Ahmad Reza Ramdani-Fkik PDF
Ahmad Reza Ramdani-Fkik PDF
OLEH :
Ahmad Reza Ramdani
NIM : 109101000031
iii
IDENTITAS PERSONAL
Nama
Alamat
TTL
Jenis Kelamin
: Laki laki
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Golongan Darah
:O
No. Hp
: 081381828531
: rearamdani03@yahoo.co.id
PENDIDIKAN FORMAL
1997 2003
2003 2006
: SMP Waskito 4
2006 2009
2009 Sekarang
2002 2005
2008-2009
PENGALAMAN ORGANISASI
2006 2007
2006 2007
2010 2012
2013
KATA PENGANTAR
vii
Bismillahirrahmanirrahiim
DAFTAR ISI
ix
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iv
LEMBAR PENGESAHAN
vi
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
9
x
11
13
13
15
17
21
2.3. Bahaya
22
22
22
24
2.4. Risiko
27
29
29
29
30
46
xi
48
50
58
59
4.2.1. LokasiPenelitian
59
59
4.3. Informan
60
61
62
4.5.1
Data Primer
62
4.5.2
Data Sekunder
65
4.6. ValiditasData
65
67
68
69
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
70
70
72
73
75
76
5.3 Area Proyek Kerja PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project 79
5.4 Tahapan Penambangan Batubara di PT. Thiess ContractorsIndonesiaSangatta
Mine Project
80
5.4.1. Drilling
81
5.4.2. Blasting
83
5.4.3. Loading
86
5.4.4. Hauling
90
5.4.5. Dumping
92
5.5 Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan Batubara diPT.
Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
94
94
106
116
127
132
xiii
5.6 AnalisisRisiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan Batubara diPT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
141
141
156
170
183
189
5.7 TingkatRisiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan Batubara diPT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
200
200
204
207
210
212
BAB VIPEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
215
6.2 Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan
Batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia
215
216
220
223
xiv
227
228
6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan
Batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia
231
231
257
275
299
307
322
7.2 Saran
328
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
35
36
38
39
40
41
42
61
63
66
67
Tabel 5.1 Waktu Kerja di PT. Thiess Contractors Indonesia SangattaMine Project 75
Tabel 5.2 Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling
101
Tabel 5.3 Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting
112
Tabel 5.4 Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading
122
Tabel 5.5 Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling
130
Tabel 5.6 Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping
137
Tabel 5.7 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling
154
Tabel 5.8 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting
168
Tabel 5.9 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading
181
xvi
Tabel 5.10 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling
188
Tabel 5.11 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 198
Tabel 5.12 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling
202
Tabel 5.13 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting
205
Tabel 5.14 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading
208
Tabel 5.15 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling
211
Tabel 5.16 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping
213
DAFTAR GAMBAR
xvii
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja di PT. Thiess Contractors
Indonesia Sangatta Main Project Tahun 2012
31
46
49
72
74
Project
Gambar 5.4 Area Proyek Penambangan Batubara di PT. Thiess Contarctors Indonesia
Sangatta Mine Project
80
83
86
88
Gambar 5.8 Proses Loading dengan Teknik Top Loading dan Double Loading
89
92
93
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri
yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat
diabaikan (Ramli, 2010).
PT. Thiess Contractors Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak
dalam bidang konstruksi dan pertambangan. Sangatta Mine Project merupakan salah
satu proyek tambang PT. Thiess Contractors Indonesia terbesar yang berlokasi di kota
Sangatta, kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Sangatta Mine Project
ini memiliki beberapa departemen yang saling berhubungan yaitu, departemen
Mining, Plant, Safety, Warehouse, dan Supply Chain. Setiap departemen tersebut
memiliki aktifitas kegiatan yang berbeda-beda pada setiap tahapan pekerjaannya.
Departemen Mining memiliki kegiatan Mining Operation yaitu, mulai dari kegiatan
pembukaan lahan (Land Clearing), pembersihan tanah pucuk (Top Soil), kegiatan
penambangan batuan tertutup (Over Burden) dan kegiatan penambangan batubara.
Pada proses kegiatan penambangan batubara di PT. Thiess Contractors
Indonesia, Sangatta Mine Project mempunyai tingkat kekritisan risiko serta potensial
bahaya yang paling tinggi, karena dalam proses produksinya banyak menggunakan
alat-alat berat bergerak seperti, DumpTruck, Dozer, dan Excavator dan mesin-mesin
besar seperti, mesin Drilling untuk pengeboran dengan area kerja yang berbahaya
pada setiap tahapan kerjanya. Seperti pada tahap peledakan (blasting), dimana area
blasting merupakan area yang sangat berbahaya bagi pekerja, karena terdapat lubanglubang peledakan yang memiliki kedalaman 12-15 meter yang dapat menyebabkan
pekerja terperosok kedalam lubang tersebut. Selain itu, terdapat bahan peledak yang
sewaktu-waktu dapat meledak dengan sendirinya dan membahayakan para pekerja.
Area kerja penambangan batubara juga sangat berbahaya dengan adanya interaksi
antara unit kendaraan besar dengan pekerja yang ada di lokasi kerja, interaksi antar
unit kendaraan besar, potensi terjadinya longsor di area kerja, serta masih banyak lagi
bahaya yang terdapat di area kerja penambangan batubara.
Oleh karena itu, perusahaan telah melakukan identifikasi risiko pada proses
kegiatan penambangan batubara sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan
kerja. Namun berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, identifikasi risiko pada
kegiatan penambangan batubara terakhir dilakukan pada tahun 2005 dan sampai pada
tahun 2013 belum ada perbaikan pada hasil identifikasi risiko tersebut, sehingga hasil
identifikasi risiko sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan sekarang. Pada hasil
identifikasi risiko tersebut juga belum mengidentifikasi setiap langkah kerja dari
masing-masing tahapan kegiatan penambangan batubara, sehingga terdapat bahaya
dan risiko yang belum teridentifikasi.
Ini mengakibatkan hampir setiap tahunnya masih saja terjadi kecelakaan kerja
yang menimbulkan kerugian yang besar bahkan hingga menimbulkan korban jiwa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Safety di perusahaan serta melakukan
observasi terkait data laporan kecelakaan pada tahun 2012, proses kegiatan
penambangan batubara di bagian departemen Mining Operation merupakan kegiatan
yang paling banyak terjadi kecelakaan. Jumlah kasus kecelakaan pada setiap
departemen tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Grafik jumlah kasus kecelakaan kerja berdasarkan kegiatan operasi dari setiap
departemen di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Main Project
Tahun 2012
Sumber: Dokumentasi Safety Tahun 2012
1.2
Rumusan Masalah
Proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation memiliki
risiko lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kegiatan lain yang beroperasi di PT.
Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project. Dari data kecelakaan pada
1.3
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana risiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di
bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project, Kalimantan Timur tahun 2013?
2. Bagaimana kemungkinan, paparan dan konsekuensi dari risiko keselamatan
kerja pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining
operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project,
Kalimantan Timur tahun 2013?
3. Bagaimana tingkat risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan kegiatan
penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors
Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja pada proses kegiatan
Tujuan Khusus :
1. Diketahuinya risiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara
di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta
Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013.
2. Diketahuinya kemungkinan, paparan dan konsekuensi dari risiko
keselamatan kerja pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara
di bagian Mining operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta
Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013.
3. Diketahuinya upaya pengendalian yang dilakukan pada setiap tahapan
kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun
2013.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Mahasiswa
Penelitian ini memberikan pengalaman berharga, menambah wawasan
Bagi Fakultas
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
1.6
Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian analisis kualitatif mengenai analisis tingkat
10
2013. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni Agustus 2013. Sasaran dari
penelitian ini adalah proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining
Operation, mulai dari kegiatan, Drilling, Blasting, Loading, Hauling dan Dumping
batubara. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat risiko keselamatan kerja
pada kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013. Untuk
mengetahui tingkat risiko digunakan metode analisis risiko semi kuantitatif
berdasarkan Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS
4360,
1999/1991).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada petugas
safety, pengawas lapangan, dan para pekerja atau operator yang berinteraksi langsung
pada kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation serta melakukan
observasi secara langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder berupa profil
perusahaan, struktur organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, proses kegiatan
penambangan batubara, lembar Job Safety and Environment Analysis (JSEA), lembar
Standard Operational Procedure (SOP), dan tabel Risk Assesment yang telah
dilakukan pada tahapan proses penambangan batubara. Penelitian ini dilakukan oleh
mahasiswa semester VIII peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat,
Fakultas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
11
12
13
mencegah kecelakaan, penyakit, cacat dan kematian akibat kerja dan menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan efisien.
2.2
Kecelakaan Kerja
menimbulkan kerugian.
3. Near Miss
14
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Menurut
UU No 1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktifitas dan dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dan dalam sekejap mata, dan setiap
kejadian menurut Benneth dan Silalahi (1995), terdapat empat faktor yang bergerak
dalam satu kesatuan berantai yaitu, lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia.
Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa
kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu:
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga
juga meliputi kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan
atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau
rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah di luar makna kecelakaan akibat kerja,
sekalipun pencegahannya sering dimasukan program keselamatan perusahaan.
Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum hanya saja
menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Terdapat tiga kelompok kecelakaan:
1. Kecelakaan akibat kerja diperusahaan
2. Kecelakaan lalu lintas
15
3. Kecelakaan di rumah
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat
mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor
tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya
tersebut adalah sebagai bahaya nyata (Anizar, 2009).
Cacat fisik
Cacat sementara
16
2) Kurang pendidikan
Kurang pengalaman
Kurang terampil
17
18
19
7) Tangga
8) Perancah (steger)
9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radisai
1) Bahan peledak
2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak
3) Benda-benda melayan
4) Radiasi
5) Bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut
e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan
2) Di dalam bangunan
3) Di bawah tanah
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut
1) Hewan
2) Penyebab lain
3) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut
ataudatatidak memadai.
3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan
a. Patah tulang.
b. Dislokasi atau keseleo.
c. Regang otot atau urat.
20
21
Tunjangan kecelakaan
Kompensasi kecelakaan
22
2.3 Bahaya
2.3.1
Definisi Bahaya
Bahaya adalah sumber yang berpotensi untuk menimbulkan cidera dan
kesakitan pada manusia, kerusakan peralatan dan lingkungan atau kombinasi dari
semua itu (Frank Bird-Loss Control Management dalam Ramli, 2010). Sedangkan
menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau
gangguan lainnya.
Menurut Ridley (2008), bahaya merupakanfaktor instrinsik yang ada pada
suatu barang atau kondisi tertentu yang mempunyai potensi menimbulkan efek
merugikan. Sedangkan menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360
: 1999 memaparkan bahwa bahaya adalah sumber atau situasi yang memiliki
potensi menimbulkan kerugian.
2.3.2
Jenis Bahaya
Berdasarkan kelompoknya, bahaya dapat di bagi menjadi 2 jenis, yaitu
(Mulya, 2008) :
a. Bahaya Keselamatan (Safety Hazard)
Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan
manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak bahaya
keselamatan bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk
terjadi rendah. Bahaya keselamatan (safety hazard) dapat menimbulkan
23
terjadi
tinggi.
Jenis-jenis health
Physical
Hazard,
berupa
energi
seperti
kebisingan,
radiasi,
24
2.3.3
karena adanya sumber-sumber bahaya dan risiko yang ada di lingkungan kerja.
Sumber bahaya itu bisa berasal dari :
a. Bangunan, Instalasi, dan Peralatan
Proses bahaya yang berasal dari bangunan, instalasi, dan peralatan
yang digunakan bisa berupa konstruksi bangunan yang kurang kokoh dan
tidak memenuhi persyaratan yang ada. Selain itu desain ruang dan tempat
kerja
serta
ventilasi
diperhatikan.
b. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada proses produksi dapat memiliki
bahaya dan risiko yang sesuai dengan sifat bahan baku, antara lain :
1) Mudah terbakar.
2) Mudah meledak.
3) Menimbulkan alergi.
4) Bahan iritan.
5) Karsinogen.
6) Bersifat racun.
7) Radioaktif.
25
c. Proses Kerja
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung dari teknologi
yang digunakan. Proses yang ada pada industri ada yang sederhana,
tetapi ada juga yang prosesnya rumit. Ada proses yang berbahaya dan ada
juga proses yang kurang berbahaya. Dalam proses biasanya juga
digunakan suhu dan tekanan tinggi yang memperbesar risiko bahayanya. Dari
proses ini terkadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis
seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan. Hal ini dapat berakibat
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
d. Cara Kerja
Bahaya dari cara kerja yang dilakukan oleh pekerja yang dapat
membahayakan pekerja itu sendiri atau orang lain disekitarnya, yaitu :
1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara
yang salah maka dapat menyebabkan cidera dan yang paling sering
adalah cidera pada tulang punggung atau Low Back Pain (LBP).
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,
percikan api, serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
memakai yang salah.
e. Lingkungan Kerja
Bahaya yang berasal dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas
berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan
26
ergonomi,
biasanya
gangguan
yang
bersifat
faal
atau
ergonomi ini karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan kerja yang
digunakan desainnya
terlalu rendah, meja yang terlalu tinggi, dan lain-lain. Bahaya ini akan
muncul dalam jangka waktu yang lama.
5) Bahaya psikologis adalah bahaya yang berhubungan dengan timbulnya
kondisi
psikologis
yang
tidak
baik
yang
berpengaruh terhadap
27
2.4 Risiko
Menurut Australian Standard/New Zealand Standard 4360: 2004, risiko
adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu
dampak dari suatu sasaran. Risiko tersebut diukur berdasarkan adanya kemungkinan
terjadinya suatu kasus atau konsekuensi yang dapat ditimbulkannya. Sedangkan
pengertian risiko K3 menurut OHSAS 18001 dalam Ramli (2010), adalah kombinasi
dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari
cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu:
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung
terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih
berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat
kerja.
28
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan
konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit
diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam
antara populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada
dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari
sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek
dari kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian
asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan
aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat
terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap
masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
29
Standard/New
Zealand
Standard
4360
1999,
manajemen risiko adalah budaya, proses, dan struktur yang mengacu langsung
pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan.
Menurut Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360 : 2004,
manajemen risiko merupakan suatu kumpulan dari berbagai tahapan kegiatan yang
bertujuan untuk mengelola risiko-risiko keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu
aktifitas kegiatan.
2.5.2
yaitu :
1. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan
mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut.
2. Membantu meningkatkan perencanaan kerjaperusahaan yang efektif.
3. Menciptakan lingkungan
30
2.5.3
risiko
analisis
risiko
untuk
menetapkan
kemungkinan
dan
evaluasi
untuk menetapkan
skala
prioritas
dan
31
Menentukan Konteks
Identifikasi Bahaya
Analisa Risiko
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko
1. Penetapan Konteks
Penetapan konteks ekstrenal, konteks internal, dan konteks manajemen
risiko
dimana
proses
manajemen
risiko
akan
diterapkan. Kriteria
yang
digunakan pada saat resiko akan dievaluasi harus disusun dan struktur analisis
didefinisikan.
2. Identifikasi Risiko
Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah langkah dalam proses
manajemen risiko untuk mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya atau risiko
yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau
keparahannya jika terjadi. Ada beberapa metode efektif yang dapat digunakan dalam
melakukan identifikasi bahaya. Salah satunya yaitu, Job Safety Anlysis (JSA).
32
Menurut
Rijanto (2011),
JSA adalah
suatu
meninjau metode atau cara kerja dan menentukan bahaya yang sebelumnya mungkin
telah diabaikan pada peletakan pabrik atau bangunan dan pada rancangan mesinmesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja, dan proses. Menurut
Ramli (2010) Terdapat lima langkah dalam membuat JSA :
1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisa.
Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman
kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih dahulu. Dalam memilih
pekerjaan untuk dianalisis dan dalam menyusun tata cara analisis,
pengawasan utama yang harus dilakukan pada jenis jenis pekerjaan sebagai
berikut :
a) Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka
kecelakaan tinggi.
b) Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal.
c) Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis
bahaya yang ada.
d) Pekerjaan yang rumit atau kompleks dimana sedikit kelalaian dapat
berakibat kecelakaan atau cidera.
2. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah langkah aktifitas
Sebelum penelitian terhadap bahaya dimulai, pekerjaan harus dibagi
kedalam beberapa langkah yang menggambarkan apa yang telah selesai
dikerjakan untuk menghindari dua kesalahan umum :
33
34
3. Analisis Risiko
Menurut Australian Standard/New Zealand Standard 4360 : 1999, analisis
risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada
untuk mendeterminasi seberapa besar konsekuensi dan tingkat keseringan suatu
kejadianyang
ditimbulkan.
Analisis
ini
harus
mempertimbangkan
kisaran
35
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah salah satu metode yang menggunakan bentuk
kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan tingkat risiko dari suatu
pekerjaan. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan
prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan (AS / NZS
4360 : 1999). Metode ini menggunakan bentuk matriks risiko dengan dua
parameter, yaitu kemungkinan dan konsekuensi. Skala ukur kemungkinan
(Likelihood) dan konsekuensi (Consequences) secara kualitatif menurut
Risk Management AS/NZS (1999) yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan
Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Skala Ukur Likelihood Secara Kualitatif
Level
Deskripsi
Definisi
Almost
Likely
Moderate
Unlikely
Rare
36
Deskripsi
Insignificant
Definisi
Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil
Memerlukan perawatan P3K, penanganan
Minor
Moderate
Major
Catasthropic
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian
dan konsekuensinya dengan data numerik. Besarnya risiko lebih dinyatakan
dalam angka. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan
data yang lebih akurat mengenai suatu risiko. Namun demikian, perhitungan
secara kuantitatif memerlukan dukungan data dan informasi yang mendalam.
Selain itu, analisis risiko secara kuantitatif memerlukan waktu yang lebih
lama, tenaga kerja yang lebih banyak dengan keahlian yang lebih tinggi.
37
terjadinya risiko.
Dalam metode analisis semikuantitatif terdapat 3 unsur yang dijadikan
pertimbangan, yaitu:
a) Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan kecenderungan
terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan.
Kemungkinan
tersebut
akan
ditentukan
ke
dalam
kategori
tingkat
38
Kemungkinan
Kategori
Deskripsi
Rating
Almost Certain
10
Likely
Unusualy
Remotely
Kejadian
Possible
(Likelihood)
Mungkin
Conceivable
tidak
yang
saja
pernah
sangat
terjadi,
kecil
tetapi
terjadi meskipun
0,5
Practically
Tidak mungkin
terjadi
Impossible
atau
0,1
Infrequent, Rare, dan Very Rare (AS / NZS 4360 : 1999). Dibawah ini
merupakan tabel penentuan tingkat paparan dengan metode semi kuantitatif:
39
Kategori
Deskripsi
Continously
Frequently
Occasionally
Paparan(Exposure)
Infrequent
10
setiap hari.
6
sekali
sebulan
sampai
Rare
Rating
terjadi
tetapi
jarang,
Very Rare
Sangat
jarang,
tidak
diketahui
0,5
kapan terjadinya.
konsekuensi
ini
sangat
berguna
untuk memperoleh
suatu
40
Kategori
Deskripsi
Rating
terhentinya aktifitas,
dan
terjadi
100
yang
berhubungan
dengan
50
dan
kerusakan
sementara
terhadap
25
lingkungan.
Cidera yang serius tapi bukan penyakit
Konsekuensi
(Consequences)
Serious
parah
yang
permanen
dan
sedikit
15
medis,
terjadi
lokasi
tetapi
menimbulkan
kerusakan.
cidera atau penyakit
bagian
Noticeable
tubuh,
ringan, memar
kerusakan
kecil,
sementara
waktu
tetapi
tidak
41
Kategori
Tindakan
Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa
>350
Very High
180 350
Proirity 1
70 180
Substansial
20 70
<20
Priority 3
Acceptable
yang
menimbulkan
risiko
42
Metode Analisis
Analisis Kualitatif
Kelebihan
Lebih Mudah
Lebih Cepat
Kekurangan
Hasil analisis Kurang
akurat jika dibanding
dengan hasil analisis
metode yang lain
2.
Analisis Kuantitatif
Lebih akurat
dibandingkan
Lebih Sulit
analisis lainnya
3.
Analisis Semi
Kuantitatif
Lebih akurat
dibanding analisis
kualitatif
lebih cepat
tingkat risiko
dibandinganalisis
kuantitatif
Sumber: Risk Management Study Notes. Jean Cross. 1998
4. Evaluasi Risiko
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004,
evaluasi risiko merupakan suatu proses membandingkan estimasi level risiko
dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan mempertimbangkan
43
keseimbangan antara manfaat potensial dan hasil yang tidak menguntungkan untuk
menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang
ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang
harus dikurangi atau dikendalikan dengan cara yang lain.
5. Pengendalian Resiko
Pengendalian risiko yaitu suatu upaya penanganan dan pengendalian terdahap
risiko, terutama risiko dengan tingkat tinggi serta mempertimbangkan aspek
efektifitas dan efisiensi. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian
risiko dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi (engineering control).
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
e. Penegakan hukum.
