Anda di halaman 1dari 12

Rancangan Umum sistem

Diagram proses sistem


deteksi defect
Sistem automasi defect
Gery Chocolatos yang
diajukan kelompok kami
terdiri dari sebuah
conveyor, micro laser
distance sensor, arduino, dan dua buah piston. Semua produk hasil 24 mesin packaging akan menuju
satu konveyer dengan micro laser distance sensor yang akan memindai dimensi tiap produk dengan
prinsip triangulasi. Apabila terdapat kesalahan dimensi produk, yaitu di luar standar panjang 10,35 cm
dan diameter 1,3 cm maka produk dianggap cacat atau defect dan dengan perintah arduino, conveyor
akan berhenti lalu produk akan didorong oleh piston rejektor ke tampungan product reject.
Bila produk memenuhi syarat dimensi dan sensor tak mendeteksi kecacatan seperti produk retak atau
pembungkus sobek, maka produk akan didorong dengan piston dan masuk pada showbox. Pada ujung
conveyor dapat dipasang penghalang untuk mencegah ada produk yang jatuh atau luput dari piston,
diharapkan satu orang pegawai mengawasi proses pemeriksaan defect pembungkus, dengan
mempertimbangkan kemungkinan mesin error atau rusak.vSelain dibutuhkannya seorang pengawas,
sistem akan bergerak secara automatis. Arduino akan mengatur berhentinya conveyer, dan menghitung
jumlah produk yang tidak defect dengan hasil bacaan micro laser distance sensor sebagai input
program.
Skema sistem deteksi defect

Arduino
Arduino
Uno
Arduino a
dalah
pengendali
mikro
singleboard
yang
bersifat
opensource,
diturunkan
dari wiring
platform,
dirancang
untuk
memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardware berupa prosesor Atmel AVR
dan softwarenya memiliki bahasa pemrograman sendiri. Arduino memiliki berbagai kelebihan
dibandingkan micro controller lain. Perangkat lunak Arduino IDE dipublikasikan sebagai Open Source,

tersedia bagi para pemrogram berpengalaman untuk pengembangan lebih lanjut. Bahasanya bisa
dikembangkan lebih lanjut melalui pustaka-pustaka C++ yang berbasis pada Bahasa C untuk AVR.
Tidak perlu perangkat chip programmer karena didalamnya sudah ada bootloadder yang akan
menangani upload program dari komputer. Sudah memiliki sarana komunikasi USB, Sehingga
pengguna laptop yang tidak memiliki port serial/RS323 bisa menggunakannya. Memiliki modul siap
pakai ( Shield ) yang bisa ditancapkan pada board arduino. Contohnya shield GPS, Ethernet,dll.
Arduino terdiri dari beberapa bagian, antara lain;
a. SOKET USB
Soket USB adalah soket kabel USB yang disambungkan kekomputer atau laptop untuk mengirimkan
program ke arduino dan juga sebagai port komunikasi serial.
b.INPUT/OUTPUT DIGITAL DAN INPUT ANALOG
Input/output digital atau digital pin adalah pin pin untuk menghubungkan arduino dengan komponen
atau rangkaian digital. Pada sistem ini, pin input akan dihubungunkan pada micro laser distance sensor
dan output akan dihubungkan pada piston dan motor conveyor. Apabila micro laser distance sensor
mendeteksi defect maka conveyor akan berhenti dan piston rejektor akan mendorong produk ke
tampungan produk reject. Apabila produk lolos maka konveyer akan berlanjut kepada piston showbox
dimana produk akan bertumpuk sampai 12 buah lalu didorong dengan piston ke dalam showbox yang
ditata secara horizontal sehingga produk berderet secara beraturan dan rapih. Siklus ini akan
berlangsung sampai setiap showbox terisi 24 biji produk.
c. CATU DAYA
pin pin catu daya adalah pin yang memberikan tegangan untuk komponen atau rangkaian yang
dihubungkan dengan arduino. Pada bagian catu daya ini pin Vin dan Reset. Vin digunakan untuk
memberikan tegangan langsung kepada arduino tanpa melalui tegangan pada USB atau adaptor,
sedangkan Reset adalah pin untuk memberikan sinyal reset melalui tombol atau rangkaian eksternal.
d. BATERAI/ADAPTOR
Soket baterai atau adaptor digunakan untuk menyuplai arduino dengan tegangan dari baterai/adaptor
9V pada saat arduino sedang tidak disambungkan kekomputer. Jika arduino sedang disambungkan
kekomputer dengan USB, Arduino mendapatkan suplai tegangan dari USB, Jika tidak perlu memasang
baterai/adaptor pada saat memprogram arduino.
Untuk spesifikasi teknis arduino yanglebih detail,dapat melihat tabel di bawah ini

