Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR METODE OPERASI PRIA (MOP)

1. Pengertian Metode Operasi Pria (MOP)


MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman,
sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan
anastesi umum (Hanafi, 2004).
MOP adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma (vas deferens) pria
(Atikah dkk, 2010).
MOP merupakan tindakan pada kedua saluran bibit pria yang mengakibatkan orang atau
pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohardjo, 2005).

1)
2)
3)
4)
5)

1)
2)
3)
4)
5)
6)

MOP adalah alat kontrasepsi jenis sterilisasi melalui pembedahan dengan cara memotong
saluran sperma yang menghubungkan testikel (buah zakar) dengan kantung sperma sehingga
tidak ada lagi kandungan sperma di dalam ejakulasi air mani pria (Verawati, 2012).
2. Profil MOP
Sangat efektif, merupakan metode kontrasepsi pria yang permanen.
Tidak ada efek samping jangka panjang, sehingga tidak berpengaruh terhadap kemampuan
maupun kepuasan hubungan seksual.
Tindakan bedah yang aman dan sederhana, hanya memerlukan beberapa menit dan
menggunakan bius lokal.
Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan, sebelum itu pasangan
harus
menggunakan
kondom.
Konseling dan informed consent mutlak diperlukan (Saifuddin, 2006).
3. Keuntungan MOP
Efektif, karena tingkat kegagalannya kecil dan merupakan metode kontrasepsi yang
permanen.
Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas (kesakitan).
Sederhana, sehingga pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Cepat, hanya memerlukan waktu 5 - 10 menit.
Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
Biaya rendah, yang paling penting adalah persetujuan pasangan.
Secara kultural, sangat dianjurkan di negara - negara dimana wanita merasa malu
untuk
ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hanafi,
2004).

4. Kerugian MOP
1) Diperlukan suatu tindakan operatif, harus dilakukan pembedahan dan harus menunggu
sampai sel mani menjadi negatif.
2) Kadang - kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
3) Kontrasepsi mantap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa
yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens
dikeluarkan.

4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah


setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria (Hanafi, 2004).

parah

5. Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan
ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).

1)
2)
3)
4)
5)
6)
1)
2)
3)
4)

6. Kontraindikasi MOP
a. Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.
b. Infeksi traktus genetalia.
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum.
Hydrocele besar (penumpukan cairan).
Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
Orchiopexy, yaitu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum.
Luka parut bekas operasi hernia.
Skrotum yang sangat tebal.
d. Penyakit sistemik :
Penyakit - penyakit perdarahan.
Diabetes mellitus.
Penyakit jantung koroner yang baru.
Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hanafi, 2004).

7. Syarat MOP :
1) Harus secara sukarela artinya klien telah mengerti da memahami segala akibat prosedur
vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri dengan mengisi dan
menandatangani persetujuan tindakan.
2) Bahagia artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah mempunyai anak minimal
2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun.
3) Sehat artinya melalui pemeriksaan oleh dokter klien di anggap sehat dan memenuhi
persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi (Anggraini, 2012).
8. Perawatan pra MOP
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi dan hal - hal lain yang
diperlukan untuk kepentingan calon peserta kontap, sebaiknya dilakukan oleh yang akan
melakukan pembedahan:
1)
2)
3)
4)

a. Anamnesis
Identitas calon peserta serta pasangannya.
Umur peserta.
Jumlah anak hidup dan umur anak terkecil yang ada.
Metode kontrasepsi yang pernah digunakan istri serta metode kontrasepsi yang saat ini
digunakannya.

5) Riwayat penyakit yang pernah diderita.


6) Perilaku seksual calon peserta dan pasangannya.
7) Adakah pengalaman perdarahan yang terlalu lama apabila luka.
b. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan lengkap termasuk tanda vital, kardiovaskuler, paru - paru,
ginjal, serta genetalia. Apabila ditemukan keadaan yang abnormal lakukan rujukan sesuai
dengan keluhan dan kelainan yang ditemukan.
c. Pemeriksaan laboraturium
1) Pemeriksaan urine lengkap (minimal protein dan reduksi).
2) Pemeriksaan darah lengkap minimal hemoglobin, leukosit, blooding time dan closing time.
Hasil pemeriksaan pra operasi harus disimpulkan, untuk menetapkan ada tidaknya
kontraindikasi tindakan pembedahan.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

1)
2)
3)
4)
5)
6)

