Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perombakan kabinet atau cabinet reshuffle, oleh media di Indonesia sering
disebut reshuffle saja adalah suatu peristiwa di mana kepala pemerintahan
memutar atau mengganti komposisi menteri dalam kabinetnya. Biasanya
perombakan kabinet dilakukan dengan memindahkan seorang menteri dari satu
posisi ke posisi yang lain. Perombakan kadang diperlukan untuk mengganti
menteri yang mengundurkan diri baik karena suatu skandal ataupun pensiun.
Pergantian menteri juga bisa didasari oleh banyak sebab, diantaranya karena
kinerja yang dirasa kurang, adanya kekosongan posisi karena ditinggalkan, alasan
politis, atau bisa karena faktor lainnya. Hal lain yang sering mendasari
perombakan kabinet adalah untuk pemberian penghargaan atau hukuman bagi
pendukung pimpinan pemerintahan, biasanya dari partai politik.
Reshuffle merupakan salah satu Hak prerogratif yang dimiliki oleh
Presiden, sebagai langkah melakukan pergantian hingga pencopotan pembantu
presiden yang belum memiliki kinerja maksimal sesuai harapan. Pada sistem
kabinet presidensial fungsi seorang presiden mencakup bidang yang luas. Di
antaranya, sebagai kepala eksekutif ia memimpin kabinet dan birokrasi dalam
melaksanakan kebijakan umum. Dalam sistem pemerintahan Indonesia pun
demikian adanya, bahwa pengangkatan dan atau pemberhentian seorang menteri
dalam susunan kabinet merupakan hak prerogatif presiden, sesuai dengan pasal 17
ayat 2 UUD45. Presiden selaku kepala pemerintahan yang memegang penuh
kontrol dalam berjalannya roda pemerintahan bertanggung jawab penuh pada
hasil kinerja para menteri-menterinya, apakah berjalan dengan baik atau tidak.
Melakukan perombakan kabinet (Reshuffle) bukanlah hal yang baru terjadi
dalam sejarah pemerintahan di Indonesia. Masing-masing kabinet yang pernah
terbentuk di Indonesia semua pernah melakukan reshuffle kabinetnya, sehingga
dapat

dikatakan

bahwa

perombakan

kabinet

atau reshuffle di

Indonesia

sesungguhnya telah menjadi kebiasaan dan tradisi dalam sejarah pemerintahan


Republik Indonesia.
Saat ini isu reshuffle kembali menguat dalam beberapa periode terakhir.
Wacana mengenai adanya reshuffle kabinet yang akan dilakukan oleh
pemerintahan Jokowi-JK

sedang menjadi perhatian publik. Sukses dengan

reshuffle I pada Agustus 2015, yang telah berhasil menaikkan kepercayaan dan
tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahannya, Presiden Jokowi kembali
menunjukkan sikap akan adanya reshuffle jilid II dalam pemerintahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini yaitu :
1.
2.
3.
4.

Sejarah singkat reshuffle kabinet di Indonesia.


Sikap Presiden Jokowi terkait adanya isu reshuffle II Kabinet Kerja-nya.
Dugaan alasan adanya reshuffle II Kabinet Kerja Presiden Jokowi.
Dampak terkait adanya isu reshuffle II Kabinet Kerja Presiden Jokowi.

BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Sejarah singkat reshuffle Kabinet di Indonesia
Resuffle kabinet di Indonesia dimulai sejak zaman Soekarno menjabat
sebagai presiden. Pada zaman Soekarno Pada tanggal 2 September 1945 kabinet
presidensil (pertama) dilantik oleh Presiden Soekarno. Kabinet ini terdiri atas 12
orang menteri departemen dan ditambah oleh 5 orang menteri negara yang tidak
mengepalai suatu departemen tertentu. Disamping itu, kabinet ini juga
mempunyai 2 orang menteri muda. Dalam praktiknya formasi menteri ini
mengalami perubahan walaupun pemerintahannya hanya dua bulan saja.
Perubahan itu terjadi pada Menteri Keamanan Rakyat yang dijabat oleh Supriyadi,
digantikan sementara oleh Sulyadi Kusumo. Dr. Samsi sebagai Menteri
Keuangan, diganti oleh Mr. AA. Maramis yang sebelumnya sebagai salah seorang
Menteri Negara. Setelah memerintah 2 bulan 12 hari, kabinet ini jatuh karena
perubahan sistem pemerintahan dari sistem kabinet presidensil menjadi kabinet
parlementer.
Melakukan pergantian posisi menteri pun pernah dilakukan oleh
pemerintahan presiden Indonesia kedua, Soeharto, dalam Kabinet Pembangunannya. Begitupun dengan pemerintahan reformasi setelah runtuhnya Orde Baru
tahun 1998 dan dimulainya dengan presiden pengganti Soeharto yaitu Prof. B.J.
Habibie yang menamakan jajaran eksekutifnya dengan Kabinet Reformasi
Pembangunan. Selanjutnya Abdurrahman Wahid dengan Kabinet Persatuan
Nasional, Megawati Soekarnoputri dengan Kabinet Gotong Royong, Susilo
Bambang Yudhoyono dengan Kabinet Indonesia Bersatu, hingga reshuffle yang
dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja terhadap enam
menteri di kabinetnya pada bulan Agustus 2015. Sofjan Djalil (Menko
Perekonomian) digantikan oleh Darmin Nasution, Indroyono Susilo (Menko
Kemaritiman) diganti Rizal Ramli, Tedjo Edhy Purdijatno (Menko Politik,
Hukum, dan Keamanan) digantikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Rachmat Gobel
(Menteri Perdagangan) diganti Thomas Lembong, Andrinof Chaniago (Kepala
Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional) digantikan oleh Sofjan
Djalil, serta Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto digantikan oleh Pramono Anung.

2.2 Sikap Presiden Jokowi terkait adanya isu reshuffle II kabinet Kerja-nya
Presiden Joko Widodo mengatakan saat ini birokrasi tidak boleh
menyulitkan masyarakat, khususnya petani, nelayan, serta pelaku usaha kecil,
mikro, dan menengah. Menurut Jokowi, pejabat di tingkat mana pun harus
mendukung usaha masyarakat. Kalau tidak, Presiden tak segan mengganti para
pejabat tersebut. Saat ini sudah bukan waktunya lagi membuat sulit. Kalau ada
pejabat yang menyulit-nyulitkan, copot, dan ganti yang baru. Tutur Presiden
Jokowi saat memberikan sambutan dalam peluncuran Program Sinergi Aksi
untuk Ekonomi Rakyat di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Senin, 11 April
2016.
Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa rencana perombakan
(reshuffle) kabinet masih dibahas bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pembahasan itu menyangkut komposisi menteri yang akan diputuskan dalam
reshuffle jilid II ini. Sampai saat ini ia bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla masih
berbicara terus, hanya saja sampai saat ini belum selesai. Presiden menegaskan
bahwa perombakan kabinet tidak akan dilakukan hari ini (11 April 2016). Presiden
Jokowi juga mengatakan bahwa pertimbangan utama melakukan perombakan
kabinet adalah kinerja para menterinya. Menurut Jokowi, mengevaluasi menteri
dilakukan tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan secara berkelanjutan.
Presiden Joko Widodo membenarkan adanya pertemuan dengan sejumlah
menteri dalam beberapa hari terakhir secara khusus. Namun, pemanggilan itu
tidak berkaitan dengan rencana perombakan kabinet. Jokowi menegaskan, suatu
hal yang lumrah bila presiden memanggil menteri.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menegaskan, soal kapan dan di mana
reshuffle akan disampaikan, hanya ia yang tahu. Jokowi mengatakan, hal yang
sering diucapkan, yaitu dia ingin para menteri fokus kerja sebaik mungkin dulu.
Meski begitu, Jokowi tidak membantah kemungkinan reshuffle berlangsung dalam
waktu dekat. Ia menambahkan bahwa saat ini tidak usah ada yang intervensi, dan
dikte-dikte, hanya menunggu saha reshuffle-nya.
4