Microcontroller
Operating Voltage
Input Voltage (recommended)
Input Voltage (limit)
Digital I/O Pins
PWM Digital I/O Pins
Analog Input Pins
DC Current per I/O Pin
DC Current for 3.3V Pin
Flash Memory

SRAM
EEPROM
Clock Speed

ATmega328P
5V
7-12V
6-20V
14 (of which 6
provide PWM
output)
6
6
20 mA
50 mA
32 KB
(ATmega328P)
of which 0.5 KB
used by
bootloader
2 KB
(ATmega328P)
1 KB
(ATmega328P)
16 MHz

LED_BUILTIN
Length
Width
Weight

13
68.6 mm
53.4 mm
25 g
Spesifikasi Arduino

Conveyor
Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien untuk pemindahan gerry
chocolatos sekitar pabrik dengan panjang sesuai kebutuhan bergantung disain belt itu sendiri. Material
yang ditransport dapat berupa powder, granular atau lump dengan kapasitas lebih dari 2000 ton/jam,
hal ini berkembang seiring dengan kemajuan disain belt itu sendiri. Saat ini sudah dikembangkan belt
conveyor jenis long curve, yaitu belt dengan lintasan kurva horizontal maupun vertikal dengan radius
minimum 400 m. Keuntungan lainnya penggunaan belt adalah kemudahan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan, tetapi belt tidak tahan temperatur di atas 200 C. Jenis belt dapat berupa textil karet ,
maupun besi. Jenis yang paling sesuai untuk sistem kelompok kami adalah karet yang harganya lebih
murah dan gaya gesek lebih tinggi sehingga pproduk tak mudah bergelincir dari konveyor. Lintasan
belt dapat direncanakan horizontal, inklinasi, kombinasi inklinasi dan horizontal. Sudut kemiringannya
bergantung koefisien gesek antara material yang diangkut. Dalam prakteknya sudut inklinasi berkisar
antara 7 10 lebih kecil dari sudut gesek material belt. Hal ini disebabkan ada penurunan belt (belt
sag) antara idler roller, sehingga inklinasi lebih besar dari inklinasi belt itu sendiri. Panjang conveyor
yang dibutuhkan untuk sistem ini sepanjang 3 meter, dengan jarak antar kedua piston 20 cm dengan
antisipasi delay reaksi piston atau error lainnya sehingga produk defect dan yang tidak terpisah dengan
jelas. Jarak antara piston rejektor dengan sensor dibuat seminimal mungkin, sehingga defect dapat
langsung dibuang.

Piston
Piston berfungsi sebagai pendorong produk ke showbox maupun kumpulan defect. Kedua
piston berupa stainless steel dan memiliki diamter berbeda. Piston rejector memiliki diamter
kecil karena hanya membuang produk secara satuan. Diameter piston kedua 18 cm (coba
cek lagi dengan diamter piston yg dipilih Riva Dian) berhubung diameter
chocolatos masing-masing 1.5 cm,satu deret showbox berisi 12 biji sehingga
butuh minimal diameter piston 18 cm agar satu deret dapat terdorong rapih ke
dalam show box.
1. Prinsip Kerja Triangulation Sensor
Triangulasi merupakan proses menentukan koordinat dan jarak sebuah titik
dengan mengukur sudut antara titik tersebut dan dua titik referensi lainnya yang
sudah diketahui posisi dan jarak antara keduanya. Dengan prinsip triangulasi,
teknologi pemindaian 3 dimensi dapat dilakukan untuk menentukan dimensi dan
geometri objek nyata. Metode ini dapat diterapkan untuk melakukan pengukuran
jarak objek yang akan diukur dengan lebih akurat.
Sinar laser diproyeksikan dari instrumen dan dipantulkan dari permukaan
objek yang diukur menuju lensa pengumpul berkas sinar. Lensa ini biasanya
diletakkan berdekatan dengan laser emitter. Lensa tersebut memfokuskan
bayangan titik pada detektor (CCD atau CMOS). Detektor tersebut memiliki
rentang pengukuran sudut yangt bervariasi dari 45 sampai 65 derajat pada pusat
rentang pengukuran. Kemudian posisi bayangan titik yang berbentuk pixel pada
detektor tersebut diolah untuk menentukan jarak menuju objek yang diukur.
Detektor tersebut mengintegrasikan sinar-sinar yang ditangkap, sehingga
semakin lama waktu paparan memungkinkan sensitivitas yang lebih tinggi untuk
refleksi lemah. Berkas sinar tersebut hanya dilihat dari satu sisi sehingga lokasi
nyata dari bayangan titik akan berubah seiring dengan perubahan jarak menuju
objek yang diukur.