9. Persiapan pra operasi


Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOP termasuk mekanisme dalam mencegah
kehamilan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Berikan nasehat untuk perawatan luka bekas pembedahan kemana minta pertolongan bila
terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol.
Berikan nasehat tentang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah tindakan
pembedahan.
Klien dianjurkan membawa celana khusus untuk menyangga skrotum.
Anjurkan calon peserta puasa sebelum operasi atau sekurang - kurangnya 2 jam sebelum
operasi.
Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau teman yang telah dewasa.
Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air
serta dilanjutkan dengan cairan antiseptik.
10. Perawatan pasca operasi
a. Akseptor diminta untuk beristirahat dengan berbaring selama
15
menit
sebelum
dibenarkan pulang.
b. Amati perdarahan dan rasa nyeri pada luka.
c. Beri nasehat sebelum pulang :
Istirahat selama 1 - 2 hari dengan tidak bekerja berat dan naik sepeda.
Menjaga bekas luka operasi jangan basah dan kotor, gunakan celana dalam yang bersih.
Anjurkan untuk menghabiskan obat yang diberikan sesuai dengan petunjuk dokter.
Datang ke klinik 1 minggu kemudian, 1 bulan dan 3 bulan kemudian untuk pemeriksaan.
Segera kembali apabila terjadi perdarahan, badan panas, nyeri yang hebat atau ada muntah
dan sesak nafas.
Boleh berhubungan seksual dengan istri tetapi harus menggunakan alat kontrasepsi kondom,
paling tidak 15 kali senggama atau sampai hasil pemeriksaan sperma nol. Setelah itu boleh
berhubungan bebas tanpa kondom.
d. Komplikasi yang Terjadi
Komplikasi atau gangguan yang mungkin timbul pasca operasi adalah:

1) Perdarahan, apabila perdarahan sedikit cukup diobservasi aja tetapi bila perdarahan agak
banyak segera dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas lengkap. Setiap ada pembengkakan di
daerah skrotum harus dicurigai adanya perdarahan.
2) Hematoma, biasanya terjadi bila di daerah skrotum diberi beban yang terlalu berat seperti naik
sepeda, duduk terlalu lama, naik kendaraan dijalan yang rusak.
3) Infeksi bisa terjadi pada kulit, epididimis atau orkitis.
4) Granuloma sperma, dapat terjadi 1 - 2 minggu setelah operasi dirasakan adanya benjolan
kenyal dan agak nyeri yang terjadi pada ujung proksimal vas deferen atau pada epididimis.
Terjadi sekitar 0,1% dari kasus.
5) Kegagalan masih mungkin dijumpai 0 - 2,2%, umumnya <1 span="">
11. MOP dianggap gagal bila :
1) Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca operasi atau 10- 15
dijumpai spermatozoa.
2) Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azosperma.
3) Istri (pasangan) hamil (Saifuddin, 2006).

kali

ejakulasi

masih

12. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan MOP


Infeksi kulit pada daerah operasi.
Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien.
Hidrokel atau varikokel yang besar, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum.
Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
5) Undesensus, yaitu gangguan perkembangan yang ditandai dengan gagalnya penurunan salah
satu atau kedua testis secara komplit kedalam skrotum.
6) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan anti koagulansia
(Saifuddin, 2006).
1)
2)
3)
4)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PARTISIPASI SUAMI DALAM MOP.

1)
2)
3)
4)

1. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi yang masuk ke pengambilan keputusan seseorang berkaitan dengan
pemilihan metode kontrasepsi meliputi minat, usia, usia anak terkecil, frekuensi hubungan
kelamin.
Motivasi: Motivasi adalah kecenderungan hati ataukeinginan yang tinggi untuk melakukan
sesuatu.
Usia: Usia seorang pria dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode
kontrasepsi tertentu (Pendit, 2007).
Usia anak terkecil: Usia anak terkecil suatu pasangan dapat mempengaruhi pemilihan metode
dalam dua cara.
Frekuensi hubungan kelamin: Frekuensi seseorang dapat memengaruhi dirinya atau
pasangannya untuk menggunakan metode kontrasepsi tertentu (Pendit, 2007).
2. Faktor kesehatan umum