Menurut
Suardi
(2005),
dalam
melakukan
langkah-langkah
untuk
mengatasi bahaya yang timbul, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat
membantu dalam pemilihan pengendalian suatu bahaya yang disebut dengan
hirarki pengendalian. Urutan prioritas atau hirarki tersebut, yaitu :
44
a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan
pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Eliminasi berarti menghilangkan
peralatan yang dapat menimbulkan bahaya.
b. Substitusi, prinsip dari sistem pengendalian ini adalah mengganti sumber risiko
dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak
ada.
c. Engineering Control dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan,
atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko. Ciri khusus dari tahap ini adalah
melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja
yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi
peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi
frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
d.
Administrative Control,
dalam
tahap
ini
menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk
mengurangi risiko. Pengendalian administrasi dapat diartikan juga sebagai
pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan
lingkungan kerja seperti, rotasi kerja, shift kerja, serta pengembangan standar kerja.
Akan
tetapi
banyak
kasus
yang
ada,
pengendalian
administrasi tetap
45
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif. Alat
pelindung diri yang biasa digunakan yaitu:
1) Pelindung kepala : safety helmet dari berbagai bahan.
2) Pelindung mata : safety googles dari berbaga bahan.
3) Pelindung wajah : face shield
4) Pelindung tangan : safety gloves dari berbagai jenis.
5) Pelindung alat pernafasan : respirator atau masker khusus.
6) Pelindung telinga : tutup telinga atau sumbat telinga seperti, ear plug, ear
muff, dan ear cap.
7) Pelindung tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan sesuai dengan kondisi
lingkungan kerja.
46
Drilling
Dumping
Hauling
Blasting
Loading
47
b. Blasting
Blasting adalah proses pekerjaan yang dilakukan untuk melakukan
peledakan pada lapisan batubara yang memiliki struktur lapisan batubara yang
tebal dan keras, sehingga memudahkan proses penambangan batubara
selanjutnya. Proses blasting dilakukan dengan membuat lubang-lubang
peledakan dengan standar lubang yang telah ditentukan.
c. Loading
Loading merupakan proses pemuatan material dari hasil pengeboran dan
peledakan yang telah dilakukan. Proses pemuatan material dilakukan oleh unit
Excavator dan di muat ke dalam unit Truck.
d. Hauling
Hauling adalah proses pengangkutan batubara dari tempat pemuatan
batubara menuju tempat penyimpanan (Stock Pile).
e. Dumping
Dumping merupakan proses akhir setelah proses pemuatan batubara ke
dalam Truck (loading) dan proses hauling yaitu, perjalanan dari lokasi pemuatan
batu bara (loading point) menuju tempat penyimpanan batubara (Stock Pile)
sebelum batu bara tersebut di proses lebih lanjut. Dumping yaitu, proses
penurunan muatan batubara dari Truck ke Stock Pile.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1
Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini berdasarkan kepada teori tahapan manajemen risiko yang
48
49
1. Identifikasi Risiko
2. Identifikasi Risiko
Job Safety Analysis (JSA)
(Risiko, Penyebab, dan
JobUpaya
Safety Pengendalian)
Analysis (JSA)pada tahapan
proses
kegiatan
penambangan
batubara. pada tahapan
(Risiko,
Penyebab,
dan
Upaya Pengendalian)
proses kegiatan penambangan batubara.
2. Analisis Risiko
Kemungkinan (Likelihood)
Paparan (Exposure)
Konsekuensi(Concequency)
3. Nilai Risiko
(Kemungkinan x Paparan x Konsekuensi)
4. Tingkat Risiko
5. Pengendalian Risiko
50
3.2
Definisi Istilah
1. Identifikasi Risiko
Merupakan kegiatan dengan melakukan identifikasi terhadap setiap
tahapan pekerjaan dengan mencari risiko yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan, penyebab, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan pada
proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation(AS/NZS
4360 : 1999).
Metode
Instrumen
kamera.
Hasil
2. Analisis Risiko
Analisis risiko dilakukan untuk menentukan tingkat kemungkinan,
paparan, dan konsekuensi dari risiko-risiko keselamatan kerja secara
sistematik dengan menggunakan informasi seberapa sering suatu kejadian
dapat terjadi dan besarnya tingkat kerugian yang dihasilkan, yang bertujuan
untuk memisahkan risiko yang dapat diterima dan risiko yang memerlukan
51
ini
analisis
risiko
yang
Metode
Instrumen
: Tabel
analisis
risiko
semi
kuantitatif
(Rating
faktor Likelihood).
Hasil
Deskripsi
Rating
10
Unusualy
Remotely
Kejadian
Almost Certain
Likely
yang
sangat
kecil
1
Possible
52
Kategori
Deskripsi
Mungkin
Conceivable
saja
terjadi,
Rating
tetapi
tidak
0,5
Impossible
mungkin terjadi.
0,1
b. Paparan (Exposure)
Paparan menggambarkan tingkat frekuensi interaksi antara sumber
risiko yang terdapat di tempat kerja dengan pekerja pada proses kegiatan
penambangan batubara di bagian Mining Operation dan menggambarkan
kesempatan yang terjadi ketika sumber risiko ada yang akan diikuti oleh
dampak atau konsekuensi yang akan ditimbulkan.
Metode
Instrumen
Exposure).
Hasil
Tabel 3.2.
53
Tabel 3.2
Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori
Deskripsi
Rating
Continously
10
Frequently
3
sekali sebulan.
Terjadi
sekali
sebulan
sampai
dengan
Infrequent
2
sekali setahun.
Pernah
terjadi
tetapi
jarang,
diketahui
Rare
1
kapan terjadinya.
Sangat
jarang,
tidak
diketahui
Very Rare
kapan
0,5
terjadinya.
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
c. Konsekuensi (Consequences)
Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan dari
efek suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian,injury, atau keadaan
yang merugikan yang ditimbulkan oleh risiko pada setiap tahapan kegiatan
penambangan batubara di bagian Mining Operation.
Metode
54
Instrumen
Consequences)
Hasil
Tabel 3.3
Tabel 3.3
Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori
Deskripsi
Rating
100
yang
berhubungan
dengan
50
25
kerusakan sementara terhadap lingkungan.
Cidera yang serius tapi bukan penyakit
Serious
15
penanganan
55
Kategori
Deskripsi
Rating
dan
terhentinya proses
waktu
tetapi
kerja
tidak
sementara
menyebabkan
3. Nilai Risiko
Nilai risiko adalah hasil perkalian nilai variabel kemungkinan,
paparan, dan konsekuensi dari risiko-risiko keselamatan kerja yang
terdapat pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara dengan
menggunakan rumus berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
Metode
Nilai
Risiko
Kemungkinanx
Paparan
Konsekuensi.
Instrumen
Hasil
4. Tingkat Risiko
Tingkat
risiko
yaitu
peringkat
risiko
yang
didapat
dengan
56
Metode
Instrumen
Risiko)
Hasil
Kategori
Tindakan
Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa
>350
Very High
180 350
Proirity 1
70 180
Substansial
teknis.
Perlu diawasi dan diperhatikan secara
20 70
Priority 3
berkesinambungan.
Intensitas
<20
yang
menimbulkan
Acceptable
dikurangi seminimal mungkin.
risiko
57
5. Pengendalian Risiko
Menganalisis usaha yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
menurunkan tingkat risiko dan kemudian membuat saran kepada pihak
perusahaan dalam bentuk alternatif pengendalian risiko, sehingga tingkat
risiko yang ada dapat diminimalisir.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu, dengan
melakukan identifikasi risiko untuk mengetahui potensi risiko pada setiap tahapan
proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation yang kemudian
melakukan penilaian risiko menggunakan metode analisis risiko semi kuantitatif
berdasarkan Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360: 1999 untuk
mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada kegiatan penambangan batubara di
bagian Mining Operation di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
tahun 2013.
Peneliti mengacu kepada standar Australian Standard/New Zealand Standard
4360 : 1999, karena PT. Thiess Contractors Indonesia sendiri merupakan perusahaan
yang berasal dari Australia, sehingga PT. Thiess Contractors Indonesia juga mengacu
kepada Australian Standard/New Zealand Standard4360 : 1999. Oleh karena itu,
diharapkan hasil penelitian ini bisa diterima dan dijadikan masukan oleh perusahaan
dalam pelaksanaan kegiatan K3 diperusahaan.
Metode analisis risiko semi kuantitatif digunakan oleh penulis, karena metode
analisis semi kuantitatif dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai
risiko-risiko yang ada pada kegiatan proses penambangan batubara. Selain itu,
metode analisis risiko semi kuantitatif juga memiliki beberapa kelebihan dibanding
58
59
dengan metode analisis risiko lain. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Cross
(1998), kelebihan metode analisis risiko semi kuantitatif yaitu, hasil analisis risiko
yang didapat lebih akurat daripada analisis kualitatif, lebih mudah dan cepat daripada
analisis kuantitatif, dan pertimbangan variabel paparan yang dijadikan faktor tingkat
risiko. Karena semakin sering terjadi interaksi antara risiko yang ada ditempat kerja
dengan pekerja, maka semakin tinggi tingkat kemungkinan untuk terjadinya risiko
tersebut. Sedangkan menurut Ramli (2010), mengatakan bahwa metode analisis semi
kuantitatif lebih baik dan lebih akurat dalam menggambarkan tingkat risiko dibanding
dengan metode analisis kualitatif.
4.2
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2013. Pada bulan tersebut PT.
Thiess Contractors Indonesia sedang melakukan kegiatan penambangan batubara,
sehingga peneliti dapat melakukan observasi lapangan secara langsung.
60
4.3
Informan
Pemilihan informan untuk penelitian kualitatif ini dilakukan secara purposive
61
Oleh
sebab
itu,
pekerja-pekerja
dapat
membantu
4.4
No.
Bagian
Jumlah
1.
Petugas K3
1 orang
2.
Pengawas lapangan
1 orang
2.
Pekerja/operator
3 orang
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
62
3.
4.5
Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu, observasi dan wawancara mendalam. Secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut:
Kerangka Konsep
Data
Metode
Instrumen
Hasil
Pedoman
Wawancara
a. Tahapan dan rincian pekerjaan
1.
Identifikasi Risiko
wawancara/
Transkrip
recorder
&
&
Form check
Lembar
list/ foto
mendalam
&
Observasi
lapangan
observasi/ kamera
a. Kemungkinan
Pedoman
2.
Analisis risiko
Wawancara
mendalam
penambangan batubara.
wawancara/
Transkrip
recorder
&
&
Form check
Lembar
list/ foto
&
b. Paparan
Observasi
lapangan
observasi/ kamera
63
64
Pengendalian Risiko
wawancara/
Transkrip
recorder
&
&
Form check
Lembar
list/ foto
mendalam
&
Observasi
lapangan
observasi/ kamera
4.5.2
Data Sekunder
Data sekunder digunakan sebagai bahan untuk melengkapi penelitian.
Assesment
yang
telah
dilakukan
pada
tahapan
proses
penambangan batubara.
4.6
Validitas Data
Berdasarkan pengambilan informan dalam penelitian kualitatif yang
dilakukan secara langsung dan jumlahnya sedikit, maka untuk menjaga validitas
data, peneliti melakukan metode triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dari
sumberatau informan yang berbeda. Triangulasi sumber dilakukan karena
informan yang dipilih berbeda-beda sesuai dengan tahapan proses kerja yang
65
66
ada di tempat penelitian namun memiliki kriteria yang sama. Adapun rincian
triangulasi sumber yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Triangulasi Sumber
No.
Tahapan
1.
Drilling
2.
Petugas K3
Pengawas Lapangan
Pekerja/operator
Blasting
3.
Loading
4.
Hauling
5.
Dumping
67
Tahapan
Wawancara
Observasi
1.
Drilling
2.
Blasting
3.
Loading
4.
Hauling
5.
Dumping
4.7
Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data sebagai berikut:
1. Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi langsung kelapangan dan wawancara mendalam
kepada informan.
68
4.8
Analisis Data
Analisis data dimulai dengan memberikan nilai/peratingan tingkat pada
variabel
kemungkinan
(likelihood),
paparan
(exposure),
dan
konsekuensi
(consequences) pada setiap bahaya yang ada menggunakan metode analisis semi
kuantitatif berdasarkan hasil observasi langsung kelapangan dan wawancara
mendalam kepada informan serta membandingkan dengan teori atau literatur yang
ada. Peneliti juga melakukan diskusi dengan petugas K3 yang ada diperusahaan
dalam menentukan nilai pada setiap variabel, sehingga didapatkan nilai yang tepat
untuk masing-masing variabel pada setiap bahaya dan risiko yang ada. Selanjutnya
69
4.9
Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan
matriks hasil wawancara mendalam. Penyajian data akan didukung dengan hasil
observasi lapangan.
70
BAB V
HASIL
5.1
5.1.1
71
tahun 1982 dan dimiliki bersama-sama oleh Rio Tinto (CRA) Pty Ltd dan British
Petroleum (BP).
Pada tahun 1989, Thiess mulai beroperasi di KPC project dengan terlibat
dalam pembangunan infrastuktur dan pengembangan tambang.Kemudian pada tahun
1998, Thiess mulai melakukan operasi pertambangan Auger (pengambilan batubara
yang masih tersisa dari dinding-dinding lokasi tambang).Pada tahun 1999, Thiess
mendapat kontrak untuk menambang dan mengangkut batubara dari Porodisa dan
Timur dari Pit Hatari menuju ke tempat penghancuran (Crusher). Kemudian pada
tahun 2003, Thiess berhasil memenangkan kontrak Life Of Mine(LOM) dengan KPC.
Dimana Thiess akan terus menjadi kontraktor tetap dari KPC selama KPC melakukan
operasi tambangnya. Kontrak ini didasarkan pada operasi di kedua Pit yaitu, Pit J dan
Pit Melawan.
Pada tahun 2007, KPC mengambil alih Pit J, dan Thiess mengelola Pit
Melawan,Belut, dan Khayal.Kemudian pada tahun 2008, Thiess mendapat
kepercayaan untuk mengelola Pit Beruang.Pada tahun 2009, Thiess kembali
mendapat kepercayaan untuk mengelola Pit Mustahil.Pada Juli tahun 2010, Thiess
telah menyelesaikan pekerjaannya di Pit Belut dan pada bulan itu juga Thiess
mendapat kepercayaan untuk mengelola Pit Peri. Kemudian pada oktober tahun 2010,
Thiess telah menyelesaikan pekerjaannya di Pit Beruang dan pada bulan april 2011,
Thiess telah menyelesaikan Pit Khayal. Pada tahun 2013 ini, Thiess masih mengelola
3 lokasi tambang (Pit) yaitu, Pit Melawan, Peri, Mustahil.
72
5.1.2
73
5.1.3
74
Project
ManagerRonald
Beeslaar
Dep.
ProjectManagerNur
Priyo Utomo
Admin &
FinancialSupt
Hotmonang Fidelis
Project Services
ManagerTrihatm
o
Act. Deputy
Project Services
ManagerMakruf
Mining
ManagerJoe
Coleman
Plant
ManagerPaul
Luxford
Act. Deputy
Mining Manager
Plant Ops.
SuptIan
SyahruddinS
McMaster TBA
Head HR
DepartementSurya
Saputra
Warehouse
SuptArdiansyah
A.Maya
Safety SuptAsep
Muhammad
Ramdan
75
5.1.4
Waktu Kerja
Waktu kerja diPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Projectterbagi
menjadi 3crew shift, yaitu Crew A, Crew B, dan Crew C. Dimanasetiap Crew terbagi
menjadi, 3 shift pagi, 3 shift malam, setelah shift malam pekerja libur selama 3 hari,
dimana waktu kerjanya 12 (dua belas) jam per shift kerja. Shift kerja di PT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine Project secara lengkap seperti terlihat pada
Tabel 5.1 :
Tabel 5.1
Waktu kerja diPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
76
5.2
5.2.1
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Thiess Contractors Indonesia yang
mempunyai tugas untuk menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dan melakukan
pengawasan dan pengontrolan jalannya keselamatan dan kesehatan kerja pada semua
bagian di area Sangatta Mine Project, PT. Thiess Contractors Indonesia.
Adanya P2K3 diPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
memberikan kesempatan kepada pekerja untuk berpartisipasi seluas-luasnya dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, karena adanya wakil-wakil tenaga
kerja yang menjadi anggota, juga merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang
telah memperhatikan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik dalam
pelaksanaan pekerjaan. P2K3 diPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project merupakan gabungan dari berbagai departemen di perusahaan, seperti
Mining, Plant, Mechanic, electric, Mine Planning, Engineer, Safetydan Chief
Security.Saat ini P2K3 di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
diketuai oleh Nur Priyo Utomo yang saat ini menjabat sebagai Deputy Project
Manager.
Pembentukan P2K3 di perusahaan terdapat dalam Permenaker No.
04/Men/1987 yang menyatakan bahwa, Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu,
pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3.Pembentukan ini juga harus
77
ditetapkan oleh menteri bukan oleh pihak perusahaan, hal ini sesuai dengan pasal 3
Permenaker No. 04/Men/1987 yang meyatakan bahwa P2K3 ditetapkan oleh menteri
atau pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan.Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota.Sedangkan untuk
sekretaris P2K3 adalah ahli keselamatan kerja yang ditunjuk oleh perusahaan.P2K3
diPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project memiliki sekretaris yang
saat ini di pegang oleh ahli keselamatan kerja yaitu, Sukma Unggul Alamin yang
merupakan Safety Supervisor. P2K3 di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta
Mine Project juga memiliki Advisor yaitu Asep Muhammad Ramdan yang
merupakan Safety Superitendent dari PT. Thiess Contractors IndonesiaSangatta Mine
Project. Susunan pengurus P2K3 diPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 5.3.
78
Ketua
Nur Priyo Utomo
Wakil Ketua
Syahruddin Senu
Sekretaris Sukma
Unggul Alamin
AdvisorAsep Muhammad
Ramdan
Anggota Mining:
James Awui
Salaman
Doddy Ardus
Eko Indra G
Darwis
Arisandy
Aris
Hepnie Armansyah
Haeruddin
Anggota Plant:
Judhy Ariestanto
Agomin
Yusuf Akhmadi
Wayan Sudiarta
Mardiono
Zainuddin
Dwi Mujiarto
Anton Suwignyo
Anggota Project
Service:
Maurys Irwan
Anggota HRD:
M Hamin Tohari
Ferry Budimanto
Anggota Admin:
Ari Perdana
Anggota Safety
Departement:
Wartono
Sindu Bayu Aji
Sugito
Moh.Fran Suhadak
Latiful Iman
Teguh Santoso
Budi Santoso
79
5.3
terdiri
dari
beberapa
tahapan
yang
saling
berhubunganantara satu proses dengan proses lainnya. Proses penambangan ini saling
berurutandan tersusun secara sistematis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Mulai dari proses surveyyaitu, proses yang dilakukan untuk menentukan wilayah
mana yangakan dijadikan area tambang, kemudian proses eksplorasi, pembersihan
lahan, penambangan batubara, sampai pada proses pengolahan batubara. Namun di
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, hanya memiliki area proyek
mulai dari pembukaan lahan, manajemen tanah, manajemen batuan tertutup,
penambangan batubara dan pengangkutan batubara ketempat pengolahan. Proses
penambangan batubaradi PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
diawali dengan tahap persiapan penambangan yaitu, tahap pembukaan lahan dan
tahap manajemen tanah. Setelah itu tahappenambangan, yang dimulai dari tahap
manajemen batuan tertutup dan tahap penambangan batubara. Area proyek kerja
PT.Thiess Contractors IndonesiaSangatta Mine Projectdapat dilihat pada Gambar
5.3.
80
5.4
81
5.4.1
Drilling
Proses pengeboran (drilling) dilakukan untuk melakukan pengeboran lapisan
batubara pada titik pengeboran yang telah ditentukan. Proses drilling ini biasanya
juga digunakan untuk membantu prosesblastingdalam membuat lubang-lubang
peledakan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses drilling di Sangatta
Mine Projectdilakukan menggunakan unitDrill dengan tipe DML50 SP (Single Pass)
dengan panjang pipa drill 18 meter. Dalam pengoperasiannya, unitDrill ini
dioperasikan oleh seorang operatoryang telah diberikan pelatihan, sehingga
berkompeten dalam mengoperasikan unit Drill.Seorang operator unit Drill juga harus
memiliki KIMPER (Kartu Ijin Mengemudi Perusahaan) ketika mengoperasikan unit
Drill.Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses drillingini dilalui oleh
beberapa tahapan kerja, yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. MelakukanPrestart Check
Tahap persiapan awal yang dilakukan sebelum melakukan pengeboran
yaitu,operator unit Drill melakukan kegiatan prestart checkatau melakukan
pemeriksaan terhadap unit Drill yang akan digunakan. Tahap ini bertujuan untuk
memastikan bahwa unit Drill yang akan digunakan berada dalam kondisi yang
baik dan tidak ada kerusakan. Tahap ini dilakukan setiap awal shift atau 2 kali
dalam sehari.
82
83
yang telah ditentukan, atau dengan kata lain tahap ini dilakukan secara terusmenerus setiap hari.
4. Memindahkan unit Drill ke titik pengeboran berikutnya
Tahap ini dilakukan setelah unit Drill melakukan pengeboran pada satu
lubang dan selanjutnya unit Drill harus berpindah ke titik pengeboran berikutnya
untuk melakukan pengeboran kembali. Tahapan memindahkan unit Drill ke titik
pengeboran berikutnya dilakukan sebanyak jumlah lubang yang telah ditentukan
dalam satu lokasi pengeboran, atau dengan kata lain tahap ini dilakukan secara
terus-menerus setiap hari.
