Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud R
Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud R
PENDAHULUAN
Pada 10 tahun terakhir ini terjadi peningkatan yang cukup mendasar dibidang
pelayanan publik, terutama pelayanan kesehatan. Kebutuhan akan bentuk
layanan publik yang bermutu, berkualitas makin meningkat. Kepedulian,
kesadaran masyarakat akan kesehatan makin dirasakan penting artinya,
disamping kebutuhan masyarakat akan makan, sandang, papan, dan pendidikan.
Kebutuhan akan layanan kesehatan bersinergi terhadap sarana kesehatan yang
ada, masyarakat makin kritis terhadap layanan mutu yang diterimanya.
Pemerintahpun menangapi kebutuhan masyarakat tersebut dengan
menempatkan prioritas kesehatan sebagai program pokok nasional yang kedua
setelah bidang pendidikan. Pemerintah juga melindungi masyarakat terhadap
bentuk layanan publik yang diterimanya dengan membentuk, mengesahkan
undang-undang perlindungan konsumen dan perlindungan hak asasi.
Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu atau kualitas yang
dihasilkannya, terlebih organisasi yang bergerak dibidang jasa, pelayanan
maupun gabungan jasa-barang, seperti halnya organisasi Rumah Sakit. Rumah
Sakit sebagai sarana kesehatan yang utama masyarakat untuk upaya kesehatn,
maka sudah sewajarnya jika suatu Rumah Sakit tiada hentinya selalu berbrnah
diri meningkatkan, memperbaiki mutu, kualitas bentuk layanannya. Instansiinstansi yang ada di rumah sakit dan profesiprofesi kesehatan yang ada di
Rumah Sakit hendaknya selalu ditingkatkan, dioptimalkan fungsi dan perannya
untuk pencapaian mutu layanan yang optimal, terukur bagi masyarakat.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupan bagian dari organisasi Rumah Sakit,
Penunjang Medik yang juga harus berbenah diri untuk
mendukung output layananya. Kesadaran, profesionalisme masing-masing
profesi kesehatan, terutama apoteker di Rumah Sakit sanggatlah diperlukan
untuk mencapai hasil keluaran yang optimal tersebut. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit hendaknya juga dapat merubah paradigma yang melekat padanya selama
ini. IFRS selama ini hanya terjebak di pelayanan stock, harus segera berbenah
diri ke bentuk pelayanan pasien dan bangsal dengan tanpa mengurangi
perannya sebelumnya. Pemerintah mendukung paradigma farmasis ini dengan
menetapkan KepMenKes Standar Pelayanan Rumah Sakit dan KepMenKes
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah
sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Di banyak Rumah Sakit
pelayanan farmasi atau di Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan
profit di urutan ke-3 bahkan ada yang menduduki urutan ke-2 bagi managerial
Rumah Sakit. Salah satu bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang
galak dikembangkan oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada dasarnya
Pelayanan Informasi Obat merupankan salah satu bagian, cabang dari Pelayanan
Farmasi Klinis. Pelayanan informasi obat dan pelayanan farmasi klinis
menanggapi keprihatinan terhadap masyarakat akan mortalitas dan morbiditas
yang terkait dengan pengunaan obat, kerasionalan pengunaan obat, semakin
meningkatnya biaya perawatan pasien dikarenakan makin meningkatnya biaya
obat dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis serta ilmiah.
