Anda di halaman 1dari 270

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Berbasis IFRS
PT. Perkebunan Nusantara I-XIV (persero) PT. Rajawali Nusantara Indonesia

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


iv

Bab I SAMBUTAN
menteri negara badan usaha milik negara
Sambutan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
v

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


vi
Sambutan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

KATA SAMBUTAN
Assalamualaikum Wr. Wb Proses konvergensi ke International Financial Reporting S
tandards menyebabkan revisi seluruh Standar Akuntansi Keuangan yang ada. Penggun
aan nilai wajar dan pertimbangan profesional sangat dibutuhkan dalam penerapan k
etentuan akuntansi yang baru. Hal tersebut tentu berdampak terhadap perlakuan ak
untansi di BUMN Perkebunan, termasuk hal-hal lain yang terkait dengan pelaporan
keuangan, yang menjadi semakin kompleks. Untuk itu dibutuhkan sarana dan infrast
ruktur pendukung supaya BUMN Perkebunan mampu menyusun laporan keuangan sesuai d
engan ketentuan akuntansi yang baru, salah satunya dalam bentuk Pedoman Akuntans
i BUMN Perkebunan ini. Dengan penyusunan revisi pedoman akuntansi ini diharapkan
bisa memberikan keseragaman panduan akuntansi sehingga informasi yang dihasilka
n oleh laporan keuangan memenuhi tujuannya. Suatu pedoman akuntansi merupakan pe
njelasan dari ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan, regulasi, dan praktik
yang ada, sehingga harus ditelaah secara regular untuk memastikan bahwa pengatur
annya masih sesuai dengan perkembangan dari faktor tersebut. Pedoman akuntansi b
ukan merupakan bagian dari produk yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Produk dari DSAK IAI berupa Pernya
taan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuang
an (ISAK). Sedangkan pedoman akuntansi umumnya dikeluarkan oleh regulator dan as
osiasi industri. Untuk itu, Ikatan Akuntan Indonesia menyampaikan penghargaan at
as sikap proaktif dan kepedulian Kementerian Negara BUMN yang telah mendorong BU
MN Perkebunan untuk melakukan pemutakhiran atas pedoman akuntansi ini. Keberadaa
n dari pedoman akuntansi ini diharapkan dapat memperkaya kazanah pelaporan keuan
gan di Indonesia, dan sekaligus sebagai kontribusi
Sambutan Ikatan Akuntan Indonesia
vii

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


kolektif dalam menjawab permasalaan praktik pelaporan keuangan serta untuk menin
gkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan. Akhirnya pada kesem
patan ini Ikatan Akuntan Indonesia mengucapkan terima kasih dan memberikan pengh
argaan kepada tim penyusun dan PT Perkebunan Nusantara I s.d. XIV (persero) dan
PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero) atas usaha dan kerja samanya dalam pen
yusunan pedoman akuntansi ini. Semoga kerja sama ini dapat diteruskan lagi di ma
sa mendatang. Waalaikumsalam Wr. Wb. Dewan Pengurus Nasional
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak Ketua
viii
Sambutan Ikatan Akuntan Indonesia

Bab I SAMBUTAN
ketua tim koordinasi implementasi iFrs pt perkebunan nusantara i sampai dengan p
t pekebunan nusantara XiV dan pt rajawali nusantara indonesia (persero)
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh
Adopsi IFRS bukanlah pilihan bagi Indonesia, tapi keharusan, mengapa? Karena Kon
vergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota
G20 forum. Menyikapi hal tersebut, BUMN perkebunan yang terdiri dari PT Perkebu
nan Nusantara (PTPN) I sampai dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV ditambah
PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sepakat bersinergi mengimplementasikan IF
RS dalam pelaporan keuangan yang sudah mulai diberlakukan secara bertahap dalam
laporan keuangan tahun 2011, dan akan diberlakukan secara penuh dalam laporan ke
uangan tahun 2012. Bagi Indonesia, standar akuntansi yang berlaku umum adalah PS
AK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang belum mengadopsi penuh standar a
kuntansi international (IFRS). Standar akuntansi yang digunakan di Indonesia mas
ih mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard).
Dengan kondisi PSAK sedemikian yang juga berlaku bagi BUMN Perkebunan, akan menj
adi penghalang dan hambatan bagi BUMN Perkebunan dalam memasuki pasar global khu
susnya bagi BUMN yang akan melakukan listing di Bursa Efek Indonesia karena lapo
ran keuangan yang tidak standar dan dapat diinteprestasikan berbeda oleh calon i
nvestor.
ix
Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Mempertimbangkan hal tersebut, seluruh BUMN Perkebunan bertindak proaktif bekerj
a sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melakukan konvergensi PSAK yang mas
ih mengacu pada US GAAP menjadi PSAK yang berbasis IFRS. Di mana tujuan dari kon
vergensi ini adalah agar informasi keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingka
n, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif, meningkatkan kualitas Standa
r Akuntansi Keuangan (SAK), meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuan
gan, meningkatkan transparansi keuangan, menurunkan biaya modal dengan membuka p
eluang penghimpunan dana melalui pasar modal serta efisiensi penyusunan laporan
keuangan. Dengan keuntungan konvergensi PSAK yang berbasis IFRS, terdapat satu s
tandar akuntansi yang sama dan digunakan oleh seluruh negara akan semakin mendor
ong investor untuk masuk dalam pasar modal Indonesia, dikarenakan mutu dari lapo
ran keuangan yang dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi, pengungkapan yang leb
ih luas, informasi keuangan yang relevan dan akurat serta dapat diperbandingkan
dan yang lebih penting adalah laporan keuangan tersebut dapat diterima secara in
ternasional serta mudah untuk dipahami. Walau dalam prosesnya penyusunan Buku Pe
doman Akuntansi Perkebunan Berbasis International Financial Reporting Standards
(IFRS) terdapat berbagai kendala terutama diversifitas laporan keuangan yang ber
beda di setiap BUMN Perkebunan, namun penyusunan buku pedoman tersebut dapat dis
elesaikan sebelum batas waktu yang ditetapkan bagi seluruh entitas bisnis dan pe
merintah untuk menggunakan IFRS adalah 1 Januari 2012. Buku Pedoman Akuntansi BU
MN Perkebunan berbasis IFRS tersebut diharapkan akan meningkatkan posisi BUMN In
donesia sebagai BUMN yang bisa dipercaya di Indonesia bahkan dunia dengan tata k
elola dan pertanggungjawaban kepada stakeholders-nya yang lebih baik dan konsist
en. Atas selesainya buku Buku Pedoman ini, saya selaku Ketua Tim Implementasi IF
RS PT Perkebunan Nusantara I sampai dengan PT Pekebunan Nusantara XIV dan PT Raj
awali Nusantara Indonesia (Persero) mengucapkan terima kasih dan penghargaan yan
g sebesar-besarnya bagi : 1. 2. 3.
x
Menteri Negara BUMN dan Jajarannya yang mendukung penyelesaian Buku Pedoman ini.
Seluruh Anggota Badan Musyawarah Direksi BUMN Perkebunan dan PT RNI. Seluruh Ja
jaran dan Pengurus Ikatan Akuntan Indonesia.
Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.
5.
Seluruh anggota Tim Implementasi IFRS PT Perkebunan Nusantara I sampai dengan PT
Pekebunan Nusantara XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Seluruh
pihak yang telah berjasa dan mendukung penyelesaian buku Pedoman ini.
Akhir kata, semoga semua yang telah dilakukan dan dikerjakan oleh kita semua dib
erkahi oleh Allah SWT. Amin.
Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ketua Tim Koordinasi Implementasi IFRS PT Perkebunan Nusantara I s/d PT Pekebuna
n Nusantara XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
Irwan Makdoerah
Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS
xi

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


xii
Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

pelaksana penYusunan pedoman akuntansi bumn perkebunan ptpn rni berbasis iFrs
Ketua Tim Ketua Pelaksana Ketua Perumus Irwan Makdoerah ( PT RNI) Dicky Nugraha
(PT RNI) M Najib ( PT RNI )
Wakil Ketua Perumus Tanaman Semusim Zainul Muntoha (PTPN XI) Wakil Ketua Perumus
Tanaman Tahunan Arih Muli Bangun (PTPN III) Sekretaris Bendahara Pendamping Max
million (PT RNI) Silvana Irawati ButarButar (PT RNI) Yakub (IAI) Deny Poerhadiyan
to (IAI)
Tim Perumus Direksi
H.Dharmansyah Simamora Naif Ali Dahbul Johanes Sitepu Setia Dharma Sebayang Erwa
n Pelawi A.Karimuddin Boyke Budiono Ishak Z Soediredja A. Amien Mastur Dolly P P
ulungan Soenari Yono Sahala Hutasoit Budi Purnomo Direktur Keuangan PTPN I Direk
tur Keuangan PTPN II Direktur Keuangan PTPN III Direktur Keuangan PTPN IV Direkt
ur Keuangan PTPN V Direktur Keuangan PTPN VI Direktur Keuangan PTPN VII Direktur
Keuangan PTPN VIII Direktur Keuangan PTPN IX Direktur Keuangan PTPN X Direktur
Keuangan PTPN XI Direktur Keuangan PTPN XII Direktur Keuangan PTPN XIV
Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN
xiii

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Anggota Tim Perumus
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 2
3. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
xiv
H
o
n
y

Ruslan Nasution Lidya Suhendri Donny Amril Jarmidi Purba Ali Akbar Budi Susant
Mili Mahardika Ali Musri T. Zaluchu Jesaya Ginting Hotmatua Syawaludin Hasibua
Arfinaldi Eko Galih Pribadi Andy Fauzi Siregar Rizki Prima Lubis Sapta Yoga Ed
Santoso Iyushar Ganda Saputra Dadang Mulyadi Hariyanto Arasuhara Adji Kaniawan
Umar Affandi Purdjoko Eriek Kristiono Adiatmo Ega Akhmad Juhri TP Harianja

PTPN I PTPN I PTPN II PTPN III PTPN IV PTPN IV PTPN IV PTPN IV PTPN IV PTPN V PT
PN V PTPN V PTPN V PTPN VI PTPN VI PTPN VI PTPN VI PTPN VII PTPN VII PTPN VII PT
PN VIII PTPN VIII PTPN VIII PTPN VIII PTPN IX PTPN IX PTPN IX PTPN IX PTPN IX PT
PN X
Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
51. 52. 53. 54. 55.
Nurul Fanch Aries Sutaringadi Sayogya Putranto Fallen Wicaksono Istighfani Gurit
Maharendra Bambang Widjanarko Hadisaroso Didik Kridatama P. Sinambela Edward Pa
ngaribuan V.T Moses Situmorang Akhmad Irfanjauhari Marudut P. Simamora Mardiayan
to Rudy karim Riswan M Ananto Widodo Widyo Utomo Nugraha Adi Prasetya Agus Sarwo
ko Yasir Ismail Yohanes Agung T. Della Christin Hutapea Yenny Agapitasari
PTPN X PTPN X PTPN X PTPN XI PTPN XI PTPN XI PTPN XII PTPN XII PTPN XII PTPN XII
I PTPN XIII PTPN XIII PTPN XIII PTPN XIII PTPN XIV PTPN XIV PTPN XIV PT RNI PT R
NI PT RNI PT RNI PT RNI PT RNI IAI IAI
Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN
xv

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


xvi
Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN

Bab I DAFTAR ISI


sambutan menteri negara badan usaha milik negara sambutan ikatan akuntan indones
ia sambutan ketua tim koordinasi implementasi iFrs daFtar isi bab i pendahuluan
LATAR BELAKANG TUJUAN DAN RUANG LINGKUP REFERENSI PENYUSUNAN KETENTUAN LAIN-LAIN
v vii ix xiii 1
1 2 2 3
bab
ii
laporan keuangan bumn perkebunan
KARAKTERISTIK ENTITAS BUMN PERKEBUNAN
Kegiatan Operasional Bentuk Usaha Kepemilikan
5
5 6 6 6 7 7 8 8 8 9 11 11 13 13 13 14 14 15 18 18 23 24
5
KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN
Tujuan Laporan Keuangan Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan Komponen Laporan Ke
uangan Bahasa Laporan Keuangan Mata Uang Pelaporan Kebijakan Akuntansi Penyajian
Laporan Keuangan Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan Perubahan Akuntansi Mat
erialitas dan Agregasi Saling Hapus Periode pelaporan Informasi Komparatif Lapor
an Keuangan Interim Laporan Keuangan Konsolidasian Ketentuan Mengenai Pihak-piha
k Berelasi Ketentuan Umum Aset Keuangan Ketentuan Umum Liabilitas Keuangan Keten
tuan Umum Pengungkapan Instrumen Keuangan
Daftar Isi
6
xvii

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


bab iii
akuntansi aset
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ASET ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Piutang Lain-lain Piutang Antar Badan Hukum Jan
gka Pendek Investasi Jangka Pendek Persediaan Aset Dimiliki untuk Dijual Biaya D
ibayar Dimuka Pajak Dibayar Dimuka Aset Lancar Lain
25
28 30 33 36 40 47 53 57 59 61 63 66 69 74 78 83 88 94 101 111 115 119
25 28
ASET TIDAK LANCAR
Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat Piutang Antar Badan Hukum Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Investasi pada Entitas Lain Investasi pada Entitas Asos
iasi/Ventura Bersama Properti Investasi Aset Tanaman Semusim Aset Tanaman Tahuna
n Aset Tetap Aset Tidak Berwujud Aset/Liabilitas Pajak Tangguhan Aset Tidak Lanc
ar Lain
63
bab
iV
akuntansi liabilitas dan ekuitas
AKUNTANSI LIABILITAS
Pengertian dan Karakteristik Biaya Pinjaman
121
121 124 126 128 130 132 134 136 138 140 143 147 150 156
121 126
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Usaha Utang Pajak Biaya yang Masih Harus Dibayar Liabilitas Imbalan Kerja
Jangka Pendek Pendapatan Diterima Dimuka Utang Bank Jangka Pendek Liabilitas Jan
gka Pendek Lain Utang Antar Badan Hukum Utang Kepada Pemerintah Utang Bank Jangk
a Panjang Utang Sewa Pembiayaan Liabilitas Imbalan Kerja Jangka panjang
LIABILITAS JANGKA PANJANG
140
xviii
Daftar Isi

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Provisi Liabilitas Jangka Panjang Lain
159 164 166 167 169 171 174 176 178
AKUNTANSI EKUITAS
Pengertian dan Karakteristik Modal Disetor Tambahan Modal Disetor Selisih Kombin
asi Bisnis Entitas Sepengendali Pendapatan Komprehensif Lain Saldo Laba Kepentin
gan Nonpengendali
166
bab
V
laporan laba rugi komprehensiF
PENGERTIAN PENGHASILAN BEBAN
Pendapatan Usaha Pendapatan Nonusaha Beban Pokok Penjualan Beban Usaha Beban Non
usaha Pajak Penghasilan Pendapatan Komprehensif Lain
181
183 189 193 197 199 201 204
181 181 192
bab
Vi
perubahan ekuitas
PENGERTIAN DASAR PENGATURAN PENJELASAN
207
207 207 207
bab Vii
laporan arus kas
PENGERTIAN DASAR PENGATURAN PENJELASAN
211
211 212 212
bab Viii
Catatan atas laporan keuangan
217
Daftar Isi
xix

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


PENGERTIAN DASAR PENGATURAN PENJELASAN UNSUR-UNSUR
Kepatuhan terhadap SAK Gambaran Umum Entitas Ikhtisar Kebijakan Akuntansi Penjel
asan atas Pos-pos Laporan Keuangan
222 222 223 224
217 218 219 222
lampiran
229
xx
Daftar Isi

Bab I PENDAHULUAN
latar belakang
1.1. Usaha di bidang perkebunan mengalami perkembangan yang pesat dan semakin di
namis akhir-akhir ini. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, se
perti perkembangan teknologi perkebunan yang semakin maju, meningkatnya perminta
an hasil perkebunan, dan munculnya otonomi daerah yang berdampak terhadap pengel
olaan usaha perkebunan. 1.2. Selain itu, semakin meningkatnya tuntutan transpara
nsi dan akuntabilitas pengelolaan usaha seiring keterbukaan informasi yang difas
ilitasi oleh keberadaan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju dan
semakin murah. Tata kelola korporasi yang baik (good corporate governance) meru
pakan suatu hal yang tidak terelakkan, apalagi bagi BUMN Perkebunan (untuk selan
jutnya disebut entitas) yang sahamnya dimiliki oleh negara. 1.3. Saat ini revisi a
tas Standar Akuntansi Keuangan terus dilakukan sesuai dengan program konvergensi
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS), sehingga penyusunan
laporan keuangan menjadi lebih kompleks dengan banyak menggunakan konsep nilai w
ajar dan pertimbangan profesional. 1.4. Perkembangan dan kondisi di atas mempeng
aruhi entitas dalam pelaporan keuangannya supaya lebih sesuai dengan Standar Aku
ntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan I
ndonesia. Selama ini di antara entitas sering terjadi perbedaan perlakuan akunta
nsi untuk transaksi yang sama. Hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri bagi
para pengguna laporan keuangan pada umumnya, khususnya pemegang saham, dalam men
gevaluasi kinerja setiap entitas. Untuk itu dipandang perlu menyempurnakan pedom
an akuntansi yang sudah ada.
Bab I: Pendahuluan
1

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1.5. Dalam menghadapi permasalahan tersebut PT. Perkebunan Nusantara I s/d XIV d
an PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) bekerja . sama dengan Ikatan Akunta
n Indonesia berinisiatif untuk merevisi Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan (untuk
selanjutnya disebut Pedoman).
tujuan dan ruang lingkup
1. 2. 1.6. Tujuan dari penyusunan Pedoman, antara lain: membantu penyusun dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan agar sesuai dengan tujuannya; menciptak
an keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuanga
n. Keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam pedoman ini tidak menghalangi
setiap entitas untuk menambah informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuan
gan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan; menjadi acuan minimal dalam menyusun la
poran keuangan; menjadi referensi bagi pemerhati akuntansi untuk lebih mengenal
tentang penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.
3. 4.
1.7. Ruang lingkup penerapan Pedoman ini adalah sebagai berikut: 1. pedoman ini
berlaku untuk laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh BUMN Perkebunan;
2. entitas selain BUMN Perkebunan dapat menggunakan Pedoman ini dalam menyusun l
aporan keuangan; 3. hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pedoman ini wa
jib mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan yang terkait.
reFerensi penYusunan
1.8. Penyusunan Pedoman ini didasarkan pada referensi yang relevan, antara lain:
1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: a. Undang-Undang nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan T erbatas. b. Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tent
ang Pasar Modal.
2
Bab I: Pendahuluan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


c.
2.
Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. d. Undang-Un
dang nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. e. Peraturan Pemerintah nomor 45 ta
hun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.
f. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pe
merintah nomor 14 tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/ Daera
h. g. Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik N
egara/Daerah. h. Anggaran Dasar masing-masing entitas. Standar Akuntansi Keuanga
n.
1.9. Jika Standar Akuntansi Keuangan memberikan pilihan atas suatu perlakuan aku
ntansi tertentu, maka entitas diwajibkan untuk mengikuti perlakuan akuntansi yan
g dipilih dalam Pedoman ini.
ketentuan lain-lain
1.10. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan ilustras
i dan tidak bersifat mengikat. Entitas dapat mengembangkan metode pencatatan dan
pengakuan sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil yang tidak ber
beda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman ini menggambarkan pencatat
an akuntansi secara manual. 1.11. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini di
prioritaskan pada transaksi yang umum terjadi. 1.12. Jika terdapat transaksi khu
sus yang dipandang perlu untuk dituangkan dalam buku Pedoman ini, maka hal terse
but agar dikaji sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan Pedoman ini. 1.13. Ped
oman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan usa
ha perkebunan, Standar Akuntansi Keuangan, ketentuan Pemerintah, dan ketentuan l
ain yang terkait dengan entitas. 1.14. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi, dan p
ersyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh entitas unt
uk keperluan penyajian kepada pemegang saham maupun pemangku kepentingan lainnya
.
Bab I: Pendahuluan
3

