Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kimia Bahan Alam dan Hayati Oleh: Devita Dwi Arimurti (M0311018) Kimia FMIPA Universitas Sebelas

Maret Famili Zingiberaceae merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan subtropis. Semua kelompok dari tanaman ini memiliki batang yang berasal dari rizom yang tumbuh horisontal di bawah tanah yang memiliki akar dan daun. dengan bunga yang beruma satu. Sebagaimana diketahui bahwa zingiberaceae memiliiki kandungan kimia yang berkhasiat tinggi, oleh karenanya banyak jenis dari Zingiberaceae yang digunakan sebagai obat herbal, Berdasarkan penelitian telah teruji bahwa kandungan utama bioaktif yang terdapat dalam beberapa jenis pada famili zingiberaceae dapat dimanfaatkan sebagai anti-inflamasi, anti-tumor, serta anti-kanker. Berikut diantaranya kegunaan zingiberaceae yang telah teruji. 1. Sebagai inhibitor pada proses produksi NO pada saat terjadi inflamasi. Dalam jurnal yang berjudul, Guaiane-Type Sesquiterpenes from Curcuma phaeocaulis and Their Inhibitory Effects on Nitric Oxide Production, dilakukan isolasi senyawa diarylheptanoid dan seskuiterpenoid dari tanaman Curcuma phaeocaulis yang akan digunakan sebagai inhibitor yang akan melawan produksi NO (Nitrit Oksida) yang berlebihan, yang dapat merusak sel tubuh, pada saat terjadi peradangan (inflamasi). Proses isolasi dilakukan dengan ekstraksi rimpang C.phaeocaulis dengan etanol dan dipartisi dengan teknik kromatografi kolom secara berturut-turut menggunakan sikloheksana, EtOAc, dan nBuOH, serta proses pemurnian dengan menggunakan HPLC, sehingga dihasilkan 10 senyawa jenis baru guaiane seskuiterpen (1-10) phaeocaulisin (A-J) dan 18 senyawa yang telah diketahui: isocurcumenol (11), curcumenol (12), 4-epicurcumenol(13), cis-guai-6-en-10-ol (14), alismoxide (15), 7,11-epoxy-5-hidroksi-9-guaiaen-8-one (16),procurcumadiol (17),procurcumenol (18),edoarondiol (19), isozedoarondiol (20), (1S, 4S, 5S, 10R)-zedoarondiol (21), 3 zedoalactone B (22), zedoalactone D (23), zedoalactone A (24), zedoalactone C(25), zedoarolide B(26), zedoarolide A(27), dan curcumadionol (28). Semua senyawa hasil isolasi diuji kemampuan inhibitornya saat produksi NO yang dilakukan pada makrofag yang telah diinduksi oleh LPS. Berdasarkan nilai IC50 (Inhibition Concentration) diketahui bahwa sebagian besar senyawa yang diisolasi memiliki kemampuan yang baik pada proses penghambatan produksi NO (IC50 1,3 hingga 9,8 M). Semakin kecil nilai IC50 maka kemampuan inhibitor senyawa semakin baik. Kemampuan penghambat pada guaianolida dipengaruhi pula oleh atom H pada C-8. Senyawa 1 memiliki kekuatan inhibitor yang baik dikarenakan adanya jembatan oksigen antara C-1 dan C-8. Fenomena yang sama juga terjadi pada senyawa 7, 8, 22 dan 23 yang memiliki kemampuan inhibitor yang baik karena adanya ikatan rangkap dua antara C-8 dan C-9. Selanjutnya, senyawa 26 menunjukkan kemampuan penghambat yang kuat karena pada H-8 telah tersubtitusi oleh gugus hidroksi. Berdasarkan analisa terlihat bahwa posisi pada H-8 dapat menghambat produksi NO (pada senyawa 2 dan 24) dan posisi pada H-8 dapat menurunkan efek inhibitor (senyawa 3 dan 25). Adanya gugus epoksida juga dapat menurunkan aktivitas penghambat produksi NO, seperti pada senyawa 16 dan 27 yang memiliki nilai IC50 masing-masing 57,4 dan 87,1 M. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa telah terbukti bahwa senyawa yang terkandung dalam C.phaeocaulis dapat digunakan sebagai anti-inflamasi terlebih pada senyawa 1, 2, 20-24 yang

