Dikisahkan, ada seorang Raja bernama Parikesit, putera Sang Abimanyu, yang bertahta di
Hastinapura. Ia merupakan keturunan Sang Kuru, maka disebut juga Kuruwangsa.[1] Pada suatu
hari, beliau berburu kijang ke tengah hutan. Kijang diikutinya sampai kehilangan jejak. Di hutan
beliau berpapasan dengan seorang pendeta bernama Bagawan Samiti. Sang Raja menanyakan
kemana kijang buruannya pergi, namun sang pendeta membisu (bertapa dengan bisu). Hal
tersebut membuat Raja Parikesit marah. Ia mengambil bangkai ular, kemudian mengalungkannya
di leher sang pendeta.
Putera sang pendeta yang bernama Srenggi, mengetahui hal tersebut dari penjelasan Sang Kresa,
kemudian ia menjadi marah. Ia mengutuk Sang Raja, agar beliau wafat karena digigit ular, tujuh
hari setelah kutukan diucapkan. Setelah Sang Raja menerima kutukan tersebut, maka ia
berlindung di sebuah menara yang dijaga dan diawasi dengan ketat oleh prajurit dan para
patihnya. Di sekeliling menara juga telah siap para tabib yang ahli menangani bisa ular. Pada
hari ketujuh, yaitu hari yang diramalkan menjadi hari kematiannya, seekor naga yang bernama
Taksaka menyamar menjadi ulat pada jambu yang dihaturkan kepada Sang Raja. Akhirnya Sang
Raja mangkat setelah digigit Naga Taksaka yang menyamar menjadi ulat dalam jambu.[1]
Cerita Begawan Dhomya beserta ketiga orang muridnya; sang Arunika, sang Utamanyu
dan sang Weda. Dilanjutkan dengan ceritera Posya, mengenai kisah asal mula sang
Uttangka murid sang Weda bermusuhan dengan naga Taksaka. Oleh karenanya sang
Uttangka lalu membujuk Maharaja Janamejaya untuk melaksanakan sarpayaja atau
upacara pengorbanan ular.
Cerita asal mula Hyang Agni (dewa api) memakan segala sesuatu, apa saja dapat
dibakarnya, dengan tidak memilah-milah. Serta nasihat dewa kepada sang Ruru untuk
mengikuti jejak sang Astika, yang melindungi para ular dan naga dari kurban maharaja
Janamejaya.
Ceritera Astika; mulai dari kisah sang Jaratkru mengawini sang Ngini (naga perempuan) dan
beranakkan sang Astika, kisah lahirnya naga dan garuda, dikutuknya para naga oleh ibunya agar
dimakan api pada kurban ular, permusuhan naga dengan garuda, hingga upaya para naga
menghindarkan diri dari kurban ular.
Di dalam ceritera ini terselip pula kisah mengenai upaya para dewa untuk mendapatkan
tirta amrta atau air kehidupan, serta asal usul gerhana matahari dan bulan.
Cerita asal usul Raja Parikesit dikutuk Begawan rungg dan karenanya mati digigit naga
Taksaka.
Cerita pelaksanaan kurban ular oleh maharaja Janamejaya, dan bagaimana Begawan Astika
mengurungkan kurban ular ini.
di Parwa atau "Adiparwa" adalah parwa pertama dari epos Mahabharata yang menceritakan
kisah pemutaran gunung mandara giri di lautan Ksirarnawa yang dalam lontar adiparwa
dikisahkan Sang Garuda yang berperang melawan ribuan naga untuk mendapatkan tirtha amerta
agar dapat menolong ibunya dari perbudakan.
Dalam adiparwa tersebut, juga diceritakan munculnya tokoh - tokoh dan kisah awal dari cerita
mahabharata ini sebagaimana disebutkan dalam kutipan artikel Adiparwa | harunjaya33 yang
diantaranya :
Beberapa lama setelah gunung diputar, keluarlah Ardhachandra, Dewi Sri, Dewi
Lakshmi, kuda Uccaihsrawa, dan Kastubhamani. Semuanya berada di pihak para Dewa.