5.4.2
Blasting
Proses peledakan (blasting) dilakukan untuk memudahkan proses penggalian
84
proses blasting dilakukan jika tebal lapisan batubara lebih dari 3 meter.
Blastingdilakukan dengan membuat lubang-lubang dengan standar lubang yang telah
ditentukan. Seperti, jarak antar lubang yaitu 9 meter, kedalaman dari lubang yaitu 1215meter, diameter satu lubang yaitu 200mm, dan jumlah lubang dalam satu lokasi
peledakan yaitu sebanyak 500 lubang atau disesuaikan dengan luas dari lokasi
peledakan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses blastingini terdiridari
beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan Peledakan
a. Memasangan sign/barikadedi area blasting
Tahap persiapan awal dilakukan dengan memasang sign/barikade di area
blasting. Tahap memasang sign/barikade di area blasting dilakukan dengan
menggunakan bendera merah yang mengitari area peledakan. Tahap ini bertujuan
untuk mencegah pekerja yang tidak berkepentingan masuk ke dalam area
peledakan. Tahap ini dilakukan satu kali dalam sehari.
b. Pengisian bahan peledak
Tahap pengisian bahan peledak kedalam lubang dilakukan menggunakan
Truck MMU (Mobile Manufacturing Unit) yaitu, Truck yang digunakan sebagai
pembawa bahan peledak. Setiap lubang yang telah dibuat diisi dengan bahan
peledak yang kemudian dari setiap lubang tersebut akan disambungkan
menggunakan kabel, sehingga membentuk rangkaian yangtersambung dengan
mesin peledak (blasting machine). Tahap ini dilakukan sebanyak jumlah lubang
85
peledakan yang telah ditentukan atau dengan kata lain tahap ini dilakukan secara
terus menerus setiap hari.
c. Memasang bendera radius jarak aman dan tanda jalan tertutup
Tahap ini dilakukan dengan meletakan bendera radius jarak aman pada
tempat yang telah ditentukan sebagai jarak aman untuk pekerja dan unit
kendaraan saat proses peledakan berlangsung. Tahap ini bertujuan untuk
mencegah pekerja dan unit kendaraan terkena lemparan material saat proses
peledakan berlangsung. Tahap ini dilakukan satu kali dalam sehari.
d. Pembersihan lokasi blasting
Tahappembersihan lokasi blasting dilakukan dengan melakukan patroli
pada daerah sekitar area blastingyang menjadi batas radius amanmenggunakan
unit kendaraan kecil.Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa lokasi blasting
telah bebas dari pekerja dan unit kendaraan, sehingga siap untuk dilakukan
peledakan. Tahap ini dilakukan satu kali dalam sehari.
2. Pelaksanaan peledakan
Tahap peledakan dilakukan 1 kali dalam sehari, karena proses
blastinghanya dilakukan satu kali dalam sehari. Pada tahap peledakan dilakukan
oleh seorang blaster yaituorang yang ditunjuk sebagai juru ledak serta bertugas
memegang blaster machine. Tahap ini bertujuan untuk melakukan peledakan
pada lokasi peledakan.
86
tahap
peledakan
selesai,
tahap
selanjutnya
yaitu,
5.4.3
Loading
Loading merupakan proses pemuatan material dari hasil pengeboran dan
peledakan yang dilakukan oleh unit Excavator dan di muat ke dalam unit
DumpTruck. Unit Excavator yang ada di Sangatta Mine Project ada 2 jenis yaitu,
unit Excavator dengan berat lebih dari 200 ton dan unit Excavator dengan berat
87
kurang dari 200 ton. Unit Excavator dengan berat lebih dari 200 ton yaitu, tipe
Hitachi EX5500 dengan berat 518 ton yang memiliki kapasitas bucket 29M3.
Sedangkan unit Excavator dengan berat kurang dari 200 ton yaitu, tipe Komatsu
PC1800 dengan berat 180 ton yang memiliki kapasitas bucket 12M3. Namun, unit
Excavator yang biasa digunakan dalam proses loading batubara di Sangatta Mine
Projectyaitu, unit Excavator dengan berat kurang dari 200 ton seperti, tipe Komatsu
PC1200, 2600, dan 3600. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses loading
batubara di Sangatta Mine Project, dilakukan dengan beberapa teknik loading,
diantaranya :
1.
Teknik Normal
Teknik Normal yaitu, unit Excavator yang melakukan loading berada
pada dataran yang lebih tinggi dari unit DumpTruck yang akan dimuat.
Teknik ini yang paling sering digunakan, karena teknik ini dirasa paling aman
serta memiliki tigkat risiko yang rendah. Selain itu,dengan menggunakan
teknik normal juga membuat proses loadinglebih cepat, sehingga dapat
meningkatkan produktifitas.
88
2.
loading kedalam unit DumpTruck berada sejajar dengan unit DumpTruck atau
dengan kata lain unit Excavator dan unit DumpTruck berada pada satu alas.
Teknik ini cukup berisiko, karena dengan keadaan unit Excavator sejajar
dengan unit DumpTruck ketika akan melakukan loading, bukcet Excavator
harus diangkat lebih tinggi untuk menghindari benturan antara bucket
Excavator dengan body Truck.
89
3.
material kedalam dua unit DumpTruck yang berada disisi kiri dan kanan dari
unit Excavator secara bergantian. Proses loading dengan teknik Double
Loading dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses loading terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu :
1. Melakukan Prestart Check
Tahap persiapan awal dalam proses loading yaitu, operator unit
Excavator melakukan kegiatan prestart check atau melakukan pemeriksaan
terhadap unit Excavator yang akan digunakan. Tahap ini dilakukan setiap
awal shift atau 2 kali dalam sehari. Tahap ini bertujuan untuk memastikan
90
bahwa unit Excavator yang akan digunakan berada dalam kondisi yang baik
dan tidak ada kerusakan.
2. Memposisikan unit Excavator di area loading
Tahap memposisikan Excavator di area loading dilakukan 1 kali dalam
sehari. Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan unit Excavator pada posisi yang
sudah ditentukan sebagai tempat pemuatan batubara (loadingpoint).
3. Memposisikan unit DumpTruck di area loading
Tahap ini bertujuan untukmenempatkan unit DumpTruck pada posisi
yang dapat memudahkan unit Excavator untuk melakukan loading batubara.
Tahap memposisikan DumpTruck di area loadingdilakukan secara terusmenerus setiap hari.
4. Unit Excavator loading batubara ke unit DumpTruck
Tahap
Excavator
melakukan
loadingbatubara
ke
DumpTruck
5.4.4
Hauling
Hauling adalah proses pengangkutan batubara dari tempat pemuatan batubara
91
yaitu
jenis
DumpTruck
dengan
tipe
Komatsu
785C
dengan
buckDumpTrcuk yang memiliki volume muatan lebih besar namun kapasitas angkut
tetap sama dengan jenis DumpTruck tipe Cat785C yang digunakan untuk
pengangkutan batuan yaitu sebesar 148 ton. Dalam pengoperasiannya, unit
DumpTruck ini dioperasikan oleh seorang operator yang telah diberikan pelatihan
untuk mengendarai unit yang akan mereka gunakan. Sehingga operator tersebut
berkompeten dalam mengoperasikan unit DumpTruck. Seorang operator unit
DumpTruck juga harus memiliki KIMPER (Kartu Ijin Mengemudi PERusahaan)
sesuai dengan jenis unit yang akan digunakan serta harus mematuhi semua peraturan
dan rambu-rambu lalu lintas di jalan tambang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses hauling hanya terdiri dari
satu tahapan saja yaitu, tahap pengangkutan batubara oleh unit DumpTruck. Tahap ini
bertujuan untuk membawa muatan batubara dari area loading menuju ketempat
penyimpanan batubara (stock pile). Pada tahap hauling ini lebih banyak kegiatan
yang berhubungan dengan aktifitas lalu lintas tambang. Tahap hauling ini dilakukan
secara terus-menerus setiap hari.
92
5.4.5
Dumping
Proses Dumping merupakan proses akhir setelah proses pemuatan batubara ke
dalam unit DumpTruck (Loading) dan proses Hauling yaitu, perjalanan dari lokasi
pemuatan batubara (Loading Point) menuju tempat penyimpanan batu bara (Stock
Pile) sebelum batubara tersebut di proses lebih lanjut. Dumping yaitu, proses
penurunan muatan batubara dari unit DumpTruck ke Stock Pile. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara, proses dumping terdiri dari beberapa tahapan kerja, yaitu :
1. Unit DumpTruck memasuki lokasi dumping
Tahap awal dari proses dumping yaitu, unit DumpTruck memasuki lokasi
dumping yang telah ditentukan. Tahap ini dilakukan secara terus-menerus setiap
hari, karena proses pengangkutan batubara dilakukan selama 24 jam setiap hari.
2. Unit DumpTruck manuver di lokasidumping
Tahapan manuver di lokasi dumping dilakukan dengan cara DumpTruck
memutar di lokasi dumping dan bergerak mundur mendekati lokasi yang menjadi
93
area dumping. Tahapan ini bertujuan untuk mempermudah unit DumpTruck saat
menurunkan muatan batubara di area dumping yang telah disediakan. Tahapan ini
dilakukan secara terus-menerus setiap hari.
3. Unit DumpTruck melakukan dumping batubara
Setelah DumpTruck melakukan manuver dan bergerak mundur mendekati
area dumping, DumpTruck kemudian melakukan dumping yaitu, menurunkan
muatan batubara ketempat yang telah ditentukan. Tahapan ini dilakukan secara
terus-menerus setiap hari, karena proses pengangkutan batubara dilakukan selama
24 jam setiap hari.
4. Unit DumpTruck keluar dari lokasi dumping
Setelah selesai melakukan dumping batubara, DumpTruck bergerak maju
untuk keluar dari lokasi dumping. Tahapan ini dilakukan secara terus-menerus
setiap hari, karena proses pengangkutan batubara dilakukan selama 24 jam setiap
hari.
94
risiko
keselamatan
kerja
pada
proses
penambangan
yaitu,
drilling,
blasting,
loading,
hauling,
dan
dumping.Proses
5.5.1
95
pada
gundukan
gundukan
tanah
yang
mudah
bergerak,
dapat
96
97
98
serta
menyediakan
Standar
Operation
Procedure(SOP)
mengenai
ini
yaitu,terjatuhdi
area
pengeboran
dan
terjatuh
dari
99
Risiko terjatuh dari ketinggian terjadi akibat area pengeboran berada didekat
tebing dan pekerja kurang hati-hati saat berjalan didekat tebing. Upaya pengendalian
yang telah dilakukan perusahaan yaitu dengan, membuat tanggul pengaman didekat
tebing, melakukan safety briefing sebelum bekerja, menyediakan Standar Operation
Procedure (SOP) mengenai proses drilling,serta menyediakan APD lengkap seperti,
safety helm, safety shoes, googles, dan seragam lengan panjang.
5.5.1.5 Melakukan pengeboran
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas
lapangandan pekerja pada bagian drilling, risiko keselamatan kerja yang terdapat
pada tahapan ini yaitu, unit Drill terbalik, unit Drill terbakar, dan unit Dill tergelincir.
Risiko unit Drill terbalik terjadi akibat operator unit Drill salah mengoperasikan kakikaki (Jack) dari unit Drill ketika berada di lokasi yang tidak rata atau miring.Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, melakukan
perataan tanah di lokasi pengeboran, memberikan pelatihan kepada operator unit
Drill, melakukan safety briefing sebelum bekerja, menyediakan Standar Operation
Procedure (SOP) mengenai cara pencegahan unit Drill terbalik seperti, menjaga
kemiringan tanah tidak boleh lebih dari 10 derajat dan menurunkan kaki-kaki unit
Drill (Jack) pada tempat yang padat.
Risiko unit Drill terbakar terjadi akibatunit Drill yang dioperasikan berada
pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau terdapat masalah mekanikal
lainnya. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan,
100
membuat program prestart check sebelum mengoperasikan unit Drill yang akan
digunakan, memberikan pelatihan bagi para operator unit, melakukan safety
briefingsebelum bekerja, serta menyediakan Standar Operation Procedure(SOP)
mengenai pengoperasian unit Drill.
Risiko unit Drill tergelincir terjadi akibat unit Drill dioperasikan ketika hujan
yang menyebabkan area kerja di lokasi pengeboran menjadi licin. Upaya
pengendalianyang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat kebijakan
ketika turun hujan maka semua proses pengeboran harus segera dihentikan,
memberikan pelatihan bagi operator unit Drill, melakukan safety briefingsebelum
bekerja,
serta
menyediakan
Standar
Operation
Procedure(SOP)
mengenai
101
Tabel 5.2
Hasil Identifikasi RisikoKeselamatan KerjaPada TahapDrilling
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Melakukan Prestart Check
Bahaya
Risiko
Pengendalian
-
102
-
2.
Membuang lumpur/material
batuan dengan unit
Excavator
Unit
Excavator Unit Excavator
dioperasikan di area yang terbalik
tanahnya tidak stabil
Unit
Excavator
yang Unit Excavator
dioperasikan berada pada terbakar
kondisi yang tidak aman
seperti, overheat atau
masalah mekanikal lainnya
103
3.
Menyiapkan lokasi
pengeboran dengan unit
Dozer
Operator
unit
Dozer Tabrakan antar unit kurang
hati-hati
saat
berinteraksi dengan unit
Drill serta tidak mematuhi
jarak aman saat mendekati
unit Drill
Pekerja
kurang Tertabrak unit
komunikasi
dengan Dozer
operator unit Dozer yang
berada di lokasi kerja serta
pekerja
tidak
mematuhiperaturan
mendekati
unit
berat
bergerak.
Unit Dozer dioperasikan di Unit Dozer terbalik area yang tanahnya tidak
stabil
-
Unit
Dozer
yang Unit Dozer
dioperasikan berada pada terbakar
kondisi yang tidak aman
seperti, overheat atau
masalah mekanikal lainnya
104
4.
Memasang titik-titik
pengeboran
Area
kerjadi
lokasi Terjatuh
pengeboran
memiliki
struktur
tanah
yang
berbatu dan pekerja kurang
hati-hati saat berjalan
5.
Melakukan pengeboran
bekerja
menyediakan Standar Operation
Procedure(SOP) mengenai
pengoperasian unit Dozer
melakukan safety briefing sebelum
bekerja
menyediakan Standar Operation
Procedure (SOP)
menyediakan APD (safety helm, safety
shoes, seragam lengan panjang).
membuat tanggul pengaman didekat
tebing
melakukan safety briefing sebelum
bekerja
menyediakan Standar Operation
Procedure (SOP) mengenai proses
drilling
serta menyediakan APD lengkap
seperti, safety helm, safety shoes,
googles, dan seragam lengan panjang
melakukan perataan tanah di lokasi
pengeboran
memberikan pelatihan kepada operator
unit Drill
membuat program prestart check
sebelum mengoperasikan unit Drill
melakukan safety briefing sebelum
bekerja
menyediakan
Standar
Operation
Procedure (SOP) mengenai cara
pencegahan unit Drill terbalik
menjaga kemiringan tanah tidak boleh
lebih dari 10 derajat
105
-
Unit
Drill
yang Unit Drill terbakar
dioperasikan berada pada
kondisi yang tidak aman
seperti, overheat atau
terdapat
masalah
mekanikal lainnya atau
akibat adanya pengaruh
panas dari debu batubara
6.
106
5.5.2
107
108
kendaraan kecil di jalan tambang terjadi akibat unit kendaraan tidak mematuhi
peratutan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules) seperti, serta tidak mematuhi ramburambu lalu lintas. Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatigue/kelelahan dari
pengemudi unit kendaraan kecil. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh
perusahaan yaitu dengan, membuat kebijakan dan peraturan mengenai peraturan lalu
lintas tambang (Pit Traffic Rules). Seperti,mengatur jarak aman antar kendaraan saat
beriringan dan membuat prosedur menyalip (Overtake) antar unit. Perusahaan juga
telah membuat rambu-rambu di sepanjang jalan tambang seperti, rambu-rambu lalu
lintas dan rambu-rambu pengingat tentang fatigueagar operator lebih waspada.
Risiko unit kendaraan terbalik terjadi akibat jalan tambang yang dilalui licin
karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur, yang
menyebabkan unit kendaraan lepas kendali dan menabrak sisi jalan hingga terbalik.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat
tanggul pengaman pada sisi jalan, membuat kebijakan apabila jalan licin akibat hujan
maka proses blasting dihentikan, melakukan safety briefing sebelum bekerja, dan
menyediakan Standar Operation Procedure (SOP) mengenai proses hauling.
5.5.2.4 Pembersihan Daerah Peledakan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas
lapangandan pekerja pada bagian blasting, risiko keselamatan kerja yang terdapat
pada tahapanini yaitu, kecelakaan unit kendaraan dan unit kendaraan terbalik. Risiko
kecelakaan unit kendaraan kecil di jalan tambang terjadi akibat unit tidak mematuhi
109
peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules) seperti, serta tidak mematuhi ramburambu lalu lintas. Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatigue/kelelahan dari
pengemudi unit kendaraan kecil. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh
perusahaan yaitu dengan, membuat kebijakan dan peraturan mengenai peraturan lalu
lintas tambang (Pit Traffic Rules). Seperti,mengatur jarak aman antar kendaraan saat
beriringan dan membuat prosedur menyalip (Overtake) antar unit. Perusahaan juga
telah membuat rambu-rambu di sepanjang jalan tambang seperti, rambu-rambu lalu
lintas dan rambu-rambu pengingat tentang fatigueagar operator lebih waspada.
Risiko unit kendaraan kecil terbalik terjadi akibat jalan tambang yang dilalui
licin karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur, yang
menyebabkan unit kendaraan lepas kendali dan menabrak sisi jalan hingga terbalik.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat
tanggul pengaman pada sisi jalan, membuat kebijakan apabila jalan licin akibat hujan
maka proses blasting dihentikan, melakukan safety briefing sebelum bekerja, dan
menyediakan Standar Operation Procedure (SOP) mengenai proses hauling.
5.5.2.5 Pelaksanaan Peledakan oleh Juru Ledak
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas
lapangandan pekerja pada bagian blasting, risiko keselamatan kerja yang terdapat
pada tahapan ini yaitu, terkena lemparan material dan terkena ledakan. Risiko terkena
lemparan material terjadi karena operator unit dan pekerja berada pada jarak yang
terlalu dekat dengan area peledakansaat proses peledakan berlangsung. Upaya
110
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat peraturan
jarak aman untuk unit kendaraan sejauh 300 meter dari lokasi peledakan dan untuk
pekerja sejauh 500 meter dari lokasi peledakan, serta menyediakan APD lengkap
seperti, safety helm, safety shoes, googles, dan seragam lengan panjang.
Risiko terkena ledakan terjadi akibat masih terdapat orang di dalam area
peledakan saat proses peledakan berlangsung. Upaya pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, memberikan informasi blasting melalui
papan blasting dan Radio perusahaan, mengevakuasi orang diluar radius 500 meter,
melakukan pengawasan di area blasting, melakukan final check sebelum peledakan,
melakukan safety briefing sebelum bekerja, serta menyediakan Standar Operation
Procedure (SOP) mengenai proses blasting.
5.5.2.6 Pemeriksaan Daerah Peledakan oleh Shotfire
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas
lapangandan pekerja pada bagian blasting, risiko keselamatan kerja yang terdapat
pada tahapan ini yaitu,terjatuh di areablastingdan terkena ledakan misfire. Risiko
terjatuh terjadi karena areablasting setelah proses peledakan berlangsung akan
menjadi tidak rata, sehingga jika pekerja kurang hati-hati saat berjalan dapat
mengakibatkan pekerja terjatuh. Upaya pengendalian yang telah dilakukan
perusahaan yaitu dengan, memberikan pelatihan terhadap shotfire, melakukan safety
briefing
sebelum
bekerja,
menyediakan
Standar
Operation
Procedure
111
112
Tabel 5.3
Hasil Identifikasi RisikoKeselamatan KerjaPada TahapBlasting
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Pemasangan sign/barikade
di area blasting
Bahaya
Risiko
Pengendalian
113
2.
Kecelakaan unit
kendaraan
Unit kendaraan
terbalik
114
hingga terbalik
4.
5.
Pembersihan
blasting
Unit kendaraan
terbalik
Unit
kendaraan
dan Terkena lemparan
pekerja berada pada jarak material
yang terlalu dekat dengan
area blastingsaat proses
peledakan berlangsung
115
Masih terdapat orang di Terkena ledakan
dalam area peledakan saat
proses
peledakan
berlangsung.
6.
Pemeriksaan daerah
peledakan oleh shotfire
116
5.5.3
117
serta
menyediakan
APD
lengkap
seperti,
safety
helm,
safety
shoes,
118
Dozer. Risiko unit Exavator amblas terjadi akibatarea loading memiliki material
tanah yang lembek. Upaya pengendalian yang yang telah dilakukan oleh perusahaan
yaitu dengan, melakukan pengawasan di area loading sebelum melakukan kegiatan
loading, mengganti material area loading yang lembek dengan material yang lebih
keras, memberikan pelatihan bagi para operator unit, melakukan safety briefing
sebelum bekerja serta menyediakan Standar Operation Procedure (SOP) mengenai
cara pencegahan unit amblas.