memiliki kemampuan inhibitor yang sangat baik (IC50< 2M). Dapat disimpulkan pula berdasarkan analisa uji, semua senyawa-senyawa tersebut tidak dapat menyebabkan sitotoksisitas pada saat proses penghambatan pada produksi NO. 2. Sebagai sitotoksisitas yang dapat melawan sel-sel kanker pada manusia Dalam jurnal yang berjudul, Terpecurcumins AI from the Rhizomes of Curcuma longa: Absolute Configuration and Cytotoxic Activity dilakukan isolasi 9 terpekurkumin jenis baru, terpekurkumin A-I (1-9) dan 3 jenis hybrid dari Curcuma longa yang telah diketahui agar dapat mengetahui aktivitas sitotoksisitas yang dapat melawan sel kanker manusia (A549, HepG2, dan MDAMB-231). Isolasi dilakukan dangan teknik ekstraksi rimpang kering dengan menggunakan 95% EtOH pada suhu 80oC, ekstrak yang diperoleh dipartisi secara bertahap menggunakan gel kolom MCl, silika gel kolom dan kolom kromatografi Sephadex LH-20. Hasil ekstrak yang didapat dimurnikan dengan HPLC semipreparatif, sehingga diperoleh senyawa terpekurkumin A-I (1-9) dan 3 jenis hybrid yang telah diketahui dari C.longa (10-12). Struktur senyawa 1-9 dianalisis dengan NMR dan Electronic Circular Dichroism (ECD). Konfigurasi dari senyawa menggunakan kristalografi sinar X. Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan baris sel kanker manusia A549 (adenokarsinoma alveolar), HepG2 (sel karsinoma hepatoseluler hati manusia), dan MDA-MB-231 (sel kanker payudara manusia). Sel ditumbuhkan dalam DMEM tanpa serum antibiotic. Untuk evaluasi efek penghambatan keseluruhan terpecurcumins pada jumlah sel , sel-sel diobati dengan terpecurcumins selama 72 jam. Setelah itu dievaluasi dengan kristal violet pewarnaan menggunakan Taxol sebagai kontrol positif. Berdasarkan analisis kandungan kimia dalam ekstrak C.longa menggunakan EtOH dan dianalisa menggunakan HPLC-DAD-ESI-MS menunjukkan bahwa biosintesis terpekurkumin tersebut merupakan hasil hibridisasi dari bisabolane-kurkuminoid dengan ikatan " C - C " atau " C - O - C " pada berbagai posisi. Hal ini dapat dilihat dari serapan UV senyawa-senyawa tersebut yang mirip dengan kurkuminoid (max sekitar 425 nm) namun dengan berat molekul sangat besar. Unit bisabolane merupakan turunan dari turmeron atau zingiberene karena penyusunan ulang oksidatif. Hasil uji sitotoksisitas senyawa 1-12 melawan tiga jenis sel kanker berdasarkan uji pewarnaan kristal violet menggunakan taxol sebagai control positif menunjukkan bahwa senyawa 4,6,7,10 dan 11 dapat digunakan sebagai sitoksisitas dalam melawan sel kanker dengan nilai IC50 (Inhibition Concentration) sebesar 10.319.4 M yang sangat rendah dibandingkan dengan kurkumin (31.349.2 M). Sedangkan senyawa 1,2,3,5,8, dan 9 menunjukkan sitotoksisitas yang rendah atau bahkan tidak adanya sitotoksitas dengan IC50 diatas 22.7M. hasil ini menunjukkan bahwa gugus metoksi yang terdapat pada senyawa dapat mempengaruhi aktivitas sitotoksisitas. Berdasarkan uji yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa senyawa-senyawa hasil isolasi dari C.longa merupakan hasil dari hibridisasi kurkumin dan bisobolane, dan senyawa 4,6,7,10 dan 11 dapat digunakan sebagai sitotoksisitas yang dapat digunakan untuk melawan sel kanker pada manusia.
Referensi: Lin, Xionghao, Shuai Ji, Rui Li, Yinhui Dong, Xue Qiao. Terpecurcumins AI from the Rhizomes of Curcuma longa: Absolute Configuration and Cytotoxic Activity.J. Nat. Prod., 2012, 75 (12), pp 21212131, Liu, Yue, JiangHao Ma, Qian Zhao,. Guaiane-Type Sesquiterpenes from Curcuma phaeocaulis and Their Inhibitory Effects on Nitric Oxide Production J. Nat. Prod., 2013, 76 (6), pp 1150 1156,

Anda mungkin juga menyukai