Munculnya cerita asal-usul Raja Parikesit dikutuk Begawan rungg dan karenanya mati
digigit Naga Taksaka dan atas permintaan maharaja Janamejaya, raja Hastinapura, anak
mendiang prabu Parikesit (Parkit) dan cicit Pandawa untuk menghukum naga tersebut,
yang telah membunuh raja Pariksit.
Kisah sang Jaratkru mengawini sang Ngini (naga perempuan) yang melahirkan sang
Astika.
Upaya para dewa untuk mendapatkan tirta amrta atau air kehidupan, serta asal-usul
gerhana matahari dan bulan.
Cerita asal-usul dan sejarah nenek moyang Kurawa dan Pandawa. Kisah Sakuntala
(akuntala) yang melahirkan Bharata, yang kemudian menurunkan keluarga dari Raja
Bharata.
Cerita kelahiran dan masa kecil Kurawa dan Pandawa. Permusuhan Kurawa dan Pandawa
kecil, kisah dang hyang Drona, hingga sang Karna menjadi adipati di Awangga.
Kisah sang Bima (Bhma) mengalahkan raksasa Hidimba dan mengawini adiknya
Hidimb (Arimbi) serta kelahiran Gatot Kaca,
Pengasingan sang Arjuna selama 12 tahun dalam hutan, lahirnya Abimanyu (Abhimanyu)
ayah sang Parikesit, hingga terbakarnya hutan Kandhawa tempat naga Taksaka
bersembunyi.
Sayembara perebutan Dewi Dropadi / Drupadi dimana para Pandawa menyamar sebagai
seorang Brhmana. Sebuah sasaran diletakkan di tengah-tengah arena, dan siapa yang
berhasil memanah sasaran tersebut dengan tepat, maka ialah yang berhasil mendapatkan
Dewi Drupadi.
Kisah Prabu Santanu dan Keturunannya. Raja Santanu menikahi Dewi Gangga, kemudian
berputera 8 orang. Tujuh puteranya yang lain ditenggelamkan ke sungai oleh istrinya
sendiri, sedangkan puteranya yang terakhir berhasil selamat karena perbuatan istrinya
dicegah oleh Sang Raja. Puteranya tersebut bernama Dewabrata, namun di kemudian hari
bernama Bhisma. Raja Santanu menikah sekali lagi dengan seorang puteri nelayan
bernama Satyawati. Satyawati melahirkan 2 putera, bernama Chitrngada dan
Wicitrawirya.
Drestarastra mengangkat Yudistira sebagai putra mahkota kerajaan Astina Pura yang
menyebabkan Duryodana iri hati dengan Yudistira, ia mencoba untuk membunuh
pandawa lima beserta ibu mereka yang bernama Kunti dengan cara menyuruh mereka
berlibur ke tempat yang bernama Eka cakra.
Sang Kadru menetas, dan lahirlah ribuan para Naga yang terkemuka yaitu Sang
Anantabhoga, Sang Wasuki / Basuki dan Sang Taksaka.
dll
Demikian disebutkan beberapa kisah dari Adi Parwa dari Epos Mahabharata yang sebagaimana
disebutkan kutipan babad bali dalam Pedoman dasar pembangunan Padmasana, kisah dalam
pemutaran Mandara Gin tersebut dimana Naga Anantabhoga mencabut gunung Mandara,
Bedawang Nala menyangganya, Naga Basuki melilit, dan para Dewa dan raksasa memutarnya.
Akhirnya Wisnu yang mengendarai Garuda menguasai Amerta tersebut.
Diceritakan juga tentang Begawan Bhisma yang menjadi senopati Kurawa selama 10 hari,
dangyang Drona (Dorna) selama 5 hari yang dikalahkan oleh Dhrestojumeno, senapati Pandawa.