Gambar 1. Prinsip
Kerja Triangulation
Sensor
2. Deskripsi
BagianBagian
Sensor

Triangulation sensor yang digunakan pada solusi yang kami ajukan adalah
Panasonic CMOS type Micro Laser Distance Sensor HG-C Series. Berdasarkan
datasheet sensor yang digunakan tersebut, berikut adalah bagian-bagian
sensornya dan fungsi-fungsi pengaturannya akan dibahas lebih lanjut di bagian
berikutnya.

Gambar 2. Bagian-bagian sensor


Zero set indicator: untuk menunjukkan berlakunya titik pengukuran nol (zero
set) yang telah diatur
Teaching indicator: untuk menunjukkan berlakunya titik referensi dan nilai
ambang pengukuran yang telah diatur
PRO indicator: untuk menunjukkan pengaturan mode PRO
Output operation indicator: untuk menunjukkan sensor sedang beroperasi

Laser emission indicator: untuk menunjukkan adanya emisi laser dari sensor
Digital indicator: untuk menunjukkan output digital pengukuran oleh sensor
TEACH key: untuk mengatur titik referensi dan nilai ambang pengukuran oleh
sensor
UP key & DOWN key: untuk mengatur naik turunnya suatu nilai dalam
pengaturan sensor

3. Fungsi-Fungsi Pengaturan pada Sensor


3.1.

Teaching & Window Comparator Mode


Dengan objek di bawah sensor, tekan tombol TEACH untuk mengatur
rentang pengukuran oleh sensor dengan mengatur nilai ambang pengukuran.
Terdapat tiga metode pengaturan rentang pengukuran oleh sensor yaitu 1-point
teaching, 2-point teaching, dan 3-point teaching.
1-point teaching
Pengaturan 1-point teaching dilakukan dengan menekan tombol TEACH
sekali, kemudian rentang nilai ambang telah diatur berdasarkan jarak dari
permukaan referensi objek yang dideteksi.

Gambar 3.
Pengaturan
1-point
teaching
2-point
teaching

Pengaturan 2-point teaching dilakukan dengan menekan tombol TEACH


sekali untuk mengatur batas ambang bawah pengukuran dan sekali untuk
mengatur batas ambang atas pengukuran. Pengaturan ini berguna untuk
mendeteksi objek dengan jarak yang berbeda-beda.
Gambar 4.
Pengaturan 2point teaching
3-point
teaching

Pengaturan 3-point teaching dilakukan dengan menekan tombol TEACH


tiga kali untuk mengatur rentang nilai ambang dengan membuat tiga titik
referensi (objek pendeteksian A, objek pendeteksian B, dan objek pendeteksian
C). Setelah pengaturan, secara otomatis titik referensi diurutkan dengan urutan
naik (titik 1, 2, dan 3). Nilai ambang diatur pada titik tengah masing-masing

antara titik referensi 1 dan 2, dan 2 dan 3. Pengukuran ini juga berguna untuk
mendeteksi objek dengan jarak yang berbeda-beda.
Gambar 5.
Pengaturan 3point teaching
3.2.
Fungsi

Pengaturan Timer (Timer Setting Function)


Terdapat tiga pilihan mode pengaturan fungsi timer yaitu off-delay timer,
on-delay timer, one-shot timer, dan no timer. Waktu perhitungan bernilai tetap 5
ms.
Off-delay timer
Off-delay timer berfungsi untuk memperpanjang sinyal output selama 5 ms
dan digunakan saat perangkat yang terhubung lambat untuk merespon dan waktu
nyala perlu untuk diperpanjang.
On-delay timer
On-delay timer berfungsi untuk menunda sinyal output selama 5 ms
setelah pendeteksian dan merupakan cara yang mudah untuk menunda sinyal
sementara dan mengendalikan dengan jeda waktu (time lag).
One-shot timer
One-shot timer berfungsi untuk mengirim sinyal output hanya 5 ms setelah
pendeteksian dan digunakan ketika durasi sinyal yang dibutuhkan konstan untuk
memenuhi input dari perangkat yang terhubung. Mode ini juga digunakan untuk
memperpanjang sinyal sementara dengan panjang waktu yang diinginkan.

Gambar 6. Sinyal output dengan pengaturan fungsi timer


3.3.

