Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dewa Gede Anom Anjasmara

NIM: 1208505049

Aktivitas Antibakeri Kumarin dari Akar tanaman Ferulago campestris


Dari penelitian ini, dilakukan terlebih dahulu dilakukan isolasi kumarin dan assesment
stereokimia dari beberapa pyranocoumarin, senyawa yang paling banyak didapat dari isolasi
kumarin pada akar Ferulago campestris adalah grandivittin, agasyllin dan aegelinol benzoat
dan produk hidrolisis (aegelinol). Aegelinol dan agasyllin merupakan senyawa kumarin yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri dari ekstrak akar tanaman Ferulago
campestris. Dimana senyawa tersebut menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap sembilan
jenis bakteri ATCC yang diisolasi dari strain yang sama untuk masing-masing bakteri Grampositif dan Gram-negatif. Hasil secara keseluruhan pada konsentrasi uji antara 16 dan 125 g/
mL senyawa kumarin (Aegelinol dan agasyllin ) menunjukkan aktivitas antibakteri yang
signifikan terhadap kedua jenis bakteri, baik Gram-negatif atau Gram-positif. Khususnya
pada bakteri strain ATCC yaitu: Staphylococcus aureus, Salmonella thypii, Enterobacter
cloacae dan Enterobacter earogenes. Dimana nilai konsentrasi hambat minimum (MIC) dari
senyawa kumarin dari Ferulago campestris yaitu 16 g / mL untuk aegelinol dan 32 g / mL
untuk agasyllin. Aktivitas antibakteri kumarin yang paling besar dari 18 jenis bakteri dari
Gram positif dan Gram negatif adalah pada bakteri Helicobacter pylori, yang menunjukan
daya hambat pada konsentrasi antara 5 dan 25 g / mL (Basile et al., 2009).
Aktivitas Antimikroba dari Lignan yang Diekstraksi dari Flaxseed
Flaxseed adalah semacam makanan yang berupa biji-bijian yang mirip dengan biji
bunga matahari yang banyak terdapat di Amerika dan Kanada. Flaxseed banyak dimanfaatkan
masyarakat sebagai makanan untuk diet. Untuk memeperoleh lignan dari flaxseed, pertama
dilakukan ekstraksi terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 70% pada suhu 30C selama
24 jam. Selanjutnya ekstrak tersebut diuji aktivitas antimikrobanya terhadap Aspergillus
flavus dan Aspergilus niger. Pada uji nilai hambat minimum (MIC) diperoleh konsentrasi
hambat minimum lignan dari flaxseed adalah 2,5 mg/ml pada Aspergillus flavus dan 3,0
mg/ml pada Aspergilus niger. Mekanisme antimikroba dari lignan adalah dengan berikatan
pada dinding sel dan menginhibisi pembentukan dinding sel (Barbary et al., 2010).
Aktivitas Antioksidan dari Kumarin
Uji aktivitas antioksidan dari kumarin menggunakan metode DPPH. Aktivitas
antioksidan berupa aktivitas scavenging pada DPPH, dan menstabilkan radikal bebas.
Aktivitas scavenging radikal bebas dari tiga senyawa kumarin I, II dan III dievaluasi dengan
adanya aktivitas scavenging radikal bebas dengan asam askorbat sebagai senyawa standar.

