MODUL 1
SKENARIO 1 : PAK ABDUL DAN ANAKNYA
OLEH
1410311045
1410312070
1410312031
DWININTA ALFATHIKA
1410312028
1410311125
1410311024
TAUFIK RACHMAN
1410312082
RIKO JANUKARDI
1410312064
1410311039
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
A. Terminologi
1. Club foot : kelainan kongenital pada ekstremitas bawah dimana kaki terpuntir
ke medial .
2. CTEV
: congenital talipes equinovarus. Merupakan defirmitas pergelangan
3.
4.
5.
6.
7.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
kaki mengalami inversi tungkai, aduksi kaki depan , rotasi dari tibia .
Hindfoot : kaki bagian belakang, terdiri dari talus dan calcaneus.
Midfoot
: kaki bagian tengah, terdiri dari navicular , kuboid, kuniforme.
Forefoot : kaki bagian depan , terdiri dari palangs dan metakarpal.
Ponsetti method : metode memperbaiki kaki pasien dengan gips.
Gips serial : pemasangan gips secara terpisah.
Rumusan Masalah
Apa saja kemungkinan cacat lahir yang bisa terjadi ?
Bagaimana interpretasi kondisi lahir anak pak abdul?
Adakah oengaruh kondisi lahir dengan kondisi yang dialami sekarang?
Mengapa anak pak abdul dibawa ke rumah sakit?
Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan kondisi anak pak abdul?
Bagaimana hubungan penata radiologi beresiko apapran sinar-x dengan kondisi
C. Brainstorming
1. Kemungkinan cacat pada
Tulang : amelia, club foot, polidaktili
Bengkok pada kaki
2. Berat badan lahir 3200 gram menandakan berat lahir normal. Kaki yang bengkok
berarti ada abnormalitas pada muskuloskletal
3. Tidak ada hubungan kondisi lahir . Kemungkinan kondisi intra uterin yang
mempengaruhi, bisa juga disebabkan genetik dan faktor lingkungan
4. Dibawa kerumah sakit untuk didiagnosis penyakitnya dan tatalaksana selanjutnya
yang tepat.
5. Kejadian anak pak abdul sering terjadi pada anak laki laki dimana perbandingan
dengan perempuan yaitu 2:1. Untuk kondisi usia yang baru lahir dicurigai kelainan
kongenital.
6. Kondisi pekerjaan pak abdul bisa menyebabkan mutasi genetik atau kromosom
sehimgga bisa menyebabkan cacat pada keturunan
7. Keadaan kakek mengalami mikrotia, bisa jadi keturunan akan mengalami cacat
lahir lainnya walaupun tidak sama lokasinya.
8. Sudah terjawab
9. Sudah terjawab
10. Kondisi tersebut bisa karna kelainan kromosom terutama yang terjadi pada
trimester pertama. Mesenkim ibu jari tidak mengalami apoptosis sehingga
menyebabkan gangguan pemisahan.
11. Sudah terjawab
12. Kalau polidaktili tidak perlu diangkat tapi secara kosmetik mengganggu .
Pembedahan dilakukan antara usia 1,5-2,5 tahun. Pada orang dewasa bisa
mengganggu aktivitas.
13. Sudah terjawab
14. Sudah terjawab.
15. Clubfoot terjadi karna adanya deformitas. Bisa karna otot pada tibia pendek, sendi
berlapis, pertumbuhan jaringan ikat berlebihan. Pemendekan otot karna vaskular
tidak ada atau berkurang. Kondisi ibu oligohidramnion dan penekan dari luar.
16. Forefoot mengalmi adduksi dan supinasi sehingga menghadap ke medial, hindfoot
mengalami inversi dan ada equinus ankle sehingga plantar fleksi , ujung jari kaki
lebih tinggi dari tumit.
