Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Struktur Aktivitas

Anti Jamur

KELOMPOK:
1. ANAS FAIZAH
2. DINAR SRI UTAMI
3. DWI
4. RISKA NORMA S
5. URI ISTIANI
Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan
untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh jamur. Jamur yang menginfeksi manusia
(mikosis) dibagi menjad empat kelompok, yaitu :
1. Mikosis sistemik
2. Mikosis subkutan
3. Mikosis kutan
4. Mikosis superficial
Berdasarkan struktur kimia obat
anti jamur dibagi menjadi tujuh
kelompk, yaitu :

1. Turunan asam
Contoh : Asam Salisiat dan Asam
Benzoat
Mempunyai efek
keratolitik, digunakan secara
setempat untuk menghlangkan
kutil. Efek bakteriostatik dan
fungisid as. Salisilat juga
digunakan untuk pengobatan
penyakit parasit kulit psoriasis,
ketombe, dan exemb. Kombinasi
dengan as.benzoat (1:2)
digunakan sebagai anti jamur
setempat (kalpanax, micorex,
kopaex). Dosis setempat : serbuk
tabur, salep atau cream, 3-10%.
2. Turunan karbamat
Contoh : Toksiklat dan Tolnaftat

Toksiklat (Tolmicen ) efektif secara setempat untuk


pengobatan dermatomikosis. Dosis setempat anti jamur kulit,
dalam bentuk larutan atau cream 1%, serbuk tabur 0.5% 2-3 dd.
Tolnaftat mempunyai aktifits yang tinggi terhadap
dermatomikosis, baik in vitro maupun in vivo, tetapi tidak aktif
terhadap jamur lain. Dosis setempat anti jamur kulit, dalam bentk
larutan atau cream 1% dd
3. Turunan pirimidin
Contoh : 5-fluorositosin (flusitosin) dan hedsetidin
Mekanisme kerja 5-fluorositosin dan
hedsetidin yaitu mula-mula flusitosin mengalami
metabolisme didalam sel jamur, menjadi 5-
fluorourasil suatu antimetabolit primidin.
4. Turunan antibiotika
Contoh : Gliseofulfin

(fulcin, griseoford, grifin, prasofin), diisolasi dari galur tertentu penicillium


griseofulfum, efektif ada pemberian secara oral, dan hanya bekerja pada jamur yang
tumbuh aktif. Gliseofulfin kadang-kadang menimbulkan efek samping antara lain
urtikaria, sakit kepala, ketidak nyamanan lambung, granulositopenia, dan
leukopenia.
Dosis oral : mikrokristal 500mg, ultramikrokristal 330mg, 1 dd atau terbagi dalam
dua dosis, diberian sesudah makan.
mekanisme griseofulfin menunjukkan anti jamur dengan embatasi
pertumbuhan jamur, yaitu dengan menghambat mitosis jamur. Senyawa ini
mengikat proteinmikrotubuli dalam sel kemudian merusak struktur spindle mitotic
dan menghentikan metafasa pembelehan sel jamur.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan
griseofulfin.
1. Senyawa tetap aktif bila atom Cl diganti dengan
atom F, tetapi aktivitasnya menurun bila diganti
dengan atom Br H
2. Penggantian substituen metoksi pada cincin
sikloheksan dengan gugus propoksi atau butoksi
akan meningkatkan aktivitas secara in vitro
karena dapat meningkatkan lkelarutan dalam
lemak sehingga pebnembusan kedalam membran
bakteri lebih baik. Substitusi dengan asam amino
justru menghilangkan aktivitas biologs
5. Turunan imidasol
Contoh : klortimazol
Klortimazol (canesten, lotremin, trimadan),
absorbsi dalam saluran cerna sangat rendah, sedang
pemberian secara intravena menimbulkan toksisitas
cukup besar, seperti kerusakan darah.
6. Turunan halogen
Contoh : haloprogin

mekanisme kerja turunan halogen dapat berinteraksi membentuk


ikatan kovalen dengan gugus- gugus fungsional dari sel jamur, seperti
gugus sulfidril (sh), yang terdapat pada koenzim a, sistein, glutation,
as.lipoat, dan tiamin, gugus amino yang terdapat dan tiamin, gugus amino
yang terdapat pada asparagin atau glutamin, serta gugus karboksil dan
hidroksil.
Reaksi haloprogin dengan gugus shkoenzim dijelaskan sebagai
berikut.