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1.15. Pedoman ini merupakan pedoman penyajian laporan keuangan secara umum. Bent
uk, isi, dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan mengikuti Standar Akun
tansi Keuangan. 1.16. Laporan keuangan dalam Pedoman ini sesuai dengan pengertia
n laporan keuangan yang termuat dalam Standar Akuntansi Keuangan, meliputi lapor
an posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, l
aporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
4
Bab I: Pendahuluan

Bab II LAPORAN KEUANGAN BUMN PERKEBUNAN


karakteristik entitas bumn perkebunan
Kegiatan Operasional
2.1. Entitas melakukan kegiatan usaha di bidang perkebunan meliputi: 1. kegiatan
pengusahaan budidaya tanaman, meliputi pembukaan, persiapan, dan pengelolaan la
han, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta kegiatan-kegiatan lain sehubungan
dengan budidaya tanaman tersebut; 2. kegiatan produksi, meliputi pemungutan has
il tanaman, dan pengolahan hasil tanaman sendiri atau pihak lain menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi; 3. kegiatan perdagangan, meliputi kegiatan pemas
aran berbagai macam hasil produksi dan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubu
ngan dengan kegiatan usaha; 4. kegiatan pengembangan usaha di bidang perkebunan,
agrowisata, dan agrobisnis; 5. kegiatan usaha lain yang menunjang kegiatan usah
a di bidang perkebunan. 2.2. Dalam melakukan usaha di bidang perkebunan, jenis-j
enis kegiatan perkebunan yang dilakukan oleh entitas meliputi: 1. budidaya tanam
an, melalui perkebunan tanaman kelapa sawit, karet, teh, kopi, tebu, kakao, temb
akau, kina, dan lainnya; 2. proses produksi, melalui pabrik kelapa sawit, pabrik
pengolahan inti sawit, pabrik fraksionasi yaitu pengolahan minyak sawit, pabrik
pengolahan karet, pabrik teh kemasan, pabrik gula, pabrik spirtus/ alkohol, pab
rik pengeringan kakao, pengolahan teh dan lainnya;
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
5

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.
4. 5.
kegiatan perdagangan, melalui penjualan hasil tanaman dan hasil produksi ke pasa
r domestik dan luar negeri baik dilakukan sendiri maupun melalui Kantor Pemasara
n Bersama, serta mengimpor dan memasarkan beberapa komoditas seperti gula putih
dan raw sugar; pengembangan usaha di bidang perkebunan, melalui pendirian pabrik
karung goni, pabrik karung plastik, dan lainnya; dalam usaha lain, m i s a l n
y a entitas mendirikan rumah sakit, pusat penelitian, bengkel, dan lainnya.
Bentuk Usaha
2.3. Bentuk usaha entitas adalah perseroan terbatas (persero) yang dapat memilik
i unit usaha, entitas anak, entitas asosiasi, usaha patungan, dan lainnya.
Kepemilikan
2.4. Entitas dimiliki oleh Negara, baik seluruhnya atau sebagian besar.
ketentuan umum laporan keuangan
Tujuan Laporan Keuangan
2.5. L aporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak
-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi, seperti: 1. peme
gang saham; 2. karyawan; 3. pemberi pinjaman; 4. pemasok dan kreditur usaha lain
nya; 5. pelanggan; 6. regulator; dan 7. masyarakat.
6
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.6. Pihak pengguna laporan keuangan entitas mempunyai kepentingan bersama dalam
rangka menilai: 1. usaha perkebunan dan usaha lainnya yang dilakukan entitas da
n kesinambungan usaha tersebut; 2. kinerja manajemen dalam melaksanakan tugas da
n tanggung jawabnya dalam mengelola entitas. 2.7. Laporan keuangan juga merupaka
n sarana pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercay
akan kepada mereka. 2.8. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan memberi
kan informasi kepada pengguna laporan keuangan mengenai: 1. jumlah dan sifat ase
t, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban entitas; 2. pengaruh transaksi, per
istiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat ekuitas; 3. jenis dan
jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam kurun waktu tertentu (satu p
eriode) dan hubungan antara keduanya; 4. cara entitas mendapatkan dan membelanja
kan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berp
engaruh pada likuiditasnya; 5. hasil usaha perkebunan dan usaha lainnya yang ter
kait; 6. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebaga
i pemilik; 7. keuntungan dan kerugian.
Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan
2.9. Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan k
euangan.
Komponen Laporan Keuangan
1. 2. 3. 4. 5. 2.10. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari: Laporan posisi
keuangan; Laporan laba rugi komprehensif; Laporan perubahan ekuitas; Laporan aru
s kas; Catatan atas laporan keuangan.
7
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Bahasa Laporan Keuangan
2.11. Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuang
an disusun juga selain dalam bahasa Indonesia, maka laporan keuangan tersebut ha
rus memuat informasi dan waktu (tanggal laporan keuangan dan cakupan periode) ya
ng sama. 2.12. Jika terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa, ma
ka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan keuangan dalam bahasa Indonesia.
Mata Uang Pelaporan
2.13. Mata uang pelaporan yang digunakan adalah rupiah. Jika entitas menggunakan
mata uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang tersebut ha
rus memenuhi kriteria mata uang fungsional. 2.14. Mata uang fungsional adalah ma
ta uang pada lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi. 2.15. Laporan k
euangan konsolidasian yang disajikan dalam mata uang fungsional harus mempertimb
angkan indikator mata uang fungsional pada entitas induk dan entitas anak. 2.16.
Entitas harus menggunakan pengaturan kurs di bawah ini, yaitu: 1. pos moneter m
ata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup; 2. pos nonmoneter yang diuku
r dalam biaya historis dalam mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada ta
nggal transaksi; dan 3. pos nonmeneter yang diukur pada nilai wajar dalam mata u
ang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan
.
Kebijakan Akuntansi
2.17. Kebijakan akuntansi harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan mencakup
semua hal yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Keua
ngan yang berlaku.
8
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.18. Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ada belum mengat
ur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan suatu transaksi at
au peristiwa, maka manajemen entitas harus menetapkan kebijakan akuntansi sehing
ga laporan keuangan yang disajikan memuat informasi yang relevan dengan kebutuha
n para pengguna laporan. 2.19. Dalam menetapkan kebijakan akuntansi, manajemen e
ntitas harus memperhatikan: 1. persyaratan dan pedoman dalam PSAK yang mengatur
hal-hal yang serupa dengan masalah terkait; 2. definisi dan kriteria pengakuan d
an pengukuran aset, liabilitas, penghasilan, dan beban yang ditetapkan dalam Ker
angka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK); 3. pernyataan ya
ng dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik industri yang lazim sepanj
ang konsisten dengan PSAK dan KDPPLK.
Penyajian Laporan Keuangan
2.20. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja ke
uangan, dan perubahan posisi keuangan disertai pengungkapan yang diharuskan sesu
ai dengan ketentuan yang berlaku. 2.21. Dalam penyajian pada laporan posisi keua
ngan, aset diklasifikasikan secara terpisah sebagai aset lancar dan aset tidak l
ancar, dan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka pan
jang. 1. 2. 3. 4. 2.22. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika
: entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual a
tau menggunakannya, dalam siklus operasi normal; entitas memiliki aset untuk tuj
uan diperdagangkan; entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka wak
tu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan; atau kas dan setara kas, kecu
ali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan lia
bilitas sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.
2.23. Entitas mengklasifikasikan suatu aset sebagai aset tidak lancar jika tidak
memenuhi karakteristik aset lancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf 2.22
di atas.
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
9

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.24. Entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek jik
a: 1. entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya; 2. entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdag
angkan; 3. liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan; 4. entitas tidak memiliki hak t
anpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 (
dua belas) bulan setelah periode pelaporan. 2.25. Entitas mengklasifikasikan sua
tu liabilitas sebagai liabilitas jangka panjang jika tidak memenuhi karakteristi
k liabilitas jangka pendek seperti yang dijelaskan dalam paragraf 2.24 di atas.
2.26. Laporan laba rugi komprehensif menyajikan seluruh pos penghasilan dan beba
n yang diakui dalam bentuk satu format laporan. 2.27. Perubahan ekuitas disajika
n berdasarkan urutan waktu terjadinya.
2.28. Laporan arus kas disajikan berdasarkan klasifikasi menurut aktivitas opera
si, investasi, dan pendanaan dengan metode langsung. 2.29. Catatan atas laporan
keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai kompon
en utamanya yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Infor
masi dalam catatan atas laporan keuangan harus berkaitan dengan pos-pos dalam la
poran posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas
, dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan kualitatif maupun kua
ntitatif. 2.30. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan mengguna
kan kata sebagian besar untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus
dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase. 2.31. Pada setiap halaman lapor
an posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, d
an laporan arus kas, harus diberi pernyataan bahwa catatan atas laporan keuangan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan.
10
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan
2.32. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode har
us konsisten, kecuali: 1. telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat
operasi entitas atau apabila dalam mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlih
at secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain lebih tepat unt
uk digunakan; 2. perubahan tersebut diatur oleh SAK. 2.33. Jika penyajian atau k
lasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka penyajian periode sebelum
nya harus direklasifikasi dan alasannya harus diungkapkan.
Perubahan Akuntansi
Perubahan Kebijakan Akuntansi
2.34. Perubahan kebijakan akuntansi dilakukan karena: 1. disyaratkan oleh SAK, d
imana perubahan kebijakan akuntansi tersebut diterapkan sesuai dengan ketentuan
transisi yang terdapat dalam SAK. Jika tidak diatur pada ketentuan transisi dala
m SAK maka harus dilakukan secara retrospektif; 2. dilakukan secara sukarela ole
h manajemen untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat memberikan informasi
lebih andal dan relevan. Perubahan kebijakan akuntansi tersebut diterapkan secar
a retrospektif. 2.35. Perubahan kebijakan secara retrospektif diterapkan dengan
melakukan penyesuaian terhadap: 1. saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpe
ngaruh untuk periode sajian paling awal; dan 2. jumlah komparatif lainnya diungk
apkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut sudah
diterapkan sebelumnya. 2.36. Penerapan suatu perubahan kebijakan akuntansi seca
ra retrospektif adalah tidak praktis pada saat entitas tidak dapat menerapkan ke
bijakan akuntansi baru setelah melakukan seluruh upaya yang rasional.
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
11

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.37. Penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif adalah tidak pr
aktis untuk suatu periode lalu tertentu, jika: 1. dampaknya tidak dapat ditentuk
an; 2. memerlukan asumsi mengenai maksud manajemen yang ada pada periode lalu te
rsebut; 3. memerlukan estimasi jumlah yang signifikan dan tidak mungkin untuk me
mbedakan secara objektif informasi mengenai estimasi yang: a. menyediakan bukti
atas keadaan yang ada pada tanggal ketika jumlah tersebut diakui, diukur, atau d
iungkapkan; dan b. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan periode lalu de
ngan informasi lain. 2.38. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak spesifik t
erhadap suatu periode, maka kebijakan akuntansi baru diterapkan secara prospekti
f pada awal periode paling awal ketika menjadi praktis serta membuat penyesuaian
saldo ekuitas yang terpengaruh. 2.39. Jika tidak praktis untuk menentukan dampa
k kumulatif terhadap periode lalu, maka informasi komparatif disesuaikan secara
prospektif sejak tanggal praktis paling awal.
Perubahan Estimasi Akuntansi
2.40. Estimasi akuntansi diubah jika terdapat perubahan jumlah tercatat aset dan
liabilitas atau jumlah konsumsi pemanfaatan periodik aset yang berasal dari pen
gujian status saat ini dan perkiraan manfaat masa depan dari aset dan liabilitas
. 2.41.
Kesalahan
Perubahan estimasi akuntansi diterapkan secara prospektif.
2.42. Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan menyajikan kembali secara retrospe
ktif: 1. periode sajian komparatif yang lalu ketika kesalahan terjadi; 2. saldo
awal pos yang terkait pada periode sajian paling awal, jika kesalahan terjadi se
belum periode sajian.
12
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.43. Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kesalahan secara spesifik ter
hadap suatu periode, maka entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, liabili
tas, dan ekuitas untuk periode paling awal di saat penyajian kembali retrospekti
f adalah praktis. 2.44. Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kesalahan s
ecara kumulatif, maka entitas menyajikan kembali informasi komparatif untuk meng
oreksi kesalahan secara prospektif dari tanggal praktis paling awal.
Materialitas dan Agregasi
2.45. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas.
2.46. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuanga
n, sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki
sifat dan fungsi yang sejenis. 2.47. Informasi dianggap material jika kelalaian
untuk mencantumkan, atau kesalahan dalam mencatat, informasi tersebut dapat memp
engaruhi keputusan yang diambil.
Saling Hapus
2.48. Jumlah aset dan liabilitas yang disajikan tidak boleh disalinghapuskan den
gan liabilitas atau aset lain kecuali sesuai dengan SAK dan saling hapus tersebu
t mencerminkan prakiraan realisasi atau penyelesaian aset atau liabilitas. 2.49.
Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh disalinghapuskan, kecuali pendapatan d
an beban yang disajikan secara neto sesuai dengan SAK.
Periode pelaporan
2.50. takwin. Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
13

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.51. Dalam hal entitas baru berdiri, laporan keuangan dapat disajikan untuk per
iode yang lebih pendek dari satu takwin. Selain itu, untuk kepentingan pihak lai
nnya, entitas dapat membuat dua laporan yaitu dengan menggunakan periode tahun t
akwin dan periode efektif, dengan mencantumkan: 1. alasan penggunaan periode pel
aporan selain periode satu tahunan; 2. fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam d
ua periode pelaporan laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, la
poran perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan tid
ak dapat diperbandingkan.
Informasi Komparatif
2.52. Laporan keuangan harus disajikan secara komparatif dengan periode yang sam
a pada tahun sebelumnya. 2.53. Informasi komparatif untuk laporan keuangan bersi
fat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan
kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. 2.54. La
poran keuangan harus disusun secara komparatif untuk 2 (dua) tahun buku terakhir
, agar lebih memberikan informasi yang jelas mengenai perkembangan keadaan keuan
gan entitas dari waktu ke waktu. 2.55. Entitas harus menyajikan tambahan laporan
posisi keuangan untuk posisi awal periode komparatif yang disajikan, jika: 1. m
enerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif; 2. membuat penyajian kembali
secara retrospektif akibat koreksi kesalahan; atau 3. membuat reklasifikasi pospos dalam laporan keuangan.
Laporan Keuangan Interim
2.56. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan lengkap untuk suatu perio
de interim yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Penyusunan l
aporan keuangan interim dapat dilakukan secara triwulanan, semesteran atau perio
de lain yang kurang dari satu tahun.
14
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1. 2. 3. 4. 5.
2.57. Laporan keuangan interim lengkap terdiri dari: Laporan posisi keuangan; La
poran laba rugi komprehensif; Laporan perubahan ekuitas; Laporan arus kas; dan C
atatan atas laporan keuangan.
2.58. Penyajian laporan keuangan interim triwulanan yang berakhir per 30 Septemb
er 20X1 adalah sebagai berikut:
Komponen Laporan Keuangan Laporan posisi keuangan Per Laporan laba rugi komprehe
nsif Untuk periode 9 bulan Untuk periode 3 bulan Laporan arus kas Untuk periode
9 bulan Laporan perubahan ekuitas Untuk periode 9 bulan Periode Interim 30 Septe
mber 20X1 1 Jan s/d 30 Sept 20X1 1 Juli s/d 30 Sept 20X1 1 Jan s/d 30 Sept 20X1
1 Jan s/d 30 Sept 20X1 Periode Komparatif 31 Desember 20X0 1 Jan s/d 30 Sept 20X
0 1 Juli s/d 30 Sept 20X0 1 Jan s/d 30 Sept 20X0 1 Jan s/d 30 Sept 20X0
Laporan Keuangan Konsolidasian
2.59. Entitas harus mengkonsolidasikan suatu entitas jika mempunyai pengendalian
atas entitas tersebut (entitas anak dan entitas bertujuan khusus). 2.60. Entita
s anak yang bergerak dalam jenis usaha yang berbeda atau tidak ada hubungannya d
engan jenis usaha entitas induk, dan memenuhi syarat pengendalian, maka laporan
keuangan entitas anak tersebut tetap dimasukkan dalam penyusunan laporan keuanga
n konsolidasian.
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
15

