Anda di halaman 1dari 26

SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak

Tutorial Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

DEVELOPMENTAL DELAY

Disusun oleh
M. Rozaqy Ishaq 0910015056

Pembimbing
dr. William S. Tjeng, Sp. A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada SMF/Laboratorium


Ilmu Kesehatan Anak
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2014
1

BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Anamnesis

Anamnesa dilakukan di ruang Melati RSUD.A.W.Sjahranie pada tanggal 14


Februari 2014.

Sumber : Autoanamnesa dan Alloanamnesa (ibu kandung & ayah kandung)

Identitas Pasien
Nama

: An. FN

Umur

: 3 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: Pahlawan 2 RT 27

No. Rekam Medik

: 747050

Masuk Rumah Sakit

: 11 Februari 2014

Identitas Orang Tua


Nama

: Tn. N

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: Pahlawan 2 RT 27

Pekerjaan

: swt

Nama

: Ny. MR

Jenis Kelamin

: perempuan

Alamat

: Pahlawan 2 RT 27

Pekerjaan

: IRT

Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kejang 1 x SMRS, kejang yang dialami pasien bersifat general,
dan berlangsung 1 menit. Ketika ditanya, keluarga pasien menyangkal pernah mengalami
trauma kepala, dan riwayat kejang sebelumnya. Pasien demam sejak 1 hari SMRS. Demam
tiba-tiba tinggi dan suhunya naik turun. Batuk berdahak dan pilek 1 hari SMRS. Riwayat
biru pada saat lahir disangkal oleh keluarga.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengalami keluhan yang serupa
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa.
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di

: Bidan

Penyakit Kehamilan

: tidak ada

Obat-obat yang di minum

: Vitamin dari Puskesmas

Riwayat Kelahiran
Lahir di

: bidan

Ditolong

: bidan

Berapa bulan dalam kandungan

: 9 bulan

Jenis partus

: spontan

Pemeliharaan Postnatal
Periksa di

: Puskesmas

Keadaan anak

: sehat

Keluarga Berencana
Ya/Tidak

: tidak

Memakai sistem

:-

Sikap dan kepercayaan

:-

Pertumbuhan dan perkembangan anak


Berat badan lahir

: Keluarga Lupa

Panjang badan lahir

: Keluarga Lupa

Berat badan sekarang

: 10 kg

Tinggi badan sekarang

: 85 cm

Gigi keluar

: Keluarga Lupa

Tersenyum

: Keluarga Lupa

Miring

: Keluarga Lupa

Tengkurap

: 8 bulan

Duduk

:-

Merangkak

:-

Berdiri

: 2 tahun

Berjalan

: 2 tahun 9 bulan

Berbicara dua suku kata

:-

Sekolah

:-

Makan dan minum anak


ASI

: (+)

Susu Formula

: Nutrilon Soya sejak usia 2 minggu takaran ibu lupa

Buah

: pisang usia 5 bulan

Bubur susu

: mulai usia 5 bulan

Tim saring

: mulai usia 5 bulan

Makanan padat dan lauknya : 1 tahun

Imunisasi
Imunisasi
BCG
POLIO
CAMPAK
DPT
Hepatitis B
Tifoid

Usia saat imunisasi


II
III
//////////
//////////
//////////
-

I
-

IV
//////////
//////////
//////////
//////////
-

1.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan di ruang Melati RSUD.A.W.Sjahranie pada tanggal 14
Februari 2014
Keadaan Umum

: sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda-tanda Vital

: Tekanan Darah

Status Gizi

:-

Nadi

: 95 x/menit, reguler, kuat angkat

Frekuensi Napas

: 30 x/menit, teratur

Temperatur

: 37,0 oC

: BB = 10 Kg
TB = 85 cm
BMI =10/(0.85 x 0.85) = 13.84

Kepala/leher
Rambut merah

:-

Ubun-ubun cekung

:-

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), skera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),


mata cowong (-/-), edem palpebra (-/-), wajah edem (-).

Hidung

: sumbat (-), sekret (-), napas cuping hidung (-)

Telinga

: bersih, sekret (-)

Mulut

: bibir lembab, lidah bersih, pembesaran tonsil (-), perdarahan pada


gusi (-).