Klien dan penyedia layanan harus secara bersama-sama menilai kesehatan umum, riwayat
reproduksi ( termasuk riwayat pemakaian kontrasepsi ), riwayat infeksi PMS serta penyakit
radang panggul, dan kontraindikasi klien terhadap berbagai metode.
1) Infeksi pemakaian kontrasepsi: seseorang yang telah terinfeksi virus hubungan kelamin
memiliki pertimbangan khusus dalam memilih metode. Seseorang tersebut bisa menularkan
virus kepada pasangannya (Pendit, 2007)
3. Faktor ekonomi dan aksesibilitas
1) Biaya: walaupun pengelola program dan para pembuat keputusan sering mempertimbangkan
biaya kontrasepsi berdasarkan biaya penyediaan suatu metode per tahun perlindungan yang
diberikan oleh metode tersebut untuk setiap pasangan, pemakai individual lebih
memperhatikan keterbatasan anggaran harian mereka sendiri (Glasier dan Gebbie, 2005).
4. Faktor budaya
Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi.
2) Kesalahan persepsi mengenai suatu metode: Banyak klien membuat keputusan mengenai
berdasarkan informasi yang salah yang diproleh dari teman dan keluarga atau dari kampanye
pendidikan yang membingungkan.
3) Kepercayaan religius dan budaya: Di beberapa daerah, kepercayaanreligius atau budaya
dapat memengaruhi kliendalam memilih metode.
4) Tingkat pendidikan: Tingkat pendidikan tidak saja memengaruhi kerelan menggunakan
keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi (38-40) tlah
memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih
berpendidikan (Pendit, 2007).

RENDAHNYA MINAT MENGGUNAKAN KONTRASEPSI


MANTAP MOP
(Studi pada Akseptor KB Pria di Puskesmas I Sokaraja)
Widyo Subagyo1 Mukhadiono2
ABSTRACT
Problems that happened in KB Program among other things is lowering participate of man. Man
participation in KB for about 5 percent. This matter is met in work area of Puskesmas I Sokaraja,
including 10 countryside. This research aim to to express the factors causing to lowering enthusiasm of
man KB acceptor use MOP contraception in Puskesmas I Sokaraja
Research design used descriptive survey. Research population is man KB acceptor besides MOP in
Villages of Karangrau, Sokaraja Tengah and Pamijen. Sampling technique used proportional random
sampling.

Factors causing to lowering of enthusiasm of man acceptor KB use the MOP contraception in
Puskesmas I Sokaraja covering 5 ( five) factors, that is cultural factor (religion norm), loweing
knowledge about MOP, fear / worry to become permanent barren and loss of enthusiasm and also sexual
ability, cost, and combination of age coitus frequency. From its five factors, cultural factor is dominant
because becoming the reason of responder majority.
Key word : Contraception, Family Planning, MOP.
1.2. Prodi Keperawatan Purwokerto, Poltekkes Semarang.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang masih tinggi perlu dikendalikan, salah satunya dengan Program
Keluarga Berencana. Keluarga Berencana adalah salah satu di antara lima matra kependudukan yang
sangat mempengaruhi perwujudan penduduk yang berkualitas (Saefudin, 2003).
Program KB secara nyata telah memberikan manfaat positif terhadap laju pertumbuhan penduduk.
Jumlah penduduk yang semula diprediksi mencapai 287 juta tahun 2000, dengan program KB dapat
ditekan menjadi hanya 207 juta. Ini berarti terjadi kelahiran tertunda (birth averted) sebesar 80 juta
penduduk selama 30 tahun. Kelahiran tertunda sebanyak itu merupakan jumlah yang sangat bermakna
bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk menghemat anggaran pembangunan. (BKKBN, 2006)
Permasalahan yang terjadi dalam Program KB diantaranya adalah rendahnya partisipasi kaum pria.
Kesertaan pria dalam ber-KB lebih kurang 5 persen. Bila dibandingkan dengan partisipasi pria di
negara-negara Islam seperti Pakistan (5,2 persen), Bangladesh (13,9 persen), dan Malaysia (16,8 persen)
maka Indonesia menempati angka paling rendah partisipasi prianya dalam ber-KB (BKKBN, 2006).
Fenomena rendahnya partisipasi pria dalam KB juga dijumpai di wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja,
yang mencakup 10 desa. Data yang diperoleh dari Puskesmas I Sokaraja menunjukkan bahwa akseptor
KB Mantap MOP selama tahun 2004-2008 mengalami stagnasi. Sejak tahun 2005 hingga 2008 praktis
tidak ada penambahan Peserta KB Kontrasepsi Mantap MOP.
Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat
akseptor KB pria menggunakan kontrasepsi MOP di Puskesmas I Sokaraja. Tujuan umum penelitian ini
adalah untuk mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat akseptor KB pria
menggunakan kontrasepsi MOP di Puskesmas I Sokaraja.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif. Peneliti dalam hal ini menghimpun fakta,
namun tidak melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 1989; Faisal, 1992). Populasi
penelitian ini adalah akseptor KB pria selain MOP di Desa Karangrau, Sokaraja Tengah dan Pamijen.
Pemilihan responden menggunakan teknik proportional random sampling. Jumlah sampel yang diambil
dari masing-masing desa sebanyak 25 orang akseptor sehingga total sampel sebanyak 75 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat
akseptor KB pria menggunakan kontrasepsi MOP di Puskesmas I Sokaraja meliputi 5 (lima) faktor, yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor budaya. Alasan ini merupakan faktor dominan karena dinyatakan oleh 42 (56%) responden.
Nilai budaya di sini menyangkut nilai agama, bahwa MOP dilarang oleh agama karena penggunaan
metode ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga melanggar