17. Ponseti method merupakan tindakan yang tidak invasif, jika di operasi biasanya
kaki tidak sekuat dengan memakai ponseti method
D. Skema
E. Learning objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan embriogenesis muskuloskletal dan defek yang
terjadi di setiap fase.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi, faktor risiko, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis , tatalaksana, prognosis dan komplikasi
kelainan kongenital ekstremitas atas
3. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi, faktor risiko, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis , tatalaksana, prognosis dan komplikasi
kelainan kongenitas ekstremitas bawah
4. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi, faktor risiko, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis , tatalaksana, prognosis dan komplikasi
kelainan kongenital tulang belakang.
F. Pembahasan LO
1. EMBRIOGENESIS SISTEM MUSKULOSKELETAL
Ekstremitas mulai berkembang pada minggu ke-4. Mesoderm lempeng lateral akan
mengeksekresikan FGF10 yang sehingga terbentuk tunas ekstremitas yang keluar dari
dinding tubuh ventrolateral. Untuk ekstremitas atas dipicu oleh TBX5 dan FGF10,
sedangkan untuk ekstremitas bawah dipicu oleh TBX4 dan FGF10. Tunas tersebut terdiri
dari inti mesenkim yang berasal dari mesoderm lempeng lateral yang akan membentuk
tulang dan jaringan ikat, pada bagian luarnya dilapisis ektoderm kuboid. Sumbu
anteroposterior merupakan yang pertama kali dibentuk. Diatur oleh zone of polarizing
activity (ZPA), sel-sel ini akan menghasilkan asam retinoat (vitamin A) yang akan memicu
ekspresi sonic hedgehog (SHH) sehingga.
Jika pertumbuhan tunas telah dimulai berbagai protein morfogenik tulang (BMP)
yang diekspresikan di ektoderm ventral memicu pembentukan AER, pada ektoderm
bagian dorsal akan diekspresikan Radical fringe yang akan membatasi lokasi AER di
ujung distal ekstremitas. SER2 akan menentukan batas sel yang akan menghasilkan
radical fringe dan yang tidak. Pada batas inilah AER terbentuk. Pembentukan batas ini
juga dibantu oleh Engrailed-1 (ENT-1) yang dihasilkan ektoderm ventral yang mana
nantinya akan menekan ekspresi Radical fringe. Ektoderm di batas distal akan menebal
membentuk Apical epidermal ridge(AER) , yang akan menginduksi mesenkim di
sekitarnya untuk proliferasi tetapi tidak diferensiasi yang dinamakan progress zone. AER
akan distimulai oleh SHH sehingga mengekspresikan FGF4 dan FGF8 untuk
mempertahankan progress zone.
Seiring pertumbuhannya sel - sel mesenkim di ujung proksimal akan semakin jauh
dari AER dan pengaruhnya sehingga memperlambat laju pembelahan dan memulai proses
diferensiasi.Terjadi pertumbuhan sumbu secara proksimodistal. Ektoderm pada bagian
dorsal akan mengekspresikan Wnt-7 yang akan menstimulasi sekresi Lmx1b yang
menyebabkan perkembangan bagian dorsal dari tunas ekstremitas. Pada bagian ventral
akan dihasilkan EN-1 yang akan menghalangi ekspresi Wnt-7 sehingga menvcegah
pembentukan Lmx1b dan mengatur perkembangan secara dorsoventral.
Pada minggu ke 6 bagian terminal tunas ekstremitas menjadi pipih dan terbentuk
lempengan tangan dan lempengan kaki. HOX dan SHH bersama sama akan menentukan
pembentukan jari jari. SHH akan menginduksi BMP untuk menginduksi apoptosis
diantara sela sela jari dengan menekan ekspresi FGF. Lempengan akan diipisahkan dari
segmen proksimal oleh suatu konstriksi melingkar. Kemudian konstriksi kedua akan
membagi dua bagian proksimal sehingga bagian bagian utama ekstremitas sudah bisa
dikenali. Selama minggu ke 7 ekstremitas akan berputar. Ekstremitas atas berputar 90
derajat ke arah lateral, sedangkan ekstremitas bawah berputar 90 derajat ke arah medial.