Leher

: kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-)

Thorax
Pulmo
Inspeksi

= gerakan simetris D=S, retraksi ICS (-),retraksi suprasternal

(-),

retraksi subcosta (-),


Palpasi

= pelebaran ICS (-), fremitus raba D=S

Perkusi

= sonor

Auskultasi

= vesikuler (+), rhonki (-/-), wheezing (-)

Cor
Inspeksi

: IC tampak di ICS V MCL sinistra dibawah papila


mammae

Palpasi

: IC teraba di ICS V MCL sinistra dibawah papila


mammae, pulsasi letak Apex

Perkusi

Batas Kanan
Apex

: ICS V Parasternal Line Dextra

: ICS V 2 jari medial MCL Sinistra

Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)


Abdomen
Inspeksi

= flat, turgor kulit normal, pelebaran vena (-),

Palpasi

= Soefl, nyeri tekan (-), massa (-), Hepar /Lien tak teraba.

Perkusi

= Timpani, shifting dullness (-), fluid wafe (-)

Auskultasi

= Bising usus (+) normal

Ekstremitas
-

Edema

MMT

Superior
Ekstremitas

Inferior
Ekstremitas

hangat

hangat

Edem (-)

Edem (-)

Sianosis (-)

Sianosis (-)

Palmar eritema

Palmar eritema

(-)

(-)

Denver Developmental Screening Test


o
o
o
o

Gross motoric: 2 tahun


Fine motoric: 2 tahun
Social: 2 tahun
Language: 3 bulan

1.3 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium tanggal 11 Februari 2014
Hasil

Nilai Normal

Darah
lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
GDS

10.500
12.9
34.4
211.000

4000-10.000
11-16
37-54
150.000-

106

450.000
60-150 mg/dl

Laboratorium tanggal 27 januari 2014


Hasil

Nilai Normal

Darah
lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

13.000
11.2
30.7
310.000

4000-10.000
11-16
37-54
150.000450.000

Laboratorium 14 Februari 2014


Hasil

Nilai Normal

Darah
lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

7100
9.4
29.3
203.000

4000-10.000
11-16
37-54
150.000450.000

Salmonella typhi

:Negative
9

Dengue IgG

:Negative

Dengue IgM

:Negative

1.4 Diagnosis
KDS + Speech Delay

1.5 Penatalaksanaan
IGD
Konsul dr. Sp.A :

RL 12 tpm
Amoxicillin 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x 1 cth
Diazepam 3 x 2,5 mg

10

Tanggal
11

Perjalanan Penyakit
S : Demam naik turun, kejang (-),

Februari
2014

Tindakan yang diberikan

batuk (+), pilek (+), belum bisa


O : berbicara
CM. N 88x/I, RR 26x/I, T 37.40C.

RL 12 tpm
Amoxicillin 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x 1 cth
Diazepam 3 x 2,5 mg

Terapi lanjut

Terapi lanjut
Cek DL, Widal, IgG&IgM

Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe


(-/-), , akral hangat (+)
A:

KDS + Developmental Delay


12

S : Demam naik turun, kejang (-),

Februari
2014

batuk (+), pilek (+)


O : CM. N 82x/I, RR 22x/I, T 36,80C.
Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe
(-/-), akral hangat (+)

13

A: KDS + Developmental Delay


S : Demam(-), kejang (-), batuk (+),

Februari
2014

pilek (-), BAB Cair


O : CM. N 86x/I, RR 24x/I, T 37,10C.
Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe
(-/-), akral hangat (+)
A:

14

S : Demam (-), kejang (-), batuk (+),

Februari
2014

KDS + Developmental Delay

pilek (-)
O:

Amoxicillin stop
Cefixim 2 x cth
Terapi lain lanjut

CM. N 88x/I, RR 26x/I, T 38,80C.


Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe
(-/-), akral hangat (+)
A:

KDS + Developmental Delay


15

S : Demam (+), kejang (-), batuk (+),

Februari
2014

Terapi lanjut

pilek (-)
O:

11

CM. N 82x/I, RR 22x/I, T 37,80C.


Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe
(-/-), akral hangat (+)
A:

KDS + Developmental Delay


16

S : Demam (-), kejang (-), batuk (+),

Februari
2014

pilek (-)

Pulang
Kontrol: poli Anak & poli R
Medik

O:
CM. N 82x/I, RR 22x/I, T 36,80C.
Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe
(-/-), akral hangat (+)
A:

KDS + Developmental Delay


1.6 Follow Up
Prognosis:
Dubia ad bonam

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DDST (Denver Development Screening Test)

1.

Pengertian dari DDST (Denver Development Screening Test)

DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan


perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ. DST
menurut Soetjiningsih (1995) merupakan :
a. Test yang mudah dan cepat (15-20) menit dapat diandalkan dan
mempunyai validitas yang tinggi.
b. Test yang secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100
persen bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89 persen
dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6
tahun kemudian.
Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DST tidak hanya
mengidentifikasi lebih dari separo dengan kelainan bicara. Dan
frankernburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga
perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi
dari DDST dinamakan Denver II.
2.

Aspek perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R,


yang kemudian pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari
DDST sehingga terdapat 125 tugas perkembangan.

13

Perbedaan lainnya adalah, pada Denver II terdapat :

a. Peningkatan 86 persen pada sektor bahasa

b. Pemeriksaan untuk artikulasi bahasa

c. Skala umur yang baru

d. Kategori yang baru untuk interprestasi pada kelainan yang ringan

e. Skala penilaian tingkah laku

f. Materi training yang berbeda. Semua pada petunjuk pelaksanaan


hanya 28 point, pada Denver II menjadi 31 point.
3.

Tugas perkembangan

Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan


perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor
perkembangan, yang meliputi :
a. Perilaku sosial (Personal Sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi


dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Gerakan Motorik Halus (Fine Motor Adaptive)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati


sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
c. Bahasa (Language)
14

Kemampuan yang memberikan respons terhadap suara, mengikuti


perintah dan berbicara spontan.
d. Gerakan motorik kasar (Gross Motor)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

4.

Alat yang digunakan

a. Alat peraga : benang wol, manik-manik, kubus warna merah kuning,


hijau, biru, permainan anak, botol kecil, bola teknis, bel kecil, kertas
dan pensill
b. Lembar formulir DDST

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap :

1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang


berusia 1 tahun , 2 tahun dan 3 tahun
b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan

perkembangan

pada

tahap

pertama.

Kemudian

dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.


5.

Penilaian

Dari buku Tumbuh Kembang Anak, Soetjiningsih (1995) tentang


bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail =
F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan tugas
(No Opportunity =N.O). Kemudian ditarik garis kronologis yang
memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-asing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan
dalam : normal, abnormal, meragukan (questionable) dan tidak dapat di
test (untesable) (Soetjiningsih, 1995).

15

a. Abnormal
1) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor / lebih
2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan
dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
1) Bila ada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia. Tidak dapat di test
3) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi
abnormal atau meragukan.
c. Tidak dapat di test
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test
menjadi abnormal atau meragukan.
d. Normal
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu
ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari
untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam
perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Perhitungan umur
adalah sebagai berikut misalnya budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992.

16

dari kehamilan yang cukup bulan dan test dilakukan pada


tanggal 5 Oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut:
a. 1994-10-5 (saat test dilakukan)
b. 1992-5-23 (saat Budi lahir)
Umur Budi 2-5-12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12
hari adalah lebih kecil dari 15 hari maka, dibulatkan ke
bawah sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian
garis umur

ditarik vertikal pada lembar DDST yang

memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor.


Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri itu, pada
umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia
Budi, (2 tahun 4 bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan
tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan pada
tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan itu
terletak dalam kotak yang terpotong oleh garis vertikel umur,
maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol
lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi.
Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
Panjang ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan
nomor. Kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan
cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila
terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di test sesuai
petunjuk dibaliknya formulir (Soetjiningsih,1995).

17

B. Speech Delay
A.

DEFINISI

Keterlambatan perkembangan anak atau delay development adalah suatu keadaan


dimana terjadi keterlambatan perkembangan anak yang dilihat dari empat aspek yaitu
aspek kemampuan motorik kasar, kemampuan bicara, kemampuan motorik halus
serta psikososial.