Pelayan farmasi klinis merupan kerja tim, apoteker dengan profesi kesehatan lain
untuk memecahkan kasus perawatan pasien untuk menghasilkan outcome, hasil
yang maksimal untuk pasien. Pelayanan Farmasi Klinis memerlukan pengetahuan
terapi tinggi bagi apotekernya, kemampuan komonikasi, monitoring respon obat
ke pasien, pelayanan informasi obat. Pelayanan Farmasi Klinis lebih ditekankan
dipelayanan rawat inap rumah sakit dan berorientasi lebih ke pasien dari pada
produk. Berbagai manfaat dapat dihasilkan dari pelayan informasi obat dan
praktek Pelayanan Farmasi Klinis tersebut, baik untuk rumah sakit, farmasis,
maupun masyarakat. Pelayanan Farmasi Klinis untuk memulainya juga tidaklah
ringan, diperlukan komitmen yang cukup tinggi dari berbagai profesi yang ada
terlebih apoteker, disampint tantangan lainnya yang cukup beragam dari
masyarakat dan managerial rumah sakit. Disamping itu faktor-faktor
keberhasilan pelayanan faramsi klinis lainnya, seperti komite farmasi
klinis, sofeware, sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit juga perlu
disiapkan baik kualitas dan kuantitasnya. Metode evaluasi bagaimana yang akan
diterapkan bagi komite farmasi klinis, managerial Rumah Sakit juga perlu
ditetapkan.
Suatu mutu layanan yang optimal, terukur niscaya tidak akan tercapai, terwujud
jika kesadaran masing-masing profesi kesehatan untuk mengembangkan diri,
profesional yang ada terlalu minim. Suatu tujuan bersama mustahil tercapai jika
masing-masing profesi kesehatan yang ada hanya berdiri sendiri-sendiri, minim
kesadarannya untuk bekerjasama. Suatu tujuan tidak akan terwujut tanpa
dimulai, dirintis dari proses yang sedini mungkin.
B.
DASAR TEORI
Mutu Pelayanan
Quality Assurance atau jaminan mutu adalah suatu konsep yang mencakup
segala aspek yang secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi
mutu suatu produk (WHO).
Kharateristik dari mutu modern dicirikan oleh adanya orientasi kepada pelangan.
Mutu modern juga menghendaki adanya konsep berpikir secara sistem oleh
semua pihak, partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak (top
management). Mutu modern juga menghendaki pemahaman dari setiap orang
terhadap tanggung jawab spesifik untuk menciptakan mutu, adanya aktivitas
yang berorientasi kepada tindakan pencegahan terjadinya kerusakan atau
penyimpangan proses kerja. Hal tersebut dilaksanankan karena adanya suatu
filosofi yang menganggap bahwa mutu merupakan jalan hidup (way of life).
3.
Rumah Sakit juga merupakan organisasi usaha jasa pelayanan kesehatan yang
bercirikan ada produk jasa yang di usahakan, mempunyai dimensi produk, mutu,
macam, jumlah, dan harga produk, fasilitas produksi, alat produksi, pelaku
produksi dengan kompetensi, proses dan prosedur produksi, biaya
produksi (biaya pokok) dan harga jual, ada margin keuntungan usaha. Adapun
tugas pokok dari Farmasi Rumah Sakit meliputi:
1.
2.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
3.
4.
Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi
untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5.
6.
7.
8.
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit terdiri dari berbagai unsur yang paling utama
yaitu:
1.
Usaha pengadaan, distribusi, dan pengawasan semua obat-obatan yang
digunakan dalam pelayanan tersebut.
2.
Evaluasi dan penyebaran informasi secara luas tentang obat-obatan dan
penggunaannya pada para staf rumah sakit dan pasien.
3.
2.
3.
Pengkajian Resep
4.
Dispensing
5.
6.
7.
Konseling
8.
9.
Ronde/Visite Pasien
4.
5.
Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
6.
Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
7.
c.
Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d.
Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah saki .
e.
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
f.
Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
g.
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
2.
a.
b.
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan
c.
Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d.
e.
Farmasi Klinis
Secara historis, profesi kefarmasian mengalami berbagai perubahan secara
drastis dalam kurun waktu 40 tahun terakhir terjadi di abad ke 20.
Perkembangan ini dibagi menjadi empat periode yaitu: Periode Tradisional
(sebelum 1960), Periode Transisional (1960-1970), Periode Masa kini (Farmasi
Klinis), Periode Masa Depan (Pharmaceutical Care). Dalam setiap periode, dapat
dibedakan konsep-konsep mendasar berkaitan dengan fungsi dan tugas yang
diemban, hubungan dengan profesi medis, tekanan pada pelayan penderita
(patient care), sikap aktif atau pasif pada pelayanan.