2.3 Dugaan alasan adanya reshuffle II Kabinet Kerja Presiden Jokowi


Pembahasan mengenai perombakan kabinet (reshuffle) tidak terlepas dari
dinamika politik yang terjadi di dalam pemerintahan. Sejumlah masyarakat
beranggapan, bahwa penyebab kurang maksimalnya kinerja dalam kementerian
adalah adanya ketidaktepatan penempatan posisi di beberapa lembaga
kementerian. Ketidaktepatan tersebut bisa karena latar belakang pendidikan,
hingga track record yang dimiliki oleh para menteri kurang memadai.
Adanya

wacana

mengenai

reshuffle

yang

akan

dilakukan

oleh

pemerintahan saat ini menjadi titik balik pertanyaan masyarakat kepada


pemerintahan Jokowi-JK dalam menentukan para menteri mereka, apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan nasional dan tepat memilih para menteri sesuai dengan
kapasitas yang miliki, atau hanya sebagai pelengkap kekuasaan dengan agenda
kepentingan tertentu? Karena menurut Henry Fayol prinsip manajemen yang baik
yaitu pembagian kerja yang harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
sehingga

pelaksanaan

kerja

berjalan

efektif.

Oleh

karena

itu,

dalam

penempatan staf/karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right
place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang
didasarkan atas dasar like and dislike. Dengan adanya prinsip orang yang tepat
ditempat yang tepat (the right man in the right place) akan memberikan jaminan
terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja.
Pada Reshuffle I yang dilakukan oleh Presiden Jokowi momentumnya
terjadi karena adanya persoalan masa waktu tunggu muat - bongkar barang atau
dwelling time. Kebijakan Presiden tersebut bila didalami mengandung makna kuat
keputusan reshuffle hanya didasarkan pada kinerja para menteri-nya, tidak ada
yang lain. Menteri-menteri yang performanya kurang cakap dan merah untuk
mewujudkan nawacita pasti di ganti oleh Presiden.
Tindakan Presiden dalam reshuffle I lalu drastic mengubah opini publik
yang sebelum reshuffle dilakukan menilai satu semester kinerja pemerintahan

Jokowi buruk dan tidak memuaskan, menjadi berbalik cukup puas penilaian
mayoritas masyarakat berdasarkan hasil survey Indikator Politik Indonesia.
Menurut beberapa orang politikus berkaca dari reshuffle I bahwa Presiden
Jokowi telah berhasil mengawali reshuffle I dengan naiknya kepercayaan dan
tingkat kepuasaan masyarakat terhadap pemerintahannya. Bila hak prerogative
Presiden akan digunakan lagi untuk melakukan reshuffle II sepertinya Presiden
akan memilih profile orang-orang hampir mirip di reshuffle I yang lalu. Beranjak
dari gaya kepemimpinan Jokowi maka dasar melakukan reshuffle pasti bukan
karena kegaduhan politik yang terjadi apalagi opini yang tidak substantif, tetapi
karena kinerja menteri. Mengutip saran Buya Syafii bahwa Jokowi butuh menteri
petarung. Maka sebaiknya menteri-menteri yang akan dihadirkan oleh Presiden
bila reshuffle jadi dilakukan untuk dapat mewujudkan secara massif visi Presiden
adalah menteri petarung, nekat dan berpengetahuan dalam yang memilki jiwa
keadilan dan kebajikan.
Sementara beberapa pengamat politik lainnya berpendapat bahwa alasan
menguatnya isu perombakan kabinet jilid II itu dikarenakan sering membuat
gaduh dan faktor kurang optimalnya kinerja sejumlah pembantu presiden dalam
bekerja. Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Ahmad
Bakir Ihsan menilai, bahwa perombakan kabinet dilakukan guna untuk
pengoptimalisasi kinerja pemerintah dan menjadi solusi tatanan pemerintah.

