Anda di halaman 1dari 15

GONORE

I. PENDAHULUAN
Meningkatnya seks bebas dan aktivitas seksual di kalangan remaja
merupakan dua faktor penting yang mengkontribusi penyebaran penyakit
menular seksual.1 Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insiden
yang tinggi di antara Penyakit menular seksual (P.M.S)2 dan berhubungan
dengan manifestasi klinis yang disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif
Neisseria gonorrhoeae. Sebagian besar infeksi mengenai epitel kolumnar
pada uretra, endoserviks, rektum, faring, dan konjungtiva. 3 pada
pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut
penicilinase producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G.). Kuman ini
meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia.2,3
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara
genito-genital, orogenital dan anogenital. Namun, dapat juga terjadi secara
manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya.
Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra
genital.2

II.

DEFINISI
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,4 dimana pada permulaannya keluar
nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah melakukan hubungan
kelamin5 atau gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.2

III.

EPIDEMIOLOGI

Diperkirakan terdapat sekitar 60 juta kasus baru setiap tahun di seluruh


dunia.6 Di United States, setiap tahunnya dilaporkan lebih dari 700.000
orang baru mendapatkan infeksi gonore. Namun, hanya sebagian dari yang
terinfeksi yang melapor ke Centers for Disease Control and Prevention
(CDC).7

Pada

tahun

2008,

world

health

organization

(WHO)

memperkirakan 106 juta kasus gonore terjadi secara global diantara orang
dewasa. Di Eropa, gonore merupakan penyakit infeksi bakteri terbanyak
kedua setelah infeksi klamidia yang ditularkan melalui hubungan seksual. 4
Angka kejadian penyakit ini untuk sebagian besar negara tidak diketahui
karena pengawasan dan sistem pelaporan yang kurang, tetapi secara luas
dianggap bahwa angka kejadian penyakit dan komplikasinya jauh lebih
tinggi di negara-negara berkembang seperti di Afrika, Asia dan Amerika
Latin.6
Seperti penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya, angka
kejadian infeksi tertinggi terjadi pada anak muda, terutama pada wanita
remaja dan pria umur dua puluhan. Angka kejadian infeksi juga meningkat
pada kelompok usia yang lebih tua. Prevalensi gonore terbanyak pada
populasi kulit hitam, dan pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Sosio-ekonomi, faktor perilaku, dan pola seks campuran, mempengaruhi
penyebarannya. Gonore memiliki infektivitas tinggi dan mudah menular
sebelum timbulnya gejala.6,7

IV.

ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada
tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut
termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.
Gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta N.catarrhalis
dan N.pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.2

Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran


lebar 0,8 dan panjang 1,6 , bersifat asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan Gram bersifat Gram negatif, terlihat di luar dan di dalam
leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,
tidak tahan suhu di atas 390C, dan tidak tahan zat disinfektan.2,8
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.2,9

V.

PATOFISIOLOGI
Gonore didapatkan melalui kontak seksual, akibat kebersihan yang
buruk atau pengobatan dengan menggunakan urin. Penularan juga dapat
terjadi secara vertikal dari ibu ke anak pada waktu persalinan.
Patogenesisnya terkait ikatan dengan sel epitel kolumner melalui pili atau
fimbri.10
Mekanisme molekuler yang tepat dari invasi gonokokus ke dalam sel
inang masih belum diketahui. Beberapa faktor virulensi yang terlibat dalam
proses patogenesisnya meliputi peradangan mukosa dan invasi. Karena pili
meningkatkan adhesi ke sel inang, sehingga pili juga memainkan peran
penting dalam patogenesis, hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa
gonokokus non pili kurang mampu menyebabkan infeksi pada manusia.
Gonokokus berikatan dengan sel inang yaitu pada epitel dan neutrofil
polimorfonuklear, ikatan gonokokus tidak hanya bergantung pada pili tetapi
juga pada Opa ligan. Antibodi antipilus telah memperlihatkan pemblokiran
keterikatan epitel dan meningkatkan pembunuhan melalui fagositosis.
Diketahui bahwa pentingnya ekspresi reseptor transferin dan ekspresi lipo
oligosakarida (LOS) yang tampak pada infektivitas maksimal. Gonokokus
mampu mengalikan dan membagi intraseluler, di mana mikroorganisme ini