Lalu sang Karna menggantikan selama 2 hari dan dikalahkan oleh sang Arjuna. Kemudian sang
Salya menggantikan hanya setengah hari, dikalahkan oleh sang Yudhistira. Sedangkan pada sore
harinya sang Duryudhana dikalahkan oleh sang Bhima.
BAB II
Menceritakan sang Srutasena melangsungkan korbn atas perintah maharaja Janamejaya. Saat itu
seekor anjing bernama Sarameya putra begawan Pulaha dan sang Sarama, datang untuk melihat
korban. Tapi sang Srutasena memukul anjing tersebut. Sang Sarama datang mengutuk Maharaja
bahwa korbannya tidak akan sempurna. Untuk mencabut kutukan itu, Maharaja mencari dan
mendapatkan Brahmana sakti ayah dan anaknya, yaitu sang Srutasrawa dan Somasrowa.
BAB III
Menceritakan begawan Dhonya yang menguji kesetiaan ketiga muridnya, yaitu sang Arunika,
sang Utamanyu, dan sang Weda. Sang Arunika disuruh untuk bersawah. Akan tetapi air bah
datang merusak pematang sawahnya dan menggenangi bibit-bibitnya. Berulang kali pematang
diperbaiki tapi berulang kali pula rusak. Maka sang Arunika menggunakan badannya untuk
menahan air bah sebagai pengganti pematang sepanjang siang dan malam. Akhirnya sang
Arunika dianugerahi mantra sakti oleh gurunya.
Sang Utamaya lebih menderita lagi. Ia yang seorang pengemis dilarang meminta-minta ketika
mengembala lembu. Selain itu juga dilarang meminum sisa air susu waktu anak lembu menyusu
pada induknya. Sang Utama akhirnya hanya minum getah waduri yang menyebabkannya
menjadi buta. Namun sang Utama juga mendapat anugera berkat kesetiaan dan ketaatannya
kepada perintah gurunya. Demikian pula sang Weda yang tidak kalah menyedihkan
penderitaannya.
BAB IV
Menceritakan asal mula yang Agni (api) yang makan segala sesuatu tidak memilih barang apa
yang dibakarnya. Hal ini akibat kutukan begawan Bhregu, karena menjadi saksi dusta atas
peristiwa sang Pulomo, yang dulu telah diserahkan kepada sang Duloma raksasa yang meminta
isteri sang Bhregu. Akhir cerita ini yaitu tentang sang Ruru yang menyerahkan setengah umurnya
kepada kekasihnya yang mati digigit ular, untuk bisa hidup kembali.
BAB V
Menceritakan sang Astika, pahlawan para naga yang menyelamatkan mereka, terutama naga
Taksaka dari korban ular. Sang Astika merupakan putra sang brahmana Jaratkaru. Pada awalnya
Jaratkaru bertekad untuk tidak akan kawin. Akan tetapi ketika melihat leluhurnya berada diantara
surga dan neraka, karena surga tidak dapat diperoleh oleh orang yang tidak mempunyai
keturunan, maka sang Jaratkaru mencari isteri yang namanya sama dengannya. Akhirnya ia
beristerikan Nagini, adik para naga yang diberi nama Jaratkaru, karena mereka tahu, bahwa
brahmana itulah yang akan menurunkan pahlawan bagi mereka.
BAB VI
Menceritakan sang Winata dan sang Kadru bertaruh atas kuda Ukaihsrawa yang menyebabkan
sang Winata menjadi budak sang Kadru. Sang Winata akhirnya dibebaskan oleh sang Garuda,
anaknya dan sebagai syaratnya adalah Amarta. Dalam bab VI ini diceritakan juga asal mula ular
mempunyai lidah yang bercabang dan sang Garuda menjadi kendaraan batara Wisnu.