Nama : Dewa Gede Anom Anjasmara


NIM: 1208505049

IC50 dihitung untuk setiap senyawa kumarin serta asam askorbat sebagai standar dimana dari
hasil uji terlihat bila efek scavenging meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi
senyawa uji. Nilai IC50 untuk senyawa kumarin I adalah 799,83 pM, II adalah III adalah
712,85 pM, yang masing-masingnya relatif lebih rendah dari IC 50 asam askorbat yaitu 829,85
pM. Mekanisme scavenging radikal bebas dari senyawa kumarin tergantung konsentrasi,
karena ketika konsentrasi senyawa meningkat, aktivitas antioksidan meningkat dan nilai IC 50
menjadi lebih rendah yang mencerminkan pelindung yang baik. Dari hasil, didapatkan bahwa
senyawa kumarin I, II dan III yang mampu mengurangi stabil DPPH radikal bebas dengan
berwarna kuning diphenylpicrylhydrazine menunjukkan aktivitas radikal bebas lebih baik
dari standar asam askorbat antioksidan. Studi hubungan aktivitas struktur menunjukkan
bahwa aktivitas antioksidan derivatif kumarin ini dapat dikaitkan dengan donor elektron dari
kumarin seperti -OH, -CH3 dan -Cl pada struktur kumarin, mengurangi DPPH radikal bebas
dan mencegah kerusakan sel. Donor hidrogen yang kuat adalah aktivitas antioksidan (Rajesh
dan Natvar, 2011).
Aktivitas Antifungi Kumarin
Aktivitas antifungi dari kumarin ditentukan berdasarkan nilai MIC (konsentrasi
hambat minimum). 6-Hydroxycoumarin menunjukan hasil MIC adalah 500 g/mL pada
jamur Aspergillus fumigatus. Selain itu, monosubstitusi kumarin yaitu 6-nito-kumarin
menunjukan aktivitas antifungi yang paling baik yaitu pada konsentrasi MIC 125 g/mL,
namun hanya pada spesies F. solani. Kumarin balsamiferone juga memiliki gugus hidroksi
bebas pada posisi C-7, tetapi tidak menunjukkan aktivitas antijamur yang baik. Hal ini
dimungkinkan bahwa dua rantai prenyl di C-3 / C-6 mengurangi aktivitas antijamur seperti
kehadiran OMe di C7 dan , - epoksidasi dari kelompok prenyl C-8 dan rantai prenyl di C-7
dari kumarin 7-O-geranyl-esculetin. Oleh karena itu, dalam kumarin terprenilasi, pola
substitusi dan karakteristik kelompok mengganti yang penting untuk aktivitas antijamur
mereka. Senyawa turunan kumarin yaitu Furanocoumarins tidak efektif terhadap A.
fumigatus dan F. solani. Hanya kumarin yang bergaptene menunjukkan nilai MIC dari 250
mg / ml (1,24 mm) terhadap C. albicans. Pada kelompok dari pyranocoumarins ada hasil
yang relevan yang diamati, menunjukkan bahwa cincin pyrano tidak diperlukan untuk
aktivitas antijamur. Aktivitas antijamur dari pyranocoumarins, meskipun lemah, lebih intens
terhadap C. albicans (MIC = 500 mg / ml) dibandingkan terhadap berserabut jamur (MIC =
1000 mg / ml) (Montagner et al., 2007).

Nama : Dewa Gede Anom Anjasmara


NIM: 1208505049

Aktivitas Antioksidan dari Lignan dari Flaxseed


Dalam pengujian aktivitas antioksidan senyawa lignan secoisolariciresinol (SECO 2) dan
secoisolariciresinol diglycoside (SDG 1) dari flaxseed dan senyawa oksidatif utama uji
menggunakan 2,2'-azobis (2-amidinopropane) dihidroklorida (AAPH 47) dalam model in
vitro dari lipid peroksidasi. Studi ini menunjukkan bahwa oksidasi SECO 2 terjadi di
aromatik (4-OH) dan alifatik (9-OH) kelompok hidroksil. Sebaliknya untuk SDG 1, hanya
senyawa yang berasal dari oksidasi gugus hidroksil aromatik diperoleh karena posisi 9-OH
glucosylated ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa lignan bisa menghasilkan konsentrasi
penghambatan tergantung dari autoksidasi, meskipun tak satu pun dari lignan sama efektifnya
sebagai BHT. Selain itu, SECO 2 adalah antioksidan unggul SDG 1 dan SDG polimer dan
polimer SDG setidaknya sebanding dengan SDG 1. Kedua sistem Model menunjukkan
bahwa sebagai antioksidan, SECO 2 memberikan yang lebih baik perlindungan dari SDG 1.
Dimana mekanisme antioksidan dari SECO 2 dan SDG 1 adalah scavenges AP radikal telah
diklarifikasi. Namun, rincian dari perilaku dan tindakan SECO 2 dan SDG 1 di membran
(Hosseinian, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Barbary, O.M., El-Sohaimy S. A., El-Saadni M.A., A. M. A. Zeitoun. 2010. Antioxidant,
Antimicrobial and Anti-HVC Activities of Lignan Extracted from Flaxseed. Food
Science Dept.: Egypt.
Basile A., S. Sorbo, V. Spadaro, M. Bruno, A. Maggio, N. Faraone, S. Rosselli. 2009.
Antimicrobial and Antioxidant Activities of Coumarins from the Roots of Ferulago
campestris (Apiaceae). Napoly: Italy.
Hosseinian, F. 2006. Antioxidant Properties of Flaxseed Lignans Using In vitro Model
System. University of Saskatchewan Saskatoon, Saskatchewan:Canada.
Montagner, C., Simone M., Claudia G., Monache F. D., Smania E. F. A., Smania A. 2008.
Antifungal Activity of Coumarins. Departamento de Microbiologia e Parasitologia,
Brazil.
Rajesh, P. M. & Natvar, P. J. 2011. In vitro Antioxidant Activity of Coumarin Compound by
DPPH, Super Oxide and Nitric Oxide Free Radical Scavenging Methods. Department
of Pharmaceutical Biotecnology, Gujarat, India.

Anda mungkin juga menyukai