Kromatografi Lapis
Tipis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan
negara
yang
memiliki
kekayaan
Kromatografi Lapis
Tipis
pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin, tanin,
saponin, dan minyak volatil.
Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan terkait analisis
kuantitatif pada beberapa ekstrak tumbuhan yang mengandung metabolit
sekunder. Metode pemisahan yang sering digunakan adalah kromatografi
lapis tipis. Metode ini merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen
sampel
berdasarkan
perbedaan
kepolaran.
Teknik
ini
biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau
campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat
kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa
oleh fase gerak tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, analisa senyawa metabolit sekunder
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
pemisahan
komponen
Kromatografi Lapis
Tipis
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kromatografi Lapis Tipis?
2. Bagaimana prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis?
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengertian Kromatografi Lapis Tipis?
2. Untuk mengetahui prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis?
D. Prinsip Percobaan
Ekstrak ditotol pada silikat, kemudian silikat dimasukkan dalam
chamber. Fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan
dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan
yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel
dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Kromatografi Lapis
Tipis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat
aktif yang terdapat dalam tanaman, hewan atau beberapa jenis ikan pada
umumnya mengandung senyawa yang mudah larut dalam pelarut organic
(Voight, 1994).
Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang
diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam
usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam
seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi
pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau
logam-logam tertentu dalam larutan air.
B. Tinjauan tentang Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Pengertian
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff
dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi
Kromatografi Lapis
Tipis
Kromatografi Lapis
Tipis
dan
Kromatografi Lapis
Tipis
Kromatografi Lapis
Tipis
atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel
silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan
bagian kecil dari permukaan silika. Permukaan silika gel sangat polar
dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya
van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari
aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki
gugus -OH. Pada dasarnya sifat serta penggunaannya mirip silika gel.
Selain fasa diam, dalam KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent
yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed)
untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent
dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Oleh sebab itu pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi
oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan
menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut
tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan
adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu
pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang
tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat
kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip like
dissolved like (Watson, 2010).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Kromatografi Lapis
Tipis
Kromatografi Lapis
Tipis
f=
Gambar 6: Spons
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
10
Kromatografi Lapis
Tipis
: Animalia
Filum
: Porifera
Kelas
: Demospongiae
Ordo
: Poecilose lerida
Famili
: Microcionidae
Genus
: Clathria
Spesies
: Clatharia sp
Kandungan metabolit sekunder dari spons yang mengandung
alkaloid sebanyak 194 jenis; 151 jenis yang mengandung terpenoid,
dan 121 jenis mengandung steroid. Sebagian besar spons mengandung
alkaloid, lalu terpenoid, kemudian steroid. Setiap spons tidak selalu
memiliki kandungan metabolit sekunder yang sama dengan spons
lainnya demikian pula golongannya ada yang mengandung hanya
11
Kromatografi Lapis
Tipis
alkaloid saja, atau steroid saja, atau terpenoid saja, ataupun dua ataupun
ketiga-tiganya. Hal ini dapat dimengerti karena pembentukan metabolit
sekunder dalam spons sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya
(Bergman dan Feeney 1990, dalam Suparno, 2005).
2. Rambut Jagung
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan
dengan spesies Zea Mays L. Secara umum klasifikasi dan sistematika
tanaman jagung adalah sebagai berikut (Purwono, 2005).
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Species
: Zea Mays L.
12
Kromatografi Lapis
Tipis
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
tradisional
adalah
jambu
biji.
Kebanyakan
masyarakat
13
Kromatografi Lapis
Tipis
14
Kromatografi Lapis
Tipis
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
a. Bunsen
b. Chamber
2. Bahan yang digunakan
a. Ekstrak Kulit Batang Jambu Biji
b. Ekstrak Rambut Jagung
c. Ekstrak Spons
d. Etil asetat
e. Kertas Saring
f. N-heksan
g. Plat KLT
B. Prosedur Kerja Kromatografi Lapis Tipis
1. Disiapkan chamber
2. Dimasukkan kertas saring kedalam chamber
3. Dibuat eluen N- heksan : etil asetat (9:1)
4. Dimasukkan eluen kedalam chamber, lalu jenuhkan menggunakan kertas
saring. Chamber dikatakan jenuh saat kertas saring telah basah semua.
5. Ditotol ekstrak kental pada plat KLT yang telah diberi batas bawah 1 cm
dan batas atas 0,5 cm dengan jarak totolan masing masing ekstrak 1
cm.
6. Dimasukkan plat kedalam chamber yang telah jenuh, diamati elusi yang
terjadi, tidak boleh melewati batas atas, setelah itu disemprotkan H 2SO4
10 % , lalu dipanaskan diatas Bunsen, tandai noda jarak yang ditempuh.
7. Dihitung nilai Rf masing masing ekstrak
jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen
15
Kromatografi Lapis
Tipis
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Data Pengamatan
No
Sampel
Pelarut
.
1.
Ekstrak Spons
2.
3.