Beralihnya pembuatan obat dari instalasi farmasi ke industri farmasi maka tugas
dan fungsi farmasi berubah. Apoteker tidak banyak lagi meracik obat karena
obat yang diresepkan dokter kebanyakan obat jadi berkualitas tinggi yang
disiapkan oleh pabrik farmasi.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, Pills, Profits and Politics,
menyatakan bahwa:
1. Pharmacist-lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter
menuliskan resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada
waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai
bagaimana, kapan, mengapa penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep
dokter.
2. Pharmacist-lah yang sangat handal dan terlatih serta pakar dalam hal
produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk
mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik
dokter maupun pasien, sebagai penasehat yang berpengalaman.
3. Pharmacist-lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan
obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
Sedangkan Herfindal dalam bukunya Clinical Pharmacy and Therapeutics
(1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan Therapeutic
Judgement dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.
Tujuan pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat ditinjau dari 3 aspek:
1.
Manajemen
2.
Farmasi Klinik
3.
b.
c.
d.
Evaluasi terapi
e.
f.
Meminimalkan resiko
Mamastikan resiko yang sekecil mungkin bagi pasien
g.
Meminimalkan masalah ketidak amanan pemakaian obat meliputi efek
samping, dosis, interaksi dan kontraindikasi
h.
2.
a.
Untuk rumah sakit dan pasien (apakah obat yang dipilih paling efektif
dalam hal biaya dan rasional)
b.
c.
Jika tidak, alternatif jenis obat apa yang memberikan kemanfaatan dan
keamanan yang sama
3.
a.
Keterlibatan pasien dalam proses pengobatan akan menentukan
keberhasilan terapi
b.
2.
3.
Konsultan keliling
4.
5.
6.
7.
a.
b.
c.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Audit medis
17.
Audit klinis
18.
19.
20.
Tim kemoterapi
21.
22.
23.
24.
25.
Konseling pasien
31.
Konseling
2.
3.
4.
5.
6.
Penanganan sitostatika
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengenal reaksi yang tidak dikehendaki (karena obat) yang mungkin
terjadi
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
2.
Pengobatan yang kurang tepat (Misalnya: Pemilihan obat, bentuk sediaan,
dosis, rute, interval dosis, lama pemakaian)
3.
4.
5.
6.
Kesalahan dispensing
7.
8.
Indiosinkrasi pasien
9.
12.
13.
14. Gagal untuk mengenali dan menyelesaikan adanya keputusan terapi yang
tidak tepat
15.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Meja, kursi untuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk
menyimpan medical record
3.
Komputer
4.
Telpon
5.
Lemari arsip
6.
Kartu arsip
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Menanyakan riwayat pemakaian obat pada saat pasien masuk rumah sakit
13.
Mewawancara pasien
14.
Mengkonsultasi pasien
15.
16.
17.
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh
pasien. Tujuan adalah untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola
penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu. Membandingkan
pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain.
Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik Menilai pengaruh intervensi
atas pola penggunaan obat.
Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan
dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit. Tujuannya adalah
mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada
dokter yang merawat. Kegiatan antara lain memisahkan serum dan plasma
darah. Memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan
menggunakan alat TDM, membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Penanganan sitostatika. Kegiatan penanganan sitostatika antara lain merancang
dan mempersiapkan sumber daya yang diperlukan untuk penanganan
sitotastika, melakukan penilaian tentang kelayakan pemakaian sitostatika,
melakukan penyiapan dan pemberian sitostatika, melakukan monitoring,
evaluasi dan tindak lanjut, melakukan pengamanan dalam proses penggunaan
sitostatika yang menjamin keselamatan petugas, pasien dan kelestarian
lingkungan, melakukan penanganan jika terjadi kecelakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat pelayanan farmasi klinis mampu
mengidentifikasi masalah penting, antara lain:
1. Mengidentifikasi masalah penting yang terkait obat serta menurunkan
kejadian
2.
3.
Memperbaiki peresepan
4.