norma agama. Bahkan ada sebagian responden yang dengan tegas menyatakan bahwa MOP haram
menurut keyakinan agamanya.
2. Minimnya pengetahuan tentang MOP. Hal ini dinyatakan oleh 16 (21,3%) responden. Responden
menyatakan tidak banyak mengetahui mengenai MOP, sehingga tidak mau menggunakan metode ini.
3. Takut/khawatir, yang dinyatakan oleh 9 (12%) responden. Ketakutan ini dipicu oleh kekhawatiran
menjadi mandul secara permanen, walaupun sudah menghentikan penggunaan metode MOP. Padahal
responden masih muda dan beberapa tahun ke depan ingin punya anak lagi. Kekhawatiran yang lain
adalah kekhawatiran hilangnya gairah dan kemampuan seksual sehingga tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan isteri.
4. Faktor biaya, yang dinyatakan oleh 6 (12%) responden. Mereka khawatir penggunaan metode ini
membutuhkan biaya besar karena harus melalui tindakan operasi. Terlebih lagi operasi dapat dilakukan
dua kali, pertama ketika menggunakan metode MOP dan kedua ketika menghentikan penggunaan
metode ini.
5. Kombinasi umur frekuensi coitus, yang dinyatakan oleh 2 responden (2,7%). Responden ini usianya
46 dan 47 tahun. Responden merasa sudah tua dan sudah jarang sekali melakukan hubungan intim
dengan istrinya. Oleh karena itu responden tidak merasa perlu menggunakan metode MOP. Responden
lebih memilih metode coitus interuptus.
Hasil penelitian tersebut di atas sejalan dengan pendapat Palmore dan Bultoa (Singarimbun, 2004) yang
menyatakan faktor dalam pemilihan kontrasepsi antara lain yaitu ongkos, dan faktor sosial budaya.
Demikian pula dengan faktor yang mempengaruhi mengenai pemilihan metode kontrasepsi menurut
WHO (1994) antara lain adalah :
a. Faktor individu antara lain usia, usia muda, frekuensi koitus.
b. Faktor ekonomi dan kemudahan memperolehnya.
c. Faktor budaya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi menurut Hartanto (2003) faktor tersebut
antara lain faktor pasangan yang berhubungan dengan umur, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang
diinginkan, faktor metode kontrasepsi yang berhubungan dengan efek samping minor, kerugian,
komplikasi-komplikasi yang potensial, dan biaya.
Dominannya faktor budaya berupa nilai agama sesuai dengan konsep menurut WHO (1994) bahwa
agama dan kepercayaan juga dapat mempengaruhi orang dalam pemilihan metode kontrasepsi karena
adanya aturan yang ditetapkan dalam ajaran yang dianut. Dalam hal ini tubektomi masih dianggap
sesuatu yang tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurat.
Hasil penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian terdahulu, seperti yang dilakukan Wahyuni (2005)
bahwa faktor-fakor yang menghambat Pasangan Usia Subur memilih Tubektomi di wilayah Kerja
Puskesmas Pengasih I meliputi kurangnya informasi tentang tubektomi dan tarif pelayanan merupakan
faktor penghambat PUS memilih tubektomi sebagai alat kontrasepsinya.
SIMPULAN DAN SARAN
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat akseptor KB pria menggunakan kontrasepsi MOP di
Puskesmas I Sokaraja meliputi 5 (lima) faktor, yaitu faktor budaya (nilai agama), minimnya
pengetahuan tentang MOP, takut/khawatir menjadi mandul permanen dan hilangnya gairah serta
kemampuan seksual, biaya, dan kombinasi umur frekuensi coitus. Dari kelima faktor tersebut, faktor
budaya bersifat dominan karena menjadi alasan mayoritas responden.
Berasarkan hasil penelitian maka sosialisasi tentang hal-ikhwal metode MOP perlu untuk lebih

diintensifkan, serta adanya subsidi atau bahkan pembebasan biaya untuk menggunakan metode MOP
untuk memacu minat akseptor.

Anda mungkin juga menyukai