Fungsi Pengaturan Titik Nol (Zero Set Function)


Fungsi ini digunakan untuk mengatur nilai yang telah terukur menjadi titik
nol pengukuran. Titik nol ini dapat diatur pada nilai yang diinginkan. Fungsi ini
berguna saat pengukuran dilakukan dengan referensi ketinggian suatu objek yang
dideteksi. Pengaturan dilakukan dengan menekan tombol UP dan DOWN secara
bersamaan selama 3 detik, kemudian zero set indicator (kuning) akan menyala
dan nilai output pada indikator digital menjadi nol. Pengaturan titik nol ini tidak
bisa dilakukan ketika display setting berada pada mode offset.

Gambar 7. Pengaturan titik nol


3.4.

Fungsi Pengaturan Input Eksternal


Salah satu dari empat fungsi dapat diatur pada input eksternal yaitu zero
setting function, teaching function, emission stopping function, dan trigger
function.

Gambar 8. Fungsi pengaturan input eksternal


3.5.

Fungsi Pengaturan Tampilan (Display Setting Function)


Tampilan nilai pengukuran objek bergerak yang dideteksi ada tiga pilihan
mode yaitu Normal, Invert, dan Offset.
Pada mode Normal, pusat pengukuran akan bernilai nol, pengukuran pada
titik dekat dari pusat pengukuran akan bernilai positif, dan pengukuran pada titik
jauh dari pusat pengukuran akan bernilai negatif. Pada mode Invert, tampilan nilai
pengukuran akan bernilai kebalikan dari mode Normal, pengukuran pada titik
dekat dari pusat pengukuran akan bernilai negatif dan pengukuran pada titik jauh
dari pusat pengukuran akan bernilai positif, dengan pusat pengukuran yang
bernilai nol sama dengan mode Normal. Sedangkan pada mode Offset, titik jauh
dari pusat pengukuran akan bernilai nol dan nilainya semakin bertambah jika
objek berada pada titik yang semakin dekat dengan pusat pengukuran yang
berada pada titik tengah rentang nilai pengukuran tersebut.

Gambar 9. Contoh pengaturan tampilan digital

Gambar 10. Hubungan antara pengaturan tampilan dan output tegangan analog
3.6.

Peak and Bottom Hold Functions


Peak and Bottom Hold Functions masing-masing berfungsi untuk mengatur
nilai batas atas dan batas bawah pengukuran oleh sensor. Peak hold function dan
bottom hold function tidak dapat diatur secara bersamaan.
3.7.

Threshold Value Fine Adjustment Function


Pengaturan fungsi ini dapat dilakukan saat pengukuran berlangsung dan
ditampilkan pada indikator, pengaturan fungsi ini juga masih bisa dilakukan
setelah pengaturan titik referensi dan nilai ambang pada fungsi teaching.
3.8.

Fungsi Kunci Tombol


Fungsi ini digunakan untuk melindungi kondisi pengaturan dari perubahanperubahan yang tidak diinginkan.

3.9.

Pengaturan mode PRO

Gambar
11.
Beberapa
pengaturan
pada mode
PRO
Gambar
12. Prosedur
pengaturan
pada mode
PRO

4. Cara Pemasangan Sensor


Pemasangan sensor dilakukan dengan menggunakan baut tipe M3 dengan
torsi pengencangan yang bernilai 0,5 N m. Dimensi lubang pemasangan baut
ditunjukkan pada Gambar 13. Saat sensor dipasang dengan menggunakan
braket pemasangan sederhana, nilai torsi pengencangan juga harus bernilai
sekitar 0,5 N m dan pemasangannya ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 13. Pemasangan sensor dengan baut dan dimensi pemasangannya

Gambar 14. Pemasangan sensor dengan menggunakan braket pemasangan


sederhana
Terdapat beberapa arah pemasangan tergantung pada objek yang
dideteksi yang akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
Pemasangan pada pengukuran objek dengan perbedaan bahan dan warna
Gambar 15.
Pemasangan
sensor pada
pengukuran objek
dengan
perbedaan bahan

dan warna
Pemasangan pada pengukuran objek yang berotasi

Gambar 16.
Pemasangan
sensor pada
pengukuran objek
yang berotasi

Pemasangan pada pengukuran objek yang berundak

Gambar 17.
Pemasangan
sensor pada
pengukuran objek
yang berundak

Pemasangan
pada

pengukuran pada lokasi sempit


Gambar 18.
Pemasangan
sensor pada
pengukuran
pada lokasi
sempit
pada dinding

Pemasangan

Gambar 19.
Pemasangan
sensor pada
dinding
Dafpus
https://www.arduino.cc/en/Main/Products diakses 19.00 14 November 2016
http://sinarputrajaya.com/index.php/2016/01/15/pengertian-belt-conveyor/ diakses 20.00 14 November
2016

Anda mungkin juga menyukai