan otak ini saling
terkait dalam satu organisme menyeluruh dan saling terlibat dalam
tugasnya dengan cara yang komplek, rumit, tapi menentukan.
Lapisan otak manusia terdiri dari tiga bagian dasar yang berbeda,
yaitu otak reptil, sistem limbik , dan otak neokortek yang disebut
dengan otak belajar.
a. Otak Reptil
Disebut otak reptil, karena mirip dengan otak reptile
berdarah dingin. Disebut juga dengan batang otak, karena
letaknya berada pada batang otak. Manusia dan binatang
merayap memiliki unsur kesamaan yaitu kepemilikan otak
reptile. Inilah tingkat kecerdasan terendah dan paling sederhana
dari spesies manusia. Proses pembelajaran tradisional-
konvensional, cenderung menekankan fungsi reptile yang

16
berlebihan. Seperti belajar menghapal, meniru pendidik secara
membuta, pendidik sebagai pusat kekuasaan (teacher centerd).
Hal ini juga nampak pada dominasi pendidik yang berlebihan,
pembelajar harus mengikuti rutinitas dan contoh format yang
ditetapkan, dan pembelajar dianggap pelayan yang harus patuh
secara pasif. Pembelajar digerakkan oleh semangat
mempertahankan diri seperti takut kegagalan, nilai kecil, tidak
naik kelas dan sebagainya. Proses pembelajaran seperti ini
kurang memperhatikan pada perasaan dan ikatan sosial di
lingkungan belajar, tanpa ada usaha membimbing pembelajar
yang mengarah pada cara-cara berkreasi, cara melahirkan ide-ide
cemerlang, memecahkan masalah, dan berfikir mandiri.
Dalam keadaan bahaya, setres atau tertekan, dan
terancam, otak reptile bekerja dengan cepat, jantung berdegup
lebih cepat, pernapasan lebih cepat pula, perasaan negative, dan
perhatiannya adalah terpusat hanya untuk menyelamatkan diri.
Pada situasi aman, bebas dari tekanan dan ancaman, otak reptile
bekerja secara normal. Sedangkan dalam situasi yang sebaliknya,
peserta didik tidak dapat bekerja dengan normal. Konsentrasinya
terpusat untuk menyusun strategi dalam menghadapi bahaya atau
ancaman. Strategi tersebut adalah melawan ancaman bahaya,
menyerah dengan penuh rasa takut, atau melarikan diri.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan
pemikiran kreatif menjadi aktif, otak reptile ini harus
dikondisikan aman. Dalam kondisi aman, otak reptile mampu
bekerja dengan baik dan mendukung bagian otak lain untuk
belajar. Bahkan, dalam kondisi aman memungkinkan mendorong
seluruh bagian otak menjadi berfungsi dan berani
mengungkapkan gagasa-gagasan baru yang kreatif inovatif.
Sementara dalam kondisi terancam, otak reptile akan
memberontak dengan memanfaatkan strategi „melawan‟ atau