kebal terhadap mekanisme pertahanan tubuh (host). Invasi mikroorganisme


disukai oleh ekspresi protein Opa tertentu dan non-sialylated LOS.11
Gonokokus memiliki kemampuan untuk menyebabkan kerusakan
jaringan oleh produksi berbagai peptida dan lipid seperti fosfolipase,
peptidases, lipid A dan peptidoglikan. Hal ini tampaknya berpengaruh dalam
kerusakan saluran tuba dan terjadinya arthritis post inflamasi.11

VI.

GEJALA KLINIS
Masa inkubasi gonore relatif pendek, hanya membutuhkan 2-5 hari
sampai tanda dan gejala infeksi dengan N. gonorrhoeae muncul. Sampai
dengan 10% dari pria yang terinfeksi dan 50% wanita yang terinfeksi tidak
memiliki gejala klinis atau asimtomatik. 11
Terdapat spektrum yang luas dari manifestasi klinis gonore pada pria
dan wanita, termasuk infeksi asimtomatik., infeksi mukosa dengan gejala
lokal (dengan atau tanpa komplikasi lokal), dan penyebaran sistemik (Tabel
1). Gejala bervariasi sesuai dengan lokasi infeksi dan strain yang berbeda. 11
Tabel 1. Manifestasi Klinis Gonore.11
MANIFESTASI KLINIS GONORE
Infeksi Diseminata

Perluasan Lokal

Arthritis

Prostatitis

Fever

Vesiculitis

Tenosynovitis

Epididymitis

Acral cutaneous pustules

Salpingitis

Endocarditis

Oophoritis

Meningitis

Pelvic inflammatory
disease

Infeksi langsung pada mukosa

Urethritis

MANIFESTASI KLINIS GONORE

Cervicitis

Proctitis

Pharyngitis

Vulvovaginitis (children)

Ophthalmia neonatorum

A. Gonore Genitalia
1. Infeksi gonokokal pada pria
Infeksi gonokokal pada pria bersifat asimtomatik (10%). Gambaran
klinis yang paling umum dari infeksi gonokokal uretritis adalah akut dengan
disuria dan keluarnya cairan dari uretra yang sebagian besar purulen dan
banyak dan muncul secara spontan di uretra.

Gambar 1. Sekret purulen pada gonore (dikutip dari kepustakaan no 9)

Pada sekitar seperempat dari pria yang terinfeksi, gejala dari uretranya
kurang dikeluhkan, mirip dengan uretritis non-gonokokal, dan muncul
hanya setelah manipulasi uretra (stripping). Tanpa pengobatan, gejalagejala
klinis menghilang pada kebanyakan pasien setelah sekitar 6 bulan.
Komplikasi lokal termasuk radang Cowper dan kelenjar Tyson dan
gonokokal pioderma, perluasan ke atas dapat menyebabkan epididimitis,
prostatitis dan vesikulitis. Pasien dengan epididimitis gonokokal datang
dengan nyeri testis unilateral dan pembengkakan disertai dengan
uretritis.11,12

2. Infeksi gonokokal pada wanita


Pada sekitar 50% wanita yang terinfeksi, infeksi gonokokal bersifat
asimtomatik.13 Tempat utama infeksi gonokokal pada wanita adalah kanal
endoserviks, dengan gejala klinis seperti keputihan yang meningkat, disuria,
perdarahan

intermenstrual,

dan

menorrhagia.