B.

ETIOLOGI

Penyebab kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi 3 masa :

Masa prenatal (sebelum lahir)

Masa prenatal (sebelum lahir) terdiri dari atas factor genetic dan factor lingkungan.
Kehidupan intrauterine juga dibagi menjadi dua masa, yaitu masa embrional
(triwulan I) dan masa fetal (minggu 12 sampai bayi lahir). Pengaruh lingkungan
selama masa embrio dapat menghentikan pertumbuhan dan menyebabkan kelainan
tumbuh kembang anak. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan tumbuh
kembang tersebut adalah :
a)

Obat-obatan

thalidomide, aminopterin, insulin, sitoksan

b)

Penyakit

: rubella, toksoplasmosis, lues congenital

c)

Makanan

: kekurangan protein hewani selama masa kehamilan dapat

menyebabkan abortus, prematuritas, retardasi mental, terutama pada kehamilan


trimester II dan III
d)

Radiasi dan trauma mekanik

Masa natal (sewaktu lahir)

18

Sewaktu lahir, bayi dapat mengalami trauma lahir, yang nantinya berakibat pada
munculnya kelainan pertumbuhan dan perkembangannya.

Masa pasca natal (setelah lahir)

Penyakit infeksi bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan, misalnya gastroenteritis,


bronkopneumonia, tetanus, kejang, serta defisiensi gizi.
Selain tersebut di atas, kelainan perkembangan juga bisa disebabkan oleh kurangnya
stimulasi dalam perkembangan anak, di mana lingkungan terutama orang tus kurang
mengajari anak dalam proses perkembangannya. Selain itu, untuk perkembangan
kemampuan bicara, penggunaan bahasa campuran dalam mengajari anak dapat
menyebabkan bingung bahasa pada anak, sehingga perkembangan kemampuan
bahasa anak terlambat.

C.

MANIFESTASI KLINIS

Kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak pada awal kehidupan bisa dipantau
oleh orang tua dengan menggunakan KMS, selain itu juga bisa dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan table klasifikasi Denver II. Apabila
perkembangan anak jauh terhambat (<70% atau umur perkembangan sesuai
pemeriksaan Denver II mundur 6 bulan-1 tahun) dari umur perkembangan yang
seharusnya telah ia capai, maka anak tersebut mengalami delay development. Delay
development yang sering terjadi merupakan manifestasi klinis dari beberapa penyakit
misalnya Cerebral Palsy maka perlu diperiksa lebih lanjut etiologi penyebabnya.

D.

PENCEGAHAN

Pencegahan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan


pemeriksaan bayi dan balita secara teratur dan diperhatikan betul mengenai
perkembangan anak sesuai dengan yang seharusnya telah ia capai. Selain itu,
stimulasi dan melatih anak dalam proses perkembangannya sangat diperlukan juga
19

pemberian gizi yang seimbang. Begitu pula dari segi motivasi psikologis dan kasih
sayang yang cukup untuk anak sangat diperlukan dalam perkembangannya.

E.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Pasien belum bisa melakukan atau berbicara sesuai dengan kemampuan yang harus
dicapainya berdasarkan umurnya.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang utama berdasarkan pada hasil pemeriksaan Denver II,
untuk anak kurang dari 6 tahun, juga pemeriksaan lingkar kepala serta masih
membuka atau menutupnya UUB sangat menentukan prognosis penatalaksanaan
yang diberikan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terutama pemeriksaan kadar hormone tiroksin dan TSH,


fenilalanin dan bila perlu EEG dan scanning kepala.

F.

PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan delay development ialah dengan terapi rehabilitasi medik


sesuai dengan keterlambatan yang terjadi. Apabila keterlambatan terjadi pada
kemampuan motorik kasar maka diberikan fisioterapi, apabila keterlambatannya
berupa kemampuan bicara maka diberikan speech therapy dan apabila terjadi
keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus dan psikososial maka
diberikan okupasi terapi. Dalam kasus ini, keempat aspek perkembangan pasien
mengelami keterlambatan , maka diperlukan ketiga terapi tersebut baik
fisioterapi, speech therapy, maupun okupasi terapi yang dilatih secara bersama-sama.
Kontrol kembali setelah 3 bulan terapi untuk melihat perkembangannya. Akan tetapi,
20

di lain pihak karena UUB pasien telah menutup sedangkan ukuran kepala pasien
termasuk dalam kategori mikrocephali maka volume otak tidak bisa lagi berkembang
seperti anak normal nantinya walaupun telah diberikan terapi rehabilitasi secara
maksimal, sehingga orang tua pasien perlu diberikan edukasi yang baik tentang hal
tersebut.