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Syarat Konsolidasi
2.61. Entitas memiliki pengendalian terhadap suatu entitas jika: 1. memiliki sec
ara langsung dan tidak langsung melalui entitas anak, lebih dari setengah kekuas
aan suara (voting power) entitas. 2. memiliki setengah atau kurang voting power
entitas, jika memenuhi salah satu dari hal-hal berikut ini: a. memiliki kekuasaa
n yang melebihi setengah hak suara (voting right) sesuai perjanjian dengan inves
tor lain; b. memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasiona
l entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; c. memiliki kekuasaan untu
k menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan direksi atau dewan komisaris atau
organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau organ terseb
ut; d. memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan dire
ksi dan dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas mel
alui dewan direksi dan dewan komisaris atau organ tersebut; 2.62. Entitas memper
timbangkan hak suara potensial dalam menilai keberadaan pengendalian atas entita
s lain. 2.63. Hak suara potensial dapat timbul apabila entitas memiliki waran sa
ham atau opsi saham, atau instrumen lain yang dapat dikonversikan menjadi saham.
Kepemilikan instrumen tersebut memberikan potensi bagi entitas untuk menambah v
oting power kepada entitas lain atau mengurangi voting power dari pihak lain. 2.
64. Entitas menilai apakah hak suara potensial berkontribusi terhadap munculnya
suatu pengendalian, dengan cara: 1. menguji fakta dan keadaan timbulnya hak suar
a potensial; 2. menguji syarat pelaksanaan hak suara potensial; 3. menguji perja
njian kontraktual lain, yang dipertimbangkan secara individu maupun kombinasi.
16
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.65. Tetapi, entitas tidak mempertimbangkan hal berikut dalam menilai hak suara
potensial, yaitu: 1. menilai maksud manajemen untuk melaksanakan atau mengkonve
rsi hak tersebut; 2. menilai kemampuan keuangan untuk melaksanakan atau mengkonv
ersi hak tersebut.
Prosedur Konsolidasi
2.66. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian, entitas menggabungkan secar
a satu per satu dengan menjumlahkan pos-pos sejenis dari aset, liabilitas, ekuit
as, penghasilan dan beban dari laporan keuangan entitas anak dan entitas bertuju
an khusus. 2.67. Entitas harus dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok
usahanya sebagai entitas ekonomi tunggal dalam laporan keuangan konsolidasian.
2.68. Prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan laporan konsolidasian adalah
sebagai berikut: 1. mengeliminasi jumlah tercatat investasi entitas terhadap en
titas anak sebesar porsi entitas atas ekuitas entitas anak; 2. menentukan kepent
ingan nonpengendali atas laba atau rugi entitas anak selama periode pelaporan; 3
. menentukan secara terpisah kepentingan nonpengendali dan bagian kepemilikan en
titas atas aset neto entitas anak. Kepentingan non pengendali atas aset neto ter
diri dari: a. jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis awa
l; b. bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal komb
inasi bisnis awal. 2.69. Untuk tujuan konsolidasian, tanggal laporan keuangan en
titas anak harus sama dengan tanggal laporan keuangan entitas. Apabila tanggal l
aporan keuangan tersebut berbeda, maka entitas anak harus menyusun laporan keuan
gan tambahan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan entitas. Apabila p
enyesuaian tanggal tersebut tidak dapat dilakukan, laporan
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
17

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


keuangan konsolidasian per tanggal laporan keuangan entitas masih dapat dilakuka
n sepanjang: 1. perbedaan tanggal laporan posisi keuangan tersebut tidak lebih d
ari 3 (tiga) bulan; dan 2. peristiwa atau transaksi material yang terjadi di ant
ara tanggal laporan posisi keuangan tersebut diungkapkan dalam catatan atas lapo
ran keuangan konsolidasian. 2.70. Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan
menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi yang sej
enis antara entitas dengan entitas anak. 2.71. Kepentingan non pengendali disaji
kan dalam ekuitas, terpisah dari ekuitas milik entitas.
Ketentuan Mengenai Pihak-pihak Berelasi
2.72. Laporan keuangan entitas harus berisi pengungkapan bahwa posisi keuangan d
an laba rugi telah dipengaruhi oleh keberadaan pihak-pihak berelasi, transaksi d
an saldo, dan komitmen dengan pihak tersebut. 2.73. Entitas memiliki relasi deng
an pemerintah dan entitas lain yang dikendalikan, dikendalikan bersama, atau dip
engaruhi secara signifikan oleh pemerintah.
Ketentuan Umum Aset Keuangan
Pengertian Aset Keuangan
2.74. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk: 1. kas; 2. instrumen ekui
tas yang diterbitkan oleh entitas lain, misalnya saham entitas lain; 3. hak kont
raktual, yaitu hak yang timbul dari kesepakatan, baik tertulis maupun tidak tert
ulis untuk: a. menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain, misaln
ya obligasi yang diterbitkan entitas lain dan piutang usaha; b. mempertukarkan a
set atau liabilitas keuangan dengan aset atau liabilitas keuangan entitas lain d
engan kondisi yang berpotensi menguntungkan.
18
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1. 2. 3. 4.
2.75. Aset keuangan dikategorikan sebagai: diukur pada nilai wajar melalui lapor
an laba rugi/Fair Value Through Profit and Loss (FVTPL); dimiliki hingga jatuh t
empo/Held-to-Maturity (HTM); pinjaman yang diberikan dan Piutang/Loan and Receiv
able (LR); tersedia untuk dijual/Available-for-sale (AFS).
Kategori Aset Keuangan FVTPL
2.76. Persyaratan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori FVTPL adala
h: 1. aset keuangan yang diklasifikasikan untuk tujuan diperdagangkan (trading);
atau 2. aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk FVTP
L (fair value option/FVO). 2.77. Syarat aset keuangan yang termasuk kelompok dip
erdagangkan adalah: 1. diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau
dibeli kembali dalam waktu dekat; 2. merupakan bagian portfolio instrumen keuan
gan tertentu yang dikelola dan terdapat bukti mengenai adanya pola untuk mengamb
il untung dalam jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; 3. deriva
tif. 2.78. Pengertian diperdagangkan mencerminkan aktivitas pembelian dan penjua
lan yang bersifat aktif dan berulang, dan umumnya digunakan untuk tujuan mempero
leh laba dari fluktuasi harga jangka pendek. 2.79. Persyaratan FVO dapat digunak
an untuk menghasilkan informasi yang lebih relevan karena untuk mengeliminasi at
au mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan suatu pengukuran atau pengaku
an yang akan timbul (accounting mismatch).
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
19

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


HTM
2.80. Persyaratan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori HTM adalah:
1. aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
jatuh temponya telah ditetapkan; dan 2. entitas mempunyai intensi positif dan k
emampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
LR
2.81. Syarat aset keuangan diklasifikasikan sebagai LR adalah: aset keuangan non
derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan; dan 2. tidak mempunyai
kuotasi di pasar aktif. 1.
AFS
2.82. Syarat aset keuangan sebagai AFS adalah: aset keuangan nonderivatif yang d
iklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual; 2. aset keuangan tidak dapat dikl
asifikasikan sebagai FVTPL, HTM atau LR. 1.
Ringkasan Perlakuan Akuntansi Aset Keuangan
2.83. Ringkasan perlakuan akuntansi untuk setiap kategori aset keuangan tersaji
dalam tabel berikut:
Kategori Jenis Pengakuan Premium, instrumen awal diskonto dan biaya transaksi FV
TPL Efek Efek diukur Biaya transaksi ekuitas dan pada biaya diakui sebagai utang
perolehan beban dalam dikurangi laporan biaya laba rugi transaksi komprehensif
Laporan posisi keuangan Nilai wajar Dampak perubahan nilai wajar Keuntungan atau
kerugian diakui dalam laba rugi Penurunan dan pemulihan nilai
20
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Kategori Jenis Pengakuan Premium, instrumen awal diskonto dan biaya transaksi HT
M Efek utang Efek diukur Diamortisasi pada biaya dengan suku perolehan bunga efe
ktif dan diakui sebagai pendapatan bunga
Laporan posisi keuangan Biaya perolehan yang telah diamortisasi dengan suku bung
a efektif
Dampak perubahan nilai wajar Penurunan dan pemulihan nilai
LR
Efek utang
Efek diukur pada biaya perolehan
Diamortisasi dengan suku bunga efektif dan diakui sebagai pendapatan bunga
Biaya perolehan yang telah diamortisasi dengan suku bunga efektif
AFS
Efek utang
Harga perolehan
Efek ekuitas
Harga perolehan
Diamortisasi dengan suku bunga efektif dan diakui sebagai pendapatan bunga Nilai wajar
Kenaikan dan penurunan diakui dalam pendapatan komprehensif lain
Nilai wajar
Kenaikan dan penurunan diakui dalam pendapatan komprehensif lain
Penurunan nilai diakui sebagai kerugian dalam laba rugi Pemulihan nilai diakui s
ebagai keuntungan dalam laba rugi Nilai tercatat setelah pemulihan tidak boleh m
elebihi nilai tercatat seandainya tidak terjadi penurunan nilai pada tanggal pem
ulihan tersebut Penurunan nilai diakui sebagai kerugian dalam laba rugi Pemuliha
n nilai diakui sebagai keuntungan dalam laba rugi Nilai tercatat setelah pemulih
an tidak boleh melebihi nilai tercatat seandainya tidak terjadi penurunan nilai
pada tanggal pemulihan tersebut Penurunan nilai diakui sebagai kerugian dalam la
ba rugi Pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan dalam laba rugi Nilai tercatat
setelah pemulihan tidak boleh melebihi nilai tercatat seandainya tidak terjadi
penurunan nilai pada tanggal pemulihan tersebut
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
21

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Kategori Jenis Pengakuan Premium, instrumen awal diskonto dan biaya transaksi In
strumen Harga ekuitas perolehan yang nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secar
a andal
Laporan posisi keuangan Harga perolehan
Dampak perubahan nilai wajar Penurunan dan pemulihan nilai
Penurunan nilai diakui sebagai kerugian dalam laba rugi Tidak ada pemulihan nila
i
Metode Suku Bunga Efektif
2.84. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung bi
aya perolehan yang diamortisasi dari aset keuangan dan metode untuk mengalokasik
an pendapatan bunga selama periode yang relevan. 2.85. Suku bunga efektif adalah
suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan
kas di masa depan selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebi
h tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat ne
to dari aset keuangan. 2.86. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas me
ngestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dala
m instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli dan opsi
serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan.
Penurunan Nilai
2.87. Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti objektif terjad
inya peristiwa yang merugikan yang berdampak pada estimasi arus kas masa datang
(indikasi penurunan nilai). 2.88. Indikasi-indikasi penurunan nilai adalah: Kesu
litan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; 2. Pelangga
ran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau
bunga; 1.
22
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3. 4. 5. 6.
Pemberian keringanan pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak
peminjam tidak mengalami kesulitan; Terdapat kemungkinan pihak peminjam akan di
nyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; Hilangnya pasar ak
tif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan, misalnya delisting; Data yang
dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan estimasi arus kas masa depan
dari kelompok aset keuangan, meskipun belum dapat diidentifikasi secara individu
al, termasuk; a. memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok; b.
kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas as
et dalam kelompok.
2.89. Uji penurunan nilai dilakukan secara individual untuk aset keuangan yang s
ignifikan yang terdapat indikasi penurunan nilai. Metode pembentukan candangan k
erugian penurunan nilai secara individual dengan perhitungan present value dari
estimasi arus kas masa depan dibandingkan jumlah tercatat. 2.90. Uji penurunan n
ilai dilakukan secara kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan dan ase
t keuangan yang signifikan tetapi tidak memiliki indikasi penurunan nilai berdas
arkan data kerugian historis.
Ketentuan Umum Liabilitas Keuangan
2.91. Liabilitas keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa kewajiban kontrakt
ual: 1. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya kepada entitas lain, mi
salnya utang usaha; atau 2. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas k
euangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi merugikan entitas. 2.
92. Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori diukur pada harga perole
han diamortisasi dengan metode suku bunga efektif (amortized cost).
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
23

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ketentuan Umum Pengungkapan Instrumen Keuangan
2.93. Secara umum untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan, hal-hal yang haru
s diungkapkan antara lain: 1. ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang ter
masuk namun tidak terbatas pada: a. kategorisasi dan dasar pengukuran aset keuan
gan dalam penyusunan laporan keuangan; dan b. kebijakan akuntansi lainnya yang r
elevan dengan aset keuangan yang dapat mendukung pemahaman terhadap laporan keua
ngan; 2. metode dan teknik penilaian (valuasi) yang digunakan; 3. kategorisasi d
an nilai tercatat aset keuangan dan liabilitas keuangan; 4. perubahan nilai waja
r atas aset keuangan dalam kategori FVTPL; 5. jumlah aset keuangan yang berpinda
h dari atau ke setiap kategori dan latar belakang perpindahan kategori tersebut;
6. tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risik
o aset keuangan dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada); 7. analisis te
rhadap aset keuangan berdasarkan karakteristik ekonomi yang sama; dan 8. jumlah
instrumen keuangan yang diterbitkan oleh pihak berelasi.
24
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

Bab III AKUNTANSI ASET


pengertian dan karakteristik aset
3.1. Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dimana manfaat ekonomis di masa depan diperkirakan akan dipe
roleh oleh entitas. 3.2. Manfaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset ad
alah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun
tidak langsung, atas arus kas dan setara kas. Potensi tersebut dapat berbentuk
sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas usaha. Mungkin pula b
erbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk ke
mampuan unt uk mengurangi pengeluaran kas. 3.3. Manfaat ekonomis masa depan yang
terwujud dalam aset dapat mengalir dengan beberapa cara, misalnya aset dapat: 1
. digunakan sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang
dijual oleh entitas; 2. dipertukarkan dengan aset lain; 3. digunakan untuk meny
elesaikan liabilitas; atau 4. dibagikan kepada para pemilik. 3.4. Pada umumnya,
aset memiliki bentuk fisik. Namun demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial
untuk menentukan eksistensi aset. Oleh karena itu, misalnya aset tidak berwujud
merupakan aset kalau mendatangkan manfaat ekonomis di masa depan dan dikendalik
an oleh entitas. 3.5. Pada umumnya aset dihubungkan dengan hak menurut hukum, te
rmasuk hak milik, misalnya piutang dan properti. Namun demikian, eksistensi aset
ditentukan bukan semata-mata oleh adanya hak milik tetapi berdasarkan
Bab III: Akuntansi Aset
25

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


kemampuan untuk mengendalikan manfaat yang diharapkan dari aset tersebut, misaln
ya properti yang diperoleh melalui sewa pembiayaan (finance lease), maka propert
i tersebut diakui menjadi aset. Selain itu, suatu barang atau jasa dapat memenuh
i definisi aset meskipun tidak dikuasai berdasarkan hukum, misalnya pengetahuan
yang diperoleh melalui aktivitas pengembangan dapat memenuhi definisi aset jika,
dengan merahasiakan pengetahuan tersebut, maka entitas menikmati manfaat yang d
iperkirakan dari pengetahuan tersebut. 3.6. Aset berasal dari transaksi atau per
istiwa lain yang terjadi di masa lalu. Aset biasanya diperoleh melalui pembelian
, tetapi transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan aset, misalnya pr
operti yang diterima dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsan
g pertumbuhan ekonomi nasional. 3.7. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan te
rjadi di masa depan tidak dengan sendirinya memunculkan aset, misalnya maksud un
tuk membeli persediaan tidak dengan sendirinya memenuhi definisi aset. 3.8. Terd
apat hubungan erat antara terjadinya pengeluaran dan timbulnya aset, tetapi kedu
a peristiwa ini tidak perlu harus terjadi bersamaan. Apabila entitas melakukan p
engeluaran, maka peristiwa ini memberikan bukti bahwa entitas tersebut memperkir
akan manfaat ekonomis, tetapi belum merupakan bukti konklusif bahwa suatu barang
atau jasa yang memenuhi definisi aset telah diperoleh. Sama halnya dengan tidak
adanya pengeluaran tidak mengecualikan suatu barang atau jasa memenuhi definisi
aset dan dengan demikian terdapat kemungkinan untuk diakui dalam laporan posisi
keuangan, misalnya barang atau jasa yang telah diterima melalui donasi memenuhi
definisi aset. 3.9. Aset kontinjensi merupakan aset potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak te
rjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam kendali entitas. 3.10. Timbulnya aset kontinjensi biasanya b e r a s a l
dari peristiwa tidak terencana atau tidak diperkirakan yang menimbulkan kemungki
nan arus masuk manfaat ekonomis.
26
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.11. Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat menimbul
kan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah terealisasikan. Akan tetapi,
apabila realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, aset tersebut bukan merup
akan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset. 3.12. Aset kontinjensi har
us dikaji ulang secara terus-menerus untuk memastikan bahwa perkembangannya tela
h tercermin dengan semestinya dalam laporan keuangan. Jika dapat dipastikan bahw
a entitas akan menerima arus masuk manfaat ekonomis, maka diakui sebagai aset da
n penghasilan terkait pada periode timbulnya kepastian tersebut. 3.13. Akan teta
pi, apabila yang timbul hanya kemungkinan besar (bahwa akan memperoleh arus masu
k manfaat ekonomis), maka diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Pengu
ngkapan tersebut meliputi uraian singkat mengenai karakteristik aset kontinjensi
pada tanggal laporan posisi keuangan dan, apabila praktis, estimasi dampak keua
ngannya.
Bab III: Akuntansi Aset
27

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


aset lanCar
Kas dan Setara Kas
Definisi
3.14. Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang asing y
ang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan rekening giro. 3.15. Seta
ra kas adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek, dan cepat dapat di
jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang s
ignifikan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4. 5.
3.16. Dasar pengaturan untuk kas dan setara kas antara lain: PSAK 2: Laporan Aru
s Kas; PSAK 23: Pendapatan; PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; PSAK 55: Ins
trumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungk
apan.
Penjelasan
3.17. Kas dan setara kas merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kat
egori LR. 3.18. Suatu investasi dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya j
ika segera akan jatuh tempo misalnya dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak ta
nggal perolehannya. 1. 2. 3. 4. 3.19. Kas dan setara kas antara lain terdiri dar
i: kas, baik dalam rupiah maupun mata uang asing; giro pada bank; setoran dalam
perjalanan; deposit on call.
3.20. Deposit on call adalah simpanan yang hanya dapat ditarik dengan syarat pem
beritahuan sebelumnya.
28
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
3.21. Kas dan setara kas diakui pada saat terjadinya sebesar nilai nominal.
Penyajian
3.22.
Kas dan setara kas disajikan dalam kelompok aset lancar.
Pengungkapan
1. 2. 3.
3.23. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian jenis dan jumlah kas d
an setara kas; kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya; pengungkapan lain
nya.
3.24. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan in
strumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat penerimaan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapatan usaha/piutang/pos ter
kait Pada saat penggunaan Db. Utang usaha/beban usaha/pos terkait Kr. Kas dan se
tara kas
2.
Bab III: Akuntansi Aset
29