Pemeriksaan

klinis

menunjukkan sekret serviks purulen yang khas dengan eritema dan edema,
pemeriksaan swab pada kanal endoserviks berwarna kuning, menunjukkan
servisitis gonokokal. Kolonisasi uretra terjadi pada 70-90% wanita yang
terinfeksi dan merupakan tempat yang biasanya terjadi infeksi pada wanita
yang telah menjalani histerektomi. Kadang-kadang, terdapat radang kelenjar
bartholin, dengan pembengkakan akut pada lipatan labial dan keluarnya
cairan purulen yang muncul ketika dilakukan tekanan pada kelenjarnya.11,14

Gambar 2. Gonore ; proktitis dan servisitis (dikutip dari kepustakaan no 9)

Komplikasi lokal yang biasanya terjadi pada wanita adalah salpingitis


akut atau pelvic inflammatory disease (PID) karena penyebaran keatas dari
mikroorganisme. Terjadi pada sekitar 10-20% wanita yang terinfeksi dan
dapat mengakibatkan infertilitas, nyeri panggul kronis, dan kehamilan
ektopik. Secara klinis gejala PID bervariasi, termasuk nyeri perut bagian
bawah, nyeri adneksa, elevasi erythrocyte sedimentation rate (ESR),
leukositosis dan demam. Perihepatitis Gonore (sindrom FitzHughCurtis)
adalah komplikasi yang jarang terjadi di mana gejala PID disertai nyeri di
kuadran kanan atas, mirip kolesistitis akut.11

Infeksi simtomatik bermanifestasi sebagai keputihan yang


berlebihan, disuria, dispareunia dan pendarahan intermenstrual. Namun,
sebagian besar wanita dengan infeksi pada stadium awal dilaporkan tidak
mengalami gejala ini. 9
Bagian lain yang jarang mengalami infeksi pada orang dewasa adalah
mata, di mana autoinokulasi organisme dari tempat anogenital yang
terinfeksi menyebabkan konjungtivitis akut. Dapat bermanifestasi sebagai
gejala akut dengan mata merah yang nyeri dan cairan purulen yang dapat
berkembang menjadi panophthalmitis dan kehilangan penglihatan.9
B. Gonore Ekstragenital
1. Gonore faring
Diamati pada pria dan wanita setelah pajanan seks oral. Karena
biasanya tanpa gejala, infeksi jarang dicatat dan sering tidak terdeteksi.
Secara spontan berlangsung dalam beberapa minggu. Hal ini terjadi dalam
waktu singkat dari 5% pada pria heteroseksual, sampai dengan 20% pada
wanita heteroseksual, dan pada 10-25% pria homoseksual. Gonore faring
mungkin menjadi sumber penting terjadinya gonore uretra pada pria
dengan aktivitas homoseksual.11,12,14
2. Gonore rektal
Gonore rektal terutama terlihat pada pria homoseksual dan wanita
heteroseksual yang melakukan hubungan seks melalui anal. Pada wanita,
prevalensi gonore anal tergantung pada durasi infeksi endoserviks dan
perineum yang terkontaminasi oleh sekresi servikovaginal. Gonore rektal
asimtomatik pada sekitar 50% pasien, tetapi dapat mengakibatkan proktitis
gonokokal, disertai dengan peradangan, sekret dubur, pruritus anal,
perdarahan, tenesmus dan sembelit.11

3. Oftalmia gonokokal
Oftalmia gonokokal jarang terjadi pada orang dewasa tetapi masih
merupakan penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Awalnya

muncul sebagai konjungtivitis purulen dan jika tidak diobati, dapat dengan
cepat berkembang menjadi keratitis diikuti oleh kekeruhan kornea.11
4. Infeksi gonokokal diseminata
a. Sindrom arthritis-dermatosis (gonococcemia)
Manifestasi klinis yang paling umum dari gonokokal bakteremia
adalah sindrom akut arthritis-dermatosis, diamati pada sekitar 0,5-1% pasien
dengan gonore mukosa. Faktor risiko untuk infeksi gonokokal diseminata
termasuk menstruasi (dengan mayoritas kasus pada wanita berkembang
selama atau segera setelah menstruasi) dan kekurangan dalam komponen
pelengkap akhir (C5-C9). Sindrom klasik terdiri dari demam, nyeri sendi,
dan ruam. Gonokokal tenosinovitis lebih banyak mempengaruhi sendi,
misalnya lutut, siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan tangan, dan
kadang-kadang terlihat sebagai eritema yang melapisi tendon.
Lesi kulit berupa pustula nekrotik tersebar karena vaskulitis septik
emboli, dan terutama terjadi pada bagian distal dari ekstremitas (Gambar 3);
lesi mengandung gonokokus. Dengan gejala yang lebih lama, kultur darah
positif menjadi kurang umum.11,12,14