2.4 Dampak terkait adanya isu reshuffle II Kabinet Kerja-nya Jokowo


Secara umum kebijakan perombakan kabinet (reshuffle) bila benar terjadi
akan berdampak positif atau negatif bagi masyarakat juga pemerintahan.
Berdampak positif apabila evaluasi yang dilakukan oleh presiden terhadap kinerja
kementerian dilakukan secara benar. Melihat kinerja serta performa dari para
menteri, dan bukan merupakan objek politik dengan agenda tertentu. Di dalam
masyarakat sendiri, reshuffle berdampak pada tingkat kepercayaan publik
terhadap kepemimpinan saat ini. Ketika pergantian kabinet tersebut berjalan baik
dalam arti ada peningkatan kinerja, maka secara otomatis tingkat kepercayaan

publik kepada pemerintahan akan semakin baik dan sebaliknya. Reshuffle


haruslah dipertimbangkan dengan berpedoman pada kepentingan nasional dan
pemerintah haruslah mengambil keputusan dengan cepat sehingga tidak menjadi
permasalahan dan opini publik yang berlarut-larut. Mengingat masih banyaknya
tugas dan agenda-agenda nasional yang harus segera dikerjakan oleh
pemerintahan Kabinet Kerja saat ini.
Sementara mengenai kebijakan Reshuffle yang masih berupa isu banyak
para tokoh politik yang angkat bicara tentang akibat adanya isu ini. Sekretaris
Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir
Karding berpendapat, isu perombakan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo
mengganggu proses kerja para menteri. Ujar Karding bahwa soal reshuffle yang
terus didesak-desak itu akan membuat kerja menjadi tidak nyaman dan pastinya
mengganggu. Karding berharap, tak ada menteri dari Partai PKB yang jabatannya
dicopot. Pasalnya, ujar Karding, PKB sudah sangat loyal dan setia sebagai partai
koalisi pemerintahan Jokowi. Sehingga ia berharap Presiden bisa memahami
loyalitas PKB dan kebersamaannya selama ini. Ketua Umum DPP PKB
Muhaimin Iskandar pun menuturkan hal serupa. Muhaimin berharap, Jokowi tak
kembali merombak Kabinet Kerja. Karena hal itu bisa berdampak kepada para
menteri yaitu membuat para menteri menjadi tidak kerja.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Resuffle kabinet di Indonesia dimulai sejak zaman Soekarno menjabat


sebagai presiden.

Kemudian dilakukan

pergantian

posisi

menteri oleh

pemerintahan presiden Indonesia kedua, Soeharto, dalam Kabinet Pembangunannya. Begitupun dengan pemerintahan reformasi setelah runtuhnya Orde Baru
tahun 1998 dan dimulainya dengan presiden pengganti Soeharto yaitu Prof. B.J.
Habibie yang menamakan jajaran eksekutifnya dengan Kabinet Reformasi
Pembangunan. Selanjutnya Abdurrahman Wahid dengan Kabinet Persatuan
Nasional, Megawati Soekarnoputri dengan Kabinet Gotong Royong, Susilo
Bambang Yudhoyono dengan Kabinet Indonesia Bersatu serta reshuffle yang
dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja terhadap enam
menteri di kabinetnya pada bulan Agustus 2015 dan hingga tercuat adanya isu
reshuffle jilid II pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi.
Presiden Joko Widodo mengatakan saat ini birokrasi tidak boleh
menyulitkan masyarakat, khususnya petani, nelayan, serta pelaku usaha kecil,
mikro, dan menengah. Menurut Jokowi, pejabat di tingkat mana pun harus
mendukung usaha masyarakat. Kalau tidak, Presiden tak segan mengganti para
pejabat tersebut. Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa rencana
perombakan (reshuffle) kabinet masih dibahas bersama Wakil Presiden Jusuf
Kalla. Pembahasan itu menyangkut komposisi menteri yang akan diputuskan
dalam reshuffle jilid II ini dimana sampai saat ini masih dibicarakan terus, dan
belum selesai. Presiden Jokowi pun mengatakan bahwa pertimbangan utama
melakukan perombakan kabinet adalah kinerja para menterinya. Selain itu,
Presiden Jokowi juga menegaskan, soal kapan dan di mana reshuffle akan
disampaikan, hanya ia yang tahu. Hal yang sering diucapkan, yaitu dia ingin para
menteri fokus kerja sebaik mungkin dulu. Meski begitu, Jokowi tidak membantah
kemungkinan reshuffle berlangsung dalam waktu dekat. Namun ia berpesan untuk
tidak usah ada yang intervensi, mendikte-dikte, hanya menunggu saja.
Adanya