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Piutang Usaha
Definisi
3.25. Piutang usaha adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang atau j
asa dari kegiatan usaha entitas.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
3.26. Dasar pengaturan untuk piutang usaha antara lain: PSAK 23: Pendapatan; PSA
K 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran; PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.27. Piutang usaha merupakan tagihan kepada pihak lain atas penjualan barang at
au pemberian jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha sesuai anggaran dasa
r. 3.28. Piutang usaha merupakan hak yang muncul dari penyerahan barang atau jas
a, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara entitas dan pihak lain, yang
mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas barang atau jasa y
ang telah diterimanya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan. 3.29. Transaksi piutang usaha, antara lain, memiliki karakteristik
sebagai berikut: 1. adanya penyerahan barang atau jasa; 2. persetujuan atau kese
pakatan berutang; 3. jangka waktu tertentu. 3.30. Piutang usaha antara lain bera
sal dari penjualan produk atau jasa dari aktivitas utama entitas. 3.31. Piutang
usaha merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori LR.
30
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.32. Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pa
da ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89 2.90. 3.33. Cadangan pe
nurunan nilai (yaitu cadangan penurunan piutang tidak tertagih yang sudah 100% d
ari jumlah piutang), tetap disajikan sebagai bagian piutang.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.34. Piutang usaha diakui pada saat barang disera
hkan kepada pembeli sesuai dengan perjanjian penjualan barang. 1. FOB shipping p
oint diakui pada saat barang diterima entitas pengiriman untuk diserahkan kepada
pembeli; 2. FOB destination diakui pada saat barang diterima pembeli. Pengukura
n selanjutnya 3.35. Piutang usaha berkurang pada saat pembayaran diterima atau d
ihapuskan. 3.36. Penurunan nilai piutang usaha diakui sebagai kerugian pada peri
ode terjadinya. 3.37. Pemulihan nilai piutang usaha diakui sebagai keuntungan pa
da periode terjadinya. 3.38. Piutang usaha dihentikan pengakuannya pada saat dis
elesaikan melalui pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.
3.39. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka diakui seba
gai pendapatan nonusaha.
Penyajian
3.40.
Piutang usaha disajikan dalam kelompok aset lancar.
31
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5.
3.41. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian jenis dan jumlah piuta
ng; jumlah piutang dengan pihak-pihak berelasi; metode pembentukan dan jumlah ca
dangan kerugian penurunan nilai piutang; jumlah piutang yang dijadikan agunan pi
njaman bank; pengungkapan lainnya.
3.42. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan in
strumen keuangan secara umum pada Bab II paragaraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat penjualan barang/jasa Db. Piutang usaha Kr. Penjualan ekspor/lokal Pad
a saat menerima pembayaran Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang yang terkait Pada
saat terjadi penurunan nilai: Db. Beban penurunan nilai piutang Kr. Akumulasi pe
nurunan nilai piutang Pada saat hapus buku Db. Akumulasi cadangan penurunan nila
i piutang Db. Beban penghapusan piutang Kr. Piutang usaha Pada saat penerimaan p
elunasan piutang yang telah dihapusbukukan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapatan
nonusaha
2.
3.
4.
5.
32
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Piutang Lain-lain
Definisi
3.43. Piutang lain-lain adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang at
au jasa dari kegiatan diluar kegiatan usaha entitas.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
3.44. Dasar pengaturan untuk piutang lain-lain antara lain: PSAK 23: Pendapatan;
PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran; PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.45. Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau piutang s
elain piutang usaha. 3.46. Piutang lain-lain merupakan hak yang muncul dari peny
erahan barang atau jasa diluar kegiatan usaha entitas, berdasarkan persetujuan a
tau kesepakatan antara entitas dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain terseb
ut untuk melunasi pembayaran atas barang atau jasa yang telah diterimanya atau u
tangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. 3.47. Piutang l
ain-lain antara lain berasal dari pemberian pinjaman kepada pihak lain, seperti
karyawan. 3.48. Piutang lain-lain merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan
dalam kategori LR. 3.49. Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai
piutang mengacu pada ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89 2.90
. 3.50. Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan penurunan piutang tidak tertagi
h yang sudah 100% dari jumlah piutang), tetap disajikan sebagai bagian piutang.
Bab III: Akuntansi Aset
33

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.51. Piutang lain-lain diakui pada saat aset, mis
alnya kas, diserahkan kepada pihak lain. Pengukuran selanjutnya 3.52. Piutang be
rkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan. 3.53. Penurunan nilai piu
tang lain-lain diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya. 3.54. Pemulihan
nilai piutang lain-lain diakui sebagai keuntungan pada periode terjadinya. 3.55.
Piutang lain-lain dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui peluna
san atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain. 3.56. Apabila terjadi pe
mbayaran setelah piutang dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan nonusaha.
Penyajian
3.57.
Piutang lain-lain disajikan dalam kelompok aset lancar.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4.
3.58. Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: rincian jenis dan jumlah piut
ang; jumlah piutang dengan pihak-pihak yang berelasi; metode pembentukan dan jum
lah cadangan kerugian penurunan nilai piutang yang dibentuk; pengungkapan lainny
a.
34
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.59. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan in
strumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Piutang lain-lain Kr. Kas dan setara kas Pada saat
menerima pembayaran Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang lain-lain Pada saat terja
di penurunan nilai Db. Beban penurunan nilai piutang Kr. Akumulasi penurunan nil
ai piutang Pada saat hapus buku Db. Akumulasi penurunan nilai piutang Db. Beban
penghapusan piutang Kr. Piutang lain-lain Pada saat penerimaan pelunasan piutang
yang telah dihapusbukukan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapatan nonusaha
2.
3.
4.
5.
Bab III: Akuntansi Aset
35

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek
Definisi
3.60. Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah piutang yang timbul sebagai
akibat dari transaksi nonusaha dengan pihak-pihak yang berelasi, selain untuk p
os yang telah ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan dalam satu periode s
etelah tanggal laporan posisi keuangan yang diselesaikan dengan menggunakan kas
atau aset keuangan lainnya. 3.61. Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas
lain yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan. 3.62. Transa
ksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban anta
ra entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang d
ibebankan.
Dasar Pengaturan
3.63. Dasar pengaturan untuk piutang antar badan hukum jangka pendek antara lain
: 1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang berelasi; 2. PSAK 50: Instrumen Keuan
gan: Penyajian; 3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; 4. PSA
K 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.64. Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah hubungan antar entitas BUMN perk
ebunan. 3.65. Piutang antar badan hukum jangka pendek mencakup piutang yang timb
ul dari transaksi nonusaha antara entitas dengan entitas lain, entitas anak, dan
entitas asosiasinya yang berelasi, dimana akan diselesaikan dalam satu periode
setelah tanggal laporan posisi keuangan. Sedangkan untuk piutang yang timbul dar
i transaksi usaha, termasuk dalam bagian piutang usaha.
36
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.66. Piutang antar badan hukum terdiri dari antara lain: 1. piutang yang berasa
l dari transaksi di luar usaha melalui rekening antar badan hukum yang dilakukan
pelunasan piutang secara reguler, misalnya piutang atas pengobatan dan biaya ru
mah sakit untuk karyawan. Penyelesaian atas piutang tersebut dapat berupa kas at
au aset nonkeuangan lainnya; 2. piutang yang berupa modal kerja. 3.67. Piutang a
ntar badan hukum jangka pendek termasuk aset keuangan yang diklasifikasikan dala
m kategori LR. 3.68. Untuk piutang antar badan hukum yang akan dilakukan pelunas
an secara reguler, tidak perlu dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan ca
dangan kerugian penurunan nilai piutang. 3.69. Untuk piutang antar badan hukum y
ang berupa modal kerja perlu dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan cada
ngan kerugian penurunan nilai piutang. Metode untuk menentukan cadangan kerugian
penurunan nilai piutang adalah secara individual. 3.70. Tata cara pembentukan c
adangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pada ketentuan umum aset keuang
an pada Bab II paragraf 2.892.90.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.71. Piutang antar badan hukum jangka pendek diak
ui pada saat penyerahan aset sebesar jumlah yang diserahkan. Pengukuran selanjut
nya 3.72. Untuk piutang modal kerja, biaya transaksi (jika ada amortisasi atas p
remium, diskon atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan
piutang tersebut) diamortisasi dengan suku bunga efektif. 3.73. Penurunan nilai
piutang antar badan hukum jangka pendek diakui sebagai kerugian pada periode ter
jadinya.
Bab III: Akuntansi Aset
37

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.74. Pemulihan nilai piutang antar badan hukum jangka pendek diakui sebagai keu
ntungan pada periode terjadinya. 3.75. Apabila terjadi pembayaran setelah piutan
g dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan nonusaha. 3.76. Piutang antar ba
dan hukum dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui pelunasan atau
dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.
Penyajian
3.77. Piutang antar badan hukum jangka pendek disajikan dalam kelompok aset lanc
ar.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3.78. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian piutang antar badan hu
kum jangka pendek berdasarkan jenis, umur dan jumlah; kebijakan dan metode akunt
ansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diter
apkan; nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh pemerintah)
dan sifat hubungannya dengan entitas; sifat dan jumlah setiap transaksi yang sec
ara individual signifikan; untuk transaksi yang signifikan secara kolektif; indi
kasi kuantitatif atau kualitatif luasnya transaksi; pengungkapan lainnya.
3.79. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan in
strumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Piutang antar badan hukum jangka pendek Kr. Kas dan
setara kas
38
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.
Pada saat penyelesaian Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang antar badan hukum jang
ka pendek Pada saat terjadi penurunan nilai Db. Beban kerugian penurunan nilai p
iutang Kr. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang Pada saat hapus buku Db. A
kumulasi kerugian penurunan nilai piutang Db. Beban penghapusan piutang Kr. Piut
ang antar badan hukum jangka pendek Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar
badan hukum jangka pendek yang telah dihapusbukukan Db. Kas dan setara kas Kr.
Pendapatan nonusaha
3.
4.
5.
Bab III: Akuntansi Aset
39

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Investasi Jangka Pendek
Definisi
3.80. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan d
imaksudkan untuk dimiliki selama satu tahun atau kurang, yang berbentuk aset keu
angan. 3.81. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat di
lakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian dengan bank.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
3.82. Dasar pengaturan untuk investasi jangka pendek antara lain: PSAK 23: Penda
patan; PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; PSAK 55: Instrumen Keuangan: Peng
akuan dan Pengukuran; PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan;
Penjelasan
3.83. Investasi jangka pendek adalah penanaman dana yang berisiko atau yang seje
nis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan yang diperkirakan akan direalis
asi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan. 3.84. Inv
estasi jangka pendek yang dimaksud adalah penempatan dana di bank dan surat berh
arga (efek), antara lain dalam bentuk: 1. penempatan dana di bank, misalnya depo
sito berjangka yang akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal laporan po
sisi keuangan; 2. penempatan dana pada efek utang, misalnya obligasi, yang akan
jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal laporan posisi keuangan; 3. penempa
tan dana pada efek ekuitas, misalnya saham, yang bersifat jangka pendek. 3.85. I
nvestasi jangka pendek merupakan aset keuangan yang dikategorikan menjadi: 1. di
ukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL); 2. investasi dimiliki h
ingga jatuh tempo (HTM); 3. tersedia untuk dijual (AFS); 4. pinjaman yang diberi
kan dan piutang (LR).
40
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.86. Jenis investasi jangka pendek dengan kategori aset keuangan ditunjukkan da
lam matrik berikut ini:
No 1. 2. 3. Jenis Investasi Jangka Pendek Deposito berjangka Obligasi Saham FVTP
L HTM AFS LR Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.87. Penempatan dana sebagai investasi jangka pen
dek di bank diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai nominal. 3.
88. Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di surat berharga/ efek diak
ui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar biaya perolehan. 3.89. Biaya tran
saksi kategori FVTPL diakui sebagai beban periode berjalan. 3.90. Biaya transaks
i kategori AFS, LR, dan HTM diakui sebagai penambah biaya perolehan. Pengukuran
selanjutnya 3.91. Investasi jangka pendek dalam kategori FVTPL dan AFS diukur pa
da nilai wajar. 3.92. Investasi jangka pendek dalam kategori HTM dan LR diukur p
ada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif (lih
at paragraf 2.85). Perubahan nilai wajar 3.93. Untuk investasi jangka pendek dal
am kategori FVTPL, kenaikan atau penurunan nilai wajar diakui dalam laba rugi.
Bab III: Akuntansi Aset
41

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.94. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS, kenaikan dan penurunan n
ilai wajar diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Penurunan nilai 3.95. Untu
k investasi jangka pendek dalam kategori AFS, HTM dan LR, penurunan nilai diakui
sebagai kerugian. Pemulihan nilai 3.96. Untuk investasi jangka pendek dengan ka
tegori AFS, HTM dan LR, pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan. 3.97. Jumlah
pemulihan nilai tersebut tidak boleh mengakibatkan jumlah tercatat pada saat pem
ulihan melebihi jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi penurunan nilai. Penda
patan Investasi 3.98. Pendapatan bunga, dividen, keuntungan atau kerugian akibat
investasi jangka pendek diakui sebagai pendapatan dan beban nonusaha. Penghenti
an Pengakuan 3.99. Investasi jangka pendek dihentikan pengakuannya pada saat dil
epaskan misalnya dijual atau jatuh tempo. 3.100. Keuntungan atau kerugian dari p
elepasan invetasi jangka pendek diakui dalam laba rugi.
Penyajian
3.101. Investasi jangka pendek disajikan dalam kelompok aset lancar.
42
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
3.102. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: cakupan dan sifat instrumen k
euangan, termasuk syarat dan kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu
dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi
yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan pengukuran; apakah pembelian da
n penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau penyelesaian; nilai tercatat dar
i investasi jangka pendek yang dijadikan agunan; nilai tercatat dari investasi j
angka pendek yang termasuk bagian diperdagangkan; alasan reklasifikasi, jika mel
akukan reklasifikasi; item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau keru
gian akibat investasi jangka pendek; sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.
3.103. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal Kategori FVTPL
1.
Pada saat perolehan Db. Investasi jangka pendek FVTPL Kr. Kas dan setara kas Pad
a saat perubahan nilai wajar a. Terjadi keuntungan Db. Investasi jangka pendek F
VTPL Kr. Keuntungan b. Terjadi kerugian Db. Kerugian Kr. Investasi jangka pendek
FVTPL
2.
Bab III: Akuntansi Aset
43

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.
Pada saat pengakuan pendapatan investasi a. Pada saat pengakuan Db. Piutang divi
den/bunga Kr. Pendapatan dividen/bunga b. Pada saat penerimaan Db. Kas dan setar
a kas Kr. Piutang dividen/bunga
4.
Pada saat penjualan investasi Db. Kas atau setara kas Dr/Kr. Keuntungan/kerugian
Kr. Investasi jangka pendek
Kategori AFS
1.
Pada saat perolehan Db. Investasi jangka pendek AFS Kr. Kas dan setara kas Pada
saat penyesuaian nilai wajar a. Terjadi kenaikan Db. Investasi jangka pendek AFS
Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain) b. Terjadi penurunan
Db. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain) Kr. Investasi jangka
pendek AFS Pada saat pengakuan pendapatan investasi Sama dengan ilustrasi jurna
l untuk kategori FVTPL di atas Pada saat penurunan nilai Db. Kerugian penurunan
nilai Db/Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain) Kr. Investas
i jangka pendek AFS Pada saat pemulihan nilai Db. Investasi jangka pendek AFS Kr
. Keuntungan pemulihan nilai
2.
3. 4.
5.
44
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


6.
Pada saat pelepasan Db. Kas dan setara kas Db/Kr Penyesuaian nilai wajar (pendap
atan komprehensif lain) Db/Kr Kerugian/Keuntungan Kr. Investasi jangka pendek-AF
S
Kategori HTM dan LR
1.
Pada saat perolehan awal a. Diperoleh dengan premium Db. Investasi
HTM/LR Db. Investasi jangka pendek premium Kr. Kas dan setara
dengan diskonto Db. Investasi jangka pendek HTM/LR Kr. Investasi
iskonto Kr. Kas dan setara kas c. Diperoleh pada par Db. Investasi
HTM/LR Kr Kas dan setara kas

jangka
kas b.
jangka
jangka

pendek
Diperoleh
pendek d
pendek

2.
Pendapatan bunga a. Diperoleh dengan premium Db. Kas dan setara kas Db. Amortisa
si premium (pengurang pendapatan bunga) Kr. Investasi jangka pendek premium Kr.
Pendapatan bunga b. Dip erol eh dengan diskon Db. Kas dan setara kas Db. Investa
si jangka pendek diskonto Kr. Amortisasi diskonto (penambah pendapatan bunga) Kr
. Pendapatan bunga c. Diperoleh pada par Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapatan b
unga
Bab III: Akuntansi Aset
45

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3. 4.
Pada saat perubahan nilai wajar Tidak ada jurnal Pada saat penurunan nilai Db. K
erugian penurunan nilai Kr. Investasi jangka pendek HTM/LR Pada saat pemulihan n
ilai Db. Investasi jangka pendek HTM/LR Kr. Keuntungan pemulihan nilai Pada saat
jatuh tempo a. Dengan diskonto Db. Kas atau setara kas Db. Investasi jangka pen
dek diskonto Kr. Investasi jangka pendek HTM/LR Kr. Pendapatan bunga b. Dengan p
remium Db. Kas atau setara kas Db. Pendapatan bunga Kr. Investasi jangka pendek
premium Kr. Investasi jangka pendek HTM/LR c. Pada Par Db. Kas dan setara kas Kr
. Investasi jangka pendekHTM/LR Kr. Pendapatan bunga
5.
6.
46
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Persediaan
Definisi
1. 2. 3.
3.104. Persediaan adalah: aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha n
ormal; aset dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau aset yang ters
edia dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam pemberian pelaya
nan, proses produksi, dan mendukung kegiatan administratif.
3.105. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset an
tar pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu t
ransaksi dengan wajar. 3.106. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga wajar
penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi dengan taksiran biaya yang dipe
rlukan untuk melaksanakan penjualan, jika ada. 3.107. Produk utama adalah produk
yang dimaksudkan untuk dihasilkan dari suatu proses produksi yang serentak. 3.1
08. Produk sampingan adalah produk yang tidak dimaksudkan untuk dihasilkan dari
suatu proses produksi yang serentak dan mempunyai nilai yang relatif rendah.
Dasar Pengaturan
3.109. Dasar pengaturan untuk persediaan antara lain adalah PSAK 14: Persediaan.
Penjelasan Jenis Persediaan
3.110. Persediaan yang dimiliki entitas dalam bentuk hasil tanaman, barang dalam
proses, bahan baku, bahan pelengkap serta biaya persediaan tebu giling (biaya-b
iaya perawatan, pemupukan dan biaya lainnya yang berhubungan untuk menghasilkan
tanaman termasuk tanaman tebu giling tahun berjalan dan biaya penyusutan bibit k
epras)
Bab III: Akuntansi Aset
47