BAB VII
Menceritakan usaha para naga menghindarkan diri dari hukuman korban ular yang telah pernah
dikutuk ibunya sendiri. Pendapat yang terbaik adalah pendapat Alipatra, bungsu para naga,
karena ia ingat bahwa yang akan membebaskan kutukan itu sang Jaratkaru. Pada waktu itulah
sang Basuki, pemimpin para naga menyerahkan adiknya, Nagini kepada sang Jaratkaru untuk
diperisterinya.
BAB VIII
Menceritakan maharaja Pariksit yang meninggal karena digigit naga Taksaka atas perintah sang
Srenggi, karena perbuatan maharaja mengganggu begawan Samiti, ayah sang Srenggi, dengan
mengalungi bangkai ular. Peristiwa inilah yang menyebabkan adanya korban ular oleh sang
maharaja Janamejaya, putra maharaja Pariksit.
BAB IX
Menceritakan keadaan dan kesudahan korban ular, sesudah sang Astika mengambil bagian dalam
hal ini.
BAB X
Menceritakan penjelmaan para dewa yang kemudian menurunkan para Kurawa dan Pandawa,
dimulai dari asal-usul dan kelahiran sang Durgandini dan saudaranya yang kemudian bernama
Maswowati, raja di negara Wirata. Diteruskan juga dengan cerita sang Sakuntala yang kemudian
berputra sang Bharata, dan menurunkan keluarga Bharata.
BAB XI
Menceritakan mantra sakti yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati, bahkan yang sudah
menjadi abu sekalipun. Diceritakan juga bahwa maharaja Jayati memperisteri putra sang
pendeta Sukra. Tetapi juga mengambil budaknya sebagai isteri kedua, sehingga mendapat kutuk
dari mertuanya yang menyebabkannya menjadi tua sebelum waktunya. Tetapi putranya, sang
Puru sanggup mengganti kutukan itu. Sehingga sesudah 1000 tahun akan kembali menjadi muda,
maka sang maharaja Jayati kembali menikmati masa mudanya.
BAB XII
Menceritakan silsilah sang Pandawa dan Korawa, mulai dari sang Puru beristeri sang Kosalya,
berputra sang Janamejaya yang beristeri tiga orang. Juga Kuru yang membuat tegal Kurusetra.
Sampai pada Hasti yang membuat negara Hastinapura, kemudian sampai pada nama Pratipa,
Santanu, Bhisma, Abiyasa, akhirnya sampai Korawa dan Pandawa. Diceritakan juga tentang
penjelmaan Astabasu, yang seorang diantaranya menjadi sang Bhisma itu. Juga diceritakan
kematian sang Ambo oleh sang Dewabrata (Bhisma) dengan tidak sengaja. Juga tentang
kebesaran jiwa sang Bhisma meninggalkan wanita untuk selamanya agar ayahnya, maharaja
Santanu dapat kawin dengan Gandhawati.
BAB XIII
Menceritakan penjelmaan yang Yama menjadi sang Widura karena dahulu telah menjatuhi
hukuman kepada anak yang belum berumur 14 tahun. Karena itu yang Yama dikutuk oleh para
brahmana menjelma menusia yang mempunyai cacat pincang sedikit.
BAB XIV
Menceritakan kelahiran Korawa dan Pandawa dan kedua keluarga itu sewaktu masih kanakkanak. Diceritakan juga bahwa perbuatan sang Bhima selalu menimbulkan amarah sang Korawa,
sehingga Korawa selalu berusaha untuk memusnahkan mereka. Demikian pula tentang
bergurunya kedua keluarga itu kepada sang resi Durna serta pertandingan kesaktian yang
menyebabkan sang Karna dinobatkan menjadi raja di negara Ngawangga (Angga).
BAB XV
Menceritakan sang Pandawa berdiam di Wanamarta. Di sanalah mereka menempati rumah damar
(bale segolo-golo), yang dibuat oleh Korawa dengan maksud untuk meleburkan keluarga
Pandawa dengan jalan membakar rumah mereka.
