Anda di halaman 1dari 2

Pembangunan Jembatan Holtekamp di Jayapura

Papua terus dikebut. Jembatan sepanjang 733 meter ini menunjukkan


perkembangan pembangunan fisik yang positif.
"Hingga hari ini, perkembangannya sudah sekitar 14% bila dilihat dari pekerjaan
fisik yang sudah kita lakukan. Jadi, 14% terutama pekerjaan yang bentang tengah,"
ujar Kepala Balai Jembatan Wilayah X Papua, Oesman H. Marbun kepada
detikFinance, beberapa waktu lalu.
Pekerjaan paling nampak adalah pekerjaan pembuatan struktur pondasi jembatan
yang akan menjadi tulang punggung konektivitas antara ibu kota Jayapura dengan
wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Skow, Muara Tami.
"Kita sudah mulai membuat pondasi. Kemudian sudah mulai memasang cetakan bor
pile (tiang pancang yang ditanam di dalam tanah). Kemudian kami juga sudah
menempatkan Batching Plant (alat untuk mencampur beton) dan sudah
menempatkan material seperti baja, batu pecah dan semen di dekat lokasi," papar
dia.
Jembatan dengan panjang total 733 meter ini, berdiri di atas laut di teluk Youtefa,
menghubungkan daerah Hamadi di Distrik Jayapura Selatan yang berada di sisi
barat jembatan dan daerah Holtekamp di Distrik Muara Tami di sisi timur jembatan.
Keberadaan jembatan ini bisa mempersingkat waktu tempuh dari Kota Jaya Pura
menuju Skow, Distrik Muara Tami yang merupakan perbatasan RI-Papua Nugini.
Pelaksanaan pembangunan fisik jembatan terpanjang di Papua ini dikerjakan oleh
Konsorsium PT PP (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero) Tbk, dan PT Nindya
Karya (Persero).
Biaya pembangunan jembatan diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun yang didanai
secara patungan (cost sharing) dari APBN untuk Jembatan Utama atau bentang
tengah dan APBD Provinsi Papua untuk Jembatan pendekat arah Holtekamp, serta
APBD Kota Jayapura untuk mendanai pembangunan jalan pendekat arah Hamadi
dan pembebasan lahan.
Jembatan ini juga punya peranan penting dalam mendukung perkembangan
ekonomi di kawasan yang terhubung yakni daerah Hamadi di Distrik Jayapura
Selatan yang berada di sisi barat jembatan dan daerah Holtekamp di Distrik Muara
Tami di sisi timur jembatan.
"Diharapkan seluruh proses pembangunan dapat selesai tepat waktu yakni tahun
2018," pungkas dia.

Keberhasilan Pembangunan Daerah


Ditopang Tiga Pilar
Minggu, 30 Januari 2011 18:32 WIB
Bupati Jayapura Habel Melias Suwae, S.Sos.MM, mengatakan, keberhasilan pembangunan di
suatu daerah ditopang oleh tiga pilar utama diantaranya pemerintah, adat, dan komponen agama.
"Keberhasilan pembangunan bukan hanya karena pemerintah semata, tetapi keterlibatan agama,
adat, yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan seperti paguyuban," katanya, di Sentani,
seusai menghadiri pelantikan badan pengurus daerah (BPD) Kerukunan Keluarga Sulawesi
Selatan (KKSS) dan pengurus cabang Ikatan Wanita Sulawesi Selatan Kabupaten Jayapura,
Sabtu (29/1). Ia mengatakan, semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban ikut
berpartisipasi dalam mesukseskan program-program pembangunan baik di daerah maupun di
pusat. Ia menambahkan, pemerintah dan komponen agama adalah merupakan bagian dari
masyarakat, sementara sasaran pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk masyarakat.
Untuk itu masyarakatlah yang harus banyak mengambil peran dalam proses pembangunan
berdasarkan tugas, peran dan fungsi masing-masing anggota kemasyarakat seperti paguyuban.
Habel Suwae mengatakan, kehadiran suatu organisasi kemasyarakatan paguyuban selain
berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam
pembangunan, serta memberikan masukan bagi pemerintah untuk kemajuan suatu daerah.
Diakuinya, khusus di Kabupaten Jayapura keberadaan organisasi kemasyarakata seperti
paguyuban sangat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberhasilan pembangunan.
Menurutnya, organisasi paguyuban muali dari Sabang sampai Merauke ada di daerah ini, karena
letak geografis dan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki menjadi salah satu daya
tarik dan pemicu orang untuk datang dan menjadi warga masyarakat atau penduduk Kabupaten
Jayapura. "Hal ini tidak dapat dipungkiri karena hampir seluruh suku yang ada di Indonesia
dapat kita jumpai di sini sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Tanah Kenambai
Umbay ini adalah miniatur Indonesia," katanya.

Anda mungkin juga menyukai