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.111. Persediaan hasil tanaman, antara lain terdiri dari: 1. minyak sawit; 2. i
nti sawit; 3. karet; 4. teh; 5. gula; 6. tetes; 7. alkohol/spirtus; 8. kopi; 9.
kakao; 10. bibit (untuk entitas yang bisnis utamanya menjual bibit); 11. lain-la
in. 3.112. Persediaan barang dalam proses, antara lain terdiri dari: 1. tembakau
dalam proses; 2. gula sisan; 3. lain-lain. 3.113. Persediaan bahan baku dan bah
an pelengkap, antara lain terdiri dari: 1. pupuk; 2. obat-obatan tanaman (pestis
ida dan sebagainya); 3. suku cadang (yang bukan merupakan suku cadang utama mesi
n tertentu); 4. bahan bakar; 5. lain-lain.
Penentuan Biaya Persediaan
3.114. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biay
a lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. 3
.115. Rumus biaya yang digunakan adalah: 1. rata-rata tertimbang; 2. rata-rata t
ertimbang dihitung untuk setiap kelompok persediaan, misalnya rata-rata tertimba
ng persediaan inti sawit, rata-rata tertimbang persediaan minyak sawit, rata-rat
a tertimbang gula, rata-rata tertimbang tetes, dan seterusnya.
48
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.116. Biaya perolehan persediaan terdiri dari: 1. biaya pembelian persediaan; 2
. biaya konversi; dan 3. biaya lain-lain (jika ada). 3.117. Penentuan besarnya b
iaya pembelian persediaan yaitu: dalam hal persediaan diperoleh dari pihak luar
yang kemudian diproses lebih lanjut oleh entitas, maka biaya pembelian sebesar h
arga pembelian (termasuk ongkos angkut dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sam
pai barang tersebut diterima di tempat) setelah dikurangi diskon dan sebagainya,
termasuk pajak yang tidak bisa direstitusi; 2. dalam hal persediaan diperoleh d
ari internal entitas, maka biaya pembelian sebesar jumlah tercatat aset yang dit
ransfer (transfer cost) berdasarkan rata-rata tertimbang untuk diolah lebih lanj
ut menjadi persediaan; 3. untuk persediaan yang diperoleh dari hasil aset tanama
n tahunan dan aset tanaman semusim, biaya pembelian persediaan/biaya input berup
a biaya penyusutan dari aset tanaman tahunan dan aset tanaman semusim. 1. 3.118.
Biaya konversi terdiri dari: 1. biaya yang secara langsung terkait unit persedi
aan yang diproduksi, yang terdiri dari: a. biaya tenaga kerja langsung; b. biaya
bahan baku langsung lainnya; 2. overhead produksi yang terdiri dari: a. overhea
d produksi yang bersifat variabel b. overhead produksi yang bersifat tetap, yait
u: 1) alokasi overhead produksi tetap didasarkan pada kapasitas normal fasilitas
produksi; 2) kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diperkirakan akan
tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memperhitu
ngkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana; 3) overhead produksi ya
ng dimaksud adalah overhead yang terjadi di kebun/pabrik/unit.
Bab III: Akuntansi Aset
49

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.119. Biaya lain-lain dapat dibebankan ke persediaan jika biaya tersebut timbul
agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipakai atau di
jual. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya ove
rhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus sebagai b
iaya persediaan. T etapi hal tersebut kecil kemungkinannya terjadi di bidang usa
ha entitas yang bersifat masal atau produk yang dihasilkan bersifat komoditas.
Biaya-biaya yang Tidak Termasuk Persediaan
3.120. Biaya-biaya yang tidak terkait langsung dengan unit persediaan yang dipro
duksi (misalnya biaya umum seperti gaji pimpinan dan tata usaha pabrik) tidak di
perkenankan menambah harga persediaan yang diproduksi. 3.121. Biaya pemborosan t
idak boleh diakui sebagai harga pokok produksi dan persediaan. 3.122. Beban bonu
s yang diberikan kepada pegawai di kebun/pabrik/unit tidak termasuk komponen ove
rhead produksi. 3.123. Beberapa contoh biaya yang tidak diakui sebagai bagian da
ri biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah: 1.
jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal; 2
. biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi seb
elum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya; 3. biaya umum di kebun/pabrik/u
nit yang tidak memberikan kontribusi langsung untuk membuat persediaan berada da
lam lokasi dan kondisi sekarang, tidak dimasukkan dalam komponen harga pokok pro
duksi; 4. biaya penjualan; 5. biaya umum di luar kebun/pabrik/unit, misalnya bia
ya umum kantor pusat atau kantor direksi, kantor distrik/grup usaha/SBU tidak di
akui sebagai bagian dari biaya persediaan.
Produk sampingan
3.124. Hasil penjualan produk sampingan tidak boleh mengurangi biaya produk utam
a, tetapi diakui sebagai pendapatan nonusaha.
50
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.125. Contoh produk sampingan: baggase tebu, cangkang sawit, dan lain lain.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.126. Persediaan perolehan.
diakui
pada
saat
perolehan
sebesar
biaya
3.127. Pada setiap tanggal pelaporan persediaan diukur mana yang lebih rendah an
tara biaya perolehan dengan nilai realisasi bersih. 3.128. Penurunan nilai perse
diaan akibat nilai realisasi bersih lebih rendah daripada biaya perolehan diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan. 3.129. Persediaan berkurang pada saat d
igunakan atau dijual.
Penyajian
3.130. Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar.
Pengungkapan
3.131. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: kebijakan akuntansi yang digu
nakan dalam pengukuran persediaan, 1. termasuk rumus biaya yang dipakai; 2. juml
ah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi persediaan; 3. pe
ngungkapan terpisah untuk persediaan tanaman semusim yang ada pada tanggal lapor
an posisi keuangan; 4. jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai rea
lisasi bersih; 5. jumlah pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebag
ai pengurang beban persediaan selama periode berjalan; 6. 7. 8. kondisi atau per
istiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang telah diturunkan; nil
ai tercatat persediaan yang dijadikan sebagai agunan; pengungkapan lainnya.
51
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan persediaan Db. Persediaan Kr. Kas dan setara kas/pos terkait
Pemakaian bahan baku dan pelengkap Db. Beban/pos yang terkait Kr. Persediaan Pe
njualan persediaan hasil jadi Db. Kas dan setara kas/piutang usaha Kr. Penjualan
(pendapatan usaha) Penjualan produk sampingan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendap
atan nonusaha Pada saat terjadi penurunan nilai Db. Kerugian penurunan nilai per
sediaan Kr. Selisih penurunan nilai persediaan (pengurang nilai persediaan) Pada
saat pemulihan nilai Db. Selisih penurunan nilai persediaan Kr. Pendapatan pemu
lihan nilai persediaan (pengurang beban persediaan)
2.
3.
4.
5.
6.
52
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Dimiliki untuk Dijual
Definisi
3.132. Aset dimiliki untuk dijual adalah aset tidak lancar yang jumlah tercatatn
ya akan dipulihkan dengan penjualan bukan digunakan lebih lanjut.
Dasar Pengaturan
3.133. Dasar pengaturan untuk aset dimiliki untuk dijual antara lain adalah PSAK
58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
Penjelasan
3.134. Aset dimiliki untuk dijual berasal dari aset tidak lancar yang akan dijua
l daripada terus dipergunakan. 3.135. Persyaratan suatu aset dapat diklasifikasi
kan sebagai aset tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut: 1. aset tersedia
untuk segera dijual dalam kondisinya sekarang; 2. kondisi sekarang aset tersebut
sesuai dengan persyaratan dalam suatu penjualan untuk aset tersebut; dan 3. pen
jualan tersebut harus kemungkinan besar terjadi. 3.136. Kondisi yang mengindikas
ikan bahwa penjualan kemungkinan besar terjadi yaitu: 1. adanya komitmen dari ma
najemen entitas terhadap rencana penjualan aset tersebut termasuk sudah ada pers
etujuan dari pemegang saham (Kementerian Negara BUMN); 2. manajemen entitas haru
s sudah mengadakan suatu program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan r
encana penjualan tersebut; 3. aset tersebut harus dipasarkan secara aktif pada h
arga yang pantas sesuai dengan nilai wajar kininya; 4. penjualan diperkirakan te
rjadi dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi. Penjualan dapat dilakukan
lebih dari satu tahun, dan aset tersebut tetap diklasifikasikan sebagai dimilik
i untuk dijual jika:
Bab III: Akuntansi Aset
53

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.
a. penundaan tersebut disebabkan oleh peristiwa atau keadaan di luar kendali ent
itas; dan b. terdapat cukup bukti bahwa entitas tetap berkomitmen atas rencana p
enjualan tersebut; tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana
penjualan harus mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadinya perubahan signifik
an atau pembatalan rencana penjualan tersebut sangat kecil.
3.137. Aset yang ditinggalkan sementara tidak termasuk aset dimiliki untuk dijua
l karena akan digunakan di masa mendatang.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.138. Aset dimiliki untuk dijual diakui pada saat
ditetapkan akan dijual atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. 3.1
39. Aset dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara: 1. ju
mlah tercatat, dengan 2. nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Apabila nila
i wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah daripada jumlah tercatat, mak
a selisihnya diakui sebagai kerugian. Pengukuran selanjutnya 3.140. Pada setiap
tanggal pelaporan: 1. apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih re
ndah daripada jumlah tercatat, maka selisihnya diakui sebagai kerugian; 2. apabi
la nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual meningkat, maka diakui sebagai keun
tungan maksimal sebesar jumlah kerugian yang pernah diakui. 3.141. Aset dimiliki
untuk dijual tidak dilakukan penyusutan.
54
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
3.142. Aset dimiliki untuk dijual disajikan dalam kelompok aset lancar.
Pengungkapan
3.143. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. penjelasan mengenai aset t
idak lancar yang diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual; 2. penjela
san mengenai fakta dan keadaan penjualan atau ekspektasian penjualan, dan ekspek
tasi pelaksanaan dan waktu pelepasan; 3. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Aset dimiliki untuk dijual (aset lancar) Db. Kerugi
an penurunan nilai (jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah
daripada jumlah tercatat) Db. Akumulasi penyusutan Kr. Aset tetap/properti inves
tasi/pos aset tidak lancar lain Pengukuran setelah pengakuan awal a. Jika terjad
i kenaikan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual 1) Jika ada kerugian penuru
nan nilai diakui pada awal pengakuan, maka kenaikan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual diakui sebagai keuntungan. Db. Aset dimiliki untuk dijual Kr. Keun
tungan kenaikan nilai (maksimal sama dengan jumlah kerugian yang telah diakui se
belumnya) 2) Jika tidak ada kerugian penurunan nilai yang telah diakui, maka tid
ak ada pengakuan keuntungan. Tidak ada jurnal
2.
Bab III: Akuntansi Aset
55

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


b. Jika terjadi penurunan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai w
ajar dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah daripada jumlah tercatat Db. Ker
ugian penurunan nilai Kr. Aset dimiliki untuk dijual 3. Pada saat aset dijual a.
Apabila terjadi keuntungan Db. Kas dan setara kas Kr. Aset dimiliki untuk dijua
l Kr. Keuntungan pelepasan aset b. Apabila terjadi kerugian Db. Kas dan setara k
as Db. Kerugian pelepasan aset Kr. Aset dimiliki untuk dijual
56
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Biaya Dibayar Dimuka
Definisi
3.144. Biaya dibayar dimuka adalah pembayaran biaya dimuka yang manfaatnya akan
digunakan di dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan
yang akan datang.
Dasar Pengaturan
3.145. Dasar pengaturan untuk biaya dibayar dimuka adalah Kerangka Dasar Penyusu
nan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Penjelasan
3.146. Biaya dibayar dimuka berfungsi antara lain untuk membiayai operasional ti
dak lebih dari dua belas bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan. 1. 2. 3.
4. 3.147. Biaya dibayar di muka antara lain terdiri: uang muka pembelian barang
atau jasa; uang muka rental untuk satu tahun yang akan datang; biaya asuransi y
ang dibayar dimuka; biaya lain yang dibayar dimuka.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.148. Biaya dibayar dimuka diakui pada saat pengeluaran uang dilakukan tetapi b
arang/jasa/manfaat belum diterima atau dinikmati. 3.149. Biaya dibayar dimuka be
rkurang pada saat barang/jasa/manfaat diterima atau habis masanya. 3.150. Biaya
dibayar dimuka diakui sebesar jumlah yang dibayarkan. 3.151. Pada akhir periode
pelaporan, biaya dibayar dimuka diakui sebesar nilai barang/jasa/manfaat atau se
taranya yang belum diakui pada periode berjalan.
57
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
3.152. Biaya dibayar dimuka disajikan dalam kelompok aset lancar.
Pengungkapan
1. 2.
3.153. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian biaya dibayar dimuka
berdasarkan jenis dan jangka waktunya; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka Db. Biaya dibayar dimuka Kr. Kas dan s
etara kas Pada saat dilakukan penyesuaian pada akhir periode Db. Beban sewa/asur
ansi/pos yang terkait Kr. Biaya dibayar dimuka
2.
Contoh ilustrasi untuk biaya dibayar dimuka untuk pekerjaan pembangunan aset 1.
Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka Db. Biaya dibayar dimuka Kr. Kas dan s
etara kas 2. Pada saat penerimaan progres pekerjaan Db. Aset dalam pelaksanaan K
r. Utang usaha/pemborong Pada saat pembayaran utang sesuai progres pekerjaan Db.
Utang usaha/pemborong Kr. Biaya dibayar dimuka Kr. Kas dan setara kas
3.
58
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pajak Dibayar Dimuka
Definisi
3.154. Pajak dibayar dimuka adalah pembayaran pajak yang akan diperhitungkan den
gan kewajiban pajak.
Dasar Pengaturan
3.155. Dasar pengaturan untuk pajak dibayar dimuka antara lain: 1. Kerangka Dasa
r Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; 2. peraturan perpajakan.
Penjelasan
3.156. Pajak dibayar dimuka terdiri dari: 1. angsuran pajak penghasilan (PPh) Pa
sal 21, 23, 24, dan 25; 2. PPN masukan yang dapat dikreditkan.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.157. Pajak dibayar dimuka diakui pada saat angsuran PPh disetor ke kas negara
atau pada saat PPN masukan (yang dapat dikreditkan) dibayar. 1. 2. 3.158. Pajak
dibayar dimuka diakui sebesar: angsuran untuk PPh; PPN masukan yang dapat dikred
itkan untuk PPN masukan.
3.159. PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan diakui sebagai beban pos yang te
rkait.
Penyajian
3.160. Pajak dibayar dimuka disajikan dalam kelompok aset lancar.
Bab III: Akuntansi Aset
59

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
3.161. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. rincian pajak dibayar dimu
ka; 2. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pembayaran angsuran PPh Db. Pajak dibayar dimuka (angsuran PPh) Kr. Ka
s dan setara kas Pada saat pencatatan PPN masukan Db. Aset atau beban yang terka
it Db. Pajak dibayar dimuka (PPN masukan) Kr. Kas dan setara kas
2.
60
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Lancar Lain
Definisi
3.162. Aset lancar lain adalah aset lancar yang tidak dapat digolongkan ke dalam
salah satu pos-pos aset lancar yang ada dan tidak cukup material untuk disajika
n dalam pos tersendiri.
Dasar Pengaturan
3.163. Dasar pengaturan untuk aset lancar lain adalah antara lain PSAK 1: Penyaj
ian Laporan Keuangan.
Penjelasan
3.164. Suatu aset dapat digolongkan menjadi aset lancar lain jika memenuhi krite
ria berikut ini: 1. entitas memperkirakan akan merealisasi aset, atau bermaksud
untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal; 2. entitas mempe
rkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah p
eriode pelaporan.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.165. Aset lancar lain diakui pada saat diterima atau dibayar atau timbulnya pe
nyebab lain aset lancar lain tersebut. 3.166. Aset lancar lain diakui sebesar ju
mlah yang diterima atau dibayar.
Penyajian
3.167. Aset lancar lain disajikan dalam kelompok aset lancar.
Pengungkapan
3.168. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian sifat dan jumlah aset
lancar lain serta pengungkapan lainnya.
Bab III: Akuntansi Aset
61

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Aset lancar lain Kr. Kas dan setara kas/pos yang te
rkait Saat penggunaan Db. Pos yang terkait Kr. Aset lancar lain
2.
62
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


aset tidak lanCar
Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat
Definisi
3.169. Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat (Piutang PPR) adalah piutang yang
timbul dari program pemerintah untuk pengembangan perkebunan rakyat yang akan di
selesaikan lebih dari satu periode akuntansi, seperti antara lain: Program PIR d
an KKP-E.
Dasar Pengaturan
3.170. Dasar pengaturan untuk piutang pengembangan perkebunan rakyat antara lain
: 1. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; 2. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pen
gakuan dan Pengukuran; 3. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.171. Pengembangan Perkebunan Rakyat merupakan program pemerintah terkait denga
n bidang perkebunan, yang mewajibkan entitas untuk membina masyarakat untuk meng
hasilkan komoditi perkebunan tertentu dalam wilayah kerja entitas. 3.172. Progra
m Pengembangan Perkebunan Rakyat dibiayai oleh pemerintah dan atau lembaga keuan
gan yang disalurkan kepada entitas atau ditalangi sementara oleh entitas. Pengel
olaan perkebunan rakyat ini akan diserahterimakan kepada petani senilai harga ko
nversi yang ditetapkan pemerintah pada saat perkebunan rakyat siap menghasilkan.
3.173. Piutang PPR merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori
LR.
Bab III: Akuntansi Aset
63

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.174. Saat pengakuan awal, piutang PPR diakui pad
a saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya (biaya perolehan).
Pengukuran selanjutnya 3.175. Pengukuran setelah pengakuan dan pengukuran awal,
piutang PPR diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasikan dengan suku bun
ga efektif (pada umumnya tidak ada amortisasi tersebut). 3.176. Piutang PPR berk
urang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan. 3.177. Tata cara pembentuka
n cadangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pada ketentuan umum aset keu
angan pada Bab II paragraf 2.89 2.90. 3.178. Piutang PPR dihentikan pengakuannya
pada saat diselesaikan melalui pelunasan atau dikompensasi dengan aset lain.
Penyajian
3.179. Piutang PPR disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
1.
2. 3. 4. 5.
64
3.180. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian piutang PPR berdasark
an jenis dan jumlahnya; cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signif
ikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas di ma
sa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria p
engakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan; piutang yang dijadikan agunan, ji
ka ada; penyisihan yang dibentuk; alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


6. 7.
jumlah penyisihan dan penghapusan piutang; pengungkapan lainnya.
3.181. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Piutang PPR Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
Pada saat penyelesaian Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang PPR Pada saat terjadi
penurunan nilai Db. Beban cadangan penurunan nilai piutang Kr. Akumulasi cadang
an penurunan nilai piutang Pada saat hapus buku Db. Akumulasi cadangan penurunan
nilai piutang Db. Beban penghapusan piutang Kr. Piutang PPR Pada saat penerimaa
n pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapa
tan nonusaha
2.
3.
4.
5.
Bab III: Akuntansi Aset
65