Risiko unit Excavator terbalik terjadi akibat unit Excavator diposisikan pada
tanah yang miring atau tidak rata. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh
perusahaan yaitu dengan, melakukan perataan tanah menggunakan unit Dozer,
memberikan pelatihan bagi para operator unit, melakukan safety briefing sebelum
bekerja, serta menyediakan Standar Operation Procedure (SOP) mengenai cara
pencegahan unit terbalik.
Risiko tabrakan dengan unit Dozer terjadi karena adanya interaksi antara unit
Excavator dan unit Dozer yang sedang membersihkan dan meratakan area loading.
Risiko ini juga terjadi akibat kondisi area loadingyang terlalu sempit dan memiliki
penerangan yang kurang ketika malam hari. Upaya pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat penerangan melalui lighting
tower, membuat peraturan jarak aman bagi setiap unit, memberikan pelatihan bagi
para operator unit, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan
Standar Operation Procedure (SOP) mengenai cara pencegahan tabrakan antar unit.
119
120
121
122
Tabel 5.4
Hasil Identifikasi RisikoKeselamatan KerjaPada TahapLoading
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Persiapan awal (Prestart
Check)
Bahaya
Risiko
Pengendalian
-
Area
loadingmemiliki Terkilir
struktur
tanah
yang
berbatu serta terdapat
tanah gundukan yang bisa
bergerak dan operator
kurang
hati-hati
saat
berjalan
ataumemijakan
kaki pada tanah gundukan
yang bisa bergerak
Tangga unit yang licin Tergelincir
akibat hujan atau terkena
tumpahan material cair
seperti, lumpur dan oli dan
pekerja kurang hati-hati
saat menaiki tangga unit
123
Operator kurang hati-hati Terjepit pintu kabin dan terburu-buru saat
menutup pintu kabin unit
dan meletakan jari tangan
pada titik jepit pintu kabin
-
2.
Memposisikan unit
Excavator di area loading
Interaksi
antara
unit Tabrakan dengan
Excavator dan unit Dozer unit Dozer
serta akibat kondisi area
loadingyang terlalu sempit
124
dan memiliki penerangan
yang kurang ketika malam
hari
3.
Memposisikan unit
DumpTruck di area loading
125
pengendalian tabrakan antar unit
Unit
kendaraan
kecil unit DumpTruck
parkir secara sembarangan menabrak unit
di area loading
kendaraan kecil
4.
Excavator melakukan
loading batubara
126
Procedure(SOP) mengenai mendekati
alat berat.
Operator unit Excavator
mengalami
kelelahan
sehingga
kurang
konsentrasi
saat
melakukan
loading,
penggunaan teknik Top
Loading saat melakukan
proses
loading,
dan
penerangan yang kurang
memadai
saat
proses
loading dilakukan pada
malam hari
Benturan antara
bucket Excavator
dengan body
DumpTruck
127
5.5.4
128
juga terjadi akibat unit DumpTruck melewati persimpangan jalan dan tidak
tersedianya rambu-rambu dipersimpanga jalan. Upaya pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat jalan tambang dengan perhitungan
lebar 3,5 x lebar Truck terbesar yang melewati jalan tambang, membuat rambu-rambu
lalu lintas dipersimpangan jalan, memberikan pelatihan bagi para operator unit,
melakukan safety briefingsebelum bekerja, serta menyediakan Standar Operation
Procedure(SOP) mengenai proses hauling.
Risiko unit DumpTruckmenabrak tanggul terjadi akibat jalan tambang yang
dilaluibergelombangdan licin karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti,
oli dan lumpur. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu
dengan, melakukan perataan jalan tambang dengan unit Grader, melakukan
penyiraman dijalan tambang secara terputus-putus, membuat kebijakan apabila jalan
tambang licin akibat hujan atau penyiraman yang terlalu basah, maka proses hauling
dihentikan dan operator unit DumpTruck segera menghentikan unitnya serta melapor
kepada
pengawas
terkait, melakukan
safety briefingsebelum
bekerja, dan
129
130
Tabel 5.5
Hasil Identifikasi RisikoKeselamatan KerjaPada TahapHauling
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Pengangkutan Batubara
menuju Stock Pile
Bahaya
Risiko
Operator
unit
tidak Unit DumpTruck
mematuhi peratutan lalu menabrak unit lain
lintas tambang (Pit Traffic
Rules)
dan
operator
mengalami
fatigue/kelelahan
Pengendalian
-
131
Jalan tambang yang dilalui Unit DumpTruck
bergelombang dan licin menabrak tanggul
karena hujan atau akibat
tumpahan material cair
seperti, oli dan lumpur
Unit
DumpTruck Unit DumpTruck
dioperasikan
melewati terbalik
jalan yang kemiringannya
melebihi 10%
132
5.5.5
133
briefingsebelum
bekerja,
serta
menyediakan
Standar
Operation
134
135
136
137
Tabel 5.6
Hasil Identifikasi RisikoKeselamatan KerjaPada TahapDumping
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013
No.
Rincian Pekerjaan
1.
Bahaya
Risiko
Kondisi
jalan
masuk Unit DumpTruck
menuju area dumping licin tergelincir
setelah hujan atau karena
tumpahan material cair
seperti, oli dan lumpur
Pengendalian
-
2.
Area
dumpingterlalu Unit DumpTruck
sempit dan operator unit menabrak tanggul
DumpTruck tidak hati-hati
atau terburu-buru saat
138
melakukan manuver
area dumping
di
139
DumpTruck terburu-buru
saat melakukan manuver
di area dumping
3.
Unit DumpTruck
melakukan dumping
140
Procedure(SOP)
dumping
4.
Unit DumpTruck keluar dari Kondisi jalan keluar dari Unit DumpTruck
lokasi dumping
area dumping licin setelah tergelincir
hujan
atau
karena
tumpahan material cair
seperti, oli dan lumpur
mengenai
proses
141
5.6
142
143
3. Tergelincir
Risiko tergelincir saat operator melakukan prestart check terjadi ketika
operator menaiki tangga untuk memeriksa bagian atas kabin dari unit Drill. Risiko
ini terjadi karena tangga unit licin setelah hujan atau akibat terkena material cair
seperti, lumpur dan oli. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 0,5 (conceivable),
karena risiko ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun
dengan paparan bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena perusahaan telah
melakukan beberapa pengendalian seperti, memasang handrail pada tangga unit,
memasang warning sign pada tangga unit, melakukan safety briefing sebelum
bekerja serta menyediakan SOP mengenai tahap prestart check. Nilai paparannya
6 (frequently), karena kegiatan prestart check hanya dilakukan satu kali setiap
hari yaitu, diawal shift. Sedangkan nilai konsekuensinya 15 (serious), karena
akibat terburuk apabila tergelincir dari tangga unit Drill yaitu dapat menyebabkan
cidera serius pada operator. Hal ini disebabkan karena, perusahaan belum
melakukan upaya pengendalian yang dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang
ditimbulkan dari risiko tersebut. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 45.
4. Terjepit pintu kabin
Risiko terjepit pintu kabin unit terjadi akibat operator kurang hati-hati saat
menutup pintu kabin unit dan operator meletakan jari tangan pada titik jepit pintu
kabin unit. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 0,5 (conceivable), karena risiko
ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan
bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah menyediakan SOP
144
mengenai tahap prestart check serta melakukan safety briefing sebelum bekerja.
Nilai paparannya 6 (frequently), karena kegiatan prestart check hanya dilakukan
satu setiap hari yaitu, diawal shift. Sedangkan nilai konsekuensinya 15 (serious),
karena akibat terburuk apabila terjepit pintu kabin yaitu dapat menyebabkan
cidera serius pada bagian tangan atau jari dari operator. Hal ini disebabkan
karena, belum terdapat upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan
untuk mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko terjepit pintu kabin. Maka, nilai
risiko yang diperoleh yaitu 45.
145
146
jarak aman saat berinteraksi atau ketika mendekati unit bergerak lain yang ada di
lokasi pengeboran. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 3 (unusualy), karena
risiko ini mungkin saja terjadi namun jarang. Hal ini disebabkan karena,
perusahaan telah melakukan beberapa pengendalian seperti, membuat tanggul
pengaman antara unit Drill dan unit Dozer, membuat peraturan jarak aman antar
unit saat berinteraksi, memberikan pelatihan bagi operator unit Dozer, melakukan
safety
briefing
sebelum
bekerja,
serta
menyediakan
SOP
mengenai
147
148
149
150
151
152
check, memberikan pelatihan bagi operator unit Drill, melakukan safety briefing
sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai pengoperasian unit Drill.
Nilai paparannya 10 (continously), karena pekerjaan melakukan pengeboran
dilakukan sebanyak jumlah lubang pengeboran yang telah ditentukan atau dengan
kata lain tahap ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai
konsekuensinya 25 (very serious), karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu,
mengakibatkan kerusakan yang parah pada unit Drill dan cacat atau penyakit yang
permanen pada operator. Namun, risiko ini tidak sampai menyebabkan kematian,
karena perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan membuat tombol
untuk mengaktifkan APAR yang ada diunit secara otomatis ketika terjadi
kebakaran pada unit. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 750.
3. Unit Drill tergelincir
Risiko unit Drill tergelincir terjadi akibat unit Drill dioperasikan ketika hujan
yang menyebabkan area kerja di lokasi pengeboran menjadi licin. Risiko ini
memiliki nilai kemungkinan 3 (unusualy), karena risiko ini mungkin saja terjadi
namun jarang. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah membuat kebijakan
ketika turun hujan maka semua proses pengeboran harus segera dihentikan.
Perusahaan juga memberikan pelatihan bagi operator unit Drill, melakukan safety
briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai pengoperasian unit
Drill. Nilai paparannya 10 (continously), karena pekerjaan melakukan pengeboran
dilakukan sebanyak jumlah lubang pengeboran yang telah ditentukan atau dengan
kata lain tahap ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai
153
154
Tabel 5.7
Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
Rincian Pekerjaan
Risiko
Kemungkinan (L)
Paparan (E)
Konsekuensi (C)
Nilai Risiko
1.
Terbentur body
unit
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
1
(noticeable)
Terkilir
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
1
(noticeable)
Tergelincir
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
15
(serious)
45
Terjepit pintu
kabin
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
15
(serious)
45
3
(unusualy)
6
(frequently)
15
(serious)
270
Unit Excavator
terbakar
3
(unusualy)
6
(frequently)
25
(very serious)
450
Tabrakan antar
unit
3
(unusualy)
6
(frequently)
15
(serious)
270
1
(remotely possible)
6
(frequently)
50
(disaster)
300
3
(unusualy)
6
(frequently)
15
(serious)
270
2.
3.
Memindahkan
lumpur/material batuan
dengan unit Excavator
Unit Excavator
terbalik
Tertabrak unit
Dozer
Unit Dozer
terbalik
155
Unit Dozer
terbakar
4.
5.
Memasang titik-titik
pengeboran
Melakukan pengeboran
Terjatuh
di
area
pengeboran
Terjatuh dari
ketinggian
Unit
terbalik
Drill
Unit Drill
terbakar
Unit Drill
tergelincir
6.
Pipa
bengkok
drill
3
(unusualy)
6
(frequently)
25
(very serious)
450
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
0,5
(conceivable)
10
(continously)
50
(disaster)
250
0,5
(conceivable)
10
(continously)
15
(serious)
75
3
(unusualy)
10
(continously)
25
(very serious)
750
3
(unusualy)
10
(continously)
5
(important)
150
3
(unusualy)
10
(continously)
5
(important)
150
156
157
158
(frequently), karena pekerjaan ini hanya dilakukan satu kali dalam sehari.
Sedangkan nilai konsekuensinya 15 (serious), karena akibat terburuk dari risiko
tertabrak Truck MMU yaitu, dapat mengakibatkan cidera yang serius pada
pekerja. Hal ini disebabkan karena, perusahaan belum melakukan pengendalian
yang dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko
tersebut. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 90.
159
kerusakan pada unit Truck dan cidera pada operator unit Truck. Hal ini
disebabkan karena, perusahaan belum melakukan upaya pengendalian yang
dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut.
Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 150.
2. Terperosok kelubang
Risiko pekerja terperosok kelubang peledakan terjadi karena di area
peledakan terdapat banyak lubang-lubang peledakan, sehingga jika pekerja
kurang hati-hati saat berjalan di area peledakan dapat menyebabkan pekerja
terperosok. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 3 (unusual), karena risiko
terperosok kelubang mungkin saja terjadi namun jarang. Hal ini disebabkan
karena, perusahaan telah melakukan upaya pengendalian seperti, melakukan
safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP mengenai proses
blasting. Nilai paparannya 10 (continously), karena pekerjaan ini dilakukan
sebanyak jumlah lubang peledakan yang telah dibuat atau dengan kata lain tahap
ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai konsekuensinya
5 (important), karena akibat terburuk dari risiko tersebut yaitu, mengakibatkan
cidera yang membutuhkan penanganan medis. Hal ini disebabkan karena,
perusahaan telah menyediakan APD secara lengkap bagi para pekerja saat
melakukan pengisian bahan peledak. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu
150.
160
5.6.2.3 Memasang bendera radius jarak aman dan tanda penutup jalan
Pada tahap memasang bendera radius jarak aman dan tanda penutup jalan
terdapat risiko keselamatan kerja kecelakaan unit kendaraan dan unit kendaraan
terbalik.
1. Kecelakaan unit kendaraan
Risiko kecelakaan unit kendaraan terjadi akibat pengemudi unit tidak
mematuhi peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules) dan pengemudi unit
mengalami fatigue/kelelahan saat membawa unit kendaraan. Risiko ini memiliki
nilai kemungkinan 3 (unusualy), karena risiko tersebut mungkin dapat terjadi
namun jarang. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan upaya
pengendalian seperti, membuat kebijakan dan peraturan mengenai peraturan lalu
lintas tambang (Pit Traffic Rules) seperti, mengatur jarak aman antar kendaraan
saat beriringan dan membuat prosedur menyalip (Overtake) antar unit.
Perusahaan juga telah membuat rambu-rambu di sepanjang jalan tambang
seperti, rambu-rambu lalu lintas dan rambu-rambu pengingat tentang fatigue
agar pengemudi lebih waspada. Nilai paparannya 6 (frequently), karena
pekerjaan ini hanya dilakukan satu kali dalam sehari yaitu, sebelum proses
peledakan. Sedangkan nilai konsekuensinya 5 (important), karena akibat
terburuk dari risiko kecelakaan unit kendaraan yaitu, mengakibatkan cidera yang
membutuhkan penanganan medis dan kerusakan pada unit kendaraan. Hal ini
disebabkan karena, perusahaan belum melakukan upaya pengendalian yang
161
162
mematuhi peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules) dan pengemudi unit
mengalami fatigue/kelelahan saat membawa unit kendaraan. Risiko ini memiliki
nilai kemungkinan 3 (unusualy), karena risiko tersebut mungkin dapat terjadi
namun jarang. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan upaya
pengendalian seperti, membuat kebijakan dan peraturan mengenai peraturan lalu
lintas tambang (Pit Traffic Rules) seperti, mengatur jarak aman antar kendaraan
saat beriringan dan membuat prosedur menyalip (Overtake) antar unit.
Perusahaan juga telah membuat rambu-rambu di sepanjang jalan tambang
seperti, rambu-rambu lalu lintas dan rambu-rambu pengingat tentang fatigue
agar pengemudi lebih waspada. Nilai paparannya 6 (frequently), karena
pekerjaan ini hanya dilakukan satu kali dalam sehari yaitu, sebelum proses
peledakan. Sedangkan nilai konsekuensinya 5 (important), karena akibat
terburuk dari risiko kecelakaan unit kendaraan yaitu, mengakibatkan cidera yang
membutuhkan penanganan medis dan kerusakan pada unit kendaraan. Maka,
nilai risiko yang diperoleh yaitu 90.
163
164
165
166
167
misfire yaitu, dapat menyebabkan kematian pada pekerja. Hal ini disebabkan
karena, belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk
dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut.
Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 300.
168
Tabel 5.8
Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Risiko
Kemungkinan (L)
Paparan (E)
Konsekuensi (C)
Nilai Risiko
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
90
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
50
(disaster)
150
1
(remotely possible)
6
(frequently)
15
(serious)
90
Truck MMU
terbalik
3
(unusualy)
10
(continously)
5
(important)
150
Terperosok
kelubang
3
(unusualy)
10
(continously)
5
(important)
150
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
90
Unit kendaraan
terbalik
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
90
Kecelakaan
unit kendaraan
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
90
Unit kendaraan
terbalik
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
90
2.
3.
4.
Memasang bendera
radius jarak aman dan
tanda penutup jalan
Pembersihan daerah
blasting
Kecelakaan
unit kendaraan
169
5.
Pelaksanaan peledakan
Tertimpa
lemparan
material
Terkena
ledakan
6.
Pemeriksaan daerah
peledakan oleh Shotfire
Terjatuh
Terkena
ledakan misfire
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
90
1
(remotely possible)
6
(frequently)
50
(disaster)
300
3
(unusualy)
6
(frequently)
1
(noticeable)
18
1
(remotely possible)
6
(frequently)
50
(disaster)
300
170
171
2. Terkilir
Pada tahap melakukan prestart check pada unit Exacavtor yang akan
digunakan, operator juga memiliki risiko terkilir. Risiko ini terjadi ketika operator
akan memeriksa unit Excavator secara keseluruhan. Risiko ini terjadi karena area
pengeboran memiliki struktur tanah yang berbatu dan banyak terdapat tanah
gundukan yang mudah bergerak, dan jika operator kurang hati-hati saat berjalan
atau saat memijakan kaki pada tanah gundukan tersebut, bisa menyebabkan
operator terkilir. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 0,5 (conceivable), karena
risiko ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun dengan
paparan bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan
upaya pengendalian dengan melakukan perataan tanah di lokasi loading,
melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP mengenai
tahap prestart check. Nilai paparannya 6 (frequently), karena kegiatan prestart
check hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, diawal shift. Sedangkan nilai
konsekuensinya 1 (noticeable), karena akibat terburuk apabila terkilir yaitu hanya
menyebabkan cidera ringan atau memar pada bagian kaki. Hal ini disebabkan
karena, operator selalu menggunakan alat pelindung diri seperti safety shoes saat
melakukan prestrat check. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 3.
3. Tergelincir
Risiko tergelincir saat operator melakukan prestart check terjadi ketika
operator menaiki tangga untuk memeriksa bagian atas kabin dari unit Excavator.
Risiko ini terjadi karena tangga unit licin setelah hujan atau akibat terkena
172
material cair seperti, lumpur dan oli. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 0,5
(conceivable), karena risiko ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi
meskipun dengan paparan bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena, perusahaan
telah melakukan beberapa pengendalian seperti, memasang handrail pada tangga
unit, memasang warning sign pada tangga unit serta melakukan safety briefing
sebelum bekerja. Nilai paparannya 6 (frequently), karena kegiatan prestart check
hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, diawal shift. Sedangkan nilai
konsekuensinya 15 (serious), karena akibat terburuk apabila tergelincir dari
tangga unit Excavator yaitu dapat menyebabkan cidera serius pada operator. Hal
ini disebabkan karena, belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan
perusahaan untuk dapat mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko tersebut.
Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 45.
4. Terjepit pintu kabin
Risiko terjepit pintu kabin unit terjadi akibat operator kurang hati-hati saat
menutup pintu kabin unit dan operator meletakan jari tangan pada titik jepit pintu
kabin unit. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 0,5 (conceivable), karena risiko
ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan
bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah menyediakan SOP
mengenai tahap prestart check serta melakukan safety briefing sebelum bekerja.
Nilai paparannya 6 (frequently), karena kegiatan prestart check hanya dilakukan
satu setiap hari yaitu, diawal shift. Sedangkan nilai konsekuensinya 15 (serious),
karena akibat terburuk apabila terjepit pintu kabin yaitu dapat menyebabkan
173
cidera serius pada bagian tangan atau jari dari operator. Hal ini disebabkan
karena, belum terdapat upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan
untuk mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko terjepit pintu
kabin. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 45.
174
mengakibatkan kerusakan ringan pada unit Excavator. Maka, nilai risiko yang
diperoleh yaitu 18.
2. Unit Excavator terbalik
Risiko unit Excavator terbalik terjadi akibat unit Excavator diposisikan pada
tanah yang miring atau tidak rata. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 3
(unusualy), karena risiko unit Excavator terbalik mungkin dapat terjadi namun
jarang. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan upaya
pengendalian seperti, melakukan perataan tanah menggunakan unit Dozer,
memberikan pelatihan bagi operator unit Excavator, melakukan safety briefing
sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai cara pencegahan unit terbalik.
Nilai paparannya 6 (frequently), karena tahapan ini dilakukan satu kali setiap hari.
Sedangkan nilai konsekuensinya 5 (important), karena akibat terburuk apabila
unit Excavator terbalik yaitu kerusakan yang cukup besar pada unit Excavator dan
cidera pada operator yang membutuhkan penanganan medis. Hal ini disebabkan
karena, belum terdapat upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan
untuk mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut.
Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 90.