Pada minggu ke 8 jari tangan dan kaki sudah terbentuk lengkap terpisah.Posisi kaki akan
mengalami perputaran hingga minggu ke 11.
Sementara bentuk luar sedang dibentuk, mesenkim di tunas ekstremitas mulai
mengalami pemadatan, dan sel sel ini berdiferensiasi menjadi kondrosit. Pada minggu ke 6
kondrosit telah model kartilago hialin pertama, mengawali pembentukan ekstremitas.
Osifikasi endokondral dimuai pada akhir periode mudigah. Pusat pusat osifikasi primer
terdapat di semua tulang panjang ekstremitas pada minggu ke 12 perkembangan. Dari
pusat primer di diafisis akan terjadi osifikasi secara bertahap menyebar ke ujung - ujung
kartilago. Saat lahir diafisis telah mengalami sifikasi sempurna sedangkan pada bagan
ujung yaitu epifisis tetep berupa kartilago. Namun segera sesudahnya di epifisis muncul
pusat pusat osifikasi . Untuk sementara lempeng kartilago tetap berada di antara epifisis
dan diafisis yang dinamakan lempeng epifisis dan berperan dalam penambahan panjang
tulang. Ketika tuang telah mencapai panjang penuhnya lempeng epifisis akan lenyap.
Vertebra terbentuk dari bagian sklerototom somit yang berasal dari mesoderm
paraksial.Selama minggu ke 4 sel sel sklerotom bermigrasi ke sekeliling korda spinalis
dan notokord untuk menyatu dengan sel sel dari somit yang berlawanan di sisi lain
tabung saraf. Seiring dengan berlanjutnya perkembangan, bagian sklerotom dari masing
masing somit juga mengalami suatu proses yang disebut resegmentasi. Resegmentasi
terjadi ketika separuh kaudal dari masing masing sklerotom tumbuh ke dalam dan
menyatu dengan separuh sefalik dari masing masing sklerotom dibawahnya. Karena itu,
setiap vertebra dibentuk oleh kombinasi separuh kaudal satu somit dan separuh kranial
somit didekatnya. Pembentukan pola berbagai vertebra diatur oleh HOX.
Sel sel mesenkim di antara bagian sefalik dan kaudal segmen sklerotom asli tidak
berproliferasi tetapi mengisi ruang antara dua korpus vertebrae prekartilaginosa. Dengan
cara ini, sel sel tersebut ikut membentuk diskus intervetrebalis. Meskipun mengalami
regresi di korpus vertebralis, notokord menetap dan membesar di regio diskus
intervetebralis. Di sini notokord memebentuk nukleus pulposus, yang kemudian dikelilingi
oleh serat serat sirkular anulus fibrosus. Kedua stryktur ini berkombinasi memebentuk
diskus intervertebralis.
2. OI (Osteogenesis Imperfecta)
Definisi
OI (Osteogenesis Imperfecta) merupakan kelainan jaringan ikat dan tulang yang
bersifat herediter (autosomal dominan) yang mengakibatkan kerapuhan tulang, kelemahan
persendian, dan kerapuhan pembuluh darah.
Epidemiologi
Bersifat autosomal dominan yang bisa terjadi pada semua ras ataupun suku
Bisa terjadi karena turunan orang tua aatau mutasi gen spontan
Etiologi
mutasi gen yang mengatur procolagen (gen COL1A1 dan gen COL1A2 7q22. baca :
colia. penulis red). Hal ini mengakibatkan maturitas dari kolagen menjadi terganggu dan
osteoblas tidak mampu berdiferensiasi dengan baik sehingga terjadi gangguan skeletal.
