GANGGUAN KORNEA
DISUSUN OLEH :
Alria Ajizah Dwilantika
141.0008
PEMBIMBING :
Iis Fatimawati S.Kep. Ns, M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan topik pembahasan Gangguan Kornea untuk memenuhi penugasan
individu sistem sensori persepsi.
Makalah ini memberikan informasi tentang salah satu gangguan pada sistem panca
indera yaitu mata yang bisa terjadi pada rentang usia berapapun. Penyusunan makalah ini
telah dikaji dengan sebaik-baiknya dan diperoleh dari beberapa sumber.
Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
makalah ini, selanjutnya akan kami terima dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
1.4 Manfaat.......................................................................................... 2
Bab 2 Tinjauan Pustaka........................................................................3
2.1 Kornea............................................................................................ 3
2.2 Keratitis.......................................................................................... 4
2.2.1 Definisi..................................................................................... 4
2.2.2 Etiologi..................................................................................... 4
2.2.3 Klasifikasi..................................................................................5
2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan...........................................12
Bab 3 Penutup...................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 18
3.2 Saran.............................................................................................. 18
Daftar Pustaka...................................................................................... iii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan
transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus
cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan
deturgenses. Epitel yang terdapat pada kornea ini adalah sawar yang efisien
terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea (Biswell, 2010).
Infiltrasi sel radang pada kornea akan menyebabkan keratitis, hal ini
mengakibatkan kornea menjadi keruh. Kekeruhan ini akan menimbulkan gejala
mata merah dan tajam penglihatan akan menurun. Keratitis dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti infeksi, mata yang kering, alergi ataupun konjungtivitis
kronis (Ilyas, 2004).
Insidensi dari keratitis di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan
negara maju. Di Nepal diperkirakan mencapai 799 per 100.000 orang per tahun
(Upadhyay, 2001). Menurut Moriyama (2008) dalam Winda (2010), agen-agen
mikroba yang paling sering menyebabkan keratitis dari bakteri gram positif adalah
coagulasenegative staphylococcus (67,27%), Corynebacterium sp (18,18%),
Staphylococcus aureus (9,09%), Streptococcus sp (3,6%), dll (1,8%). Bakteri
gram negatif yang tersering adalah Pseudomonas sp (55,17%), Pseudomonas
aeruginosa (22,4%), Pseudomonas fluorescens (7%), Serratia sp (25,86%),
Enterobacter aerogenes (8,62%), Klebsiella sp (1,72%), Proteus mirabilis
(1,72%), Citrobacter freundii (1,72%), Achromobacter xyloxidans (1,72%),
Alcaligenes sp (1,72%), Moraxella sp (1,72%), sedangkan penyebab jamur yang
tersering adalah Candida sp (75%), dan Aureobasidium pullulans (25%).
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata
sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.
Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa
bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak
tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut
yang luas.
Maka dari itu kita sebagai seorang perawat hendaknya bisa membantu pasien
dalam mengatasi rasa tidak nyaman terhadap penyakitnya dengan berbagai cara
yang kita ketahui dan pahami. Karena dengan bantuan yang kita berikan, kita
dapat membantu menghilangkan sedikit rasa tidak nyaman yang dialami pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kornea ?
2. Apa saja gangguan pada kornea ?
3. Diagnosa keperawatan apa yang bisa muncul ?
4. Bagaimana rencana keperawatannya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu kornea
2. Mengetahui apa saja gangguan pada kornea
3. Mengetahui diagnosa apa saja yang bisa muncul
4. Mengetahui rencana keperawatan apa yang digunakan
1.4 Manfaat Penulisan
Secara umum makalah ini mempunyai manfaat agar kita dapat mengerti
dan memahami apa saja gangguan pada kornea dan intervensi apa yang dapat kita
berikan terhadap klien tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kornea
Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran
11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi 1,37.
Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf
terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan
konjungtiva ( AAO, 2008). Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 m,
diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm ( RiordanEva, 2010).
Lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, lapisan
Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel (Riordan-Eva, 2010).
Kornea mendapat nutrisi dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous,
dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama
(ophthalmichus) dan nervus kranialis trigeminus (Riordan-Eva, 2010). Saraf
trigeminus ini memberikan sensitivitas tinggi terhadap nyeri bila kornea disentuh
(Hollwich, 1993). Adapun faktor-faktor yang sering menyebabkan kelainan pada
kornea adalah:
1. Dry eye
Kelainan ini muncul ketika lapisan air mata mengalami defisiensi
sehingga tidak dapat memenuhi batas-batas kecukupan, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, yang kemudian diikuti dengan
keluhan
subjektif.
Kekurangan
cairan
lubrikasi
fisiologis
transmisi
dominan
lebih
sering
ditemukan.
2.2.3 Klasifikasi
Menurut Biswell (2010), keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal :
5
2) Gejala klinis
Dapat berupa rasa sakit, silau, mata merah, dan merasa kelilipan.
3) Pemeriksaan laboratorium
Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk
lonjong dan jelas yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan
dengan fluoresein, terutama di daerah pupil. Uji fluoresein
merupakan sebuah tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan
epitel kornea. Dasar dari uji ini adalah bahwa zat warna fluoresein
akan berubah berwarna hijau pada media alkali. Zat warna fluoresein
bila menempel pada epitel kornea maka bagian yang terdapat defek
akan memberikan warna hijau karena jaringan epitel yang rusak
bersifat lebih basa. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel sering
terlihat semasa penyembuhan epitel ini, uji sensibilitas kornea juga
diperiksa untuk mengetahui fungsi dari saraf trigeminus dan fasial.
Pada umumnya sensibilitas kornea juga akan menurun (Ilyas, 2003).
4) Penatalaksanaan
dapat
tunggal
ataupun
multipel,
sering
disertai
biasanya
ditemukan
trias
Hutchinson
(mata:
keratitis
interstisial, telinga: tuli labirin, gigi: gigi seri berbentuk obeng), sadlenose,
dan pemeriksaan serologis yang positif terhadap sifilis. Pada keratitis
yang disebabkan oleh tuberkulosis terdapat gejala tuberkulosis lainnya
(Ilyas, 2004)
3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan gram
maupun Giemsa dapat mengidentifikasi
(Biswell, 2010).
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya dapat diberikan kortikosteroid tetes mata jangka lama
secara intensif setiap jam dikombinasi dengan tetes mata atropin dua kali
sehari dan salep mata pada malam hari (Hollwich, 1993).
2. Berdasarkan penyebabnya
Keratitis diklasifikasikan menjadi :
a. Keratitis Bakteri
1) Etiologi
Menurut American Academy of Ophthalmology (2009). Penyebab
Keratitis Bakterial adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pneumoniae and other Streptococcus spp,
sp,
Penicillium
sp,
Paecilomyces
sp,
3) Pemeriksaan Laboratorium
Sebaiknya melakukan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan
Periodic Acid Schiff atau Methenamine Silver, tetapi memerlukan
biaya yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkan Nomarski differential
interference contrast microscope untuk melihat morfologi jamur dari
kerokan
kornea
(metode
Nomarski)
yang
dilaporkan
cukup
dalam
terapi
keratomikosis
adalah
mengenai
jenis
keratitis
dendritik
adalah
epitel
yang
terinfeksi
mudah
dilepaskan.
Obat
siklopegik
seperti
atropin
1%
atau
sama
dengan
IDU,
11
3) Terapi Bedah
Keratoplasti penetrans
mungkin
diindikasikan
untuk
khusus.
Biopsi
kornea
mungkin
diperlukan.
Sediaan
(kista atau
trofozoit). Larutan dan kontak lensa harus dibiak. Sering kali bentuk
amuba dapat ditemukan pada larutan kotak penyimpan lensa kontak
(Biswell, 2010).