3. Tabrakan dengan unit Dozer
Risiko tabrakan dengan unit Dozer terjadi karena adanya interaksi antara unit
Excavator dan unit Dozer yang sedang membersihkan dan meratakan area
loading. Risiko ini juga terjadi akibat kondisi area loading yang terlalu sempit dan
memiliki penerangan yang kurang ketika malam hari. Risiko ini memiliki nilai
175
176
kegiatan loading dan segera mengganti material area loading yang lembek dengan
material yang lebih keras. Perusahaan juga memberikan pelatihan bagi para
operator unit, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP
mengenai cara pencegahan unit amblas. Nilai paparannya 10 (continously), karena
pekerjaan ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai
konsekuensinya 1 (noticeable), karena akibat terburuk apabila unit DumpTruck
amblas yaitu mengakibatkan kerusakan ringan pada unit DumpTruck. Maka, nilai
risiko yang diperoleh yaitu 30.
2. Unit DumpTruck menabrak unit Excavator
Risiko unit DumpTruck menabrak unit Excavator terjadi saat DumpTruck
mundur mendekati unit Excavator untuk melakukan loading. Risiko ini terjadi
akibat penerangan yang kurang memadai ketika malam hari dan area loading
yang berdebu, sehingga operator unit DumpTruck mengalami kesulitan dalam
melihat jarak yang aman untuk mendekati unit Excavator. Risiko ini memiliki
nilai kemungkinan 3 (unusualy), karena risiko ini mungkin saja terjadi namun
jarang. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan beberapa upaya
pengendalian seperti, membuat tanggul pembatas (safety berm) antara unit
Excavator dan unit DumpTruck, membuat Rambu STOP antara unit Excavator
dan unit DumpTruck, membuat penerangan melalui lighting tower di area
loading, membuat peraturan untuk menjaga komunikasi dua arah ketika
berinteraksi dengan unit lain, menjaga jarak aman ketika mendekati unit lain,
melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP mengenai
177
178
menyebabkan kematian pada pengemudi unit kendaraan kecil. Hal ini disebabkan
karena, belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Maka,
nilai risiko yang diperoleh yaitu 500.
179
(remotely
possible),
karena
risiko
ini
sangat
kecil
180
181
Tabel 5.9
Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
1.
2.
Rincian Pekerjaan
Melakukan Prestart
Check
Memposisikan unit
Excavator di area
loading
Risiko
Kemungkinan (L)
Paparan (E)
Konsekuensi (C)
Nilai Risiko
Terbentur body
unit
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
1
(noticeable)
Terkilir
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
1
(noticeable)
Tergelincir
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
15
(serious)
45
Terjepit pintu
kabin
0,5
(conceivable)
6
(frequently)
15
(serious)
45
3
(unusualy)
6
(frequently)
1
(noticeable)
18
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
150
3
(unusualy)
6
(frequently)
5
(important)
150
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
Unit Excavator
amblas
Unit Excavator
terbalik
3.
Memposisikan unit
DumpTruck di area
loading
Tabarakan
dengan
unit
Dozer
Unit
DumpTruck
amblas
Unit
DumpTruck
menabrak unit
Excavator
182
4.
Excavator melakukan
loading batubara
Unit
DumpTruck
menabrak unit
kendaraan
kecil
Unit Excavator
terbalik
Tertimpa
material
muatan
Benturan
antara bucket
Excavator
dengan body
DumpTruck
1
(remotely possible)
10
(continously)
50
(disaster)
500
3
(unusualy)
10
(continously)
15
(serious)
450
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
183
184
185
kematian pada operator dan kerusakan unit yang cukup besar. Hal ini disebabkan
karena belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko tersebut. Maka, nilai risiko yang
diperoleh yaitu 1500.
3. Unit DumpTruck menabrak tanggul
Risiko ini terjadi akibat jalan tambang yang dilalui oleh unit DumpTruck
bergelombang dan licin setelah hujan atau akibat penyiraman yang terlalu basah
dan tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur. Risiko ini memiliki nilai
kemungkinan 3 (unusualy), karena risiko unit DumpTruck menabrak tanggul
dapat terjadi jika kondisi jalan licin dan bergelombang. Namun risiko tersebut
sudah jarang terjadi. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan
beberapa upaya pengendalian seperti, melakukan penyiraman dijalan tambang
secara terputus-putus, membuat kebijakan apabila jalan tambang licin akibat
hujan atau penyiraman yang terlalu basah, maka proses hauling harus dihentikan
dan operator unit DumpTruck segera menghentikan unitnya serta melapor kepada
pengawas terkait. Perusahaan juga melakukan safety briefing sebelum bekerja dan
menyediakan SOP mengenai proses hauling. Nilai paparannya 10 (continously),
karena tahapan ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai
konsekuensinya 5 (important), karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu
mengakibatkan kerusakan unit dan cidera pada operator yang membutuhkan
penanganan medis. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 150.
4. Unit DumpTruck terbalik
186
187
188
Tabel 5.10
Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Pengangkutan batubara
menuju stock pile
Risiko
Unit
DumpTruck
menabrak unit
lain
Tabrakan antar
unit
Unit
DumpTruck
menabrak
tanggul
Unit
DumpTruck
terbalik
Unit
DumpTruck
terbakar
Kemungkinan (L)
Paparan (E)
Konsekuensi (C)
Nilai Risiko
3
(unusualy)
10
(continously)
50
(disaster)
1500
3
(unusualy)
10
(continously)
50
(disaster)
1500
3
(unusualy)
10
(continously)
5
(important)
150
3
(unusualy)
10
(continously)
5
(important)
150
3
(unusualy)
10
(continously)
25
(very serious)
750
189
190
dilakukan
secara
terus-menerus
setiap
hari.
Sedangkan
nilai
konsekuensinya 15 (serious), karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu dapat
menyebabkan kerusakan pada unit dan cidera pada operator. Hal ini disebabkan
karena belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko tersebut. Maka, nilai risiko yang
diperoleh yaitu 450.
191
192
risiko ini mungkin saja dapat terjadi namun jarang. Hal ini disebabkan karena,
perusahaan telah melakukan upaya pengendalian seperti, membuat peraturan jarak
aman antar unit, memberikan pelatihan bagi operator unit, melakukan safety
briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai proses dumping.
Nilai paparannya 10 (continously), karena tahapan tersebut dilakukan secara
terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai konsekuensinya 15 (serious), karena
akibat terburuk dari risiko tersebut yaitu, dapat mengakibatkan kerusakan pada
unit dan cidera pada operator. Hal ini disebabkan karena belum terdapat upaya
pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi
yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 450.
3. Unit DumpTruck menabrak unit kendaraan kecil
Risiko ini terjadi akibat unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya
secara sembarangan di area dumping. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 1
(remotely possible), karena risiko ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah melakukan beberapa upaya
pengendalian seperti, membuat tempat parkir khusus untuk unit kendaraan kecil
dekat lighting tower, memberikan pelatihan bagi para pengemudi kendaraan kecil
mengenai peraturan lalu lintas tambang bagi kendaraan kecil dan pelatihan
mengenai prosedur parkir serta prosedur mendekati alat berat di lokasi tambang,
serta mewajibkan setiap pengemudi untuk melakukan komunikasi dua arah
dengan para operator unit kendaraan besar. Nilai paparannya 10 (continously),
karena tahapan tersebut dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan
193
nilai konsekuensinya 50 (disaster), karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu
dapat menyebabkan kematian pada pengemudi unit kendaraan kecil. Hal ini
disebabkan karena, belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan
perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko
tersebut. Maka, nilai risiko yang diperoleh yaitu 500.
4. Unit DumpTruck terbalik
Risiko unit DumpTruck terbalik terjadi akibat kondisi jalan disekitar area
dumping tidak memadai seperti, bergelombang atau miring. Risiko ini memiliki
nilai kemungkinan 3 (unusualy), karena risiko ini mungkin saja terjadi jika
operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat manuver di area dumping. Namun
risiko tersebut sudah jarang terjadi karena perusahaan telah melakukan beberapa
upaya pengendalian seperti, melakukan perataan tanah di area dumping, membuat
tanggul pengaman (safety berm) sesuai standar untuk mencegah unit DumpTruck
terbalik, memberikan pelatihan bagi para operator unit DumpTruck, melakukan
safety briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai proses
dumping. Nilai paparannya 10 (continously), karena tahapan tersebut dilakukan
secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan nilai konsekuensinya 15 (serious),
karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu menyebabkan kerusakan pada unit dan
cidera pada operator unit yang membutuhkan penanganan medis. Maka, nilai
risiko yang diperoleh yaitu 450.
194
195
standar,
melakukan
pengawasan
terkait
kondisi
area
dumping,
196
197
dilakukan
secara
terus-menerus
setiap
hari.
Sedangkan
nilai
konsekuensinya 15 (serious), karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu dapat
menyebabkan kerusakan pada unit dan cidera pada operator. Hal ini disebabkan
karena belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko tersebut. Maka, nilai risiko yang
diperoleh yaitu 450.
198
Tabel 5.11
Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
Rincian Pekerjaan
Risiko
1.
Unit DumpTruck
memasuki area dumping
Unit
DumpTruck
Tergelincir
Tabrakan
dengan
unit
lain
Unit
DumpTruck
menabrak
tanggul
2.
3.
Unit DumpTruck
manuver di area
dumping
Unit DumpTruck
melakukan dumping
Unit
DumpTruck
menabrak unit
lain
Unit
DumpTruck
menabrak unit
kecil
Unit
DumpTruck
terbalik
Unit
DumpTruck
terperosok
Kemungkinan (L)
Paparan (E)
Konsekuensi (C)
Nilai Risiko
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
3
(unusualy)
10
(continously)
15
(serious)
450
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
3
(unusualy)
10
(continously)
15
(serious)
450
1
(remotely possible)
10
(continously)
50
(disaster)
500
3
(unusualy)
10
(continously)
15
(serious)
450
3
(unusualy)
10
(continously)
25
(very serious)
750
199
4.
Unit
DumpTruck
terbalik
Unit
DumpTruck
Tergelincir
Tabrakan
dengan
unit
lain
3
(unusualy)
10
(continously)
25
(very serious)
750
3
(unusualy)
10
(continously)
1
(noticeable)
30
3
(unusualy)
10
(continously)
15
(serious)
450
200
5.7
nilai risiko dari masing-masing risiko yang diperoleh dari hasil perkalian antara
ketiga variabel yaitu, nilai kemungkinan, paparan dan konsekuensi dengan kategori
tingkat risiko menggunakan metode analisis semi kuantitatif yang telah ditetapkan
berdasarkan Autralian Standard/New Zealand Standard (AS / NZS) 4360 : 1999.
201
atau material batuan, risiko unit Dozer terbalik, tabrakan antar unit dan tertabrak unit
Dozer saat menyiapkan area pengeboran dengan unit Dozer, serta risiko terjatuh dari
ketinggian saat memasang titik-titik pengeboran memiliki nilai risiko antara 180
sampai 350, sehingga termasuk pada kategori tingkat risiko priority 1, yang artinya
perlu pengendalian sesegera mungkin.
Risiko yang paling tinggi yaitu, risiko unit Excavator terbakar, unit Dozer
terbakar, dan unit Drill terbakar yang memiliki nilai risiko lebih dari 350, yang
artinya aktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai batas yang
diperbolehkan atau diterima. Hasil tingkat risiko pada tahap drilling secara lebih rinci
dapat dilihat pada tabel 5.12.
202
Tabel 5.12
Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Melakukan
Prestart Check
Risiko
Nilai Risiko
Tingkat Risiko
Tindakan
Acceptable
Acceptable
45
Priority 3
45
Priority 3
270
Priority 1
900
Very High
Tabrakan
antar unit
270
Priority 1
Tertabrak
unit Dozer
300
Priority 1
Terbentur
body unit
Terkilir
Tergelincir
Terjepit
pintu kabin
2.
Memindahkan
lumpur/material
batuan dengan unit
Excavator
Unit
Excavator
terbalik
Unit
Excavator
terbakar
3.
Menyiapkan lokasi
drill dengan unit
Dozer
203
4.
5.
6.
Melakukan
pengeboran
Memindahkan unit
Drill ke titik
pengeboran
berikutnya
Unit Dozer
terbalik
270
Priority 1
Unit Dozer
terbakar
900
Very High
30
Priority 3
Terjatuh dari
ketinggian
250
Priority 1
Unit Drill
terbalik
75
Substansial
Terjatuh di
area
pengeboran
Unit Drill
terbakar
1500
Very High
Unit Drill
tergelincir
150
Substansial
150
Substansial
Pipa drill
bengkok
204
205
Tabel 5.13
Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
Rincian Pekerjaan
Risiko
Nilai Risiko
Tingkat Risiko
Tindakan
90
Substansial
Terjatuh dari
ketinggian
150
Substansial
Tertabrak
Truck MMU
90
Substansial
Truck MMU
terbalik
150
Substansial
Terperosok
kelubang
150
Substansial
Kecelakaan
unit kendaraan
90
Substansial
Unit kendaraan
terbalik
90
Substansial
Kecelakaan
unit kendaraan
90
Substansial
Unit kendaraan
terbalik
90
Substansial
Memasang bendera
radius jarak aman dan
tanda penutup jalan
Pembersihan daerah
blasting
206
5.
Pelaksanaan peledakan
Tertimpa
lemparan
material
Terkena
ledakan
6.
Pemeriksaan daerah
peledakan oleh Shotfire
Substansial
300
Priority 1
18
Acceptable
300
Priority 1
Terjatuh
Terkena
ledakan misfire
90
207
208
Tabel 5.14
Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
Rincian Pekerjaan
Risiko
Nilai Risiko
Tingkat Risiko
Rekomendasi
1.
Terbentur body
unit
Acceptable
Acceptable
45
Priority 3
Terjepit pintu
kabin
45
Priority 3
Unit Excavator
amblas
18
Acceptable
Unit Excavator
terbalik
150
Substansial
150
Substansial
30
Priority 3
30
Priority 3
Terkilir
Tergelincir
2.
3.
Memposisikan unit
Excavator di area
loading
Memposisikan unit
DumpTruck di area
loading
Tabarakan
dengan
unit
Dozer
Unit
DumpTruck
amblas
Unit
DumpTruck
menabrak unit
Excavator
209
4.
Unit Excavator
melakukan loading
Unit
DumpTruck
menabrak unit
kendaraan
kecil
Unit Excavator
terbalik
Tertimpa
material
muatan
Benturan
antara bucket
Excavator
dengan body
DumpTruck
500
Very High
450
Very High
30
Priority 3
30
Priority 3
210
211
Tabel 5.15
Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
1.
Rincian Pekerjaan
Pengangkutan batubara
menuju stock pile
Risiko
Unit
DumpTruck
menabrak unit
lain
Tabrakan antar
unit
Unit
DumpTruck
menabrak
tanggul
Unit
DumpTruck
terbalik
Unit
DumpTruck
terbakar
Nilai Risiko
Tingkat Risiko
Rekomendasi
1500
Very High
1500
Very High
150
Substansial
150
Substansial
750
Very High
212
213
Tabel 5.16
Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project Tahun 2013
No.
Rincian Pekerjaan
Risiko
1.
Unit DumpTruck
memasuki area dumping
Unit
DumpTruck
Tergelincir
Tabrakan
dengan
unit
lain
2.
Unit DumpTruck
manuver di area
dumping
Unit
DumpTruck
menabrak
tanggul
Unit
DumpTruck
menabrak unit
lain
Unit
DumpTruck
menabrak unit
kecil
Unit
DumpTruck
terbalik
3.
Unit DumpTruck
melakukan dumping
Unit
DumpTruck
terperosok
Nilai Risiko
Tingkat Risiko
Rekomendasi
30
Priority 3
450
Very High
30
Priority 3
Very High
500
Very High
450
Very High
Very High
450
750
214
Unit
DumpTruck
terbalik
4.
Unit
DumpTruck
Tergelincir
Tabrakan
dengan
unit
lain
750
Very High
30
Priority 3
Very High
450
BAB VI
PEMBAHASAN
215
216
217
yang berbatu dan terdapat banyak gundukan-gundukan tanah yang mudah bergerak,
sehingga jika operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat berjalan atau ketika
memijakan kaki pada batu atau gundukan tanah yang mudah bergerak, dapat
menyebabkan operator terkilir.
Selain itu, operator juga berisiko tergelincir saat menaiki tangga unit Drill
untuk memeriksa bagian atas kabin unit akibat tangga unit Drill yang licin setelah
hujan atau akibat terkena tumpahan material cair seperti, lumpur dan oli. Risiko lain
yang terdapat pada tahap ini yaitu, terjepit pintu kabin unit yang terjadi saat operator
menutup pintu kabin unit akibat operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat
menutup pintu kabin unit. Risiko ini juga dapat terjadi karena operator meletakan jari
tangan pada titik jepit pintu kabin yang menyebabkan tangan terjepit.
Pada saat memindahkan lumpur atau material batuan untuk persiapan lokasi
pengeboran menggunakan unit Excavator terdapat risiko unit Excavator terbalik yang
terjadi akibat unit Excavator dioperasikan pada area yang tanahnya tidak stabil.
Selain itu, terdapat risiko unit Excavator terbakar akibat unit Excavator yang
dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah
mekanikal lainnya. Risiko ini bisa terjadi akibat tidak dilakukan pemeriksaan
terhadap unit Excavator yang akan digunakan, sehingga tidak terdeteksi adanya
masalah atau kerusakan pada unit Excavator yang dapat menyebabkan unit Excavator
terbakar.
Hal ini disebabkan karena, kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, sehingga
frekuensi penggunaan unit Excavator juga semakin sering dan kemungkinan
218
terjadinya kerusakan pada unit Exacavator juga semakin besar. Oleh sebab itu, jika
unit Excavator tidak diperiksa dengan baik setiap hari pada saat sebelum
dioperasikan, dapat mengakibatkan unit Excavator terbakar akibat overheat atau
adanya kerusakan mekanikal lainnya.
Pada saat menyiapkan lokasi pengeboran dengan unit Dozer, terdapat risiko
tabrakan antar unit akibat operator unit Dozer tidak mematuhi jarak aman saat
berinteraksi dan mendekati unit bergerak lain yang ada di lokasi pengeboran.
Menurut menurut Lucas dan Wilson (1989) dalam Wiwin (2010), tidak konsentrasi
dan lalai dalam bekerja merupakan gejala dari stress kerja yang tergolong dalam
gejala intelektual diantaranya susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah
lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun, produktifitas atau prestasi kerja
menurun, dan mutu kerja rendah. Oleh karena itu, tidak adanya konsentrasi kerja
dapat memicu terjadinya risiko yang berakibat pada kejadian kecelakaan kerja di
tempat kerja yang berdampak pada produktifitas kerja itu sendiri.
Selain itu, pekerja juga berisiko tertabrak unit Dozer akibat kurangnya
komunikasi antara pekerja dengan operator unit Dozer yang berada di lokasi kerja
dan pekerja tidak mematuhi peraturan untuk mendekati unit berat bergerak. Pada
tahap ini juga terdapat risiko unit Dozer terbalik akibat unit Dozer dioperasikan pada
area yang tanahnya tidak stabil dan risiko unit Dozer terbakar akibat unit Dozer yang
dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah
mekanikal lainnya.
219
220
221
tambang (Pit Traffic Rules) seperti, melebihi batas kecepatan (overspeed), menyalip
(overtake) tidak sesuai prosedur serta tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas dijalan
tambang. Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatigue atau kelelahan dari pengemudi
unit kendaraan kecil.Fatigue atau kelelahan merupakan rasa letih yang terjadi baik
karena kurang tidur, terlalu banyak pekerjaan, atau masalah emosional lainnya yang
mengganggu konsentrasi saat bekerja serta menurunkan produktivitas seseorang
(ILO, 1989).
Pada tahap ini juga terdapat risiko unit kendaraan terbalik yang terjadi akibat
jalan tambang yang dilalui licin karena hujan atau akibat tumpahan material cair
seperti, oli dan lumpur, yang menyebabkan unit kendaraan lepas kendali dan
menabrak sisi jalan hingga terbalik.
Tahap persiapan terakhir yaitu, melakukan pembersihan daerah peledakan.
Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa daerah sekitar lokasi peledakan telah
bebas dari unit dan pekerja, sehingga siap untuk dilakukan peledakan. Pada tahap ini
terdapat risiko yang sama dengan tahap memasang bendera radius jarak aman dan
tanda penutup jalan yaitu, risiko kecelakaan unit kendaraan kecil dan risiko unit
kendaraan terbalik. Risiko kecelakaan unit kendaraan kecil di jalan tambang terjadi
akibat unit kendaraan tidak mematuhi peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic
Rules) seperti, melebihi batas kecepatan (overspeed), menyalip (overtake) tidak
sesuai prosedur serta tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas dijalan tambang.
Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatigue atau kelelahan dari pengemudi unit
kendaraan kecil. Fatigue atau kelelahan merupakan rasa letih yang terjadi baik karena
222
kurang tidur, terlalu banyak pekerjaan, atau masalah emosional lainnya yang
mengganggu konsentrasi saat bekerja serta menurunkan produktivitas seseorang
(ILO, 1989). Risiko unit kendaraan terbalik terjadi akibat jalan tambang yang dilalui
licin karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur, yang
menyebabkan unit kendaraan lepas kendali dan menabrak sisi jalan hingga terbalik.
Pada saat pelaksanaan peledakan, terdapat risiko tertimpa lemparan material
dari hasil peledakan yang terjadi akibat operator unit dan pekerja berada pada jarak
yang terlalu dekat dengan area peledakan saat proses peledakan berlangsung. Selain
itu, terdapat risiko terkena ledakan akibat masih terdapat orang di dalam area
peledakan saat proses peledakan berlangsung.