Lepas dari rumah damar itu Pandawa masuk hutan belantara. Di sanalah sang Bhima dapat
membunuh raksasa Hidimba serta mengawini adiknya si Hidimbi (Arimbi). Demikian pula
kelahiran sang Gatotkaca dari perkawinan itu. Akhirnya diceritakan juga raja raksasa pemakan
manusia sang Baka yang mati di tangan sang Bhima.
BAB XVI
Menceritakan sang Pandawa pergi ke Pancala ikut dalam sayembara dan berhasil memperoleh
sang Dropadi (Durpadi). Dalam rangkaian cerita ini, diceritakan pula tentang kelahiran sang
Parasara (Pancawala) yang sudah tidak lagi menemui ayahnya, karena sudah mati dimangsa raja
Sodha yang sudah kerasukan raksasa Kingkara, dan berakhir dibagi duanya negara Hastina untuk
diserahkan kepada keluarga Korawa dan Pandawa.
BAB XVII
Menceritakan sang Arjuna masuk hutan selama 12 tahun karena merasa melanggar perjanjian
dengan sanak saudaranya yang disaksikan oleh batara Narada. Oleh karena itu atas kerelaannya
sendiri ia masuk hutan. Di sanalah ia bertemu dengan Ulupuy dan dewi Citragandha putri
maharaja Citradahana, kemudian memperisteri mereka. Dan pada bagian ini diceritakan pula
tentang perkawinan sang Arjuna dengan Subadra, adik batara Kresna.
BAB XVIII
Menceritakan lahirnya Abimanyu sampai terbakarnya hutan Khandawa, tempat persembunyian
naga Taksaka sahabat sang Indra. Karena itu sang yang Agni minta pertolongan sang Kresna dan
sang Arjuna supaya menjaga api pembakaran dan menghabiskan segala makhluk yang akan
melarikan diri dari tempat itu. Dalam peristiwa pembakaran itulah terdapat empat ekor anak
burung puyuh yang karena permohonan ayahnya kepada yang Agni waktu meninggalkan hutan
itu, mendapat selamat dan terlepas dari pembakaran tersebut.
Google+
Budaya Bali
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama
mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa
serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan
keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Home
ajaran dharma
Rahasia Kesuksesan
Klinik Jalasidhi
Produk Pasupati
Obat herbal
DONASI
Buku indah ini disusun oleh Sri Byasa (Krishna Dwaipayana) yang merupakan
kakek dari pahlawan epos. Dia mengajarkan epik ini kepada anaknya Suka dan
murid Wesampayana beserta murid lainnya. Raja Janamejaya, anak Parikesit, cucu
dari para pahlawan kisah, melakukan pengorbanan (yadnya) besar. epik itu
Sangat menarik untuk mengingat pembukaan dan penutupan baris epik ini. ." Ini
dimulai dengan: "Byasa menyanyikan tentang kebesaran dan kemegahan tak
terlukiskan Tuhan Wasudewa, yang adalah sumber dan dukungan bagi semuanya,
yang abadi, tidak berubah, diri bercahaya, yang merupakan yang menjiwai semua
makhluk, serta kejujuran dan kebenaran Pandawa. "
Berakhir dengan: "Dengan tangan terangkat, aku berteriak dengan suara keras,
tetapi sayangnya, tidak ada yang mendengar kata-kata saya yang dapat memberi
mereka kedamaian, kegembiraan dan kebahagian Abadi. orang dapat mencapai
kekayaan/kemakmuran dan semua objek keinginan yaitu melalui Dharma
(kebenaran). Mengapa orang tidak melakukan Dharma? Seseorang tidak harus
meninggalkan Dharma tanpa pengecualian, bahkan dengan risiko hidupnya.. Orang
yang tidak melepaskan Dharma keluar dari gairah atau rasa takut atau iri hati atau
demi menjaga satu kehidupan. dengan cara ini Bharata Gayatri Renungkanlah
(meditasi) setiap hari, ketika Anda hendak tidur dan ketika Anda bangkit dari
tempat tidur setiap pagi. Anda akan mencapai segala sesuatu. Anda akan mencapai
ketenaran, kemakmuran, umur panjang, kebahagiaan abadi, perdamaian abadi dan
keabadian. "
Kegiatan upacara agama dan dharma sadhana lainnya sesungguhnya adalah usaha
peningkatan kesucian diri. Kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyebutkan.:
"Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kejujuran
(satya), atma disucikan dengan tapa brata, budhi disucikan dengan ilmu
pengetahuan (spiritual)"
Makna
Filosofis
(Mahabharata)
Astadasaparwa
kosong,dan kemudian merasa lapar. Begitu perut kosong, pikiran mulai mencari
makanan, dan hal ini diekspresikan melalui aksi fisik. Jadi terdapat dua bagian, yang
satu merupakan bagian intrinsik pikiran, dan satu bagian lagi adalah kesepuluh
organ.