17
„lari‟. Dalam pengertian otak dipaksa belajar karena ada
ancaman, belajarnya bukan sungguhan akan tetapi hanya untuk
bertahan, atau peserta didik akan lari dan tidak belajar sama
sekali. Termasuk hal-hal yang dapat mengancam kestabilan otak
reptile adalah perasaan takut baik takut pada pendidik,
dicemoohkan, ditertawakan, dan ketakutan-ketakutan lainnya.
Dalam kondisi seperti ini, otak akan berontak dengan strategi
„melawan‟ atau „melarikan diri‟.
Belajar bukan karena takut, seperti takut nilai kecil, tidak
naik kelas, tidak lulus, atau ketakutan lain. Tetapi menjadikan
belajar karena terdorong oleh rasa ingin tahu (curiosity) yang
telah melekat dan mengakar secara mendalam pada jiwa peserta
didik.
b. Otak Mamalia (Sistem Limbik)
Disebut otak mamalia karena mirip dengan otak mamalia
berdarah panas lainnya. Letaknya berada dibagian tengah otak.
Otak limbic, memainkan peran besar dalam mengendalikan
emosi dan perasaan, sehingga sistem limbic ini dikenal dengan
otak emosional (The Emotional Brain). System limbic sangat
berfungsi dalam penyimpanan perasaan peserta didik,
pengalaman yang menyenangkan, memori, dan kemampuan
belajar peserta didik. Dengan system kerja yang kompleks,
peserta didik juga mengendalikan bioritmenya, seperti pola tidur,
lapar, haus, tekanan darah, detak jantung, gairah seksual, system
kekebalan, dan yang lainnya. Peserta didik harus melibatkan
fungsi limbic dalam pembelajaran. Emosi, sebagaimana
dibenarkan oleh penelitian dan akal sehat, juga pengalaman yang
melekat, sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas belajar.
Perasaan atau emosi positif dapat digambarkan misalnya
optimis lawan dari pesimis, sabar dan tidak jengkelan, tekun, ulet
dan tidak merasa bosan. Siap menghadapi tantangan belajar, siap

18
menyingkirkan semua rintangan dan gangguan yang
mengacaukan mental dalam belajar
Pada situasi dimana peserta didik merasa jenuh dan
membosankan, otak limbic akan bekerja dengan tidak optimal,
bahkan negative, sehingga fokusnya berkonsentrasi pada hal-hal
di luar yang sedang dihadapi. Sebaliknya, bila kondisi emosi
positif, maka system limbic akan terpancing dan tergugah
sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif dan mendukung
otak neokorteks lebih kreatif. Untuk kepentingan belajar,
usahakan system limbic ini dalam keadaan normal, dalam
pengertian emosi berada dalam kondisi positif.
c. Otak Neokorteks
Otak neokorteks atau Cortex Cerebi dikenal sebagai otak
berfikir atau otak belajar (The Learning Brain). Otak ini
merupakan otak tingkat tinggi dalam system otak peserta didik.
Sesuai dengan namanya (The Learning Brain), otak ini berfungsi
mengendalikan hal-hal yang bersifat rasional sehingga disebut
juga sebagai otak rasional.Otak ini merupakan lapisan terluar
dari bagian otak yang menutupi otak bagian dalam yaitu system
limbic. Otak neokorteks merupakan pusat kecerdasan manusia
yang tidak di miliki oleh mahluk lain. Otak ini membuat manusia
dapat belajar, berfikir, berbicara, menulis, mendengar, melihat,
memecahkan masalah yang rumit, berhitung, merencanakan
masa depan, mencipta, kreatif, berbudaya, dan nilai-nilai luhur
lainnya.
Hal terpenting bagi pendidik terhadap peserta didik
adalah memandang ketiga aspek otak ini bukan dari demensi
lokasi fisiknya, melainkan sebagai pusat kliring untuk fungsi-
fungsi khusus. Tidak satupun dari ketiga pusat kliring ini yang
bekerja sendiri-sendiri, semuanya mempunyai hubungan dengan
pusat kliring lainnya untuk meminta bantuan guna menjalankan