Gambar. 3 Gonokoksemia (sindrom artritis-dermatosis). Vesikel hemoragik dengan


eritema sekitarnya pada jari kaki. (dikutip dari kepustakaan no 11)

5. Oftalmia Neonatorum

Infeksi gonokokal pada bayi baru lahir disebabkan oleh inokulasi N.


gonorrhoeae saat melahirkan pervaginam pada orang yang terinfeksi, dan
paling sering muncul sebagai ophthalmia neonatorum dengan konjungtivitis
purulen. Prevalensi infeksi gonokokal pada neonatus mengalami penurunan
karena adanya upaya pencegahan dengan obat tetes mata perak nitrat atau
antimikroba lain yang diberikan segera setelah lahir.9,11

Gambar 3. Konjungtivitis gonokokal neonatarum (Dikutip dari kepustakaan 9)

VII.

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis gonore didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan penunjang. Keluhan subjektif berupa rasa gatal,
panas di bagian distal uretra dan di sekitar orifisium uretra eksternum,
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang disertai
darah, dan perasaan nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium
uretra eksternum berwarna merah, edema, dan ektropion. Tampak duh tubuh
mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral atau bilateral. Identifikasi N. gonorrhoeae dengan pewarnaan
gram serta kultur juga dilakukan. Ditemukan adanya diplokokkus gram
negatif intraseluler pada apusan uretra pria sudah dianggap menderita
gonore. Namun, apusan endoserviks pada wanita dengan pewarnaan gram
belum dapat menegakkan diagnosis gonore, sehigga masih dibutuhkan
kultur sebagai konfirmasi. Kultur memberikan hasil yang mudah dibaca,
sensitif, murah, dan selain untuk mengidentifikasi, dapat juga digunakan

untuk mengetes sensitifitas antibiotik. Sehingga pemeriksaan kultur


dijadikan standar utama dalam mendiagnosis gonore.6,8,11,14,15

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosis definitif gonore tergantung pada identifikasi organisme
dengan pewarnaan Gram dan/atau kultur. Satu stain Gram positif terdiri dari
diplokokus gram negatif yang terdapat dalam sitoplasma neutrofil.
Pewarnaan gram dari uretra pria biasanya dianggap diagnostik.9

Gambar 4. Perwanaan Gram diagnostik pada sekret purulent penderita Gonore


(Dikutip dari kepustakaan 9)

Pada wanita, kultur endoserviks memberikan hasil positif yang lebih


tinggi dibandingkan kultur vagina. Pada pria tanpa eksudat, swab untuk
kultur harus dimasukkan beberapa sentimeter ke dalam uretra. Pada wanita
dengan gonore, kultur endoserviks, dubur, uretra, dan faring biasanya
harus diperoleh.9
Pada disseminated gonoccocal infection (DGI), darah, lesi kulit, dan
efusi sendi harus dikultur. Kultur darah positif hanya terdapat pada awal
penyakit. Diagnosis DGI dibuat atas dasar klinis saja. Hal ini jarang
menimbulkan masalah, karena gambaran klinis, khususnya lesi kulit dan
tenosynovitis cukup khas.9
Kultur modifikasi media Thayer-Martin biasanya digunakan.
Transgrow adalah media yang sama, tetapi juga mengandung CO 2 dan
merupakan media transportasi yang baik untuk gonokokus.5,9

10

IX.

DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain keluarnya cairan dari uretra dan serviks pada pria dan
wanita harus dipertimbangkan. Gonore didiagnosis banding dengan
uretritis

non-gonore

(infeksi

karena

Chlamydia

trachomatis),

trikomoniasis, kandidosis vaginalis, vaginosis bakterial) dan bakteri


anaerob.11
-

Uretritis non-gonore
Biasanya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi pada
pria 1-3 minggu atau lebih lama. Pada wanita sulit diketahui mungkin 1-4
minggu. Gejala klinis pada pria berupa duh tubuh pada uretra, lebih encer,
dapat disertai eritema meatus. Pada wanita duh tubuh serviks lebih encer,
serviks mudah berdarah. Komplikasi pada pria adalah epididimitis yang
bisa menyebabkan infertilitas, pada wanita terjadi adneksitis yang bisa
menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas.2,6,13
-

Trikomoniasis
Suatu penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh

Trichomonas vaginalis. Masa inkubasinya beberapa hari sampai 4 minggu.


Gejala klinis bisa berupa duh tubuh vagina homogen, banyak, purulen,
kadang-kadang berbusa, mukosa vagina eritema, berbau seperti ikan
busuk, pH vagina 5,0. Pada wanita hamil bisa menyebabkan partus
prematur, bayi berat badan lahir rendah. 2,11,13
-

Kandidiasis Vulvovaginalis
Suatu infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans. Gejala klinisnya
berupa pruritus vulva, inflamasi pada introitus dan labia, disertai udema
atau fisura, duh tubuh vagina bergumpal, putih, kadang-kadang bisa kental
atau kekuningan, pH vagina 4,5.2,13
-

Vaginosis Bakterial
Suatu infeksi yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis. Masa

inkubasinya beberapa hari sampai 4 minggu. Gejala klinisnya berupa


vagina berbau amis terutama setelah senggama, duh tubuh vagina tidak

11

terlalu banyak, homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding


vagina, tidak ada tanda inflamasi. pH vagina 4,7 ; tes amin (+). Pada
wanita hamil bisa menyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran prematur,
bayi berat badan lahir rendah. 10,11,13

X.

PENATALAKSANAAN
Rekomendasi pengobatan infeksi gonokokal yaitu:
1. Infeksi gonokokal terkomplikasi dari uretra, leher rahim, rektum
a. Rekomendasi rejimen:
Cefixime, 400 mg po sebagai dosis tunggal atau
Ceftriaxone, 125 mg im sebagai dosis tunggal atau
Ciprofloxacin, 500 mg po sebagai dosis tunggal [*] atau
Ofloxacin, 400 mg po sebagai dosis tunggal [*] atau
Levofloxacin, 250 mg po sebagai dosis tunggal [*]
b. Alternatif rejimen:
Spectinomycin, 2 g im sebagai dosis tunggal atau
rejimen sefalosporin dosis tunggal lainnya (misalnya Ceftizoxime
500 mg im, cefoxitin 2 g im ditambah probenesid 1 g po,
sefotaksim 500 mg im) atau
rejimen kuinolon dosis tunggal Lainnya [*]
2. Infeksi gonokokal terkomplikasi faring
Ceftriaxone, 125 mg im sebagai dosis tunggal atau
Ciprofloxacin, 500 mg po sebagai dosis tunggal [*]
3. Gonokokal konjungtivitis
Ceftriaxone, 1 g im sebagai dosis tunggal
Pengujian klamidia untuk mengecualikan co-infeksi atau
pengobatan tambahan untuk C. trachomatis direkomendasikan untuk
semua pasien yang diobati untuk infeksi gonokokal
4. Keadaan Khusus
a. Kehamilan / menyusui:
Ceftriaxone, 250 mg im sebagai dosis tunggal atau
rejimen sefalosporin dosis tunggal lainnya (lihat di atas) atau
Spectinomycin, 2 g im sebagai dosis tunggal
b. Diseminata Gonokokal Infection:
Rekomendasi rejimen:
Ceftriaxone, 1 g im atau iv q24h
Alternatif rejimen:
12