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Piutang Antar Badan Hukum Jangka Panjang
Definisi
3.182. Piutang antar badan hukum jangka panjang adalah piutang yang timbul sebag
ai akibat dari transaksi dengan pihak yang berelasi, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah t
anggal laporan posisi keuangan. 3.183. Pihak-pihak berelasi adalah orang atau en
titas lain yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan. 3.184.
Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiba
n antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga
yang dibebankan.
Dasar Pengaturan
3.185. Dasar pengaturan untuk piutang antar badan hukum jangka panjang antara la
in: 1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi; 2. PSAK 50: Instrumen Keuangan
: Penyajian; 3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; 4. PSAK 6
0: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.186. Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah hubungan antar BUMN perkebunan.
3.187. Piutang antar badan hukum jangka panjang mencakup piutang yang timbul da
ri transaksi nonusaha antara entitas dengan entitas lain, entitas anak, dan enti
tas asosiasinya yang berelasi, dimana akan diselesaikan dalam satu periode setel
ah tanggal laporan posisi keuangan. 3.188. Piutang antar badan hukum jangka panj
ang termasuk aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori LR.
66
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.189. Piutang antar badan hukum jangka panjang di
akui pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar biaya perolehan. Pengukur
an selanjutnya 3.190. Piutang antar badan hukum jangka panjang diukur sebesar bi
aya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga efektif. 3.191. Piutang antar
badan hukum jangka panjang secara periodik dilakukan uji penurunan nilai untuk m
enentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang dengan mengacu pada ketentua
n umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.892.90. 3.192. Piutang antar badan hu
kum jangka panjang dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui peluna
san atau penyelesaian lainnya.
Penyajian
3.193. Piutang antar badan hukum jangka panjang disajikan sebagai aset tidak lan
car.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.194. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian piutang antar badan h
ukum jangka pendek berdasarkan jenis, umur dan jumlah; kebijakan dan metode akun
tansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang dite
rapkan; nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh pemerintah)
dan sifat hubungannya dengan entitas; sifat dan jumlah setiap transaksi yang se
cara individual signifikan; transaksi lain signifikan secara kolektif, indikasi
kuantitatif atau kualitatif luasnya transaksi; pengungkapan lainnya.
Bab III: Akuntansi Aset
67

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.195. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
3.196. Untuk ilustrasi jurnal piutang antar badan hukum jangka panjang dapat men
gacu pada piutang antar badan hukum jangka pendek.
68
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Investasi Jangka Panjang
Definisi
3.197. Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan yang berbentuk aset
keuangan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
3.198. Dasar pengaturan untuk investasi jangka panjang antara lain: PSAK 23: Pen
dapatan; PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pe
ngakuan dan Pengukuran; PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.199. Investasi jangka panjang adalah penanaman dana yang berisiko atau yang se
jenis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan dan akan diselesaikan dalam j
angka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. 3.200. Investasi jangka panjang ber
upa bentuk penempatan dana di efek utang, misalnya obligasi yang akan jatuh temp
o lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan. 3.201
. Investasi jangka panjang merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam k
ategori HTM.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.202. Penempatan dana sebagai investasi jangka pa
njang diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar biaya perolehan.
Bab III: Akuntansi Aset
69

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengukuran selanjutnya 3.203. Investasi jangka panjang dengan diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.
Penurunan Nilai
3.204. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada saat terjadinya.
Pemulihan Nilai
3.205. Pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan pada saat terjadinya. 3.206. Ju
mlah pemulihan nilai tersebut tidak boleh mengakibatkan jumlah tercatat pada saa
t pemulihan melebihi jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi penurunan nilai.
Pendapatan Investasi
3.207. Pendapatan bunga diakui sebagai pendapatan nonusaha.
Penghentian Pengakuan
3.208. Investasi jangka panjang dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan mis
alnya dijual atau jatuh tempo. 3.209. Laba atau rugi dari pelepasan invetasi jan
gka panjang diakui dalam pendapatan dan beban nonusaha.
Penyajian
3.210. Investasi jangka panjang disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
3.211. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. cakupan dan sifat instrume
n keuangan, termasuk syarat dan kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, wak
tu dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
70
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan p
engukuran; apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau pe
nyelesaian; nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan agunan.
nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang termasuk bagian diperdagangkan
; alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi; item material dari pendapa
tan, beban, keuntungan atau kerugian akibat investasi jangka panjang; sifat dan
jumlah kerugian penurunan nilai; pengungkapan lainnya.
3.212. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan awal: a. Diperoleh dengan premium Db. Investasi jangka panja
ng HTM Db. Investasi jangka panjang premium Kr. Kas dan setara kas b. Diperoleh
dengan diskonto Db. Investasi jangka panjang HTM Kr. Investasi jangka panjang di
skonto Kr. Kas dan setara kas c. Diperoleh pada par Db. Investasi jangka panjang
HTM Kr. Kas dan setara kas
2.
Pendapatan bunga a. Diperoleh dengan premium Db. Kas dan setara kas Kr. Investas
i jangka panjang premium Kr. Pendapatan bunga
Bab III: Akuntansi Aset
71

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


b. Dip erol eh dengan diskon Db. Kas dan setara kas Db. Investasi jangka panjang
diskonto Kr. Pendapatan bunga c. Diperoleh pada par Db. Kas dan setara kas Kr.
Pendapatan bunga 3. 4. Pada saat perubahan nilai wajar Tidak ada jurnal Pada saa
t penurunan nilai Db. Kerugian penurunan nilai Kr. Cadangan penurunan nilai Pada
saat pemulihan nilai Db. Cadangan penurunan nilai Kr. Keuntungan pemulihan nila
i Pada saat akan jatuh tempo a. Premium Db. Investasi jangka pendekHTM Db. Invest
asi jangka pendekpremium Kr. Investasi jangka panjangHTM Kr. Investasi jangka panj
angpremium b. Diskonto Db. Investasi jangka pendekHTM Db. Investasi jangka panjang
diskonto Kr. Investasi jangka panjangHTM Kr. Investasi jangka pendekdiskonto 7. P
ada saat jatuh tempo a. Dengan diskonto Db. Kas dan setara kas Db. Investasi jan
gka pendek diskonto Kr. Investasi jangka pendek HTM
5.
6.
72
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


b. Dengan premium Db. Kas dan setara kas Kr. Investasi jangka pendek premium Kr.
Investasi jangka pendek HTM c. Pada par Db. Kas dan setara kas Kr. Investasi ja
ngka pendek HTM
Bab III: Akuntansi Aset
73

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Investasi pada Entitas Lain
Definisi
3.213. Investasi pada entitas lain adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilika
n saham pada entitas lain untuk tujuan jangka panjang di mana entitas (investor)
tidak mempunyai pengaruh signifikan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
3.214. Dasar pengaturan untuk investasi pada entitas lain antara lain: PSAK 23:
Pendapatan; PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian; PSAK 55: Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran; PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Penjelasan
3.215. Investasi pada entitas lain merupakan penyertaan saham dengan tujuan jang
ka panjang. 3.216. Pada umumnya investasi pada entitas lain yang tidak memiliki
pengaruh signifikan adalah investasi dengan kurang dari 20% hak suara. 3.217. Ap
abila entitas memiliki investasi pada entitas lain untuk tujuan jangka pendek, m
aka perlakuan akuntansinya dapat mengacu ke bagian investasi jangka pendek pada
bagian aset lancar. 3.218. Apabila entitas memiliki kepemilikan saham pada entit
as lain kurang dari 20% hak suara namun mempunyai pengaruh signifikan, maka perl
akuan akuntansi mengacu pada bagian investasi pada entitas asosiasi. 3.219. Inve
stasi pada entitas lain merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kate
gori AFS.
74
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.220. Investasi pada entitas lain diakui pada saa
t perolehan saham sebesar biaya perolehan. Pengukuran selanjutnya 3.221. Setelah
pengakuan awal investasi pada entitas lain diukur sebesar nilai wajar. Perubaha
n nilai wajar 3.222. Kenaikan atau penurunan atas perubahan nilai wajar diakui d
alam pendapatan komprehensif lain. Penurunan nilai 3.223. Penurunan nilai diakui
sebagai kerugian. Pemulihan nilai 3.224. Pemulihan nilai diakui sebagai keuntun
gan. 3.225. Jumlah pemulihan nilai tersebut maksimal sebesar kerugian penurunan
nilai sebelumnya. Pendapatan investasi 3.226. Pendapatan dividen dari investasi
pada entitas lain diakui sebagai pendapatan nonusaha. 3.227. Penghasilan dividen
diakui pada saat penentuan pembagian dividen sebesar bagiannya atas dividen yan
g dibagikan.
Bab III: Akuntansi Aset
75

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penghentian pengakuan 3.228. Investasi pada entitas lain dihentikan pengakuannya
pada saat dilepaskan misalnya dijual. 3.229. Keuntungan atau kerugian dari pele
pasan invetasi pada entitas lain diakui dalam pendapatan atau beban nonusaha.
Penyajian
3.230. Investasi pada entitas lain disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
3.231. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: cakupan dan sifat instrumen k
euangan, termasuk syarat dan kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu
dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi
yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan pengukuran; apakah pembelian da
n penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau penyelesaian; nilai tercatat dar
i investasi jangka panjang yang dijadikan agunan; alasan reklasifikasi, jika mel
akukan reklasifikasi; hal material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerug
ian akibat investasi jangka panjang; sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai;
tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang dikeluarkan oleh investee; p
engungkapan lainnya.
3.232. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
76
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan Db. Investasi pada entitas lain AFS Kr. Kas dan setara kas P
ada saat perubahan nilai wajar investasi a. Terjadi keuntungan Db. Investasi pad
a entitas lain AFS Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain) b.
Terjadi kerugian Db. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain) Kr.
Investasi pada entitas lain AFS
2.
3.
Pada saat pengakuan pendapatan investasi berupa dividen a. Pada saat pengumuman
dividen Db. Piutang dividen Kr. Pendapatan dividen b. Pada saat penerimaan divid
en Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang dividen
4.
Pada saat penurunan nilai Db. Kerugian penurunan nilai Kr. Penyesuaian nilai waj
ar (pendapatan komprehensif lain) Kr. Investasi pada entitas lain AFS Pada saat
pemulihan nilai Db. Investasi pada entitas lain AFS Kr. Keuntungan pemulihan nil
ai Pada saat pelepasan investasi Db. Kas dan setara kas Db/Kr Penyesuaian nilai
wajar (pendapatan komprehensif lain) Dr/Kr Kerugian/keutungan Kr. Investasi pada
entitas lain-AFS
5.
6.
Bab III: Akuntansi Aset
77

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Investasi pada Entitas Asosiasi/Ventura Bersama
Definisi
3.233. Investasi pada entitas asosiasi adalah penanaman dana dalam bentuk kepemi
likan saham pada entitas lain untuk tujuan jangka panjang di mana investor mempu
nyai pengaruh signifikan. 3.234. Investasi pada ventura bersama (pengendalian be
rsama entitas) adalah investasi pada entitas lain, dimana entitas mempunyai peng
endalian bersama dengan venturer lain atas entitas tersebut.
Dasar Pengaturan
3.235. Dasar pengaturan untuk investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama an
tara lain: 1. PSAK 12: Bagian partisipasi dalam ventura bersama 2. PSAK 15: Inve
stasi pada entitas asosiasi
Penjelasan
3.236. Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi sepe
rti persekutuan, dimana entitas memiliki pengaruh signifikan dan bukan merupakan
entitas anak ataupun bagian partisipasi dalam ventura bersama. 3.237. Pengaruh
signifikan dimiliki oleh entitas jika memiliki 20% atau lebih hak suara, kecuali
dapat dibuktikan bahwa tidak ada pengaruh signifikan. 3.238. Kepemilikan hak su
ara kurang dari 20% dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan, kecuali dapat d
ibuktikan bahwa ada pengaruh signifikan. 3.239. Keberadaan pengaruh signifikan d
ibuktikan dengan satu atau lebih cara berikut: 1. keterwakilan dalam dewan direk
si dan dewan komisaris atau organ setara investee; 2. partisipasi dalam proses p
embuatan kebijakan yang bersifat strategik terkait dengan masalah keuangan dan o
perasional, termasuk partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang dividen ata
u distribusi lainnya;
78
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3. 4. 5.
adanya transaksi material antara investor dengan investee. Transaksi material di
maksud adalah sebagian besar transaksi investee dilakukan investor. pertukaran p
ersonel manajerial; penyediaan informasi teknis pokok, termasuk rahasia bisnis y
ang tidak dipublikasikan kepada publik.
3.240. Dalam menilai keberadaan pengaruh signifikan, hak suara potensial yang di
miliki entitas dan investor lain harus dipertimbangkan. 3.241. Hak suara potensi
al dapat timbul apabila entitas memiliki waran atau opsi saham, atau instrumen l
ain yang dapat dikonversi menjadi saham. Kepemilikan instrumen tersebut memberik
an potensi bagi entitas untuk menambah hak suara kepada entitas lain atau mengur
angi hal suara dari pihak lain. 3.242. Entitas menilai apakah hak suara potensia
l berkontribusi terhadap munculnya suatu pengendalian, dengan cara: 1. menguji f
akta dan keadaan timbulnya hak suara potensial; 2. menguji syarat pelaksanaan ha
k suara potensial; 3. menguji perjanjian kontraktual lain, yang dipertimbangkan
secara individual maupun kombinasi. 3.243. Apabila investasi pada entitas asosia
si kehilangan pengaruh signifikan, maka perlakuan akuntansi mengikuti bagian inv
estasi pada entitas lain. Hal yang sama apabila investasi pada ventura bersama k
ehilangan pengendalian bersama dan tidak menjadi pengaruh signifikan. 3.244. Pen
gendalian bersama entitas adalah persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendal
ian atas suatu aktivitas ekonomi, dan ada hanya ketika keputusan keuangan dan op
erasional strategis terkait dengan aktivitas tersebut mensyaratkan konsensus dar
i seluruh pihak-pihak yang berbagi pengendalian (venturer). 3.245. Pengendalian
bersama entitas harus didukung oleh suatu perjanjian kontraktual. 3.246. Investa
si pada entitas asosiasi/ventura bersama dicatat dengan menggunakan metode ekuit
as.
Bab III: Akuntansi Aset
79

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.247. Metode ekuitas adalah metode akuntansi dimana investasi pada awalnya diak
ui sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan pasca per
olehan dalam bagian investor atas aset neto investee. Laba atau rugi investor me
liputi bagian investor atas laba atau rugi investee.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.248. Investasi pada entitas asosiasi/ventura ber
sama diakui sebesar biaya perolehan. Pengukuran selanjutnya 3.249. Laba rugi inv
estee diakui sebesar bagian entitas atas laba atau rugi tersebut sebagai pendapa
tan dan penambah jumlah tercatat investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
. 3.250. Dividen tunai diakui sebagai pengurang jumlah tercatat invetasi pada en
titas asosiasi/ventura bersama. 3.251. Dividen saham tidak mempengaruhi jumlah t
ercatat investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama. 3.252. Bagian laba/rugi
menambah/mengurangi investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama. Akumulasi
kerugian yang diakui tidak boleh mengakibatkan investasi menjadi negatif.
Penyajian
3.253. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama disajikan dalam kelompok
aset tidak lancar.
80
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
3.254. Hal-hal yang harus diungkapkan untuk investasi pada entitas asosiasi anta
ra lain: 1. nilai wajar investasi pada entitas asosiasi yang tersedia kuotasi ha
rga yang dipublikasikan; 2. ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi; 3. al
asan mengapa mempunyai pengaruh signifikan, namun entitas memiliki kurang dari 2
0% hak investee; 4. alasan mengapa tidak mempunyai pengaruh signifikan, namun en
titas memiliki lebih dari 20% hak investee; 5. sifat dan tingkatan pembatasan si
gnifikan atas kemampuan entitas asosiasi mentransfer dana kepada entitas dalam b
entuk dividen tunai; 6. bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui apabila k
erugian telah melewati nilai investasi; 7. pengungkapan lain. 3.255. Hal-hal yan
g harus diungkapkan untuk investasi pada ventura bersama antara lain: 1. jumlah
liabilitas kontijensi (jika ada) yang ditanggung venturer sendiri dan para ventu
rer, bagian liabilitas kontijensi ventura bersama, dan liabilitas kontijensi ata
s venturer lain; 2. komitmen modal venturer sendiri dan para venturer, dan bagia
n komitmen modal ventura; 3. daftar dan penjelasan bagian partisipasi dalam vent
ura bersama yang signifikan dan bagian partisipasi kepemilikan dalam pengendalia
n bersama entitas; 4. jumlah agregat aset, liabilitas, penghasilan dan beban yan
g terkait dengan partisipasinya dalam ventura bersama; 5. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat penyertaan Db. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama Kr. Kas
dan setara kas
Bab III: Akuntansi Aset
81

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.
Pada saat pengakuan bagian laba atau rugi a. Jika terdapat laba Db. Investasi pa
da entitas asosiasi/ventura bersama Kr. Bagian laba/rugi b. Jika terdapat rugi D
b. Bagian laba/rugi Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
3.
Pada saat pengakuan dividen tunai a. Pada saat pengumuman Db. Piutang dividen Kr
. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama b. Pada saat penerimaan Db. Ka
s dan setara kas Kr. Piutang dividen
4. 5.
Pada saat pengakuan dividen saham Tidak terdapat jurnal Pada saat pelepasan inve
stasi pada entitas asosiasi/ventura bersama a. Terjadi keuntungan Db. Kas dan se
tara kas Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama Kr. Keuntungan pele
pasan investasi b. Terjadi kerugian Db. Kas dan setara kas Kr. Kerugian pelepasa
n investasi Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
82
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Properti Investasi
Definisi
3.256. Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalu
i sewa pembiayaan) untuk menghasilkan pendapatan rental atau untuk kenaikan nila
i atau keduanya, dan tidak untuk: 1. digunakan dalam produksi atau penyediaan ba
rang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau 2. dijual dalam kegiatan us
aha sehari-hari. 3.257. Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dik
uasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk: 1. digunakan dal
am produksi atau penyediaan barang atau jasa; atau 2. untuk tujuan administratif
.
Dasar Pengaturan
3.258. Dasar pengaturan untuk properti investasi antara lain adalah PSAK 13: Pro
perti Investasi.
Penjelasan
3.259. Properti investasi menghasilkan sebagian besar arus kas secara bebas dari
aset lainnya, sementara aset yang digunakan sendiri (aset tetap) dapat menghasi
lkan arus kas yang didistribusikan tidak hanya pada properti tersebut, tetapi ju
ga pada aset lain yang digunakan dalam proses produksi atau persediaan. 3.260. B
erikut adalah contoh properti investasi: tanah yang dikuasai dalam jangka panjan
g untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha
sehari-hari; 2. tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan b
elum ditentukan; 3. bangunan yang dimiliki (atau dikuasai melalui sewa pembiayaa
n) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi; 4. bang
unan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melal
ui satu atau lebih sewa operasi. 1.
Bab III: Akuntansi Aset
83