19
fungsi mereka. Di dalam otak, sepanjang waktu, terjadi
pertukaran energi dan saling membantu yang berlangsung secara
terus menerus. Danah Johar (2001:39) mengatakan bahwa
berfikir dengan jaringan saraf kompleks yang berjalinan
diseluruh organisme. Jaringan-jaringan saraf merupakan bagian
tak terpisahkan dari kecerdasan yang dimiliki.
2. Teori Otak Kiri dan Kanan
Otak kiri memainkan peran dalam pemrosesan hal-hal yang
bersifat akademis dan logis seperti logika, matematika, kata-kata.
Model berfikirnya urut, linear dan rasional. Dengan
mengoptimalkan otak belahan kiri, peserta didik mampu
menyelesaikan perhitungan yang rumit sekalipun, mampu
menyusun silogisme sebagai alat untuk menarik kesimpulan.
Sedangkan otak kanan berurusan dengan aktivitas kreatif yang
berkaitan dengan irama, rima, musik, gambar, dan imaginasi.
Model berfikirnya acak, tidak teratur, holistik, intuitif, dan
imaginative. Kemampuan otak kanan, mendorong manusia untuk
lebih kreatif mencari altrenatif dalam menyelesaikan masalah,
mampu berfikir intuitif dan melakukan imajinasi atau visualisasi
(membuat bayangan dalam bentuk gambaran mental).
Kedua belahan otak kiri dan kanan dihubungkan oleh suatu
system jaringan yang disebut corpus collasum yang merupakan
system saklar yang sangat rumit dengan melibatkan ratusan
juta_kabel_neuron aktifnya. Secara fisiologis, corpus collasum ini
berfungsi sebagai mediator pengiriman informasi antara kedua
belahan otak. Melalui mediator tersebut, kedua belahan otak dapat
melakukan kerja sama dalam pengiriman informasi, kolaborasi,
dan integrasi. Sebagai mediator, secara constant menyeimbangkan
pesan-pesan yang datang, menggabungkan gambar-gambar yang
abstrak dan holistic dengan pesan-pesan yang konkrit dan logis.

20
Contoh sederhana bagaimana kedua belahan otak yang
berbeda dapat bekerja sama secara harmonis dan terpadu, adalah
ketika Anda sedang asyik mendengarkan sebuah lagu kenangan.
Otak sebelah kiri akan memproses syairnya, karena ia berbentuk
kata-kata. Sedang otak kanan memproses musik, rima dan
iramanya.

21
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Brain development adalah salah satu model pendekatan pengembangan
pemberdayaan manusia berbasis otak untuk meningkatkan kualitas hidup dan
produktivitas SDM. Otak manusia memiliki kapasitas (kemampuan yang
bersifat bawaan) sangat besar untuk belajar karena secara proporsional
manusia memiliki area otak yang selalu siap untuk belajar sesuatu yang baru.
Otak manusia memiliki beberapa tahap perkembangan:
1. Otak mulai terbentuk sejak dalam kandungan
2. Saat bayi dilahirkan
3. Masa anak-anak
4. Menginjak usia remaja
5. Beranjak dewasa
6. Sudah lanjut manusia
Perkembangan Psikomotorika adalah perkembangan psikomotorik
adalah perkembangan kepribadian manusia berhubungan dengan gerakan
jasmania dan fungsioto akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan
kemauan dari dalam diri sendiri seseorang. Ciri khas dari keterampilan
motoric adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik yang berlangsung
secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau
berfikir terhadap apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti
suatu gerakan.
Perkembangan Kognitif adalah dikembangkan oleh jean piaget,
seorang psikologi siss yang hidup tahun 1896-1980. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata-skema-tentang bagaimana seseorang
mempresentsi lingkungannya- dalam tahap tahap perkembangan,saat
seseorang memperoleh cara baru dalam mempesentasikan informasi
informasi secara mental.
Perkembangan Psikososial adalah perkembangan bagian pesikologi
yang secara khusus mempelajari pertumbuhan dan perkembangan aspek fisik,

22
kognitif maupun psikososial manusia sejak masa konsepsi sampai
kematiannya.
Teori kerja otak yaitu:
1. Teori Otak Triune (Three In One)
- Otak Reptil
- Otak Mamalia (limbic)
- Otak Neokorteks
2. Teori Otak Kiri dan Kanan
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan diatas.

23
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Beti. (2008).
Winarso,Widodo. (2015). “Aplikasi Pembelajaran di Jenjang Pendidikan Dasar
Berbasis Ramah Otak Melalui Brain Development Strategi”. Al
ibtida:jurnal pendidikan guru MI, 2(1)
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tahapan-perkembangan-otak-manusia/amp/
https://www.duniapelajar.com/2012/04/10/perkembangan-psikomotorik-makalah-
psikomotorik/

24

Anda mungkin juga menyukai