Cefotaxime, 1 g iv q8h atau


Ceftizoxime, 1 g iv q8h atau
Ciprofloxacin, 400 mg iv q12h [*] atau
Ofloxacin, 400 mg iv q12h [*] atau
Levofloxacin, 250 mg iv qd [*] atau
Spectinomycin, 2 g im q12h
Lanjutkan terapi selama 7 hari, mungkin akan beralih ke

rejimen 24-48 jam setelah perbaikan dimulai


c. Infeksi gonokokus diseminata dan abses kulit kepala gonokokal pada
bayi baru lahir
Ceftriaxone, 25-50 mg / kg iv atau im qd selama 7 hari (10-14

jika meningitis) atau


Cefotaxime, 25 mg / kg iv atau im q12h selama 7 hari (10-14 jika

meningitis)
d. Ophthalmia neonatorum:
Ceftriaxone, 25-50 mg / kg iv atau im sebagai dosis tunggal, tidak
melebihi 125 mg
Untuk isolat penisilin sensitif atau di mana ada prevalensi rendah
resistensi penisilin (<5%), amoksisilin (2-3 g po) ditambah probenesid (1 g
po) dapat diberikan sebagai dosis tunggal untuk infeksi tanpa komplikasi.11
*Kuinolon tidak lagi direkomendasikan untuk pengobatan infeksi
gonokokal di AS.11

XI.

KOMPLIKASI
Gonore merupakan infeksi utama saluran genital bagian bawah yang
tidak begitu kompleks dan memiliki gejala gonore yang tampak pada
kebanyakan pria (90-95%) dan sekitar 50% gejala gonore pada wanita
bersifat asimtomatik. Jika gonore tidak dapat dideteksi, atau pengobatannya
tidak adekuat, hal ini dapat menyababkan komplikasi berupa infeksi pada
saluran genital bagian atas.3,13
Pelvic inflammatory disease (PID) pada wanita dan epididymo-orchitis
pada pria biasanya merupakan komplikasi dari penyebaran lokal infeksi

13

gonokokus. Gonokokus bakteremia jarang terjadi (kurang dari 1% yang


terinfeksi) dan biasanya manifestasi klinis berupa lesi pada kulit, demam,
arthralgia, arthritis akut dan tenosynovitis (Disseminated Gonococcal
Infection).3
Gonore diketahui memudahkan penerimaan dan transmisi HIV.
Prevalensi gonore tinggi pada pria yang telah melakukan hubungan sex
dengan pria (MSM: Men Sex Men), dimana mereka juga beresiko tinggi
memperoleh HIV, deteksi dini dan pengobatan merupakan hal yang sangat
penting.13

XII.

PENCEGAHAN
Salah satu metode terbaik untuk mencegah komplikasi gonore dan /
atau infeksi Chlamydia (misalnya, PID) adalah skrining remaja aktif secara
seksual dan dewasa muda.
Pendidikan pasien sangat penting, menekankan penggunaan kondom
(perlindungan penghalang) selama kegiatan seksual. Jika pasien telah
didiagnosis dengan gonore, semua kontak seksual harus dirujuk untuk
pengujian dan pengobatan. Pasien harus disarankan untuk menjauhkan diri
dari seks sampai perawatan mereka selesai dan pasangan seksual telah
dievaluasi dan diobati. Pasien harus diberi konseling mengenai risiko yang
terkait dengan PMS lain dan transmisi PMS.14

XIII. PROGNOSIS
Prognosisnya sangat baik jika infeksinya diobati lebih awal dengan
antibiotik yang tepat. Pengobatan infeksi gonokokus sebelumnya tidak

14

mengurangi risiko terjadinya infeksi berulang. DGI memiliki prognosis yang


baik jika pengobatannya tepat dan sebelum kerusakan permanen pada sendi
atau organ terjadi.10

15

Anda mungkin juga menyukai