21

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Anamnesis

Kasus
Menurut pengakuan orang tua anak

masih belum bisa berbicara


Yang bisa dibicarakan oleh anak
adalah hanya menyebut a dan o

saja
Menurut pengakuan orang tua anak
masih belum dapat membentuk

Teori
Dilakukan

anamnesis

berdasarkan kemampuan anak


pada umur tersebut.
Anamnesis

prenatal

hingga

post natal untuk mengetahui


kelainan kongenital

gambaran yang jelas di kertas


Anak baru saja dapat berjalan pada
usia 2 tahun 9 bulan

Fakta dan teori sesuai dengan Developmental Delay

22

3.2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Kasus
Pasien

kesadaran

Teori

compos

mentis,

tampak sakit berat dan sesak.

Denver

Nadi: 120 x/menit, reguler, kuat angkat


Frekuensi Napas : 53 x/menit, teratur
Temperatur
Tidak

kelainan

neurologis pada anak ini


Anak dapat membuka mulut
normal tanpa terdapat gangguan
Ditemukan
kelainan
pada
perkembangan yang diketahui
dari DDST, yaitu
o Gross motoric:
o
o
o
Tidak

pemeriksaan
Developmental

Screening Test.
Dilakukan

: 40.5 oC
ditemukan

Dilakukan

tahun
Fine motoric: 2 tahun
Social: 2 tahun
Language: 3 bulan
ditemukan
adanya

pemeriksaan

pendengaran pada anak (lebih


akurat

pada

anak

berusia

diatas 5 tahun)
Melakukan

pemeriksaan

neurologis untuk mengetahui


adanya gangguan gangguan
perkembangan gross motoric
dan fine motoric

gangguan pertumbuhan
o TB: 85 cm
o BB: 10 kg
o LK: 49 cm
Fakta dan teori sesuai dengan Speech Delay

23

3.3. Pemeriksaan Penunjang

Kasus
Tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui
gangguan perkembangan pada
anak ini

Teori
o Dapat

dilakukan

pemeriksaan

high

resolution
karyotype,

binding
fragile

testing, dan microarray


comparative

genomic

hybridization
o Neuroimaging studies
o CT-Scan

Fakta dan teori tidak sesuai dengan Speech Delay


Karena pemeriksaan tidak dapat dilakukan
24

3.4. Penatalaksanaan
Kasus
Terapi IGD :

Seharusnya

Konsul dr. Sp.A :

Teori

RL 12 tpm
Amoxicillin 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x 1 cth

tidak

perlu

MRS
Dilakukan terapi wicara
untuk

mendapatkan

Diazepam 3 x 2,5 mg

stimulasi berbicara dan

Terapi Developmental delay :

recreational reading

Dirujuk ke poli rehabilitasi


medik

Pada

anak

ditemukan
gangguan

yang
dengan

pendengaran

dapat
penggunaan

diajarkan
sign

language
Fakta dan teori sesuai dengan Speech Delay

25

Daftar Pustaka

Robert M. Kliegman, Bonita F. Stanton, Language Development and Communication


Disorders Normal Language Development, 2011, Elsevier Inc.

Basil J. Zitelli, Sara C. McIntire, and Andrew J. Nowalk, DevelopmentalBehavioral


Pediatrics, 2012, Elsevier Inc.

Robert M. Kliegman, Bonita F. Stanton, Joseph W. St. Geme, Hearing Loss, 2011,
Elsevier Inc.

Basil J. Zitelli, Sara C. McIntire, Genetic Disorders and Dysmorphic Conditions,


2012, Elsevier Inc.

26

Anda mungkin juga menyukai