Pada saat memeriksa daerah peledakan setelah proses peledakan berlangsung,
pekerja yang bertugas memeriksa daerah peledakan (shotfire) berisiko terjatuh akibat
area blasting setelah proses peledakan berlangsung akan menjadi berbatu dan
memiliki struktur tanah yang tidak rata, sehingga jika pekerja kurang hati-hati saat
berjalan dapat mengakibatkan pekerja terjatuh. Selain itu, pekerja juga berisiko
terjatuh dari ketinggian akibat area peledakan berada didekat tebing dan pekerja
kurang kurang hati-hati saat berjalan didekat tebing.
Pada tahap ini juga terdapat risiko terkena ledakan misfire yang terjadi akibat
terdapat rangkaian lubang peledakan yang gagal meledak (misfire) dan dapat meledak
secara tiba-tiba, sehingga dapat mengenai pekerja.Berdasarkan wawancara dengan
pekerja pada bagian blasting, misfire dapat terjadi akibat penyambungan kabel pada
223
rangkaian lubang peledakan tidak tersambung atau terisolasi dengan baik, sehingga
terdapat rangkaian lubang yang gagal meledak.
224
ketika memijakan kaki pada batu atau tanah gundukan yang bisa bergerak, dapat
menyebabkan operator terkilir.
Selain itu, operator juga berisiko tergelincir saat menaiki tangga unit
Excavator untuk memeriksa bagian atas kabin unit akibat tangga unit Excavator yang
licin setelah hujan atau akibat terkena tumpahan material cair seperti, lumpur dan oli.
Risiko lain yaitu, terjepit pintu kabin unit yang terjadi saat operator menutup pintu
kabin unit akibat operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat menutup pintu kabin
unit. Risiko ini juga dapat terjadi karena operator meletakan jari tangan pada titik
jepit pintu kabin yang menyebabkan tangan terjepit.
Pada tahap memposisikan unit Excavator di area loading, unit Excavator
berisiko amblas akibat area loading memiliki material tanah yang lembek. Selain itu,
terdapat risiko unit Excavator terbalik akibat unit Excavator diposisikan pada tanah
yang miring atau tidak rata serta risiko tabrakan dengan unit Dozer yang terjadi akibat
adanya interaksi antara unit Excavator dan unit Dozer yang sedang membersihkan
dan meratakan area loading. Risiko ini juga terjadi akibat kondisi area loading yang
terlalu sempit dan memiliki penerangan yang kurang ketika malam hari.
Pada tahap memposisikan unit DumpTruck di area loading, unit DumpTruck
juga berisiko amblas akibat area loading memiliki material tanah yang lembek. Pada
tahap tersebut juga terdapat risiko unit DumpTruck menabrak unit Excavator yang
terjadi ketika DumpTruck mundur mendekati unit Excavator untuk melakukan
loading. Risiko ini terjadi akibat penerangan yang kurang memadai ketika malam hari
225
dan area loading yang berdebu, sehingga operator unit DumpTruck mengalami
kesulitan dalam melihat jarak yang aman untuk mendekati unit Excavator.
Risiko lain yaitu, tabrakan dengan unit Dozer yang terjadi karena adanya
interaksi antara unit DumpTruck dan unit Dozer yang sedang membersihkan dan
meratakan area loading. Risiko ini juga terjadi akibat kondisi area loading yang
terlalu sempit dan memiliki penerangan yang kurang ketika malam hari. Selain itu,
terdapat risiko unit DumpTruck menabrak unit kendaraan kecil akibat pengemudi unit
kendaraan kecil memarkir kendaraan secara sembarangan di area loading.
Berdasarkan hasil observasi lapangan, memang banyak ditemukan pengemudi
unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya secara sembarangan dan bukan
pada tempat yang telah disediakan. Ini tentu sangat membahayakan nyawa dari
pengemudi itu sendiri dan juga unit yang diparkirnya. Berdasarkan wawancara
kepada pengemudi unit kendaraan kecil, kebiasaan parkir sembarangan tersebut
biasanya dilakukan karena pengemudi merasa tempat parkir yang telah disediakan
terlalu jauh dengan lokasi tujuan pengemudi atau dengan alasan hanya sebentar,
sehingga pengemudi melakukan shortcut atau melakukan tindakan yang salah untuk
mempersingkat pekerjaan dengan memarkir kendaraannya ditempat yang tidak
semestinya.
Menurut Miner(1994), hal tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana
hal tersebut merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan.Berdasarkan
penelitian menunjukan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia (unsfae
act) yaitu, sebesar 78% dan kondisi berbahaya (unsafe condition) sebesar 20% serta
226
faktor lainnya sebesar 2%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa prilaku manusia
merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan ditempat kerja (Kementrian
Tenaga Kerja).
Pada saat unit Excavator melakukan loading muatan batubara ke dalam unit
DumpTruck, terdapat risiko unit Excavator terbalik akibat area loading yang tidak
rata/miring dan juga licin yang disebabkan karena hujan atau akibat tumpahan
material cair seperti lumpur dan oli. Pada tahap ini juga terdapat risiko tertimpa
material muatan akibat unit kendaraan lain berada terlalu dekat dengan area loading
dan tidak menjaga jarak aman dengan unit Excavator yang sedang melakukan
loading.
Selain itu, terdapat risiko benturan antara bucket Excavator dengan body
DumpTruck yang biasanya terjadi akibat faktor fatigue atau kelelahan dari operator
unit Excavator, sehingga kurang konsentrasi saat melakukan loading batubara ke
dalam
DumpTruck.
Berdasarkan
wawancara
dengan
petugas
safety,
227
malam, karena pada pekerja shift malam akan mengalami gangguan pada pola tidur
mereka yang akan memperngaruhi ketahanan fisik pekerja (ILO, 1989).
Risiko benturan antara bucket Excavator dengan body DumpTruck juga terjadi
akibat penggunaan teknik top loading saat melakukan proses loading. Dimana unit
Excavator yang melakukan loadingberada sejajar dengan unit DumpTruck, sehingga
operator unit Excavator harus mengangkat bucket lebih tinggi agar dapat mencapai
buck dari unit DumpTruck. Penggunaan teknik loadingtersebut sangat berisiko untuk
terjadi benturan. Risiko benturan ini juga dapat diakibatkan oleh penerangan yang
kurang memadai saat proses loading dilakukan pada malam hari.
228
Risiko lain yaitu, tabrakan antar unit yang terjadi akibat jalan tambang yang
dilalui terlalu sempit dan interaksi antar unit kendaraaan dijalan tambang sangat
padat. Risiko ini juga terjadi akibat unit DumpTruck melewati persimpangan jalan
dan tidak tersedianya rambu-rambu dipersimpanga jalan. Selain itu, terdapat risiko
unit DumpTruck menabrak tanggul terjadi akibat jalan tambang yang dilalui
bergelombang atau tidak rata dan licin setelah hujan atau akibat tumpahan material
cair seperti, oli dan lumpur. Pada tahap ini juga terdapat risiko unit DumpTruck
terbalik akibat unit DumpTruck dioperasikan melewati jalan yang kemiringannya
melebihi 10% serta risiko unit DumpTruck terbakar akibat unit DumpTruck yang
dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah
mekanikal lainnya.
229
DumpTruck memutar di lokasi dumping dan bergerak mundur mendekati lokasi yang
menjadi area dumping. Ini bertujuan untuk mempermudah unit DumpTruck saat
menurunkan muatan batubara di areadumping yang telah disediakan. Pada tahap ini
unit DumpTruck berisiko menabrak tanggul pengaman disisi area dumping akibat
area dumping yang terlalu sempit dan tidak mencukupi ketika unit DumpTruck akan
melakukan manuver. Risiko ini juga terjadi akibat operator unit DumpTruck tidak
hati-hati dan terburu-buru saat melakukan manuver di area dumping.
Pada saat melakukan manuver, unit DumpTruck juga berisiko menabrak unit
lain yang terjadi akibat adanya interaksi yang padat antar unit di areadumping. risiko
ini juga terjadi akibat operator DumpTruck tidak hati-hati dan terburu-buru saat
manuverdi areadumping. Selain itu, unit DumpTruck juga berisiko menabrak unit
kendaraan kecil akibat unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya secara
sembarangan di areadumping.
Berdasarkan hasil observasi lapangan, memang banyak ditemukan pengemudi
unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya secara sembarangan dan bukan
pada tempat yang telah disediakan. Ini tentu sangat membahayakan nyawa dari
pengemudi itu sendiri dan juga unit yang diparkirnya. Berdasarkan wawancara
kepada pengemudi unit kendaraan kecil, kebiasaan parkir sembarangan tersebut
biasanya dilakukan karena pengemudi merasa tempat parkir yang telah disediakan
terlalu jauh dengan lokasi tujuan pengemudi atau dengan alasan hanya sebentar,
sehingga pengemudi melakukan shortcut atau melakukan tindakan yang salah untuk
230
231
6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Setiap Tahapan
Proses Penambangan Batubaradi PT. Thiess Contractors Indonesia, Sangatta
Mine Project
6.3.1
232
dapat membentur bagian bawah unit Drill. Risiko tersebut mungkin saja dapat
terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun,
sehingga termasuk dalam kategori conceivable. Pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan yaitu, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta
menyediakan SOP mengenai tahap prestart check.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi
terjadinya
risiko
terbentur
body unit
yaitu,
kurangnya
kewaspadaan operator ketika memerikssa bagian bawah unit Drill. Oleh sebab itu,
dengan melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko terbentur body unit, sehingga risiko
terbentur body unit jarang terjadi. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan
upaya tambahan dengan memasang warning sign pada unit terkait risiko benturan
untuk meningkatkan kewaspadaan dari operator ketika akan melakukan prestart
check.
Menurut sumber dari situs qhsedepartement yang diakses pada tanggal 30
juli 2013, Terdapat beberapa manfaat dari pembuatan warning sign seperti,
menarik
perhatian
terhadap
adanya
keselamatan
dan
kesehatan
kerja,
233
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
tahap melakukan prestart check hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, diawal
shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori
yang lebih rendah karena, tahap prestart checkmemang harus dilakukan sebelum
operator mengoperasikan unit Drill.Sedangkan tingkat konsekuensi risiko ini
termasuk dalam kategori noticeable, karena pada risiko tersebut hanya terjadi
cidera ringan atau memar pada bagian kepala. Hal ini disebabkan karena,
perusahaan telah menyediakan APD lengkap terutama safety helm bagi para
operator unit saat melakukan prestrat check. Oleh sebab itu, dengan
menggunakan safety helm dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang
ditimbulkan dari risiko terbentur.
Menurut Rijanto (2011), safety helmmerupakan alat pelindung diri
yangdirancang untuk dapat melindungi kepala dari benturan dengan suatu benda
dan tususkan benda-benda yang jatuh. American National Standard Institute
(ANSI) Z89.1 1986 juga mengatakan bahwa safety helm merupakan suatu alat
yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk kepala, atau bagianbagiannya, terhadap benturan dengan benda-benda yang ada disekitar lingkungan
kerja.
2. Terkilir
Pada tahap melakukan prestart check, operator juga berisiko terkilir akibat
area pengeboran memiliki struktur tanah yang berbatu serta terdapat gundukan
234
tanah yang mudah bergerak, sehingga jika operator kurang hati-hati saat berjalan
atau ketika memijakan kaki pada gundukan tanah yang mudah bergerak, dapat
mengakibatkan operator terkilir. Kemungkinan terjadinya risiko ini termasuk
dalam kategori conceivable yaitu, mungkin saja dapat terjadi namun tidak pernah
terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun. Pengendalian yang telah
dilakukan perusahaan yaitu dengan, melakukan perataan tanah di lokasi
pengeboran, melakukan safety briefing sebelum bekerjaserta menyediakan SOP
mengenai tahap prestart check.
Dari
pembahasan
tersebut,
dapat
diketahui
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya risiko terkilir yaitu, area pengeboran yang tidak rata
sehingga dengan melakukan perataan tanah di lokasi pengeborandapat
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko terkilir. Sedangkan dengan melakukan
safety briefing sebelum bekerjaserta menyediakan SOP mengenai tahap prestart
check dapat meningkatkan kewaspadaan dari operator ketika melakukan prestart
check.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
tahap melakukan prestart check dilakukan satu kali setiap hari yaitu, dilakukan
pada awal shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi
kategori yang lebih rendah karena, tahap prestart check memang harus dilakukan
sebelum operator mengoperasikan unit Drill. Sedangkan tingkat konsekuensi
risiko ini termasuk dalam kategori noticeable, karena akibat terburuk pada risiko
tersebut hanya menyebabkan cidera ringan atau memar pada bagian kaki. Hal ini
235
236
gunakan Tiga Titik Tumpu saat menaiki tangga unitserta melakukan safety
briefing sebelum bekerja.
Dari
pembahasan
diatas,
dapat
diketahui
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya risiko tergelincir adalah tangga unit Drill yang licin.
Oleh sebab itu, dengan melakukan pengendalian yang telah dilakukan perusahaan
seperti, memasang handrail pada tangga unit, memasang warning sign pada
tangga unit serta melakukan safety briefing sebelum bekerja, dirasa cukup efektif
untuk
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
risiko
tergelincir.
Namun,
pengendalian tersebut tidak menghilangkan bahaya dari tangga unit yang licin dan
hanya meningkatkan tingkat kewaspadaan dari operator unit, sehingga perusahaan
sebaiknya perlu melakukan upaya pengendalian tambahan seperti memasang
lapisan anti slip pada tangga unit untuk menghilangkan bahaya licin yang terdapat
pada tangga unit, sehingga tingkat kemungkinan terjadinya risiko tergelincir dapat
diturunkan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
tahap melakukan prestart check dilakukan satu kali setiap hari yaitu, dilakukan
pada awal shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi
kategori yang lebih rendah karena, tahap prestart check memang harus dilakukan
sebelum operator mengoperasikan unit Drill. Sedangkan tingkat konsekuensi
risiko ini termasuk dalam kategori serious, karena akibat terburuk apabila
tergelincir dari tangga unit Drill yaitu dapat menyebabkan cidera serius pada
operator. Hal ini disebabkan karena tangga dari unit Drill memiliki ketinggian
237
kurang lebih 2 meter dan berdiri vertikal, sehingga jika operator tersebut
tergelincir dari tangga, akan mengakibatkan operator terjatuh dan menyebabkan
cidera yang cukup serius.
238
perhatian
terhadap
adanya
keselamatan
dan
kesehatan
kerja,
239
240
dilakukan satu kali setiap hari yaitu, sebelum kegiatan pengeboran dilakukan.
Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang
lebih rendah, karena pekerjaan memindahkan lumpur/material batuan memang
harus dilakukan untuk membersihkan lokasi pengeboran dari material lumpur dan
batuan agar mempermudah proses pengeboran dan mencegah unit Drill terbalik
akibat lokasi pengeboran yang berbatu dan tidak rata.
Sedangkan tingkat konsekuensi
kategoriserious,
karena
akibat
terburuk
dari
risiko
tersebut
241
prestart
checksebelum
menggunakan
unit
Excavator
dapat
242
pada unit Excavator dan mengakibatkan cacat atau penyakit yang permanen pada
operator. Namun, risiko ini tidak sampai menyebabkan kematian karena,
perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan membuat tombol untuk
mengaktifkan APAR yang ada diunit secara otomatis ketika terjadi kebakaran
pada unit.
243
244
Dozer yang berada di lokasi kerja. Risiko ini juga dapat terjadi akibat kelalaian
pekerja yang tidak mematuhi peraturan mendekati unit berat bergerak.
Kemungkinan risiko ini termasuk dalam kategori remotely possible, yaitu sangat
kecil kemungkinannya untuk terjadi. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah
melakukan upaya pengendalian seperti, melakukan pengawasan di areadrilling,
melarang pekerja yang tidak berkepentingan untuk masuk ke area drilling,
melakukan safety briefing sebelum bekerja, menyediakan SOP mengenai proses
drilling, serta memasang warning signdi lokasidrilling.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa pengawasan di area
pengeboran sangat diperlukan untuk mencegah pekerja yang tidak berkepentingan
untuk masuk ke area pengeboran, sehingga dapat menurunkan tingkat
kemungkinan terjadinya risiko pekerja tertabrak unit Dozer.Menurut Handoko
(1995), pengawasan perlu dilakukan untuk mengamati setiap pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
perbaikan jika terjadi kesalahan atau kejadian diluar rencana kerja.
Selain itu, perlu dilakukan peningkatan komunikasi antara pekerja dan
operator unit, sehingga tercipta hubungan kerja yang baik dan memungkinkan
untuk menciptakan suasana kerja yang produktif dan diharapkan dapat
mengurangi risiko kejadian kecelakaan, terutama risiko tertabrak unit Dozer
tersebut. Menurut Agustina (2009), hubungan tenaga kerja dalam sikap dan
interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas kerja di setiap jenis pekerjaan.
245
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
tahap menyiapkan lokasi pengeboran dengan unit Dozer dilakukan satu kali setiap
hari. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori
yang lebih rendah, karena pekerjaan menyiapkan lokasi pengeboran memang
harus dilakukan untuk meratakan lokasi pengeboran agar mempermudah proses
pengeboran dan mencegah unit Drill terbalik akibat lokasi pengeboran yang tidak
rata.
Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori
disaster, karena akibat terburuk dari risiko ini dapat menyebabkan kematian pada
pekerja. Hal ini disebabkan karena, memang tidak ada upaya pengendalian yang
dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari
risiko tertabrak unit Dozer tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya pengawasan
yang lebih ketat untuk mengurangi potensi terjadinya risiko yang bisa
menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan dan pekerja pada khususnya.
246
247
konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
upaya pengendalian sesegera mungkin.
pelatihan
bagi
operator
unit
Dozer,
melakukan
safety
248
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
tahap menyiapkan lokasi pengeboran menggunakan unit Dozer hanya dilakukan
satu kali setiap hari yaitu, sebelum kegiatan pengeboran dilakukan. Tingkat
paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih
rendah, karena pekerjaan menyiapkan lokasi pengeboran memang harus
dilakukan untuk meratakan lokasi pengeboran agar mempermudah proses
pengeboran dan mencegah unit Drill terbalik akibat lokasi pengeboran yang tidak
rata.
Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori
veryserious, karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu kerusakan yang parah
pada unit Dozer dan mengakibatkan cacat atau penyakit yang permanen pada
operator. Namun, risiko ini tidak sampai menyebabkan kematian karena,
perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan membuat tombol untuk
mengaktifkan APAR yang ada diunit secara otomatis ketika terjadi kebakaran
pada unit.
249
250
Pada tahap ini, pekerja juga berisiko terjatuh dari ketinggian yang terjadi
akibat area pengeboran berlokasi dekat dengan tebing, sehingga jika pekerja
kurang hati-hati saat berjalan didekat tebing dapat menyebabkan pekerja terjatuh
dari ketinggian. Risiko ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi
meskipun dengan paparan bertahun-tahun, sehingga termasuk dalam kategori
conceivable. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu
dengan, membuat tanggul pengaman didekat tebing, melakukan safety briefing
sebelum bekerja, menyediakan SOP mengenai proses drilling.
Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya risiko terjatuh dari ketinggian yaitu, lokasi pengeboran
yang berada didekat tebing, sehingga dengan membuat tanggul pengaman didekat
tebing, melakukan safety briefing sebelum bekerja, menyediakan SOP mengenai
proses drilling secara efektif dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya
risiko tersebut. Namun, sebaiknya perusahaan juga memasang warning signdi
lokasi pengeboran yang berada didekat tebing terkait risiko terjatuh dari
ketinggian, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dari setiap pekerja terkait
risiko terjatuh dari ketinggian.
Menurut sumber dari situs qhsedepartement yang diakses pada tanggal 30
juli 2013, terdapat beberapa manfaat dari pembuatan warning sign seperti,
menarik
perhatian
terhadap
adanya
keselamatan
dan
kesehatan
kerja,
251
e. Melakukan Pengeboran
1. Unit Drill terbalik
Pada tahap melakukan pengeboran, unit Drill berisiko terbalik akibat
operator unit Drill salah mengoperasikan kaki-kaki (Jack) dari unit Drill ketika
berada di lokasi yang tidak rata atau miring.Risiko ini mungin saja dapat terjadi,
namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun, sehingga
risiko ini termasuk dalam kategori conceivable. Upaya pengendalian yang
252
dilakukan perusahaan sudah sangat baik yaitu dengan, melakukan perataan tanah
di lokasi pengeboran, memberikan pelatihan kepada operator unit Drill,
melakukan safety briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai
cara pencegahan unit Drill terbalik seperti, menjaga kemiringan tanah tidak boleh
lebih dari 10 derajat dan menurunkan kaki-kaki unit Drill (Jack) pada tempat yang
padat.
Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi
terjadinya risiko unit Drill terbalik yaitu, kesalahan operator dan lokasi
pengeboran yang tidak rata atau miring, sehingga dengan melakukan upaya
pengendalian seperti, melakukan perataan tanah di lokasi pengeboran,
memberikan pelatihan kepada operator unit Drill, melakukan safety briefing
sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai cara pencegahan unit Drill
terbalik dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko unit Drill
terbalik.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan melakukan pengeboran dilakukan sebanyak jumlah lubang
pengeboran yang telah ditentukan atau dengan kata lain tahap ini dilakukan secara
terus-menerus setiap hari.Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk
dalam kategori serious, karenaakibat terburuk dari risiko unit Drill terbalik yaitu,
mengakibatkan kerusakan pada unit, cidera pada operator dan terhentinya proses
produksi sementara waktu. Hal ini disebabkan karena, belum terdapat upaya
pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi
253
yang ditimbulkan dari risiko tersebut.Oleh sebab itu, untuk mengurangi terjadinya
hal
tersebut,
perusahaan
juga
perlu
melakukan
pengawasan
secara
254
255
256
Peningkatan disiplin dan komunikasi kerja di rasa cocok untuk mengendalikan hal
tersebut, sehingga dapat mengurangi potensi risiko unit Drill tergelincir.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan melakukan pengeboran dilakukan sebanyak jumlah lubang
pengeboran yang telah ditentukan atau dengan kata lain tahap ini dilakukan secara
terus-menerus setiap hari.Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk
dalam kategori important, karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu,
mengakibatkan kerusakan kecil pada unit Drill dan cidera pada operator yang
membutuhkan penanganan medis.
257
dengan sempurna, serta mengunci unit drill sebelum pindah ketitik berikutnya
dirasa sudah efektif untuk dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya
risiko pipa drill bengkok, dan jika risiko tersebut masih terjadi umumnya
disebabkan karena kelalaian operator unit Drill yang tidak menaikan pipa drill
dengan full ketika akan berpindah dari titik pengeboran satu ke titik pengeboran
berikutnya.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan tersebut dilakukan sebanyak jumlah lubang pengeboran yang
telah ditentukan atau dengan kata lain tahap ini dilakukan secara terus-menerus
setiap hari.Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori
important, karena akibat terburuk dari risiko pipa drill bengkok yaitu, kerusakan
pada pipa dan terhentinya proses kerja sementara waktu. Oleh sebab itu, perlu
adanya perbaikan secara teknis untuk mengurangi potensi terjadinya risiko pipa
drill bengkok yang bisa menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
258
259
260
serta
menyediakan
SOP
mengenai
proses
blasting,
sehingga
kemungkinan terjadinya risiko tertabrak Truck MMU dapat dikurangi dan jika
risiko tersebut masih terjadi umumnya disebabkan karena pekerja kurang hati-hati
saat berinteraksi dengan Truck MMU di areablasting.
261
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
pekerjaan tersebut hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Tingkat risiko tersebut
tidak dapat diturunkan karena, pekerjaan blasting memang harus dilakukan satu
kali dalam satu hari. Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk
dalam kategoriserious, karena akibat terburuk dari risiko tertabrak Truck MMU
yaitu, dapat mengakibatkan cidera yang serius pada pekerja. Hal ini disebabkan
karena, perusahaan belum melakukan pengendalian yang dapat mengurangi
tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut.
262
2. Terperosok kelubang
Risiko terperosok ke lubang terjadi akibat didalam area peledakan terdapat
banyak lubang-lubang peledakan, sehingga jika pekerja kurang hati-hati saat
berjalan didekat lubang peledakan dapat menyebabkan pekerja terperosok
kelubang. Kemungkinan terjadinya risiko ini termasuk dalam kategori unusualy
yaitu, mungkin dapat terjadi namun jarang. Perusahaan telah melakukan upaya
pengendalian seperti, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta
menyediakan SOP mengenai proses blasting, sehingga kemungkinan terjadinya
risiko pekerja terperosok dapat dikurangi dan jika risiko tersebut masih terjadi
263
264
menyediakan APD secara lengkap bagi para pekerja saat melakukan pengisian
bahan peledak.
Dari pembahasan mengenai risiko terperosok kelubang peledakan, dapat
diketahui bahwa risiko tersebut dapat terjadi saat pekerja memasang sign/barikade
dan saat melakukan pengisian bahan peledak kedalam lubang peledakan. Namun,
masing-masing risiko tersebut memiliki nilai risiko yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena, tingkat paparan pada masing-masing pekerjaan tersebut juga
berbeda. Oleh karena itu, risiko pekerja terperosok kelubang saat melakukan
pengisian bahan peledak memiliki nilai risiko yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena, pekerjaan melakukan pengisian bahan peledakdilakukan
sebanyak jumlah lubang peledakan yang telah dibuat atau dengan kata lain tahap
ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari, sedangkan pekerjaan memasang
sign/barikade hanya dilakukan satu kali dalam sehari.
c.
265
membuat kebijakan dan peraturan mengenai peraturan lalu lintas tambang (Pit
Traffic Rules) seperti, mengatur jarak aman antar kendaraan saat beriringan dan
membuat prosedur menyalip (Overtake) antar unit. Perusahaan juga telah
membuat rambu-rambu di sepanjang jalan tambang seperti, rambu-rambu lalu
lintas dan rambu-rambu pengingat tentang fatigueagar pengemudi lebih waspada.
Oleh sebab itu, dengan dilakukan upaya-upaya pengendalian tersebut
sudah dapat menurunkan tingkat kemungkinan dari risiko tersebut jika semua
pengemudi mematuhi semua aturan yang telah ditentukan. Namun, ternyata masih
terjadi risiko kecelakaan unit kendaraan akibat pengemudi unit tidak mematuhi
peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules), sehingga perusahaan sebaiknya
juga melakukan upaya tambahan seperti, memberikan hukuman (punishment)
bagi para pengemudi unit kendaraan, sehingga memberikan efek jera bagi para
pengemudi dan mencegah terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak
diharapkan tersebut.
Punishmentitu sendiri adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum.
Dalamhalini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak
diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang
bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah
laku yang diharapkan. Punishmentmemiliki tiga fungsi penting yang berperan
besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan yaitu, mencegah terjadinya
pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, bersifat mendidik, serta
266
memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak
diharapkan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
pekerjaan tersebut hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Tingkat risiko tersebut
tidak dapat diturunkan karena, pekerjaan blasting memang dilakukan satu kali
dalam satu hari. Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam
kategoriimportant, karena akibat terburuk dari risiko kecelakaan unit kendaraan
yaitu, mengakibatkan cidera yang membutuhkan penanganan medis dan
kerusakan pada unit kendaraan. Hal ini disebabkan karena, perusahaan belum
melakukan upaya pengendalian yang dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang
ditimbulkan dari risiko tersebut.
267
268
Traffic Rules) seperti, mengatur jarak aman antar kendaraan saat beriringan dan
membuat prosedur menyalip (Overtake) antar unit. Perusahaan juga telah
membuat rambu-rambu di sepanjang jalan tambang seperti, rambu-rambu lalu
lintas dan rambu-rambu pengingat tentang fatigueagar pengemudi lebih waspada.
Oleh sebab itu, dengan dilakukan upaya-upaya pengendalian tersebut
sudah dapat menurunkan tingkat kemungkinan dari risiko tersebut jika semua
pengemudi mematuhi semua aturan yang telah ditentukan. Namun, ternyata masih
terjadi risiko kecelakaan unit kendaraan akibat pengemudi unit tidak mematuhi
peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules), sehingga perusahaan sebaiknya
juga melakukan upaya tambahan seperti, memberikan hukuman (punishment)
bagi para pengemudi unit kendaraan, sehingga memberikan efek jera bagi para
pengemudi dan mencegah terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak
diharapkan tersebut.
Punishmentitu sendiri adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum.
Dalamhalini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak
diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang
bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah
laku yang diharapkan. Punishmentmemiliki tiga fungsi penting yang berperan
besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan yaitu, mencegah terjadinya
pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, bersifat mendidik, serta
269
memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak
diharapkan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
pekerjaan tersebut hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Tingkat risiko tersebut
tidak dapat diturunkan karena, pekerjaan blasting memang dilakukan satu kali
dalam satu hari. Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam
kategoriimportant, karena akibat terburuk dari risiko kecelakaan unit kendaraan
yaitu, mengakibatkan cidera yang membutuhkan penanganan medis dan
kerusakan pada unit kendaraan. Hal ini disebabkan karena, perusahaan belum
melakukan upaya pengendalian yang dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang
ditimbulkan dari risiko tersebut.
270
e.
Pelaksanaan peledakan
1. Terkena lemparan material
Pada tahap peledakan berlangsung terdapat risiko terkena lemparan
material yang terjadi akibat operator unit atau pekerja berada pada jarak yang
terlalu dekat dengan area blasting saat proses peledakan berlangsung.
Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian yaitu dengan membuat
peraturan jarak aman untuk unit kendaraan sejauh 300 meter dari lokasi
peledakan dan untuk pekerja sejauh 500 meter dari lokasi peledakan,
sehinggatingkat kemungkinan terjadinya risiko ini dapat dikurangi dan termasuk
dalam kategori unusualy yaitu, mungkin dapat terjadi namun jarang.
271
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena
pekerjaan tersebut hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Tingkat risiko
tersebut tidak dapat diturunkan karena, pekerjaan blasting memang dilakukan
satu kali dalam satu hari. Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk
dalam kategoriimportant,karena akibat terburuk dari risiko terkena lemparan
material yaitu, hanya mengakibatkan kerusakan pada unit atau mengakibatkan
cidera pada pekerja yang membutuhkan penanganan medis. Hal ini disebabkan
karena, perusahaan telah menyediakan APD secara lengkap terutama safety
helmbagi para pekerja saat proses peledakan berlangsung.
Menurut Rijanto (2011), safety helm merupakan alat pelindung diri
yangdirancang untuk dapat melindungi kepala dari benturan dengan suatu benda
dan tususkan benda-benda yang jatuh. American National Standard Institute
(ANSI) Z89.1 1986 juga mengatakan bahwa safety helm merupakan suatu alat
yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk kepala, atau bagianbagiannya, terhadap benturan dengan benda-benda yang ada disekitar lingkungan
kerja.
2. Terkena ledakan
Risiko terkena ledakan terjadi akibat masih terdapat pekerja yang berada
dalam area blasting saat proses peledakan berlangsung.Namun, perusahaan telah
melakukan beberapa upaya pengendalian seperti, memberikan informasi blasting
melalui papan blasting dan radio perusahaan, mengevakuasi orang diluar radius
272
273
f.
274
mengenai
shotfire.
Namun,
perusahaan
telah
melakukan
upaya
275
6.3.3
a.
terjadinya
risiko
terbentur
body unit
yaitu,
kurangnya
276
dapat melakukan upaya tambahan dengan memasang warning sign pada unit
terkait risiko benturan untuk meningkatkan kewaspadaan dari operator ketika
akan melakukan prestart check.
Menurut sumber dari situs qhsedepartement yang diakses pada tanggal 30
juli 2013, Terdapat beberapa manfaat dari pembuatan warning sign seperti,
menarik
perhatian
terhadap
adanya
keselamatan
dan
kesehatan
kerja,
277
2. Terkilir
Pada tahap melakukan prestart check, operator juga berisiko terkilir akibat
area loading memiliki struktur tanah yang berbatu serta terdapat gundukan tanah
yang mudah bergerak, sehingga jika operator kurang hati-hati saat berjalan atau
ketika memijakan kaki pada gundukan tanah yang mudah bergerak, dapat
mengakibatkan operator terkilir. Kemungkinan terjadinya risiko ini termasuk
dalam kategori conceivable yaitu, mungkin saja dapat terjadi namun tidak pernah
terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun. Pengendalian yang telah
dilakukan perusahaan yaitu dengan, melakukan perataan tanah di lokasiloading,
melakukan safety briefing sebelum bekerjaserta menyediakan SOP mengenai
tahap prestart check.
Dari
pembahasan
tersebut,
dapat
diketahui
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya risiko terkilir yaitu, area pengeboran yang tidak rata
sehingga dengan melakukan perataan tanah di lokasiloadingsecara berkala dapat
278
279
sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi kesalahan atau kejadian
diluar rencana kerja.
3. Tergelincir
Risiko lain yang terjadi saat operator melakukan prestart check yaitu,
risiko tergelincir yang terjadi saat operator menaiki tangga unit untuk memeriksa
bagian atas kabin unit. Risiko ini terjadi akibat tangga unit yang licin setelah
hujan atau terkena tumpahan material cair seperti, lumpur dan oli. Kemungkinan
risiko ini untuk terjadi termasuk dalam kategori conceivable yaitu, mungkin saja
dapat terjadi namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahuntahun. Perusahaan telah melakukan beberapa pengendalian seperti, memasang
handrail pada tangga unit, memasang warning sign pada tangga unit tentang
gunakan Tiga Titik Tumpu saat menaiki tangga unit serta melakukan safety
briefing sebelum bekerja.
Dari
pembahasan
diatas,
dapat
diketahui
bahwa
faktor
yang
280
281
perhatian
terhadap
adanya
keselamatan
dan
kesehatan
kerja,
282
283
284
285
286
Risiko tabrakan dengan unit Dozer terjadi karena adanya interaksi antara
unit Excavator dan unit Dozer yang sedang membersihkan dan meratakan area
loading dan juga akibat kondisi area loading yang terlalu sempit dan memiliki
penerangan yang kurang ketika malam hari, sehingga mengurangi jarang pandang
dari operator unitKemungkinan risiko ini untuk terjadi termasuk dalam kategori
unusualy, yaitu mungkin saja dapat terjadi namun jarang. Pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat penerangan melalui lighting
tower, membuat peraturan jarak aman bagi setiap unit, memberikan pelatihan bagi
para operator unit, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan
SOP mengenai cara pencegahan tabrakan antar unit.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya risikotabrakan dengan unit Dozer yaitu, karena adanya
interaksi antara unit Excavator dan unit Dozer di arealoading dan juga akibat
kondisi area loading yang terlalu sempit serta memiliki penerangan yang kurang
ketika malam hari, sehingga dengan membuat penerangan melalui lighting tower
dan membuat peraturan jarak aman bagi setiap unit dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko tabrakan dengan unit Dozer. Sedangkan dengan
memberikan pelatihan bagi para operator unit dapat meningkatkan kemampuan
operator ketika saling berinteraksi didalam satu lokasi kerja, sehingga tingkat
kemungkinan terjadinya risiko tabrakan antar unit dapat lebih diturunkan.
Menurut Carrell dan Kuzmits (1982), mendefinisikan pelatihan sebagai
proses sistematis dimana pekerja mempelajari pengetahuan (knowledge),
287
c.
288
289
lembek, sehingga tingkat kemungkinan terjadinya risiko unit amblas dapat lebih
diturunkan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Tingkat paparan
tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah, karena
pekerjaan loading batubara kedalam unit DumpTruck memang dilakukan selama
24 jam setiap hari. Sedangkan tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam
kategorinoticeable, karena akibat terburuk apabila unit DumpTruck amblasyaitu,
hanya mengakibatkan kerusakan ringan pada unit DumpTruck.
Dari pembahasan mengenai unit amblas, dapat diketahui bahwa risiko
tersebut dapat terjadi saat memposisikan unit Excavator di arealoading dan saat
memposisikan unit DumpTrcuk di arealoading. Namun, masing-masing risiko
tersebut memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena,
tingkat paparan pada masing-masing pekerjaan tersebut juga berbeda. Oleh karena
itu, risiko unit DumpTruck amblas memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
daripada risiko unit Excavator amblas. Hal ini disebabkan karena, pekerjaan
memposisikan unit DumpTrcuk di arealoadingdilakukan secara terus-menerus
setiap hari, sedangkan pekerjaan memposisikan unit Excavator di arealoading
hanya dilakukan satu kali dalam sehari.
290
291
292
kategorinoticeable,
karena
akibat
terburuk
dari
risiko
iniyaitu,
hanya
mengakibatkan kerusakan ringan pada unit DumpTruck dan unit Excavator. Hal
ini disebabkan karena, unit DumpTruck yang beroperasi di area loading hanya
menggunakan kecepatan yang rendah, sehingga jika terjadi tabrakan tidak
menyebabkan konsekuensi yang fatal.
293
294
295
yang
sedang
melakukan
loading.
Risiko
ini
sangat
kecil
296
unit Excavator. Karena pada areablindspot, operator unit Excavator tidak dapat
melihat keadaan sekitar. Perusahaan juga membuat kebijakan mendekati alat.
Jarak aman antar alat bergerak yang berada dalam satu lokasi pekerjaan yaitu, 30
meter. Perusahaan juga memberikan penerangan dengan membuat lighting
towerketika kegiatan dilakukan pada malam hari agar operator unit lebih waspada
dengan keadaan sekitar. Oleh sebab itu, dengan upaya-upaya yang telah dilakukan
oleh perusahaan tersebut, dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya
risiko tertimpa material muatan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan ini dilakukan secara terus-menerus setiap hari.Sedangkan
tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategorinoticeable, karena akibat
terburuk dari risiko iniyaitu, hanya mengakibatkan kerusakan ringan pada unit
yang tertimpa material muatan batubara serta tidak mengakibatkan cidera pada
operator unit.
297
pada pekerja shift malam akan mengalami gangguan pada pola tidur mereka yang
akan memperngaruhi ketahanan fisik pekerja (ILO, 1989).
Risiko benturan akibat faktor kelelahan sangat sering terjadi ketika
melakukan loading. Namun kejadian tersebut sudah jarang terjadi, sehingga risiko
ini termasuk dalam kategori unusualy. Ini disebabkan karena, perusahaan telah
melakukan beberapa upaya pengendalianyaitu dengan, memberikan pelatihan
mengenai kerja bugar (Fit For Work)kepada semua operator unit. Pelatihan Fit
For Workini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada para operator unit
tentang bahaya kelelahan, akibat yang ditimbulkan dari kelalahan, serta upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah kelelahan. Selain itu, juga untuk
memotivasi para operator agar selalu hidup sehat dan menjaga kebugaran fisiknya
saat bekerja.
Ini sesuai dengan teori menurut Carrell dan Kuzmits (1982), dimana
Carrell dan Kuzmitsmendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematis dimana
pekerja mempelajari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kemampuan
(ability) dan perilaku (behaviour) terhadap tujuan pribadi dan organisasi.
Perusahaan juga membuat program Fatigue Check untuk melakukan pengecekan
terhadap tingkat kelelahan dari operator unit. Jika operator mengalami kelelahan,
maka operator dipersilakan untuk istirahat sejenak atau disarankan untuk segera
pulang jika operator mengalami kelelahan yang tinggi.
Risiko benturan antara bucket Excavator dengan body DumpTruck ini juga
terjadi akibat penggunaan teknik Top Loading saat melakukan proses loading.
298
Penggunaan teknik ini sangat berisiko dimana unit Excavator yang melakukan
loadingberada sejajar dengan unit DumpTruck, sehingga operator unit Excavator
harus mengangkat bucket lebih tinggi. Oleh sebab itu, upaya pengendalian yang
dilakukan untuk mencegah bahaya benturan antara bucket unit Excavator dengan
body unit DumpTruck yaitu dengan, membuat tiang pembatas antara unit
DumpTruck dan unit Excavator serta mengurangi proses loading menggunakan
teknik Top Loading. Perusahaan juga memberikan penerangan yang memadai
ketika proses loading dilakukan pada malam hari, melakukan
safety
pembahasan
diatas,
dapat
diketahui
bahwa
upaya-upaya
299
6.3.4
a.
300
kelalaian dari para operator unit yang mengoperasikan unit DumpTruck secara
tidak aman seperti, melebihi batas kecepatan yang telah ditentukan (Overspeed),
menyalip (Overtake) tidak mengikuti prosedur, serta tidak mematuhi ramburambu lalu lintas. Oleh sebab itu, dengan melakukan upaya-upaya pengendalian
yang telah dilakukan oleh perusahaan seperti, membuat sistem kunci kecepatan,
membuat kebijakan dan peraturan mengenai peraturan lalu lintas tambang (Pit
Traffic Rules), serta membuat rambu-rambu lalu lintas dijalan tambang secara
efektif sudah dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risikotersebut.
Namun, sebaiknya perusahaan juga melakukan upaya tambahan seperti,
memberikan hukuman (punishment) bagi para operator unit yang mengoperasikan
unit DumpTruck secara tidak aman dan tidak mengikuti prosedur sehingga,
memberikan efek jera bagi para operator unit dan mencegah terjadinya
pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan tersebut.
Punishmentitu sendiri adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum.
Dalamhalini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak
diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang
bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah
laku yang diharapkan. Punishmentmemiliki tiga fungsi penting yang berperan
besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan yaitu, mencegah terjadinya
pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, bersifat mendidik, serta
301
memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak
diharapkan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena proses pengangkutan batubara dilakukan secara terus-menerus setiap
hari.Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori
disaster, karena akibat terburuk dari risiko iniyaitu, dapat mengakibatkan
kematian pada operator dan kerusakan pada unit yang cukup besar. Hal ini
disebabkan karena, belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan
perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko tersebut.
Upaya
pengendalian
yang
telah
dilakukan
perusahaan
yaitu
302
rambu-rambu
lalu
lintas
dipersimpangan
jalan,
serta
upaya
303
304
tingkat
konsekuensi
dari
risiko
ini
termasuk
dalam
305
306
hari.Sedangkan
tingkat
konsekuensi
dari
risiko
ini
termasuk
dalam
307
terdapat aturan dasar yang berlaku untuk alat berat bergerak yaitu, setiap operator
harus melakukan pemeriksaan pada peralatannya secara berkala dan melaporkan
setiap kerusakan atau suatu sistem atau bagian yang tidak berfungsi. Pemeliharaan
yang terjadwal akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi dari peralatan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena proses pengangkutan batubara dilakukan secara terus-menerus setiap
hari.Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori
veryserious, karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu kerusakan yang parah
pada unit DumpTruck dan mengakibatkan cacat atau penyakit yang permanen
pada operator. Namun, risiko ini tidak sampai menyebabkan kematian karena,
perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan membuat tombol untuk
mengaktifkan APAR yang ada diunit DumpTruck secara otomatis ketika terjadi
kebakaran pada unit.