Kolagen tipe 1 dijumpai pada tulang, kapsula organ, sclera, fasia, kornea, tendon,
meningen dan dermis
Klasifikasi
1. Tipe 1 (ringan)
Sklera biru (karena bersifat tembus seperti kulit tipis. Akibatnya, sklera
menyaring warna merah yang mendasari koroid pleksus pembuluh darah
sehingga tampilannya menjadi seperti memar atau hematom subkutan yang
berwarna biru)
3. Tipe 3 (berat)
Gejala klinis
Otot hipertonus
Defisiensi dentin
Perdarahan subkutan
Sklera biru
Banyak fraktur halus (pergerakan sedikit saja sakit) => krepitasi. Hal ini membuat
kaki tidak berbentuk lurus lagi
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen (diagnosis dan penentuan derajat kerusakan tulang => Lihat bentuk
tulang (tidak lurus dan bekas fraktur).
=> pembuluh darah tipis, deformitas, dan tulang mengalami osteoporosis.
Tatalaksana
Pengobatan khusus tidak ada, tujuan pengobatan hanyalah :
Perbaiki deformitas yang terjadi, kalau perlu lakukan ostetomi dan fiksasi interna.
Prognosis
Tipe I => dapat survive dengan supportif dan tatalaksana yang baik. Tulang menjadi kuat
setelah pubertas.
Tipe II => saat partus bayinya meninggal dan terlihat hancur karena tulangnya fraktur
dengan mudah
Tipe III/ IV => survive kalau dilakukan perawatan intensif
Genetik
Teori neuromuscular. Pada fase embrionik saat kaki terbentuk, otot medial dan
posterior (betis dan tibialis posterior) pendek ditambah dengan adanya capsul
Diagnosis
Dapat terlihat dari cara berjalan dan gambran radiologi. Pada saat diagnoisis perlu di
pikirkan penyebab lain dan kelainan kongenital lain.
Tatalaksana
40% pasien dapat ditangani dengan tindakan non-operatif dalam waktu 3 hingga 4
bulang diikuti evaluasi secara radiologi. Namun, 60% pasien resisten terhadap terapi
non-operatif, sehingga harus dilakukan koreksi tendon pada usia 4-6 bulan. Operasi
terhadap soft tissu efektif hingga usia 5 tahun.
Prognosis
Jika dilakukan treatment dalam waktu 0-7 hari setelah kelahiran dan early treatment maka
perbaikannya dapat sempurna
4. Spina bifida
Definisi
Spina bifida adalah kelainan neural tube ( neural tube defect ) yang terjadi akibat
kegagalan neural tube untuk menutup dengan sempurna.
Epidemiologi
Angka kejadian 1 per 1000 kelahiran.
Etiologi
Bahan bahan teratogen yang dapat menyebabkan terjadinya defek neural
tube adalah :
-
Carbamazepine
Valproic acid
Sulfonamide
Seorang wanita yang mengkonsumsi valproic acid selama
kehamilan mempunyai resiko
kemungkinan
melahirkan
neural tube sebesar 1-2%, maka dari itu seorang wanita hamil yang
Klasifikasi
Ada berbagai jenis spina bifida. antara lain :
-
beberapa
kasus hanya
Spina
bifida
dengan meningomielokel
Merupakan bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam kantong
Demam
Kekurangan asam folat. Memiliki kadar asam folat yang cukup terutama sebelum
tinggi
pada
awal kehamilan
dan selama masa kehamilan sangat penting untuk menurunkan risiko melahirkan
anak dengan spina bifida. Ini merupakan faktor pemicu yang paling signifikan
dalam spina bifida serta jenis cacat tabung saraf lain.
Faktor keturunan. Orang tua yang pernah memiliki anak yang mengidap spina
bifida mempunyai risiko lebih tinggi untuk kembali memiliki bayi dengan jenis
kelainan yang sama.
Jenis kelamin. Kondisi ini lebih sering dialami oleh bayi perempuan.
Diabetes. Wanita yang mengidap diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk
melahirkan bayi dengan spina bifida. Kadar glukosa berlebih dalam darah bisa
mengganggu perkembangan anak.