7.
a.
b.
2.
Mendirikan pusat pelayanan informasi obat . Dimana peran apoteker
bergeser dari drug informan-kepada pendamping/konsultan bagi penulis
resep/dokter (menyediakan informasi pada tahap penentuan dosis, cara
pemberian serta dalam evaluasi terapi. Dengan kata lain peran utamanya
sebagai ahli obat (drug expert).
3.
4.
Memperkerjakan lebih banyak apoteker dengan perbandingan (1 apoteker
untuk 30 tempat tidur).
5.
Apoteker harus mengetahui peran dan fungsinya dan tidak mencoba
bertindak di luar perannya.
6.
Bagi apoteker klinis perintis harus mempelajari semua skill of trade.
Sehingga mereka dapat menguasai pengetahuan serta berpengalaman dalam
ilmu kedokteran umum, mengikuti pendidikan berkelanjutan. Membentuk klub
jurnal dan belajar bersama-sama serta membuat presentasi secara teratur
bersama rekan-rekan. Perlu melakukan penetapan prioritas area pengembangan
pelayanan farmasi klinis. Misalnya: menurut keadaan penyakit (jantung koroner
atau terapi obat sitotoksik) dan pasien dengan farmakokinetik dan
farmakodinamik yang kurang normal atau aturan obat yang rumit (lansia atau
polifarmasi)
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator,
suatu alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya,
makin sesuai pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya. Indikator dibedakan
menjadi Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk
mengukur terpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan. Serta
Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur
tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut; harus sesuai dengan tujuan,
informasinya mudah didapat, singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan
berbagai interpretasi, rasional
Evaluasi merupakan tahapan mencatat hasil terapi untuk mengkaji
perkembangan dalam pencapaian tujuan terapi dan menilai kembali munculnya
masalah baru, ketiga tahap proses ini terjadi terus menerus bagi seorang pasien.
Evaluasi dan Pengendali Mutu mempunyai tujuan pada umum agar setiap
pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat
memuaskan pelanggan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Merencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk mendorong
penggunaan obat yang rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada pasein.
Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat meliputi:
a.
b.
c.
Seimbang
d.
Ilmiah
e.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh pelayanan informasi obat antara lain:
a.
Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalui telpon, surat atau
tatap muka.
b.
Meyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak
ulang atau re print).
c.
Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidakcocokan obat,
konsep-konsep obat yang sedang dalam penelitian atau peninjauan penggunaan
obat-obatan.
d.
Mendukung kegiatan panitia farmasi terapi dalam menyusun formularium
rumah sakit dan meninjau terhadap obat-obat baru yang diajukan untuk masuk
dalam formularium rumah sakit.
e.
1.
obat
2.
3.
Komputer
4.
Telpon - Faxcimile
5.
Lemari arsip
6.
Kartu arsip
7.
a.
b.
c.
Urgency jawaban
3.
Menentukan apakah pertanyaan akan dijawab, ditolak, atau dirujuk ke
tempat lainnya.
4.
Jika diputuskan untuk menjawab pertanyaan maka dimulai penelusuran
pustaka secara sistematis :
a.
b.
c.
6.
Menjawab pertanyaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh si
penanya.
7.
8.
9.
Menyiapkan jawaban, semua jawaban harus berdasarkan referensi yang
dapat dipercaya, tidak menebak atau menduga.
10.
Menindaklanjutin jawaban.
b.
c.
d.
Uraian pertanyaan.
e.
Klasifikasi pertanyaan (identifikasi obat, stabilitas, ketercampuran,
farmakokinetik, farmakodinamik, dosis, efek samping, interaksi oabt, toksisitas
dan lain-lainnya).
f.
g.
h.
i.
Jawaban pertanyaan.
j.
Sumber Daya Manusia (SDM) pelayanan informasi obat hendaknya memadai dan
terlatih secara khusus, mampu menjalankan organisasi dan mengelola
administrasi informasi obat, mampu melakukan kegiatan-kegiatan penelitian,
mampu menggunakan strategi yang effisien dalam menelusuri sumber-sumber
C.