6.3.5
a.
308
melakukan pengawasan untuk memastikan kondisi jalan dalam keadaan baik dan
tidak terdapat tumpahan material. Perusahaan juga membuat kebijakan untuk
menghentikan proses dumping jika ditemukan jalan yang licin akibat hujan atau
tumpahan material cair, memberikan pelatihan bagi para operator unit
DumpTruck, melakukan safety briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP
mengenai proses dumping.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya risiko unit DumpTruck tergelincir yaitu jalan masuk
menuju area dumping licin akibat hujan atau karena tumpahan material cair
seperti, oli dan lumpur, sehingga dengan melakukan pengawasan untuk
memastikan kondisi jalan dalam keadaan baik dan tidak terdapat tumpahan
material dapat menurunkan tingkat kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
Menurut Handoko (1995), pengawasan adalah proses untuk mengamati secara
terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi kesalahan atau kejadian diluar
rencana kerja.
Namun, sebaiknya perusahaan melakukan upaya pengendalian tambahan
dengan membuat warning signatau tanda peringatan jika ditemukan ada
tumpahan material cair yang belum bisa ditangani dengan segeraagar operator
unit DumpTruck bisa lebih waspada. Oleh sebab itu, tingkat kemungkinan
terjadinya risiko unit tergelincir akibat jalan yang licin dapat dikurangi.
309
310
terbesar yang melewati jalan tambang dan membuat penerangan melalui lighting
towerdapat menurunkan tingkat kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
Sedangkan dengan melakukan safety briefingsebelum bekerja serta menyediakan
SOP mengenai proses dumping, dapat meningkatkan kewaspadaan operator unit,
sehingga tingkat kemungkinan terjadinya risiko tabrakan dapat lebih dikurangi.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan dumpingdilakukan secara terus-menerus setiap hari. Sedangkan
tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori serious, karena akibat
terburuk dari risiko ini yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada unit dan cidera
pada operator. Hal ini disebabkan karena belum terdapat upaya pengendalian
yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi dari risiko
tersebut.
311
karena, kabin operator dari unit DumpTruck berada di sebelah kiri, sehingga
memudahkan operator untuk melihat keadaan sekitar area dumpingketika
manuver searah dengan jarum jam.Upaya pengendalian lain yaitu, dengan
memberikan pelatihan kepada operator unit mengenai cara manuver yang baik
dengan tidak terburu-buru dan menggunakan kecepatan yang sesuai dengan
kondisi jalan. Oleh sebab itu, risiko unit DumpTruck menabrak tanggul menjadi
jarang terjadi, sehingga termasuk dalam kategori tingkat kemungkinan unusualy.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan dumpingdilakukan secara terus-menerus setiap hari. Tingkat
paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan lagi, karena pekerjaan dumping
memang harus dilakukan selama 24 jam setiap hari. Sedangkan tingkat
konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori noticeable, karena akibat
terburuk dari risiko iniyaitu, hanya menyebabkan kerusakan ringan pada unit dan
terhentinya proses produksi sementara waktu. Hal ini disebabkan karena, unit
DumpTruck yang melakukan manuver hanya menggunakan kecepatan yang
rendah, sehingga jika unit DumpTruck menabrak tanggul tidak mengakibatkan
kosekuensi yang serius.
312
jarang.Hal
ini
disebabkan
karena,
perusahaan
telah
melakukan
upaya
pengendalian seperti, membuat peraturan jarak aman antar unit. Jarak aman antar
unit yang telah ditentukan oleh perusahaan yaitu, sejauh 30 meter. Selain itu,
perusahaan juga memberikan pelatihan bagi operator unit, melakukan safety
briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai proses dumping,
sehingga tingkat kemungkinan terjadinya risiko tersebut dapat diturunkan.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan dumpingdilakukan secara terus-menerus setiap hari. Tingkat
paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan lagi, karena pekerjaan dumping
memang harus dilakukan selama 24 jam setiap hari. Sedangkan tingkat
konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategoriserious, karena akibat
terburuk dari risiko tersebutyaitu, dapat mengakibatkan kerusakan pada unit dan
cidera pada operator. Tingkat konsekuensi dari risiko tersebut sudah tidak dapat
diturunkan karena belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan
untuk mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut.
313
314
315
kategori unusualy, yaitu mungkin saja dapat terjadi namun jarang. Pengendalian
yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, melakukan perataan tanahdi
areadumping, membuat tanggul pengaman (safety berm) sesuai standar untuk
mencegah unit DumpTruck terbalik, memberikan pelatihan bagi para operator
unit DumpTruck, melakukan safety briefing sebelum bekerja, serta menyediakan
SOP mengenai proses dumping.
Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya risiko unit DumpTruck terbalik yaitu jalan yang tidak
memadai seperti, bergelombang atau miring, sehingga dengan melakukan
perataan tanahdi areadumpingdapat menghilangkan bahaya dari jalan yang
bergelombang atau miring dan kemungkinan terjadinya risiko unit DumpTruck
terbalik dapat dikurangi. Sedangkan dengan membuat tanggul pengaman (safety
berm) sesuai standar dapat mencegah unit DumpTruck terbalik. Pelatihan bagi
para operator unit DumpTruck, dilakukannyasafety briefing sebelum bekerja,
serta menyediakan SOP mengenai proses dumping juga dapat menurunkan tingkat
kemungkinan terjadinya risiko unit DumpTruck terbalik.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan dumping dilakukan secara terus-menerus setiap hari.Sedangkan
tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategoriserious, karena akibat
terburuk dari risiko ini yaitu menyebabkan kerusakan pada unit dan cidera pada
operator unit yang membutuhkan penanganan medis. Tingkat konsekuensi dari
risiko tersebut sudah tidak dapat diturunkan karena belum terdapat upaya
316
c.
tanggul
pengaman
(safety
berm)di
areadumping,
melakukan
317
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi
kesalahan atau kejadian diluar rencana kerja.
Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori continously,
karena pekerjaan dumping dilakukan secara terus-menerus setiap hari.Sedangkan
tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategorivery serious, karena akibat
terburuk dari risiko ini yaitu menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada unit
dan cacat pada operator unit. Hal ini disebabkan karena, belum terdapat upaya
pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi
yang ditimbulkan dari risiko tersebut.
menyediakan
seorang
pengawas
disetiap
area
dumpinguntuk
318
319
320
321
Risiko tabrakan dengan unit lain terjadi akibat jalan keluar dari area
dumping yang dilalui terlalu sempit dan penerangan yang kurang memadai ketika
malam hari. Kemungkinan risiko ini untuk terjadi termasuk dalam kategori
unusualy. Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan membuat
jalan tambang dengan perhitungan lebar 3,5 x lebar Truck terbesar yang melewati
jalan tambang, membuat penerangan melalui lighting tower, memberikan
pelatihan bagi operator unit, melakukan safety briefingsebelum bekerja, serta
menyediakan SOP mengenai proses dumping.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya risiko tabrakan yaitu jalan keluar area dumping terlalu
sempit dan penerangan yang kurang memadai ketika malam hari, sehingga
dengan membuat jalan tambang dengan perhitungan lebar 3,5 x lebar Truck
terbesar yang melewati jalan tambang dan membuat penerangan melalui lighting
towerdapat menurunkan tingkat kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
Sedangkan dengan melakukan safety briefingsebelum bekerja serta menyediakan
SOP mengenai proses dumping, dapat meningkatkan kewaspadaan operator unit,
sehingga tingkat kemungkinan terjadinya risiko tabrakan dapat lebih dikurangi.
Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori
serious, karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu dapat menyebabkan kerusakan
pada unit dan cidera pada operator. Hal ini disebabkan karena belum terdapat
upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat
konsekuensi dari risiko tersebut.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Risiko keselamatan kerja yang terdapat pada proses penambangan batubara
dibagian Mining Operation PT. Thiess Contractors IndonesiaSangatta Mine
Project, Kalimantan Timur yaitu :
a. Risiko keselamatan kerja pada tahap drillingyaitu, operator terbentur body
unit, terkilir, tergelincir, terjepit pintu kabin, unit Excavator terbalik, unit
Excavator terbakar, tabrakan antar unit di area pengeboran, tertabrak unit
Dozer, unit Dozer terbalik, unit Dozer terbakar, terjatuh, terjatuh dari
ketinggian, unit Drill terbalik, unit Drill tergelincir, unit Drill terbakar dan
risiko pipa drill bengkok.
b. Risiko keselamatan kerja pada tahap blasting yaitu, pekerja terperosok
kelubang peledakan, terjatuh dari ketinggian, tertabrak Truck MMU,
Truck MMU terbalik, kecelakaan unit kendaraan kecil, unit kendaraan
terbalik, tertimpa lemparan material, terkena ledakan, dan risiko terkena
ledakan misfire.
c. Risiko keselamatan kerja pada tahap loadingyaitu, operator terbentur body
unit, terkilir, tergelincir, terjepit pintu kabin, unit amblas, unit Excavator
terbalik, tabrakan dengan unit Dozer, unit DumpTruck menabrak unit
Excavator, unit DumpTruck menabrak unit kendaraan kecil, tertimpa
322
323
material muatan dan risiko benturan antara bucket Excavator dengan body
DumpTruck.
d. Risiko keselamatan kerja pada tahap hauling yaitu, unit DumpTruck
menabrak unit lain, tabrakan antar unit, unit DumpTruck menabrak
tanggul, unit DumpTruck terbalik, dan risiko unit DumpTruck terbakar.
e. Risiko keselamatan kerja pada tahapdumping yaitu, tabrakan antar unit,
unit DumpTruck tergelincir, unit DumpTruck menabrak tanggul, unit
DumpTruck menabrak unit lain, unit DumpTruck terbalik ketika manuver,
serta risiko unit Truck terperosok dan terbalik ketika melakukan dumping.
324
325
326
327
328
7.2 Saran
1. Perusahaan sebaiknya perlu melakukan identifikasi risiko dan penilaian risiko
secara menyeluruh pada masing-masing tahapan pekerjaan penambangan
batubara di bagian Mining Operation yang lebih terperinci.
2. Pengawasan pada setiap lokasi kerjasangat diperlukan terhadap faktor pekerja,
unit kerja serta lingkungan kerja agar terhindar dari kecelakaan kerja.
3. Perlu dilakukan upaya pengendalian tambahan seperti:
a. Memasang lapisan strep anti slip pada setiap tangga unit kendaraan besar
seperti unit DumpTruck, unit Excavator, unit Dozer dan unit Drill.
b. Membuat tangga unit dengan pijakan kaki yang lebih lebar.
329
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Nita Octa. 2010. Upaya Pengendalian Faktor Bahaya Di Unit Laundry pada
Instalasi CSSD (Central Sterilisation Supply Departement) Di RSUD
Setjonegoro
Wonosobo.
diakses
pada
tanggal
30
Juni
2013
dari
Cross, Jean. 1998. Study Notes SESC921 : Risk Management. Department of Safety
Science University of New South Wales.
Diberadinis, Louis J. 1999. Handbook of Occupational Safety and Health Second
Edition. John Wiley & Sons Inc.
Geotsch, David. 1996. Occupational Safety and Health : In Manager, Second Edition.
Hinze, W Jimmie. 1997. Construction Safety. Prentice-Hall, Inc.
International Labour Office (ILO). 1996. Introduction to Occupational Health and
Safety.
International Labour Office (ILO). 1989. Pencegahan Kecelakaan Seri Manajemen No.
131. Jakarta: PT. Gramedia.
Kolluru, Rao. Et al. 1996. Risk Assesment and Management Handbook for
Enviromental, Health, and Safety Proffesionals. New York: Mc Graw hill, Inc.
Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor 555 tahun 1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
Listyowati, Wiwin. 2010. Analisis Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses
Pemintalan (Spinning) di Bagian Produksi Pt. Unitex Tbk Tahun 2010 (studi
Kualitatif). Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri.
Mulya, Adi. 2008. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode
Semi Kuantitatif pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM
Tbk. UBP Emas Pongkor Bogor Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Pasiak, Royke. 1999. Keselamatan Kerja Pertambangan. PT. ANTAM Tbk : Satuan
Kerja Keselamatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Qhsedepartement. Warning Sign. Diakses pada tanggal 30 Juli 2013
dari
http//:www.Qhsedepartement.com
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3.
Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Rijanto, Boedi. 2011. Pencegahan Kecelakaan Di Industri. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT. Bina Sumber Daya Manusia.
6. Lighting Tower
Analysis By:
Wartono , Arsin,
M.Hindriyanta, Joe
Stelmach
Reviewed By:
Peter Rod, Damanik,
Anshar, Eko, Syamsir
DATE : 11 Jan
2002
PAGE NO: 1 OF 2
JSA NO.
JSEA_2005 08
Approved By:
Edra Emilza
SEQUENCE OF BASIC JOB
STEPS
Break the job down into steps.
Each of the steps should
accomplish some major task and be
logical.
1.
POTENTIAL HAZARDS
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
2.
Memasang titik
Operator kompeten
Membuat tanggul pengaman
Positive contact dengan operator
Mermarkir kendaraan kecil 30 meter dari alat
yang beroperasi
Memasang Drill Sign
1.2.1
1.2.2
1.2.3
2.1 Terjatuh
2.1.1
2.1.2
Page 1 of 2
Revised
Revised date : 8 Jan
2005
WHO
Supervisor/Operator
TCI-OHS-SF031/
3.
Mengebor titik
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
4.
Memindahkan drill
ketitikberikutnya
4.1.1
4.1.2
4.1.3
Page 2 of 2
Operator drill
Operator drill
TCI-OHS-SF031/
Analysis By:
Wartono , Arsin
M.Hindriyanta, Joe
Stelmach
1.
Persiapan peledakan
2. Peledakan
POTENTIAL HAZARDS
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.1.7
1.1.8
2.1.1
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.3.1
2.3 Misfire
2.3.2
Page 1 of 2
Revised JSEA No
16
Revised date : 8 Jan
2005
WHO
Supervisor/Operator
Supervisor
TCI-OHS-SF031/
3.
3.1.1
3.1.2
Page 2 of 2
Operator Blasting
TCI-OHS-SF031/
Reviewed By:
Joe Stelmach
Approved By:
Edra Emilza
SEQUENCE OF BASIC JOB
STEPS
Break the job down into steps.
Each of the steps should
accomplish some major task
and be logical.
1. Excavator Loading Batubara
ke Truck
POTENTIAL HAZARDS
Using the first two columns as a guide, decide what actions are
necessary to eliminate or minimise the hazards that could lead to
an accident, injury or occupational illness.
1.1 Terbalik
1.1.1
1.1.2
1.1.3
Revised
WHO
1.2.1
1.2.2
1.3.1
1.3.2
2.1 Terbalik
2.1.1
2.2 Tertabrak
2.2.1
2.3.1
Page 1 of 2
Supervisor/Operator
Supervisor/Operator
TCI-OHS-SF031/B0
3.1 Terbalik
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.2 Tertabrak
3.2.1
3.3 Tabrakan
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
4 Dumping Batubara
4.2.1
4.2.2
4.2.3
Page 2 of 2
Supervisor/Operator
Supervisor/Operator
TCI-OHS-SF031/B0
Risk
Ranking
Cedera yang
diakibatkan oleh
material jatuhan dari
dinding tambang,
jatuh dari ketinggian.
Operator berjalan
diatas mesin bor
Operator tidak
melakukan Prestart
Check dengan teliti
Kerusakan alat
C
Mesin drill
dioperasikan di area
yang bergelombang
Kerusakan peralatan
dan atau cedera yang
diakibatkan mesin
drill terbalik
Activity
Hazards
Potential Incident
Excavator
memindahkan
lumpur/material
batuan untuk
persiapan area
drilling
Excavator dioperasikan
di area yang tanahnya
tidak stabil
Cedera atau
kerusakan alat akibat
Excavator terbalik
karena tanah longsor
Excavator dioperasikan
pada kondisi yang tidak
aman (overheat,
masalah mekanikal)
Dozer dioperasikan di
area yang tanahnya
tidak stabil
Cedera atau
kerusakan alat akibat
dozer terbalik karena
tanah longsor
Dozer dioperasikan
pada kondisi yang tidak
aman (overheat,
masalah mekanikal,
dll)
Dozer
menyiapkan area
drilling
Menyiapkan
titik/pola drilling
Prestart check
Mesin Drill
melakukan
pengeboran
Hazards
Mesin drill
dioperasikan di area
batubara
Mesin drill
dioperasikan saat hujan
Mesin drill
travel menuju
lubang bor
berikutnya
Potential Incident
Risk
Ranking
Kerusakan peralatan
dan atau cedera yang
diakibatkan mesin
drill terbakar akibat
debu batubara atau
terbalik karena lantai
kerja yang licin
Kerusakan peralatan
dan atau cedera yang
disebabkan oleh
mesin drill tergelincir,
amblas, tersambar
petir
Kerusakan pipa drill
yang bengkok
Activity
Hazards
Potential Incident
Risk
Ranking
Persiapan
blasting
Pemasangan
sign/barikade
/bendera di
area blasting
Berjalan dekat
lubang, berjalan
dekat tebing,
interaksi dengan
truk MMU
Pemasangan
bendera
radius dan
tanda jalan
tertutup
Mengendarai
mobil kecil,
dalam tambang
Pengisisan
bahan
peledak oleh
Truck MMU
Truck MMU
dioperasikan di
area yang
tanahnya tidak
stabil
Cedera atau
kerusakan alat
akibat truck MMU
terbalik karena
tanah longsor/
amblas
Pengisisan
bahan
peledak oleh
pekerja
Berjalan dekat
lubang, lokasi
berteras, dekat
tebing, interaksi
dengan truk
MMU
Patroli radius
blasting
Mengendarai
mobil kecil,
dalam tambang
Tidak memakai
pelindung saat
peledakan, jarak
terlalu dekat
dengan orang
atau alat, masih
ada orang di
dalam area
peledakan
Cidera / meninggal
orang akibat
terkena ledakan,
tertimpa / kejatuhan
material, tertimbun
material blasting
Pengisian
bahan
peledak
Blast
clearence
Proses
peledakan
Peledakan
lubang ledak
oleh juru
ledak
Activity
Hazards
Potential Incident
Setelah
peledakan,
pemeriksaan
lokasi
peledakan
setelah
diledakkan
Berjalan dalam
material broken,
lokasi berteras,
dekat tebing.
Mobilisasi
peralatan
untuk
kembali
bekerja
Interaksi antar
alat material
blasting di jalan.
Risk
Ranking
Unit Excavator
melakukan
loading
Hazard
Potencial Incident
Excavator atau
Dumptruck mengambil
posisi yang salah ketika
loading
Kerusakan peralatan
yang diakibatkan
karena benturan
Excavator diposisikan
pada tanah yang
miring/tidak rata
Kerusakan peralatan
yang disebabkan oleh
alat terperosok dan
menabrak material
Kerusakan peralatan
dan cidera yang
disebabkan tabrakan
Excavator dioperasikan
pada kondisi yang tidak
aman (overheat, masalah
mekanikal, dll)
Excavator dioperasikan
dengan metode Double
Bench
Excavator mengalami
kerusakan karena
membentur bench
Risk
Rangking
Hazard
Excavator bekerja
didekat/diatas tebing
tinggi
Memposisikan
unit
DumpTruck di
area loading
Unit Excavator
melakukan
loading
Dumptruck mundur
untuk mengambil posisi
loading
Risk
Rangking
Kerusakan peralatan
disebabkan oleh
Dumptruck menabrak
Excavator
Potencial Incident
Excavator dioperasikan
dengan metode Top
Loading
Kerusakan karena
membentur
Dumptruck
Bongkahan besar
batubara dimuat ke
dalam Dumptruck
Kerusakan karena
tailgate tertahan oleh
bongkahan besar
batubara
Hazard
Potencial Incident
Risk
Rangking
Dumptruck
berinteraksi dengan
Dumptruck dan alat
bergerak lainnya di
jalan tambang
Dumptruck
dikendarai melewati
jalan yang licin,
bergelombang
Dumptruck
dikendarai melewati
jalan yang
kemiringannya
melebihi 10%
Dumptruck
dioperasikan dengan
tidak aman
(kecepatan berlebih)
Dumptruck
dioperasikan pada
kondisi yang tidak
aman (overheat,
masalah mekanikal,
dll)
Mengoperasikan
Dumptruck dengan
kondisi kelelahan
Hazard
Potencial Incident
Dumptruck
manuver
diarea
dumping
Dumptruck
dioperasikan
dengan kecepatan
tinggi ketika mundur
DumpTruck
melakukan
dumping
Tanggul pengaman
yang ada
di area dumping tidak
mencukupi
Penerangan yang
kurang memadai di
area dumping
yang mengakibatkan
berkurangnya
penglihatan
Dumptruck
bermanuver dekat
dengan dozer
DumpTruck
masuk/keluar
area dumping
Dumptruck
manuver
diarea
dumping
Risk
Rangking
322