Rf =
N-Heksan
Etil Asetat
N-Heksan
Etil Asetat
N-Heksan
Etil Asetat
1,4 cm
=0,21
6,5 cm
Rf Etil Asetat=
2 cm
=0,30
6,5 cm
1,9 cm
=0,29
6,5 cm
Rf Etil Asetat=
3,8 cm
=0,58
6,5 cm
1,8 cm
=0,27
6,5 cm
BAB V
16
Nilai Rf
0,16
0,21
0,30
0,29
0,58
0,27
Kromatografi Lapis
Tipis
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan kromatografi lapis tipis yang
mempunyai tujuan untuk mempelajari dan memahami metode pemisahan
dengan metode kromatografi lapis tipis dan juga agar dapat
mengetahui bagaimana cara menentukan nilai Rf komponen-komponen
yang dipisahkan.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari
suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip Kromatografi lapis tipis yaitu
ekstrak ditotol pada silikat, kemudian silikat dimasukkan dalam chamber. Fase
diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel
yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Sebagai fase gerak digunakan eluen yaitu N-hexan : etil asetat sebanyak
9:1. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi dari dua atau tiga macam
pelarut, hal ini dimaksudkan untuk mencapai semua tingkat kepolaran sehingga
diharapkan eluen ini dapat mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang
berbeda-beda pula.
Selanjutnya lempeng dielusi di chamber berisi eluen yang terlebih
dahulu sudah dijenuhkan menggunakan kertas saring. Chamber diketahui jenuh
bila kertas saring yang dimasukkan ke dalam chamber telah basah semua.
Tujuan penjenuhan chamber ini yaitu untuk menghilangkan uap air atau gas lain
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
17
Kromatografi Lapis
Tipis
yang mengisi fase penyerap yang akan menghalangi laju eluen. Kemudian
lempeng tersebut diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Batas bawah
digunakan untuk menotolkan sampel. Tujuan diberi batas bawah ini adalah
untuk mencegah agar sampel tidak sampai tercelup dan larut dalam eluen. Batas
atas digunakan untuk mengakhiri proses elusi yang ditandai bahwa migrasi
eluen sampai tanda batas. Proses migrasi eluen ini diharapkan agar sampel juga
ikut bermigrasi keatas. Selain itu juga batas atas dan batas bawah pelat harus
diberi tanda dengan pensil karena jika menggunakan bolpoin maka noda bolpoin
akan ikut terelusi atau mengembang. Setelah jenuh, masing-masing ekstrak
ditotolkan pada lempeng silika gel yang berfungsi sebagai fase diam. Setelah
jenuh kemudian lempeng dimasukkan ke dalam chamber menggunakan pinset
dengan posisi berdiri dan tempat penotolan tidak terendam dengan eluen.
Kemudian lempeng yang telah dielusi selanjutnya dikeringkan dan
diamati noda-noda yang tampak dengan cara penyemprotan dengan H2SO4. Hal
ini dilakukan karena pada konsentrasi tersebut memililki efektifitas yang sama
dan selain itu lebih ekonomis serta lebih aman karena konsentrasinya lebih
rendah. Prinsip penampakan noda oleh H2SO4 adalah karena asam sulfat ini
bersifat reduktor sehingga dapat memutuskan ikatan rangkap sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang sehingga dapat terlihat
oleh mata. Pergeseran dari serapan ke panjang gelombang yang lebih panjang
karena sisipan atau pengaruh pelarut (geseran merah) disebut pergeseran
batokromik. Sedangkan pergeseran hipsokromik adalah pergeseran dari serapan
18
Kromatografi Lapis
Tipis
19
Kromatografi Lapis
Tipis
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode isolasi
yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya
partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan
bergerak mengikuti kepolaran eluen.
2. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu memisahkan pelarut
ekstrak berdasarkan perbedaan kepolarannya.
B. Saran
Adapun saran untuk labratorium agar lebih melengkapi kebutuhan
laboratorium yang masih kurang sehingga praktikum bisa lebih efektif.
Saran utnuk praktikan agar lebih bisa memahami tujuan dari praktikum dan
dapat menjaga tata tertib dalam laboratorium.
20
Kromatografi Lapis
Tipis
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Gritter RJ, Bobbit JM, Arthur SE. 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit
ITB. Bandung
Hapsoh. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU-Press. Medan
Hariana, Arief. 2013. 262 Tumbuhan Obat. Jakarta : Penebar Swadaya
Hidayat dan Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta : AgriFlo
Hostettmann K, Hostettmann M, Marston A. 1995. Cara Kromatografi
Preparatif. Penerbit ITB. Bandung.
Kealey D dan Haines PJ. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. BIOS
Scientific Publishers Limited. New York.
Khopkar, S.M. 2008. Dasar-dasar kimia analitik. Erlangga: Jakarta
Sastroharmidjojo H. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Watson, DG. 2010. Analisis Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Yazid, Estien Yazid.2005 Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI
21
Kromatografi Lapis
Tipis
LAMPIRAN
Gambar
Keterangan
Plat KLT dengan sampel
1. Ekstrak Spons dengan pelarut
N-heksan dan etil asetat
2. Ekstrak Rambut jagung
dengan pelarut N-heksan dan
etil asetat
22