Dalam Sanskrit dikenal enam arah utama yang dinamakan "disha" atau "pradisha":
Utara, Selatan, Timur, Barat, Atas, dan Bawah. Juga terdapat empat sudut yang
dinamakan "anudisha": Barat Laut (iishana), Barat Daya (agni), Tenggara (vayu) dan
Timur Laut (naerta). Jadi seluruhnya ada sepuluh.
4. Bhima, putra Pandu, adalah faktor udara "vayu", terdapat pada cakra
anahata.
5. Terakhir adalah Yudhisthira, pada cakra vishuddha, dimana terjadi peralihan
dari sifat materi ke sifat eterik.
Jadi pada pertempuran antara materialis dan spiritualis, antara materi kasar dan
materi halus, Yudhisthira tetap tak terpengaruh."Yudhi sthirah Yudhisthirah" artinya
"Orang yang tetap tenang/diam saat pertempuran dinamakan Yudhisthira".
Krsna terdapat pada cakra sahasrara. Jadi ketika kundalinii (Keagungan yang
tertidur) terbangkitkan, naik dan menuju perlindungan Krsna dengan bantuan
Pandawa, maka Jiiva (unit diri) bersatu dengan Kesadaran Agung. Pandawa
menyelamatkan jiiva dan membawanya ke perlindungan Krsna.
Sanjaya
adalah
menteri-nya
Dhritarastra.
Sanjaya
adalah
wiweka(Nalar/pertimbangan). Dhritarastra bertanya kepada Sanjaya, karena ia
sendiri tidak bisa melihatnya, "Oh Sanjaya, katakan padaku, dalam perang
Kuruksetra dan Dharmaksetra, bagaimana keadaan pihak kita?"
Keseratus putra Dhritarastra, pikiran yang buta, mencoba menguasai jiiva, yang
diselamatkan oleh Pandawa melalui pertempuran. Akhirnya kemenangan ada di
pihak Pandawa, mereka membawa jiiva ke perlindungan Krsna. Inilah arti filosofis
dari Mahabharata.
Kuruksetra adalah dunia tempat melakukan aksi, dunia eksternal, yang menuntut
kita terus bekerja. Bekerja adalah perintah. "Kuru" artinya "bekerja", dan ksetra
artinya "medan", Dharmaksetra adalah dunia psikis internal. Disini Pandawa
mendominasi.
by cakepane.blogspot - berbagai sumber
Diposkan oleh budi SRYAM pasupati
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: artikel klir bali, Bhagawad Gita, Manawa Dharmasastra
2 komentar:
1.
Ieisch Isdikuatno15 Oktober 2014 11.20
Balasan
1.
budi SRYAM pasupati15 Oktober 2014 16.10
Translate
Powered by
produk Mitra
Translate
Sponsor
No. 018.02.02.05497-1
Terima kasih kami ucapkan atas perhatian dan partisipasinya, semoga tuhan selalu
memberkahi kita Kesehatan, Kebahagiaan serta Rejeki yang berlimpah.
