Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Istirahat Tidur


1.1 Definisi Kebutuhan Istirahat Tidur
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar,
2011:203). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau
mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu
(Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar
(Tarwoto, 2006).
1.2 Fisiologi Sistem Kebutuhan Istirahat Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam
siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam
tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan
tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata
tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan
tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3
dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan
tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik
secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak
mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan
pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan
dalam proses mental dan kesehatan emosi.
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi


menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai
dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik
yang disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.

e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan


frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 2025 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahaptahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
f)
g)
h)
i)

yang berfluktuasi.
Metabolisme meningkat.
Lebih sulit dibangunkan.
Sekresi ambung meningkat.
Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata

20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
1.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Istirahat Tidur
a. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih


banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien
dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan
insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
1.4 Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem Istirahat
Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga
masalah insomnia yaitu: gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (
Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek
atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.


Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena
gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan
untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap
tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun
terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini
sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak
mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah
gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan
campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau
Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari
dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada
wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan
Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut
atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas
tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung

(hiponea)

atau

menghentikannya

(apnea)

selama

30

detik

(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk


bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur.
Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap
gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun
bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur
REM.
II Rencana Asuhan Klien Dengam Kebutuhan Istirahat Tidur :
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengkajian keperawatan
Riwayat tidur
a. kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.1.2

malam hari
Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya
Kebiasaan/pun saat tidur
Lingkungan tidur
Dengan siapa paien tidur
Obat yang di konsumsi sebelum tidur
Asupan dan stimulan
Perasaan pasien mengenai tidurnya
Apakah ada kesulitan tidur
Apakah ada perubahan tidur

Gejala Klinis
a. Perasaan Lelah
b. Gelisah
c. Emosi
d. Apetis
e. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak
f. konjungtin merah dan mata perih
g. Perhatian tidak fokus
h. Sakit kepala

2.2.3
Penyimpangn Tidur
a. Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat

berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur,


bahkan seseoranng yang terbangun dari tidur tapi merasa
belum cukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (japardi
2002). Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk
mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun
kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat
tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia
sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi
kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
1) insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk
dapat memulai tidur.
2) insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang
untuk dapat mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga dari tidur.
3) insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak
dapat tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami
insomnia yaitu rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan
jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur.
b. Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak
kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi
2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita
mempunyai resiko terjadinya cidera.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol)
terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada lakilaki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada bebrapa

faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada


bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
d. Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang
tak terkendali untuk tidur, dapat di katakan pula bahwa
Narkolepsi serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia
dapat tertidur pada setiap saat di mana serangn mengantuk
tersebut

datang.

Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi


akibat kerusakan genetikasistem saraf pusat di mana periode
REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai
kendaraan, pekerja yanng bekerja pada alat-alat yang berputarputar atau berada di tepi jurang.
e. Night Terrors
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun
atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
f. Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid
dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur.
Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia.
Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
bila di lewati udara pernafasan.
2.1.4. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk
rumah sakit
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Insomnia (00095)
2.2.1 Definisi

Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang menggangu fungsi


2.2.2

Batasan dan Karakteristik


a.
Afek tampak berubah
b.
Tampak kurang energi
c.
Pasien melaporkan perubahan alam perasaan
d.
Pasien melaporkan penurunan status kesehatan
e.
Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
f.
Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
g.
Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini).

2.2.3

Faktor yang berhubungan


a. Pola aktivitas
b. Ansietas
c. Depresi
d. Faktor lingkungan (mis: suara bising lingkungan sekitar,
pencahayaan

siang

hari/malam

hari,

suhu/kelembapan

lingkungan sekitar)
e. Ketakutan
f. Gangguan pola tidur normal (mis: perjalanan, kerja sif,
tanggung jawab sebagai orang tua)
g. Konsumsi alkohol
h. Stress (mis: pola termenung sebelum tidur)

Dignosa 2 : gangguan pola tidur (00198)


2.2.4

Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor
eksternal

2.2.5 Batasan Karakteristik


a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.2.5

Perukubahan pola tidur normal


Penurunan kemampuan berfungsi
Ketidakpuasan tidur
Menyatakan sering terjaga
Menyatakan tidak kesulitan tidur
Menyatakan tidak merasa cukup istirahat

Faktor yang berhubungan


a. Kelembabapan lingkungan sekitar
b. Suhu lingkungan sekitar

c.
d.
e.
f.
g.

Kurang kontrol tidur


Kurang privasi, pencahayaan
Bising
Restrain fisik
Tidak familier dengan prabotan tidur

2.3 Perencanaan
Diagnosa : Insomnia (00095)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil Tidur, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan):
1. Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang
dewasa)
2. pola, kualitas dan rutinitas tidur
3. perasaan segar setelah tidur
4. terbangun di waktu yang sesuai
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional :
1) Peningkatan koping: membantu pasien untuk beradaptasi
dengan persepsi stresor, perubahan atau ancaman yang
mengganngu pemenuhan tuntutan dan peran hidup
2) Manajemen Lingkungan: kenyamanan: memanipulasi
lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan kenyamanan
yang optimal
3) Peningkatan Tidur: memfasilitasi siklus tidur-terjaga yang
teratur
Diagnosa 2 : Gangguan Pola Tidur (00198)
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil : jumlah jam tidur dalam batas normal 68 jam/hari
1)
2)
3)

Pola tidur, kualitas dalam batas normal


Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
Mampu
mengidentifikasikan
hal-hal

meningkatkan tidur

yang

2.3.4 Intervensi Keperawatan:


1) Determinasi efek efek medikasi terhadap pola tidur
2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3) Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca)
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
5) Kolaborasi pemberian obat tidur
6) Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur
pasien
7) Intruksikan untuk memonitor tidur pasien
8) Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
9) Monitor / catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam

III. Daftar Pustaka


Nanda 2011-2012. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
Primamedika.
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC
Syaifudin.2010.Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta:
EGC
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha
Publishing
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC.

Preseptor Akademik

Banjarmasin, 02 November 2016


Perseptor Klinik

(...........................................)

(...........................................)

Anda mungkin juga menyukai