Manifestasi klinis
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru
lahir. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya. Kelumpuhan/kelemahan
pada pinggul, tungkai atau kaki. Penurunan sensasi. Inkontinensia urin maupun
inkontinensia tinja. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis)
Diagnosis
Defek neural tube dapat dideteksi dengan pemeriksaan AFP ( alfa feto protein) pada
cairan amnion atau AFP yang diperiksa dari darah ibu hamil. AFP adalah protein
serum utama yang terdapat pada awal kehidupan embrio dan 90% dari total globulin
serum dari fetus. AFP dapat mencegah rejeksi dari fetal imun dan pertamakali dibuat
di yolk sac dan kemudian di sistem gastro intestinal dan hepar fetus. Dimulai dari
sirkulasi darah fetus menuju traktus urinarius kemudian diekskresi ke dalam cairan
amnion.
AFP juga dapat bocor ke dalam cairan amnion melalui defek neural tube yang terbuka seperti
pada anencephaly dan myelomeningocele, dimana sirkulasi darah fetus berhubungan
langsung dengan cairan amnion. Langkah pertama dari prenatal skrining adalah pemeriksaan
serum AFP pada ibu hamil antara minggu ke 15 dan 18 kehamilan.
Seseorang dikatakan beresiko secara spesifik berdasarkan perbandingan usia kehamilan
dan level AFP. Misalnya, pada usia kehamilan 20 minggu konsentrasi AFP serum pada
ibu hamil lebih tinggi dari 1.000 ng/mL mempunyai indikasi terjadinya defek neural tube
terbuka. Kadar AFP serum normal pada ibu hamil biasanya lebih rendah dari 500 ng/mL.
Penentuan ketepatan usia kehamilan sangatlah penting karena level AFP mempunyai
hubungan yang spesifik dengan usia kehamilan dan dapat meningkat mencapai puncak
pada fetus normal pada kehamilan 12-15 minggu. Pemeriksaan AFP melalui cairan
amnion merupakan pemeriksaan yang akurat, terutama pada usia kehamilan
15-20
minggu dan dapat mendeteksi kurang lebih 98% pada semua defek neural tube yang
terbuka. Defek neural tube juga dapat dideteksi dengan USG.
Tatalaksana
Tujuan dari pengobatan awal Spina Bifida adalah:
1.
2.
Pembedahan
dilakukan
untuk
menutup
lubang
yang
terbentuk
dan
untuk
mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang
sering menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan
untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran
kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air
kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Diet kaya serat dan program
pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
5. DDH ( Development Displacement/Displasia of the Hip)
Definisi :
Suatu kondisi abnormalitas pertumbuhan hip ( Tulang pinggul ), termasuk struktur
osues seperti asetabulum dan proksimal femur , labrum, kapsula, dan jaringan lunak lainnya.
Kondisi ini bisa terjadi sejak konspesi sampai proses maturitas tulang.
Kondisi yang lebih spesifik dari pengertian diskolasi hip congenital adalah sebagai
berikut.
1. Sublukasi, tidak kompletnya hubungan antara permukaan artikular kepala femur
dengan asetabulum
2. Dislokasi, hilannya hubungan antara permukaan artikular kepala femur dengan
asetabulum.
3. Ketidakstabilan, dari sendi hip.
4. Teratologik dislokasi atau dislokasi antenatal.
Epidimiologi
Secara umum dysplasia hip congenital terjadi pada 1 : 1.000 kelahiran. Perbandingan
perempuan dan laki-laki adalah 8 : 1.
Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang
berhubungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Posisi intrauterine,Breech positioning (posisi adduksi yang berlebihan dari sendi hip)
Jenis kelamin, perempuan menjadi predisposisi tinggi.
Lahir sungsang
Sering dibedong dan terlalu ketat
Jarang menggerakan / melatih anggota gerak tubuh (terutama bag. Bawah).
Malposisi akibat gangguan musculoskeletal intrauterine, seperti aduksi metatarsus dan
kortikolis.
7. Oligo hidramnion.
Penatalakasanaan
1. < 3 bulan
Manipulasi lembut untuk koreksi panggul
Maintenance dengan menggunakan popok doubl dan menjaga panggung di
posisi stabil (flexi dan abduksi ) dengan memberikan ruang panggul bergerak.