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1.
2. 3.
4.
3.261. Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi: prope
rti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha seharihari atau sedang da
lam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual; properti dalam proses pem
bangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga; properti yang digunakan sendi
ri, termasuk: a. properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai pr
operti yang digunakan sendiri; b. properti yang dimiliki untuk pengembangan di m
asa depan dan penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri, pr
operti yang digunakan oleh karyawan dengan atau tanpa karyawan tersebut membayar
rental sesuai harga pasar; c. properti yang digunakan sendiri yang menunggu unt
uk dijual. properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiaya
an.
3.262. Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli meliputi harga pembel
ian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengeluaran
yang dapat diatribusikan langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum, pajak p
enjualan dan biaya transaksi lainnya. 3.263. Transfer dari dan ke properti inves
tasi apabila ada perubahan penggunaan: 1. ke properti investasi; a. berakhirnya
penggunaan oleh pemilik, dari properti yang digunakan sendiri, termasuk aset tet
ap, menjadi properti investasi; b. berakhirnya pembangunan atau pengembangan, da
ri properti yang sedang dibangun atau dikembangkan, termasuk aset tetap, menjadi
properti investasi; c. dimulai sewa operasi ke entitas lain, dari persediaan me
njadi properti investasi. 2. dari properti investasi; a. digunakan sendiri, dari
properti investasi menjadi properti yang digunakan sendiri (aset tetap); b. mul
ai dikembangkan untuk dijual, dari properti investasi menjadi persediaan.
84
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.264. Properti investasi dihentikan pengakuannya atau dikeluarkan dari laporan
posisi keuangan pada saat: 1. pelepasan; atau 2. tidak digunakan lagi secara per
manen dan tidak memiliki manfaat ekonomi di masa depan yang dapat diharapkan pad
a saat pelepasannya. 3.265. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijaka
n akuntansi untuk seluruh properti investasi. 3.266. Properti investasi disusutk
an sesuai dengan pola manfaat selama umur manfaat. Ketentuan penurunan nilai men
gacu pada paragraf 3.360 3.364.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengkuran awal 3.267. Properti investasi pada awalnya diukur sebes
ar biaya perolehan. 3.268. Biaya perolehan properti investasi melalui sewa pembi
ayaan diukur pada jumlah mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kin
i dari pembayaran sewa minimum (pengertian pembayaran sewa minimum dapat dilihat
pada Bab III paragraf 3.351). Pengukuran selanjutnya 3.269. Properti investasi
diukur pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurun
an nilai. 3.270. Laba atau rugi akibat penghentian atau pelepasan properti inves
tasi diakui dalam pendapatan atau beban nonusaha.
Penyajian
3.271. Properti investasi disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Bab III: Akuntansi Aset
85

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1. 2.
3. 4.
5.
6.
7.
3.272. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: model pengukuran yang digunak
an, yaitu model biaya; jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif u
ntuk: a. penghasilan rental; b. beban operasi langsung dari properti investasi y
ang menghasilkan dan tidak menghasilkan penghasilan rental; keberadaan dan jumla
h pembatasan atas realisasi dari properti investasi atau pembayaran penghasilan
dan hasil pelepasan; kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengemb
angkan properti investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan; p
enyusutan atas properti investasi meliputi: a. metode penyusutan; b. masa manfaa
t atau tarif penyusutan; c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agre
gat dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; rekonsil
iasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang menunj
ukkan: a. penambahan; b. penambahan dari akuisisi melalui penggabungan usaha; c.
aset yang diklasifikasikan sebagai Aset Dimiliki untuk Dijual yang dinilai mana
yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai jual dikurangi beban penjuala
n; d. penyusutan; e. jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pem
ulihan rugi penurunan nilai; f. perbedaan nilai tukar bersih yang timbul pada pe
njabaran laporan keuangan; g. transfer ke dan dari persediaan dan properti yang
digunakan sendiri; dan h. perubahan lain; pengungkapan lainnya.
86
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan Db. Properti investasi Kr. Kas dan setara kas/aset tetap Pad
a saat pengakuan pendapatan sewa Db. Piutang sewa Kr. Pendapatan sewa Pada saat
penerimaan sewa Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang sewa Pada saat penyusutan Db.
Beban penyusutan Kr. Akumulasi penyusutan Pada saat penghentian pengakuan a. Me
lalui penjualan 1) Terjadi keuntungan Db. Kas dan setara kas Kr. Properti invest
asi Kr. Keuntungan pelepasan investasi 2) Terjadi kerugian Db. Kas dan setara ka
s Db. Kerugian pelepasan investasi Kr. Properti investasi b. Transfer ke aset la
in Db. Aset yang terkait Kr. Properti investasi
2.
3.
4.
5.
Bab III: Akuntansi Aset
87

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Tanaman Semusim
Definisi
3.273. Aset tanaman semusim adalah aset tanaman perkebunan semusim yang belum me
nghasilkan (aset pembibitan).
Dasar Pengaturan
3.274. Dasar pengaturan aset tanaman semusim antara lain adalah: 1. PSAK 16: Ase
t Tetap 3. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
Penjelasan Biaya Perolehan
3.275. Aset tanaman semusim yang diakui sebagai aset tanaman adalah bibit untuk
tanaman yang akan datang. 3.276. Biaya perolehan adalah sebesar jumlah kas atau
setara kas atau pengorbanan lain yang dibayarkan atau imbalan lain yang diserahk
an untuk memperoleh suatu aset tanaman semusim. Biaya perolehan diakui jika meme
nuhi dua syarat, yaitu: 1. adanya kemungkinan besar manfaat ekonomi yang akan me
ngalir ke entitas; 2. dapat diukur dengan andal. 3.277. Biaya perolehan awal ase
t tanaman semusim antara lain: 1. biaya yang diakui sebagai bagian dari pembibit
an, yaitu: a. biaya input Adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang di
keluarkan entitas sampai dengan bibit siap tanam. b. biaya proses Adalah biaya-b
iaya yang dikeluarkan setelah biaya input sampai menjadi bibit tanaman berikutny
a yang terdiri dari: 1) biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk pemeliha
raan aset tanaman belum menghasilkan meliputi imbalan kerja yang terkait langsun
g dengan pembudidayaan tanaman seperti upah tenaga kerja;
88
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.
2) biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang dapat diatribusikan secar
a langsung ke aset tanaman semusim seperti: a) biaya penyiapan lahan (land clear
ing), b) biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman, c) biaya penanaman, pemu
pukan, dan pemeliharaan, d) biaya pengujian aset tanaman, e) biaya komisi profes
ional yang menangani aset tanaman. c. alokasi biaya tidak langsung; Biaya tidak
langsung yang dapat dikapitalisasi ke aset tanaman semusin antara lain biaya pin
jaman sesuai yang disyaratkan dalam Bab IV paragraf 4.17-4.24. biaya penyisipan
a. biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal pembibitan diakui seb
agai penambah jumlah tercatat aset tanaman semusim. b. biaya penyisipan/sulaman
suatu aset tanaman dalam areal kebun diakui sebagai beban.
Bukan Biaya Perolehan
3.278. Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan tanam
an tidak dapat diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode
terjadinya. Contoh biaya-biaya tersebut antara lain: 1. biaya tenaga kerja yang
tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, t
unjangan, dan sebagainya; 2. biaya pembukaan fasilitas baru; 3. biaya penyelengg
araan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatih
an staf; 4. biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya; 5. biaya umum da
n administrasi diunit/kebun, kantor pusat/kantor direksi, dan di tempat lainnya;
3.279. Biaya pemborosan material, tenaga kerja, dan lainnya tidak termasuk biay
a perolehan aset tanaman semusim.
Bab III: Akuntansi Aset
89

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyusutan
3.280. Penyusutan aset tanaman semusim dimulai ketika bibit ditanam menjadi tana
man siap panen. 3.281. Jumlah penyusutan adalah sebesar jumlah yang dapat disusu
tkan dengan metode garis lurus tanpa dikurangi nilai residu. 3.282. Entitas dapa
t mengubah metode penyusutan yang berbeda dengan yang telah ditentukan dalam Ped
oman ini jika didukung oleh pendapat ahli.
Perubahan Estimasi Akuntansi
3.283. Entitas melakukan review atas umur manfaat dan metode penyusutan aset tan
aman semusim secara periodik. Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut ber
laku secara prospektif.
Penurunan dan Pemulihan Nilai
3.284. Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya i
ndikasi penurunan nilai aset tanaman semusim. Jika terdapat indikasi penurunan n
ilai aset tanaman semusim, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperol
eh kembali dari aset tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai indikasi penuru
nan nilai dapat dilihat pada Bab III paragraf 3.360-3.364). 3.285. Apabila jumla
h yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat,
maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui keu
tungan pemulian nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulih
an nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.
Penghentian Pengakuan
3.286. Penghentian pengakuan aset tanaman semusim dilakukan saat aset tanaman se
musim diganti atau dimusnahkan, dijual, atau dengan cara lainnya.
90
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Model Pengukuran
3.287. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pen
gukuran setelah pengakuan awal.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.288. Biaya perolehan aset tanaman semusim diakui
sebesar akumulasi biaya yang dapat dikapitalisasi sampai menjadi tanaman siap p
anen. Pengukuran selanjutnya 3.289. Aset tanaman semusim diukur pada biaya perol
ehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Penyusut
an 3.290. Penyusutan aset tanaman semusim diakui sebagai penambah biaya peroleha
n persediaan yang dihasilkannya. 3.291. Akumulasi penyusutan aset tanaman semusi
m disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. Penurunan dan pemulihan ni
lai 3.292. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya. Pemu
lihan penurunan nilai diakui sebesar keuntungan pada periode terjadinya. 3.293.
Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman semusim disajikan sebagai pos lawan.
Penghentian pengakuan 3.294. Keuntungan atau kerugian dari penghentian pengakua
n diakui pada periode terjadinya.
91
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.295. Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban
nonusaha.
Penyajian
3.296. Aset tanaman semusim disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
3.297. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian jenis dan jumlah aset
tanaman semusim yaitu aset tanaman pembibitan; dasar penilaian yang digunakan u
ntuk menentukan jumlah bruto aset tanaman semusim; metode penyusutan yang diguna
kan; umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; jumlah tercatat bruto da
n akumulasi penyusutan awal dan akhir periode; rekonsiliasi jumlah tercatat awal
dan akhir periode yang menunjukkan: a. penambahan; b. pelepasan; c. penurunan n
ilai tercatat; d. penyusutan; e. perbedaan pertukaran neto yang timbul; f. setia
p pengklasifikasian kembali; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan Db. Aset tanaman semusim Kr. Beban input Kr. Beban tenaga ke
rja langsung/pos beban langsung lainnya Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi Peny
usutan Db. Beban penyusutan aset tanaman semusim Kr. Akumulasi penyusutan aset t
anaman semusim (Beban penyusutan akan menjadi biaya perolehan persediaan)
Bab III: Akuntansi Aset
2.
92

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.
Penurunan nilai Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha) Kr. Akumulasi penu
runan nilai aset tanaman semusim Penghentian pengakuan Db. Akumulasi penyusutan
Db. Akumulasi penurunan nilai aset tanaman semusim Kr. Aset tanaman semusim
4.
Bab III: Akuntansi Aset
93

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Tanaman Tahunan
Definisi
3.298. Aset tanaman tahunan adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tan
aman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM).
Dasar Pengaturan
3.299. Dasar pengaturan aset tanaman tahunan antara lain adalah: 1. PSAK 16: Ase
t Tetap 2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
Penjelasan
3.300. Aset tanaman tahunan dapat dibedakan menjadi: 1. tanaman belum menghasilk
an (TBM); 2. tanaman telah menghasilkan (TM). 3.301. Proses yang dilalui menjadi
untuk aset tanaman tahunan adalah: 1. dari pembibitan sampai dengan menjadi tan
aman telah menghasilkan (proses dari TBM menjadi TM); 2. dari tanaman telah meng
hasilkan sampai dengan dihentikan pengakuannya, misalnya ditebang atau diganti d
engan tanaman lain.
Proses dari TBM menjadi TM
3.302. Biaya perolehan awal aset tanaman tahunan antara lain: 1. Biaya yang diak
ui sebagai bagian dari TBM (biaya perolehan awal), yaitu: a. biaya input Adalah
harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan entitas sampai dengan b
ibit siap tanam.
94
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2. 3.
b. biaya proses Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah biaya input sampai m
enjadi bibit tanaman berikutnya yang terdiri dari: 1) biaya tenaga kerja langsun
g di unit/kebun untuk pemeliharaan aset tanaman belum menghasilkan meliputi imba
lan kerja yang terkait langsung dengan pembudidayaan tanaman seperti upah tenaga
kerja. 2) biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang dapat diatribusik
an secara langsung ke aset tanaman tahunan seperti: a) biaya penyiapan lahan (la
nd clearing); b) biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman; c) biaya penanam
an, pemupukan, dan pemeliharaan; d) biaya pengujian aset tanaman tahunan apakah
aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang
dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut; e) biaya komisi profesional ya
ng menangani aset tanaman. c. Alokasi biaya tidak langsung Biaya pinjaman dikapi
talisasi jika memenuhi persyaratan sesuai Bab IV paragraf 4.174.24. Penjualan has
il tanaman selama TBM diakui sebagai pendapatan usaha; Biaya penyisipan a. Pende
katan areal 1) biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TBM diakui sebaga
i penambah jumlah tercatat aset TBM. 2) biaya penyisipan suatu aset tanaman dala
m areal TM diakui sebagai beban periode terjadinya. b. Pendekatan per pohon 1) j
umlah tercatat aset tanaman TM yang diganti diakui sebagai beban periode terjadi
nya. 2) biaya aset tanaman baru diakui sebagai biaya perolehan aset tanaman.
Bab III: Akuntansi Aset
95

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Bukan Biaya Perolehan
3.303. Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan tanam
an tidak dapat diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode
terjadinya. Contoh biaya-biaya tersebut antara lain: 1. biaya tenaga kerja yang
tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, t
unjangan, dsb; 2. biaya pembukaan fasilitas baru; 3. biaya penyelenggaraan bisni
s di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf; 4.
biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya; 5. biaya umum dan administr
asi di unit/kebun kantor pusat/kantor direksi, dan di tempat lainnya. 3.304. Bia
ya pemborosan material, tenaga kerja, dan lainnya tidak termasuk biaya perolehan
aset tanaman tahunan.
Reklasifikasi dari TBM ke TM
3.305. TBM direklasifikasi ke TM pada saat tanaman menghasilkan. 3.306. Penentua
n waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan oleh: 1. pertumbuhan vegetatif; da
n 2. berdasarkan taksiran manajemen. 3.307. Setelah menjadi TM Biaya perolehan T
M sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifikasi ke TM. 2. Biaya-biaya yang ter
jadi setelah TM diakui sebagai beban periode terjadinya, kecuali biaya-biaya yan
g memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke aset. 3. Biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk memelihara aset tanaman yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman,
atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman ke kondisi normalnya, maka bia
yabiaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Misalnya, biaya pemupukan r
utin. 1.
96
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyusutan
3.308. Penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM direklasifikasi ke TM. 3.309.
Penyusutan dilakukan menggunakan metode garis lurus dengan taksiran umur manfaat
(setelah menjadi TM) sebagai berikut:
Jenis Aset Tanaman Kelapa sawit Karet Kakao Teh Kina Kopi Umur Manfaat 25 tahun
25 tahun 25 tahun 50 tahun 15 tahun 40 tahun
3.310. Entitas dapat mengubah metode penyusutan dan/atau menggunakan umur manfaa
t yang berbeda dengan yang telah ditentukan dalam Pedoman ini jika didukung oleh
pendapat ahli. 3.311. Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan dikura
ngi nilai residu.
Perubahan Estimasi Akuntansi
3.312. Entitas melakukan review atas umur manfaat, nilai residu, dan metode peny
usutan aset tanaman semusim secara periodik. Apabila ada perubahan, maka perubah
an tersebut berlaku secara prospektif.
Penurunan dan Pemulihan Nilai
3.313. Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya i
ndikasi penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika terdapat indikasi penurunan n
ilai aset tanaman tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperol
eh kembali dari aset tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai indikasi penuru
nan nilai dapat dilihat di paragraf 3.360 - 3.364).
Bab III: Akuntansi Aset
97

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.314. Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan den
gan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada p
eriode selanjutnya, apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka
entitas mengakui keuntungan pemulihan nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nila
i buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penuru
nan nilai sebelumnya. Penghentian pengakuan 3.315. Penghentian pengakuan aset ta
naman tahunan dilakukan saat aset tanaman tahunan ditebang, dijual, atau dengan
cara lainnya. Model pengukuran 3.316. Pedoman ini menggunakan model biaya sebaga
i kebijakan akuntansi untuk pengukuran setelah pengakuan awal.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal (TBM dan TM) 3.317. Biaya perolehan TBM sebesar ak
umulasi biaya yang dikapitalisasi ke TBM tersebut. 3.318. Biaya perolehan TM seb
esar nilai tercatat TBM yang direklasifikasi ke TM. Pengukuran selanjutnya (TBM
dan TM) 3.319. TBM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi rugi
penurunan nilai. 3.320. TM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumula
si penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
98
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyusutan (TM) 3.321. Penyusutan aset tanaman tahunan diakui sebagai beban prod
uksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya. 3.322. Akumula
si penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. P
enurunan nilai (TBM dan TM) 3.323. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada
periode terjadinya. 3.324. Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan
sebagai pos lawan jumlah tercatatnya. 3.325. Pemulihan penurunan nilai diakui s
ebagai keuntungan. Penghentian pengakuan (TBM dan TM) 3.326. Keuntungan atau ker
ugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya. 3.327. Keuntungan atau kerugi
an tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha. Penyajian 3.328. A
set tanaman tahunan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5.
3.329. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian jenis dan jumlah aset
tanaman tahunan yaitu TBM dan TM; dasar penilaian yang digunakan untuk menentuk
an jumlah bruto aset tanaman tahunan; metode penyusutan yang digunakan; umur man
faat atau tarif penyusutan yang digunakan; jumlah tercatat bruto dan akumulasi p
enyusutan awal dan akhir periode;
Bab III: Akuntansi Aset
99