PENGOBATAN GRATIS
KLINIK JALASIDHI
Pengobatan & terapi GRATIS (sukarela)
TERAPI KESEHATAN
(usadha): membantu menyembuhkan penyakit medis dan non-medis.
TERAPI BISNIS
(sridhana): yang memiliki usaha/bisnis akan dibantu secara spiritual untuk bisa meningkatkan
omset/rejeki.
TERAPI OTAK
(pradnya): untuk anak anak agar menambah kepintaran dalam belajar
TERAPI KECANTIKAN
(Padma Negara): untuk mengeluarkan cahaya kecantikan dr dalam diri, membersihkan aura serta
memancarkan karisma.
KONSULTASI
ramal / tenung / nujum / teropong
baik untuk Jodoh, Rejeki, Keharmonisan rumah tangga, Pekarangan, Kehilangan barang dll.
SETIAP HARI
Jam: 18.00 - 21.00 wita
Bagi masyarakat yang tertarik dipersilahkan hadir, karena kesemua acara tersebut diatas
GRATIS tanpa dipungut biaya
sryam.org
Produk Pasupati Klinik Jala siddhi - Produk Pasupati Klinik Jalasiddhi Klinik jala
sidhi merupakan wadah tempat praktek para murid yang belajar usadha di
yayasan taman bukit pengajaran, serta ...
2 bulan yang lalu
tata cara belajar ilmu leak bali - tata cara belajar ilmu leak bali [image: tata
cara ilmu leak]salah satu aplikasi ilmu leak secara umun saya sudah
menuliskan bagaimana *cara belajar ngeleak....
6 bulan yang lalu
About Me
Kalender Bali
Nopember 2014, aka 1936
Minggu 26 2
Senin
9 16 23
30
27 3 10 17 24
Selasa 28 4 11 18 25
Rabu
29 5 12 19 26
Kamis
30 6 13 20 27
Jumat
31 7 14
Sabtu
21
28
8 15 22 29
Blog Archive
2014 (123)
2013 (107)
2012 (315)
2011 (3)
2010 (237)
o
Desember (12)
November (5)
Agustus (20)
Juli (29)
Juni (5)
Mei (17)
Mei 19 (5)
Mei 10 (11)
Mei 01 (1)
April (71)
Maret (64)
Februari (14)
Popular Posts
Feedjit
BlogUpp!
Pengikut
itupoker.com Agen
cara mudah dan cepat Poker Online Indonesia
Terpercaya
AdChoices
Apabila ketika kita mengambil keputusan, kita tidak boleh terburu-buru dan janganlah kita
mengambi dari satu sudut pemikiran saja, namun juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap
hal lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Drestarata yang mencintai keponakannya, secara berlebihan
mengangkat Yudistira sebagai putra mahkota, tetapi ia langsung menyesali perbuatannya tersebut
yang terlalu terburu-buru, sehingga ia tidak memikirkan perasaan anaknya Hal ini menyebabkan
Duryodana iri hati dengan Yudistira.
Jika kita memberikan suatu keputusan, terlebih dahulu kita harus benar-benar mengetahui aspek
yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan keputusan tersebut. Makna ini saya ambil
ketika para Pandawa yang memenangkan sayembara Dewi Dopadi, namun karna Kunti, ibu para
Pandawa sibuk dan langsung mnyuruh mereka berbagi tanpa terlebih dahulu melihat apa yang
mereka bawa.
Rela berkorban demi menjalankan suatu kewajiban. Demi menjalani kewajibannya melawan
raksasa. Arjuna ikhlas dihukum 12 tahun pembuangan karna melanggar kesepakatan ketika
terpaksa mengambil senjata pada ruangan yang pada saat itu Yudistira dar Dropata sedang
bermesraan.
http://diva-yana.blogspot.com/2014/04/ringaksan-adi-parwa.html#ixzz3JPv5AzFt