2. 3-4 bulan
Pavlink harness mencegah aktif dan pasif ekstensi dari panggul tapi
membolehkan gerakan lain untuk stimulasi penurunan bagian panggul yang abnormal.
Resiko avaskular nekrosis jika tidak benar penggunaanya.
3. 3-18 bulan
Pakai gips (bilateral hips spica plaster cast)
Ditemukan trendelenburgs sign + unilateral atau bilateral (jalan bebek)
4. 18 bulan 5 tahun
o Ditemukan trendelenburgs sign + unilateral atau bilateral (jalan bebek)
o Subcutaneous adductor tenotomyn/ open reduksi.
5. > 5 tahun
Bisa dilakukan penggantian sendi dengan prostatetik jika gagal biarkan saja,
jangan paksa ditarik agar pembuluh dara dan saraf tidak rusak.
6. .ACHONDROPLASIA
Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada
kartilago dan plasia: pertumbuhan. Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa
pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun sebenarnya individu dengan
Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya adalah gangguan pada proses
pembentukan kartilago menjadi tulang terutama pada tulang-tulang panjang.
Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh
gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor
receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3. Sindroma ini ditandai oleh
adanya gangguan pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi
endokondral, terutama tulang-tulang panjang.
mesenkim
berdifferensiasi
yang
tidak
membentuk
terdifferensiasi
kondroblas.
langsung
berkondensasi
dan
Kondroblas
berproliferasi
dan
bagian
tengah wajah (midface) karena bagian-bagian ini dibentuk secara osifikasi endokondral.
Rongga kranium dan maksila dibentuk secara osifikasi intramebranosa, sedangkan
mandibula dibentuk melalui osifikasi periosteal dan aposisi.
Basis kranium yang kurang berkembang pada penderita Achondroplasia
berpengaruh pada perkembangan maksila, karena pertumbuhan basis kranium akan
mendorong maksila ke anterior dan ke bawah. Saat perlekatan maksila ke ujung
anterior basis kranium, perpanjangan atau pertumbuhan basis kranium akan
mendorong maksila ke anterior. Sampai usia 6 tahun, pergerakan dari pertumbuhan
basis
kranium
adalah
bagian
penting
dalam
pertumbuhan
maksila
ke
anterior.
Kegagalan perkembangan atau pertumbuhan basis kranium secara normal
pada penderita Achondroplasia, memberikan karakteristik midface deficiency atau
hypoplasia midface. Hal ini yang mengakibatkan maksila menjadi retrognatik,
sedangkan mandibula normal atau sedikit prognatik, sehingga menghasilkan
hubungan rahang Klas III.
C. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Tinggi Badan kedua orangtua
b. Usia Pubertas kedua orang tua
c. Riwayat keluarga perawakan pendek atau lambat pertumbuhannya
Hipotonia
Keterlambatan motorik
b. Kraniofasial
Pembesaran
tulang
kalvanal
dan
berlawanan
dengan
Maloklusi gigi
c. Skeletal
Hiperekstensibility
Genuvarum
3. Laboratorium
2. Terapi Bedah
a. Laminektomi
b. Fusi spinal pada kifosis persisten disertai penggunaan dan modifikasi brace
c. Prosedur distraksi osteogenesis disertai tendontomi di tendon Achilles
7. Sindaktili
Epidemilogi
1:2000 -3000 kelahiran hidup
Klasifikasi
Tipe 1 : sedehana , lenyatuan jaringan lunak pada jari tangan
Tipe 2 : inkomplit sederhana
Tipe 3 : komplit sederhana
perikapsuler
G. Daftar pustaka
1. Noor, Helmi Zairin.2013.Buku Ajar Gangguan
Muskuloskletal.Jakarta: Salemba Media.
2. Rasjad,Chairuddin.2009.Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi.Jakarta: PT. Yarsif Watampone
3. Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi VI