Haloprogin (polik), digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial


pada kulit. Dosis larutan atau cream 1%
7. Turunan Gentian violet (metilrosanilin klorida)

adalah golongan zat warna yang mempunyai


efek anti jamur, anti bakteri, dan antelmintik. Secara
setempat obat digunakan untuk pengobatan infeksi
candida albicans. Gentian violet sering digunakan
untuk pengobatan infeksi jamur pada mulut bayi.
Dosis : larutan 1-3%
DOI: 10.1584/jpestics.D17-075

Review Jurnal
Design, synthesis, antifungal activity, and 3D-QSAR of coumarin derivatives

Tahun: 2018
Hasil dan pembahasan:
1. Aktivitas antijamur

Sebagian besar senyawa yang disintesis


menunjukkan aktivitas antijamur sedang
hingga tinggi terhadap 4 jamur fitofatogenik.
Namun, tampaknya toksisitas selektif
terhadap V. mali adalah sifat khas dari
coumarin yang tersubstitusi-8. Secara
khusus, senyawa 1b-1c, 1f-1g, 3d, 4d, dan 4e
menunjukkan penghambatan yang lebih kuat
dengan EC50 <0,116mmol / L terhadap V.
mali.
Dalam seri 1a-1g, pengenalan gugus alkil, aril,
atau halogen pada C-8 dari kumarin secara
signifikan meningkatkan aktivitas antijamur
dari senyawa-senyawa ini. Fenomena serupa
muncul dalam rangkaian senyawa 2a – 2g
kecuali 2f. Ini menunjukkan bahwa
pengenalan substituen yang tepat untuk C-8
dari kumarin menguntungkan untuk
aktivitas antijamur.
2. Study by 3D-QSAR models

Kontribusi relatif bidang sterik dan elektrostatik dari model


CoMFA adalah masing-masing 62,7 dan 37,3%, yang menunjukkan bahwa
interaksi sterik terutama mempengaruhi bioaktivitas. Sebagai
perbandingan, kontribusi sterik, elektrostatik, hidrofobik, donor ikatan
hidrogen, dan akseptor ikatan hidrogen dari model CoMSIA masing-
masing adalah 38,9, 21,5, 20,7, 5.1, dan 13,8%; ini menunjukkan bahwa
fitur sterik dan elektrostatik memberikan kontribusi besar terhadap
bioaktivitas senyawa judul.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, kami pertama kali


membangun model 3D-QSAR untuk aktivitas antijamur turunan kumarin.
Studi 3D QSAR kami menunjukkan bahwa substituen yang kecil, hidrofilik
dan penarik elektron seperti COOC2H5 tampaknya lebih baik pada posisi
3, sedangkan jelas bahwa substituen yang menarik elektron kecil disukai
pada posisi 8. Dari informasi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
gugus penarik elektron kecil pada cincin fenil kumarin mendukung
aktivitas, dan gugus electrondonating hidrofilik pada cincin pyrone
kumarin meningkatkan aktivitas. Sangat membantu untuk mengukur hasil
model dan memberikan rincian lebih lanjut untuk optimalisasi turunan
kumarin.
KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar


senyawa ini menunjukkan aktivitas sedang hingga kuat. Di
antara mereka, 4e dan 1g memiliki aktivitas antijamur
terkuat, dengan nilai EC50 masing-masing 0,085 dan
0,078mmol / L terhadap V. mali; oleh karena itu, mereka
telah dipilih sebagai molekul utama untuk pengembangan
lebih lanjut. Selain itu, model CoMFA dan CoMSIA
didirikan berdasarkan aktivitas antijamur mereka terhadap V.
mali, dengan q2 yang divalidasi silang.
Pada C-3 dapat membantu meningkatkan aktivitas
antijamur, sedangkan yang kecil dan kelompok yang menarik
elektron pada C-8 akan disukai untuk aktivitas antijamur.

Anda mungkin juga menyukai