PEMBAHASAN
Farmasi Klinis. Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu dikarenakan
hidup mati organisasi bergantung pada pelanggan sehingga sudah
sepantasnyalah pelanggan perlu dipuaskan. Komoditi yang bermutu adalah
komoditi yang aman, baik, layak, dan bermanfaat. Oleh sebab itu sudah
seharusnyalah Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi RSU R. Koesma Tuban juga
meningkatkan produksi atau mengedarkan komoditi yang bermutu serta
memberikan yang terbaik bagi pelanggan yang dapat memberi peluang untuk
memenangkan persaingan.
Pelayanan Farmasi RSUD R. Koesma merupakan bagian dari sistem jasa
Pelayanan RSUD R. Koesma.Pelayanan Farmasi RSUD R. Koesma juga harus
berbenah diri melakukan pelayanan profesi, adanya sistem pelayanan farmasi,
serta ada standar pelayanan yang segera dimulai dapat segera menjamin mutu
pelayanan sesuai harapan semua pihak yang terkait.
Dikarenakan multiple prescribers, obat makin poten dan semakin mahal,
kompleksitas obat juga beraneka ragam, informasi yang up to date karena
perkembangan yang cepat, harus dapat memilah informasi yang
dibutuhkan. Adanya hubungan signifikan antara pemakaian
obat versus morbiditas dan mortalitas, biaya kemanusiaan, finansial
akibat misadventuring maka Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma akan
makin dibutuhkan kehadirannya dan manfaatnya.
Pelayanan Farmasi Klinik yang akan dilaksanakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
akan mengubah pelayanan yang sifatnya individual menuju pelayanan berbasis
sistem dan terintegrasi. Artinya akan dikembangkan sistem dan mekanisme
serta prosedur yang dapat menjamin tidak terjadinya medication error, baik di
rawat inap maupun di pelayanan rawat jalan. Pelayanan Farmasi Klinik yang akan
dilaksanakan IFRS akan mengantisipasi setiap dinamika perubahan di bidang
kedokteran termasuk senantiasa meng-update informasi dan keilmuan yang
berbasis pada bukti terkini (current best evidence) melalui sumber-sumber
informasi terpercaya dan mutakhir (misalnya internet dan electronic journals)
untuk diimplementasikan secara benar.
Adapun tugas utama Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma pemantauan
pasien dan peresepan dengan harapan dapat memberikan jaminan pengobatan
lebih rasional (efektif, aman, tersedia dan dengan biaya terjangkau) kepada
yang selalu ter up dateserta kuantitas dan kualitas dari masing-masing profesi
kesehatan terlebih apoteker sanggat mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan
Pelayanan Farmasi Klinis tersebut. Disamping itu jalinan komunikasi yang
insentif, berkesinambungan dan saling mempercayai antara tenaga kesehatan
yang terlibat dan Pimpinan Rumah Sakit diperlukan untuk suksesnya pelaksanan
Program Pelayanan Farmasi Klinis.
Pelayanan Informasi Obat. Dewasa ini sangat jarang adanya sumber-sumber
informasi yang netral serta mampu melayani informasi mengenai obat-obatan
menyebabkan penguna atau konsumen informasi (misal; dokter, tenaga
kesehatan lainnya, pasien serta keluarga pasien) memperoleh informasi dari
perusahan atau perwakilan perusahaan-perusahan farmasi yang kurang objektif
tentang obat dan spesifikasi dari macam-macam obat tersebut.
Dengan adanya Pelayanan Informasi Obat yang aktif dan selalu siap sedia dalam
melayani akan banyak berperan, memenuhi kebutuhan akan informasi obat
yang up to date ke Komite Farmasi dan Terapi, Komite Pelayanan Farmasi Klinis,
profesi tenaga kesehatan lainnya yang membutuhkan sumber informasi obat
yang cepat, mudah dan dapat dipercaya. Disamping itu masyarakat pengunjung
Rumah Sakit Koesma juga dapat memperoleh manfaat Pelayanan Informasi Obat
melalui konsultasi langsung maupun aktifitas kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, misalnya Program Penyuluhan
terhadap pengunjung Rumah Sakit akan manfaat, tingkat keamanan pemakaian
obat dan pengobatan dengan obat. Adanya program penyebaran leflet, brosur,
bulletin akan menambah wawasan, pengetahuan, kepedulian masyarakat Rumah
Sakit Koesma terhadap obat dan pengobatan dengan mengunakan obat.
