PENGERTIAN KONTRASEPSI
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2005).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat
sementara maupun permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan
cara, alat atau obat - obatan (Atikah dkk, 2010).
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun dkk, 2008).
TUJUAN KONTRASEPSI
1. Tujuan umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
2. Tujuan pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran:
a. Fase menunda perkawinan atau kesuburan
Fase menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu
kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan
dapat terjamin 100%. Kontrasepsi yang cocok adalah pil KB, AKDR, dan cara
sederhana.
1. Metode sederhana
1) Tanpa alat atau obat: Metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks,
metode simpto - termal, coitus interuptus.
2) Dengan alat : Kondom pria, diafragma atau kap, tablet berbusa (vaginal tablet), jelli
dan cairan berbusa.
2. Metode modern
1) Pil
2) Suntikan
3) Implant
4) AKDR (alat kontasepsi dalam rahim)
5. Syarat-syarat kontrasepsi :
1) Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2) Tidak ada efek samping yang merugikan.
3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak menganggu hubungan persetubuhan.
5) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya.
6) Cara penggunaannya sederhana dan tidak rumit.
7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Atikah dkk, 2010).
d. Faktor hukum
Peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluaraga berencana sejak
diberlakukannya undang - undang negara Connecticut tentang pembatasan
penggunaan alat kontrasepsi, yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak
sesuai konstitusi oleh Majelis Tertinggi pada tahun 1965.
e. Faktor fisik
Kondisi - kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan,
usia dan waktu "jam biologis" yang akan habis, gaya hidup tidak sehat, penggunaan
obat teratogenik.
f. Faktor hubungan
Stabilitas hubungan, masa krisis, dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya
anak.
g. Faktor psikologis
Kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai orang tuanya, pemikiran
bahwa kehamilan dianggap bukti bahwa kita dicintai, keyakinan yang salah bahwa
anak akan menyatukan kembali hubungan yang retak, rasa takut untuk mengasuh
dan membesarkan anak, ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani jika menjadi
orang tua.
MOP adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma (vas deferens)
pria (Atikah dkk, 2010).
MOP merupakan tindakan pada kedua saluran bibit pria yang mengakibatkan orang
atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi
(Prawirohardjo, 2005).
MOP adalah alat kontrasepsi jenis sterilisasi melalui pembedahan dengan cara
memotong saluran sperma yang menghubungkan testikel (buah zakar) dengan
kantung sperma sehingga tidak ada lagi kandungan sperma di dalam ejakulasi air
mani pria (Verawati, 2012).
2. Profil MOP
1) Sangat efektif, merupakan metode kontrasepsi pria yang permanen.
2) Tidak ada efek samping jangka panjang, sehingga tidak berpengaruh terhadap
kemampuan maupun kepuasan hubungan seksual.
3) Tindakan bedah yang aman dan sederhana, hanya memerlukan beberapa menit dan
menggunakan bius lokal.
4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan, sebelum itu pasangan harus
menggunakan kondom.
5) Konseling dan informed consent mutlak diperlukan (Saifuddin, 2006).
3. Keuntungan MOP
Efektif, karena tingkat kegagalannya kecil dan merupakan metode kontrasepsi yang
permanen.
1) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas (kesakitan).
2) Sederhana, sehingga pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
3) Cepat, hanya memerlukan waktu 5 - 10 menit.
4) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
5) Biaya rendah, yang paling penting adalah persetujuan pasangan.
6) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara - negara dimana wanita merasa
malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan
paramedis wanita (Hanafi, 2004).
4. Kerugian MOP
1) Diperlukan suatu tindakan operatif, harus dilakukan pembedahan dan harus
menunggu sampai sel mani menjadi negatif.
2) Kadang - kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
3) Kontrasepsi mantap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi
vas deferens dikeluarkan.
4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria
(Hanafi, 2004).
5. Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya
serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).
6. Kontraindikasi MOP
a. Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.
b. Infeksi traktus genetalia.
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
1) Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum.
2) Hydrocele besar (penumpukan cairan).
3) Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang
bersifat kongenital.
4) Orchiopexy, yaitu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum.
5) Luka parut bekas operasi hernia.
6) Skrotum yang sangat tebal.
d. Penyakit sistemik :
1) Penyakit - penyakit perdarahan.
2) Diabetes mellitus.
3) Penyakit jantung koroner yang baru.
4) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hanafi, 2004).
7. Syarat MOP :
1) Harus secara sukarela artinya klien telah mengerti da memahami segala akibat
prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri
dengan mengisi dan menandatangani persetujuan tindakan.
2) Bahagia artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah mempunyai
anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun.
3) Sehat artinya melalui pemeriksaan oleh dokter klien di anggap sehat dan memenuhi
persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi (Anggraini, 2012).
a. Anamnesis
1) Identitas calon peserta serta pasangannya.
2) Umur peserta.
3) Jumlah anak hidup dan umur anak terkecil yang ada.
4) Metode kontrasepsi yang pernah digunakan istri serta metode kontrasepsi yang saat
ini digunakannya.
5) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
6) Perilaku seksual calon peserta dan pasangannya.
7) Adakah pengalaman perdarahan yang terlalu lama apabila luka.
b. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan lengkap termasuk tanda vital, kardiovaskuler,
paru - paru, ginjal, serta genetalia. Apabila ditemukan keadaan yang abnormal
lakukan rujukan sesuai dengan keluhan dan kelainan yang ditemukan.
c. Pemeriksaan laboraturium
1) Pemeriksaan urine lengkap (minimal protein dan reduksi).
2) Pemeriksaan darah lengkap minimal hemoglobin, leukosit, blooding time dan closing
time.
Hasil pemeriksaan pra operasi harus disimpulkan, untuk menetapkan ada tidaknya
kontraindikasi tindakan pembedahan.
1. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi yang masuk ke pengambilan keputusan seseorang berkaitan
dengan pemilihan metode kontrasepsi meliputi minat, usia, usia anak terkecil,
frekuensi hubungan kelamin.
1) Motivasi: Motivasi adalah kecenderungan hati ataukeinginan yang tinggi untuk
melakukan sesuatu.
2) Usia: Usia seorang pria dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-
metode kontrasepsi tertentu (Pendit, 2007).
3) Usia anak terkecil: Usia anak terkecil suatu pasangan dapat mempengaruhi
pemilihan metode dalam dua cara.
4) Frekuensi hubungan kelamin: Frekuensi seseorang dapat memengaruhi dirinya atau
pasangannya untuk menggunakan metode kontrasepsi tertentu (Pendit, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, Yetti, dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Rohima Pres
2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
3. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
4. Aunillah, Nurla Isna. 2011. Cara Menjadi Istri Yang Pintar Memuliakan Suami.Sabil.
Yogyakarta.
5. Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC.
6. Budisantoso, Saptono Iman. 2008. Faktor - faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana.
http://eprints.undip.ac.id/18622/1/SAPTONO_IMAN_BUDISANTOSO.pdf. diakses
pada tanggal 16 Januari 2013.
7. BKKBN.2011. Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi.
http://prov.static.bkkbn.go.id/bali.bkkbn.go.id/program/Resume%20Laporan%20Final
%20(Hasil%20Penelitian%20KTD).pdf. di akses pada tanggal 16 Januari 2013.
8. BKKBN.2005. PENCAPAIAN 2010 02 PER KABKOTA.
http://jatim.bkkbn.go.id/cms_bkkbn/files/PENCAPAIAN-2010_02-
PER_KABKOTA.pdf. diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
9. BKKBN.2006. Kelebihan dan Kekurangan Kontrasepsi.
10. http:// jatim.bkkbn.go.id/2009/05/kb-kontrasepsi/. Diakses pada tanggal 17 Januari
2013.
11. BKKBN.Vasektomi. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/vasek.htm.
12. diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
13. Ekarini, Madya Bakti. 2008. Rendahnya Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana.
http://eprints.undip.ac.id/18291/1/1.pdf. diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
14. Glasier, A dan Ailsa, G. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: EGC.
15. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.
16. Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
17. Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books Surabaya.
18. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi
2. Jakarta: EGC.
19. Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. PromosiKesehatan Untuk Kebidan. Jakarta : Salemba
Medika.
20. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
21. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
22. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
23. Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
24. Pendit, B. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: ECG.
25. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP – SP.
26. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP – SP.
27. Proverawati, Atikah, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
28. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
YBP - SP.
29. Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Trans Info Medika.
30. Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
31. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
32. Verawaty, Sri Noor & Rahayu, Lisdyawati. 2012. Merawat dan Menjaga Kesehatan
Seksual Wanita. Bandung : Grafindo.