wacana

mengenai

reshuffle

yang

akan

dilakukan

oleh

pemerintahan saat ini memunculkan berbagai versi alasan dari berbagai sumber.
Menurut beberapa orang politikus berkaca dari reshuffle I sepertinya Presiden
akan memilih profile orang-orang hamper mirip di reshuffle I yang lalu. Beranjak

dari gaya kepemimpinan Jokowi maka dasar melakukan reshuffle pasti bukan
karena kegaduhan politik yang terjadi apalagi opini yang tidak substantif, tetapi
karena kinerja menteri. Sementara beberapa pengamat politik lainnya berpendapat
bahwa alasan menguatnya isu perombakan kabinet jilid II itu dikarenakan sering
membuat gaduh dan faktor kurang optimalnya kinerja sejumlah pembantu
presiden dalam bekerja. Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan menilai, bahwa perombakan kabinet dilakukan guna
untuk pengoptimalisasi kinerja pemerintah dan menjadi solusi tatanan pemerintah.
Secara umum kebijakan perombakan kabinet (reshuffle) bila benar terjadi
akan berdampak positif atau negatif bagi masyarakat juga pemerintahan.
Berdampak positif apabila evaluasi yang dilakukan oleh presiden terhadap kinerja
kementerian dilakukan secara benar. Di dalam masyarakat sendiri, reshuffle
berdampak pada tingkat kepercayaan publik terhadap kepemimpinan saat ini.
Ketika pergantian kabinet tersebut berjalan baik dalam arti ada peningkatan
kinerja, maka secara otomatis tingkat kepercayaan publik kepada pemerintahan
akan semakin baik dan sebaliknya. Sementara mengenai kebijakan Reshuffle yang
masih berupa isu banyak para tokoh politik yang angkat bicara tentang akibat
adanya isu ini. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding dan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin
Iskandar berpendapat, isu perombakan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo
mengganggu proses kerja para menteri dan membuat kerja menjadi tidak nyaman
bahkan membuat menteri menjadi tidak kerja.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini , saya sebagai penulis tidak memungkiri
adanya kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan laporan ini. Sehingga, saya

penulis masih membutuhkan adanya banyak kritik dan saran dari para pembaca.
Dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

10

Fanani, Faizal. Reshuffle Jilid II Bisa Stabilkan Pemerintahan?. 4 April 2016.


http://news.liputan6.com/read/2474440/reshuffle-jilid-ii-bisa-stabilkanpemerintahan (Diakses 17 April 2016)
Paskalis, Yohanes. PKB Anggap Isu Reshuffle Ganggu Kinerja Menteri. 13
April

2016.

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/04/13/078762133/pkb-anggapisu-reshuffle-ganggu-kinerja-menteri (Diakses 16 April 2016)


Sihaloho, Bernard. RESHUFFLE JILID II YANG DITUNGGU. 25 Maret 2016.
http://politik.rmol.co/read/2016/03/25/240876/Reshuffle-Jilid-II-YangDitunggu- (Diakses 17 April 2016)
Teresia, Ananda. Jokowi-Kalla Masih Diskusikan Perombakan Kabinet Jilid 2.
11

April

2016.

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/04/11/078761591/jokowi-kallamasih-diskusikan-perombakan-kabinet-jilid-2 (Diakses 16 April 2016)


Teresia, Ananda. Presiden Jokowi: Pejabat yang Bikin Sulit Saya Copot. 11
April

2016.

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/04/11/078761544/presidenjokowi-pejabat-yang-bikin-sulit-saya-copot (Diakses 16 April 2016)


Teresia, Ananda. Reshuffle Kabinet, Jokowi Akui Sudah Panggil Menteri. 8
April

2016.

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/04/08/078761024/reshufflekabinet-jokowi-akui-sudah-panggil-menteri (Diakses 17 April 2016)


Wikipedia.

Perombakan

https://id.wikipedia.org/wiki/Perombakan_kabinet

Kabinet.
(Diakses

16

April

2016).

LAMPIRAN:

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Anda mungkin juga menyukai