4) Penatalaksanaan
Terapi dengan obat umumnya dimulai dengan isetionat, propamidin
topikal (larutan 1%) secara intensif dan tetes mata neomisin. Bikuanid
poliheksametilen (larutan 0,01-0,02%) dikombinasi dengan obat lain
atau sendiri, kini makin populer. Agen lain yang mungkin berguna
adalah paromomisin dan berbagai imidazol topikal dan oral seperti
ketokonazol, mikonazol, itrakonazol. Terapi juga dihambat oleh
kemampuan organisme membentuk kista didalam stroma kornea,
12
mampu
mengidentifikasi
berbagai
tindakan
untuk
mengurangi nyeri
b. Klien menyatakan nyeri hilang atau berkurang
Intervensi
Rasional
1. Kaji derajat nyeri setiap Nyeri yang meningkat mungkin
hari.
seperti
dan
13
3. Ajarkan
klien
mngurangi
teknik distraksi
auditorik
seperti
radio,
dapat
nyeri mendengar
(distraksi).
4. Kolaborasi
dengan
padadaerah
mata.
2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Subjektif :
a. Klien mengatakan takut kehilangan pengelihatannya
b. Klien mengatakan tidak dapat tidur karena cemas
Objektif :
a. TTV : denyut nadi dan frekuensi napas meningkat
b. Tampak gelisah
Tujuan :
Klien tidak mengalami kecemasan
Kriteria hasil :
a. Klien mampu memahami tentang penyakitnya
b. Kecemasan berkurang dan tampak rileks
1. Kaji
Intervensi
pemahaman
Rasional
klien Persepsi yang salah dari klien
tentang penyakitnya.
Gangguan
kornea
umumnya
hebat
sehingga
14
3. Tunjukkan
tentang penyakitnya.
klien.
Informasi
tentang
persentase
klien
dapat
untuk menambah
keyakinan
mengungkpakan
menurunkan ansietas.
perasaannya.
Memungkinkan
mengekspresikan
kekhawatiran,
serta
klien
ketakutan,
dan
ketidatahuannya.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan
tentang program terapeutik
Subjektif :
a. Klien mengatakan tidak mengetahui rencana keperawatan
b. Klien mengeluh kesulitan dalam melakukan berbagai tindakan
sendiri
c. Klien mengatakan takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
Objektif :
a. Memeragakan berbagai tindakan yang dapat menimbulkan
kerusakan mata lebih parah
b. Penggunaan berbagai obat yang tidak steril atau tidak sesuai
anjuran
Tujuan :
Klien mampu melakukan berbagai tindakan perawatan diri yang
diperlukan dalam proses penyembuhan.
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan perannya dalam perawatan
b. Klien memeragakan cara memberikan obat sendiri.
15
1. Beri
Intervensi
intruksi
terhadap
boleh
kegiatan
dan
tidak
Rasional
tertulis Intruksi verbal mudah dilupakan.
yang
boleh
dilakukan.
Pencegahan infeksi merupakan
2. Berikan penjelasan untuk
salah satu aspek yang harus
melindungi mata dari debu,
diperhatikan oleh klien.
kotoran,
dll
serta
mempertahankan
balutan
BAB 3
PENUTUP
3.11
Kesimpulan
Gangguan kornea antara lain adalah keratitis. Keratitis itu sendiri
kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.penyebab dari keratitis antara lain
virus, jamur, bakteri, dll. Menurut biswell keratitis dibagi menjadi
beberapa klasifikasi menurut etiloginya seperti jamur, bakteri dan virus.
3.21
Saran
Penulis menginginkan agar para pembaca dapat memahami
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Anthony Bron. 2006. Oftalmologi edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga
Nanda Interasional. 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Roderick B. Kornea. 2009.. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta :EGC
Ns. Thamsuri Anas, Skep 2011. Klien gangguan mata & penglihatan
keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC.
18