Pelyanan Informasi Obat bisa juga menjadi salah satu ruang lingkup dari
Pelayanan Farmasi Klinis, pelayanan farmasi rumah sakit di RSUD R. Koesma
Tuban. Pelayanan Informasi Obat di RSUD R. Koesma hendaknya dibawah
tanggung jawab seorang apoteker yang dimaksudkan optimalisasi Pusat
Pelayanan Informasi Obat. Pelayanan informasi obat di RSUD R. Koesma akan
lebih baik lagi bila diberikan ruang gerak berstruktural tersendiri, sehingga akan
memberikan kontribusi yang lebih optimal sebagai bagian dari pelayanan
farmasi rumah sakit.
Salah satu contoh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan
Informasi Obat akan bekerja sama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit (PKMRS) mengadakan penyuluhan, penyebaran informasi obat,
tanya jawab langsung kepada masyarakat rumah sakit, misalnya melibatkan
langsung pengunjung rumah sakit sehingga kualitas, mutu layanan rumah sakit
akan lebih meningkat disamping pengetahuan dan kesadaran masyarakat rumah
sakit tentang obat juga akan lebih meningkat.
Diperlukan sumber daya manusia yang professional dan sumber-sumber
referensi yang memadai serta aktif sehingga keberadaan dan fungsi dari layanan
informasi obat di rumah sakit besar dirasakan oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat yang ada di rumah sakit. Selain itu supaya kegiatan-kegiatan
Pelayanan Informasi Obat kepada masyarakat rumah sakit bias lebih mengenal,
D.
KESIMPULAN
1.
Sudah seharunya RSUD R. Koesma Tuban meningkatkan komoditi mutu
pelayanan untuk memberikan yang terbaik untuk pasien dan masyarakat.
2.
Diperlukan adanya perubahan sistem pelayanan individual menuju
pelayanan yang berbasis sistem dan terintegrasi.
3.
Dengan adanya Program Pelayanan Farmasi Klinis, Pelayanan Informasi
Obat, Komite Farmasi Klinis, Warm Pharmacist, Rasio Farmasis akan
meningkatkan kemampuan, profesionalisme farmasis menuju pelayanan RSUD R.
Koesma Tuban lebih berkualitas.
4.
Pelayanan Farmasi klinis yang akan dilaksanakan di RSUD R. Koesma
Tuban harus mampu mengembangkan sistem, mekanisme serta prosedur yang
dapat menjamin terjadinya medical error, terlebih untuk pasien rawat inap.
5.
Program Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma sebagai
pelaksanan utama adalah Apoteker dengan dukungan dari Direksi Rumah Sakit,
Profesi Kesehatan yang ada di Rumah Sakit, Pemerintah Daerah, Pemerintah
Pusat, Organisasi ISFI, Institusi Pendidikan dan masyarakat.
6.
Diperlukan komitmen yang kuat dan berkesinambungan demi
tercapainya Program Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma Tuban dengan saling
kontrol, kolaborasi antar profesi kesehatan yang ada di Rumah Sakit dengan
menjunjung tinggi Asuhan Pelayanan Rumah Sakit.
7.
Untuk menuju Program Pelayanan Farmasi Klinis diperlukan pendekatan
program dengan Pusat Pelayanan Informasi Obat dan sistem distribusi obat
dengan mengunakan Unit Dose Dispensing (UDD).
8.
Faktor kunci keberhasilan dari pelayanan farmasi klinis adalah
penyiapan software, profesionalisme SDM, kerjasama dan komitment dari
profesi, pemberdayaan masyarakat, dan peraturan perundang-undangan.