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


6.
7.
rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan: a. penamba
han; b. pelepasan; c. penurunan nilai tercatat; d. penyusutan; e. perbedaan pert
ukaran neto yang timbul; f. setiap pengklasifikasian kembali; pengungkapan lainn
ya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan a. Aset tanaman TBM Db. Aset tanaman TBM Kr. Beban input Kr.
Beban tenaga kerja langsung/pos beban langsung lainnya Kr. Beban bunga yang dik
apitalisasi b. Reklasifikasi aset tanaman TBM menjadi TM Db. Aset tanaman TM Kr.
Aset tanaman TBM
2.
Penyusutan Db. Beban penyusutan aset tanaman TM Kr Akumulasi penyusutan aset tan
aman TM . (Beban penyusutan akan menjadi biaya perolehan persediaan) Penurunan n
ilai Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha) Kr. Akumulasi penurunan nilai
Pemulihan nilai Db. Akumulasi rugi penurunan nilai Kr. Keuntungan pemulihan nil
ai (pendapatan nonusaha) Penghentian pengakuan Db. Akumulasi penyusutan aset tan
aman TM Kr. Aset aset tanaman TM
3.
4.
5.
100
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Tetap
Definisi
3.330. Aset tetap adalah aset berwujud yang: dimiliki untuk digunakan dalam prod
uksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau
untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode 1.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4. 5.
3.331. Dasar pengaturan aset tetap adalah: PSAK 16 : Aset Tetap PSAK 30 : Sewa P
SAK 48 : Penurunan Nilai Aset ISAK 8 : Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengand
ung Sewa ISAK 25 : Hak atas Tanah
Penjelasan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3.332. Aset tetap, antara lain, meliputi: tanah; gedung dan bangunan fisik lainn
ya; mesin dan instalasi; alat pertanian; alat inventaris/peralatan; jalan, jemba
tan, dan saluran air; kendaraan.
3.333. Aset tetap dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih
dahulu sampai siap pakai. 3.334. Aset tetap dapat diperoleh dari transaksi sewa
pembiayaan, sedangkan jika dilakukan dengan sewa operasi tidak dicatat sebagai
aset tetap. 3.335. Aset sewaan adalah aset yang berasal dari perjanjian sewa dan
nonsewa yang mengandung sewa.
Bab III: Akuntansi Aset
101

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.336. Kriteria perjanjian yang mengandung sewa adalah: 1. pemenuhan perjanjian
tergantung pada penggunaan aset tertentu; dan 2. memberikan hak untuk menggunaka
n aset tertentu. 3.337. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika
sewa mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait den
gan kepemilikan aset. 3.338. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi ji
ka sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang ter
kait dengan kepemilikan aset. 3.339. Indikasi primer dari situasi yang mengarah
pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah: 1. sewa mengalih
kan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa; 2. lessee mempunyai ops
i untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibanding nilai wajar pada tan
ggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bah
wa opsi memang akan dilaksanakan; 3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur
ekonomik aset meskipun hak milik tidak dialihkan; 4. pada awal sewa, nilai kini
dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar ase
t sewaan; 5. aset sewaan memiliki karakteristik khusus dimana hanya lessee yang
dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material. 3.340. Indikator se
kunder dari situasi yang menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sebagai sewa pe
mbiayaan adalah: 1. jika lessee dapat membatalkan sewa, kerugian lessor yang ter
kait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee; 2. keuntungan atau kerugian dari
fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee, misalnya, dalam bentuk po
tongan harga sewa yang setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada
akhir sewa; 3. lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode ke
dua dengan nilai sewa yang secara substansial lebih rendah dari nilai sewa pasar
.
102
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.341. Hak untuk menggunakan aset tersebut (paragraf 3.330 huruf 2) jika memenuh
i salah satu dari kondisi-kondisi berikut: 1. pembeli mempunyai kemampuan atau h
ak untuk mengoperasikan aset; 2. pembeli mempunyai kemampuan atau hak untuk meng
endalikan akses fisik; 3. kemungkinan kecil ada pembeli lain atau output aset de
ngan jumlah yang lebih besar dari tidak signifikan dan harganya tidak tetap atau
harga pasar. 3.342. Aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran suatu aset tetap
dengan aset tetap lainnya, termasuk pembayaran dalam bentuk kas, setara kas, at
au aset keuangan lainnya. 3.343. Pertukaran aset tetap dievaluasi apakah mengand
ung substansi komersial atau tidak. Suatu transaksi pertukaran memiliki substans
i komersial jika: 1. konfigurasi risiko, waktu, dan jumlah arus kas dari aset ya
ng diterima berbeda dengan aset yang diserahkan; atau nilai khusus entitas dari
kegiatan operasional yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut berubah; dan 2. se
lisihnya adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertuka
rkan.
Biaya perolehan
3.344. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari: harga perolehannya, termasuk bea
impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain; 2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan s
ecara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar ase
t siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; 3. estimasi awal
biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiba
n atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk meng
hasilkan persediaan. 1. 3.345. Perubahan estimasi biaya pembongkaran dan peminda
han aset tetap dan restorasi lokasi aset diakui sebagai bagian dari harga perole
han (menambah /mengurangi biaya perolehan).
Bab III: Akuntansi Aset
103

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1. 2. 3. 4. 5.
6.
3.346. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: biaya imbal
an kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
biaya penyiapan lahan untuk pabrik; biaya handling dan penyerahan awal; biaya pe
rakitan dan instalasi; biaya pengujian aset baru apakah aset berfungsi dengan ba
ik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan d
engan pengujian tersebut, misalnya sample yang diproduksi dari peralatan baru ya
ng sedang diuji; komisi profesional, misalnya biaya arsitek.
3.347. Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah
: 1. biaya pembukaan fasilitas baru; 2. biaya pengenalan produk baru, termasuk b
iaya iklan dan aktivitas promosi; 3. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru
atau kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf; 4. biaya administr
asi dan overhead umum lainnya. 3.348. Untuk aset tetap yang dibangun sendiri, bi
aya pemborosan material, tenaga kerja, dan lainnya tidak termasuk biaya peroleha
n aset tetap. 3.349. Pengukuran biaya perolehan aset tetap baru yang diperoleh d
ari pertukaran aset tetap meliputi: a. Jika pertukaran aset tetap memiliki subst
ansi komersial, maka aset tetap baru diukur sebesar: 1) nilai wajar aset tetap y
ang diserahkan; atau 2) nilai wajar aset tetap yang diterima jika lebih andal di
bandingkan nilai wajar aset tetap yang diserahkan. b. Jika pertukaran tidak memi
liki substansi komersial, atau nilai wajar dari aset tetap yang diserahkan atau
diterima tidak dapat diukur secara andal, maka diukur sebesar nilai tercatat ase
t tetap yang diserahkan. 3.350. Aset sewaan diukur sebesar pembayaran sewa minim
um.
104
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.351. Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang harus dib
ayar oleh lessee atau lessee dapat dituntut untuk membayar, tidak meliputi renta
l kontinjen, biaya jasa, dan pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya kepa
da lessor, ditambah dengan jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh pihak yang
terkait dengan lessee. 3.352. Biaya pinjaman dikapitalisasi jika memenuhi persya
ratan sesuai Bab IV paragraf 4.174.24. 3.353. Hibah pemerintah yang terkait denga
n perolehan suatu aset diakui sebagai pengurang biaya perolehan aset. Biaya sete
lah perolehan awal 3.354. Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal diakui
sebagai beban pada periode terjadinya, termasuk biaya pemakaian dan pengembanga
n aset, misalnya: 1. biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu bero
perasi sebagaimana dimaksudkan oleh manajemen namun belum dipakai atau masih ber
operasi di bawah kapasitas penuhnya; 2. kerugian awal operasi, seperti ketika pe
rmintaan terhadap keluaran/ output masih rendah; dan 3. biaya relokasi atau reor
ganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas. 3.355. Biaya-biaya yang terjadi
setelah perolehan awal diakui sebagai penambah nilai tercatat aset tetap (dikapi
talisasi) jika memenuhi syarat kualitatif dan kuantitatif berikut ini: 1. syarat
kualitatif yaitu: a. memperpanjang umur manfaat aset tetap; atau b. kemungkinan
besar memberikan manfaat ekonomis di masa datang dalam bentuk peningkatan kapas
itas produksi, peningkatan mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja; 2. s
yarat kuantitatif yaitu jumlah batasan biaya yang dapat dikapitalisasi; a. batas
an jumlah tersebut ditentukan oleh kebijakan masing-masing entitas; b. Kebijakan
tersebut didasarkan pada pertimbangan bisnis yang rasional.
Bab III: Akuntansi Aset
105

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.356. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tetap yang tidak menam
bah umur manfaat atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tetap ke kondisi norma
lnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Misalnya, bi
aya pemeliharaan rutin. 3.357. Aset tetap tanah tidak disusutkan, kecuali: 1. ko
ndisi kualitas tanah tidak layak lagi digunakan dalam operasi utama; 2. sifat op
erasi utama meninggalkan tanah dan bagunan begitu saja jika proyek selesai; 3. p
rediksi manjemen atas kepastian perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah kemun
gkinan besar atau pasti tidak diperoleh. 3.358. Beban pengurusan legal hak atas
tanah pada saat perolehan tanah diakui sebagai biaya perolehan tanah. Beban peng
urusan untuk perpanjangan atau pembaruan legal hak atas tanah diakui sebagai ase
t tidak berwujud yang diamortisasi selama masa hak atas tanah atau umur ekonomis
tanah, mana yang lebih pendek. Perubahan estimasi akuntansi 3.359. Entitas mela
kukan review atas umur manfaat, metode penyusutan, dan nilai residu aset tetap s
ecara periodik. Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut berlaku secara pr
ospektif. Penurunan nilai 3.360. Pada setiap tanggal pelaporan harus dilakukan r
eview adanya indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi penurunan nil
ai aset, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari as
et tersebut. 3.361. Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya penurunan nila
i aset tetap, paling tidak harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini: 1. Inform
asi dari luar: a. selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara s
ignifikan melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi; b. telah terjadi d
alam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan memburuk yan
g signifikan dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum tempat beroperas
i, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan dari aset tersebut;
Bab III: Akuntansi Aset
106

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2.
c. selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat kembalian investas
i pasar telah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai ase
t yang dapat diperoleh kembali secara material. Informasi dari dalam: a. terdapa
t bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset; b. telah terjadi atau akan
terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat merugikan sehubung
an dengan cara penggunaan aset; c. terdapat bukti dari pelaporan internal yang m
enunjukkan bahwa kinerja ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih bur
uk dari yang diperkirakan; dan d. aset yang pada tahun terakhir sebelumnya disaj
ikan sebesar nilai pakainya, dimana aliran kas sesungguhnya secara material lebi
h kecil dari aliran kas taksiran, sebelum diperhitungkan diskonto.
3.362. Indikasi penurunan nilai aset tetap yang disajikan di atas belum meliputi
seluruh indikasi yang mungkin muncul. Entitas mungkin mengidentifikasi hal-hal
lain yang secara potensial berpengaruh terhadap penurunan nilai aset tetap dan m
enjadikan indikasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan nilai yang dapat dipe
roleh kembali. 3.363. Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah d
ibandingkan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai. 3.3
64. Seluruh kerugian tersebut diakui pada periode terjadinya. Model pengukuran 3
.365. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk peng
ukuran setelah pengukuran awal. Penyusutan 3.366. Aset tetap harus disusutkan se
cara sistematis selama masa manfaatnya dengan dasar per kelompok umur manfaatnya
. Komponen aset tetap yang jumlahnya signifikan dan umur manfaat berbeda dengan
komponen lainnya disusutkan secara terpisah (komponenisasi).
Bab III: Akuntansi Aset
107

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.367. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. 3.368. Umur m
anfaat untuk setiap kelompok aset tetap adalah sesuai dengan masa ekonomis atas
komponen-komponen yang terdapat pada masing-masing jenis asetnya.
Kelompok Aset Tetap Bangunan permanen semi permanen kerangka kayu Bangunan Rumah
Dinas permanen semi permanen kerangka kayu Jalan, jembatan, dan saluran air per
manen semi permanen Alat Pengangkutan Alat Pertanian Inventaris 16 tahun 5 tahun
5 tahun 5 tahun 5 tahun 20 tahun 10 tahun 5 tahun 20 tahun 10 tahun 5 tahun Umu
r Ekonomis
3.369. Untuk pabrik sawit dan gula umur ekonomis atas komponenkomponen masing-ma
sing jenis asetnya dapat dilihat pada daftar komponenisasi aset tetap (terlampir
). 3.370. Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan dikurangi nilai res
idunya. 3.371. Entitas dapat mengubah metode penyusutan dan/atau umur manfaat ya
ng berbeda dengan yang telah ditentukan dalam Pedoman ini jika didukung oleh pen
dapat ahli.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.372. Aset tetap diakui sebesar biaya perolehan.
108
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyusutan 3.373. Beban penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban unt
uk periode yang bersangkutan. Penurunan nilai 3.374. Penurunan nilai aset tetap
diakui pada periode terjadinya sebagai beban nonusaha. Pemulihan nilai diakui se
bagai pendapatan nonusaha. Penghentian pengakuan 3.375. Keuntungan atau kerugian
dari penghentian pengakuan diakui pada periode terjadinya sebagai pendapatan at
au beban nonusaha.
Penyajian
3.376. Aset tetap disajikan pada kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
3.377. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian jenis dan jumlah aset
tetap; dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tetap;
metode penyusutan yang digunakan; umur manfaat atau tarif penyusutan yang digun
akan; jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode; rek
onsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan: a. penambahan
; b. pelepasan; c. penurunan nilai tercatat; d. penyusutan; e. perbedaan pertuka
ran neto yang timbul; f. setiap pengklasifikasian kembali; pengungkapan lainnya.
Bab III: Akuntansi Aset
109

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan: Db. Aset tetap Kr. Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang
terkait Pada saat penyusutan Db. Beban penyusutan Kr. Akumulasi penyusutan aset
tetap Penggantian komponen aset tetap a. Pengakuan komponen pengganti Db. Aset t
etap (biaya komponen pengganti) Kr. Kas dan setara kas b. Penghentian pengakuan
komponen yang digantikan Db. Akumulasi penyusutan komponen aset tetap yang digan
tikan Kr. Aset tetap (komponen yang diganti)
2.
3.
4.
Penurunan nilai Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha) Kr. Akumulasi penu
runan nilai Pemulihan nilai Db. Akumulasi penurunan nilai Kr. Keuntungan pemulih
an nilai (pendapatan nonusaha) Pada saat penghentian pengakuan Db. Akumulasi pen
yusutanaset tetap Kr. Aset tetap
5.
6.
110
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Tidak Berwujud
Definisi
3.378. Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan d
an tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk t
ujuan administratif.
Dasar Pengaturan
3.379. Dasar pengaturan aset tidak berwujud adalah 1. PSAK 19: Aset Takberwujud
2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
Penjelasan
3.380. Aset tidak berwujud harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. kete
ridentifikasian; 2. adanya pengendalian sumber daya; dan 3. adanya manfaat ekono
mis di masa depan. 3.381. Pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban. Con
toh- contoh kegiatan penelitian adalah: 1. kegiatan yang ditujukan untuk mempero
leh pengetahuan baru; 2. pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset
atau pengetahuan lainnya; 3. pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk
, proses, sistem, atau jasa; dan 4. perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi ber
bagai alternatif kemungkinan bahan baku, peralatan, produk, proses atau sistem.
3.382. Pengeluaran untuk pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud sepanja
ng memenuhi seluruh kriteria aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud yang timbu
l dari pengembangan diakui jika entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini:
1. kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud sehingga aset tersebut dap
at digunakan atau dijual; 2. niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud terseb
ut dan menggunakannya atau menjualnya;
Bab III: Akuntansi Aset
111

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.
4.
5.
bagaimana aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonom
i masa depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran a
set tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu sendiri, atau, jika a
set tidak berwujud itu akan digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan
kegunaan aset tidak berwujud tersebut; tersedianya kecukupan sumber daya teknis
, keuangan, dan sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset tidak ber
wujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut; kemampuan untuk mengukur
secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak bewujud selama pengemba
ngannya.
3.383. Contoh- contoh kegiatan pengembangan adalah: pengembangan piranti lunak k
omputer; desain, konstruksi, dan pengujian alternatif produk, proses, sistem, at
au jasa yang baru atau yang diperbaiki. 3. desain, konstruksi, dan operasional p
abrik percontohan yang skalanya tidak ekonomis untuk produksi komersial; 4. desa
in, konstruksi, dan pengujian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses,
sistem yang baru atau yang diperbaiki. 1. 2. 3.384. Beban pengurusan perpanjanga
n atau pembaruan hak atas tanah diakui sebagai aset tidak berwujud. Beban terseb
ut diamortisasi selama, mana yang lebih pendek antara umur legal hak atau umur e
komomi tanah. Jika beban pengurusan perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah t
idak material, maka dibebankan pada periode berjalan. 3.385. Pada setiap tanggal
laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya indikasi penurunan nilai as
et tidak berwujud. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tidak berwujud, m
aka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebu
t. (Penjelasan lebih detail mengenai indikasi penurunan nilai dapat dilihat di p
aragraf 3.360 - 3.364). 3.386 . Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebi
h rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian pen
urunan nilai aset. Pada periode selanjutnya, apabila jumlah yang dapat diperoleh
kembali meningkat, maka entitas mengakui keuntungan pemulihan nilai, tetapi tid
ak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai buku seum
pama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.
112
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.387. Ketentuan penurunan nilai aset tidak berwujud mengacu pada Bab III paragr
af 3.360 - 3.364.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran awal 3.388. Aset tidak berwujud diakui pada saat terjad
inya beban untuk memperoleh aset tersebut sebesar biaya perolehan. Pengukuran se
lanjutnya 3.389. Aset tidak berwujud dicatat pada biaya perolehannya dikurangi a
kumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Amortisasi, penurunan ni
lai dan pemulihan nilai 3.390. Aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas
diamortisasi sebesar jumlah alokasi yang sistematis. 3.391. Jumlah alokasi yang
sistematis tersebut diakui sebagai beban amortisasi pada saat terjadinya. 3.392.
Penurunan nilai diakui sebagai kerugian sebesar selisih jumlah tercatat dengan
nilai yang dapat dipulihkan. Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan
kerugian dan keuntungan tersebut merupakan beban atau pendapatan nonusaha. 3.39
3. Aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi tap
i diuji penurunan nilainya secara periodik. Penghentian pengakuan 3.394. Keuntun
gan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya. 3.395. Keuntungan
atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha.
Bab III: Akuntansi Aset
113

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
3.396. Aset tidak berwujud disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan
3.397. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: kebijakan akuntansi; rincian
aset tidak berwujud; untuk setiap kelompok aset tidak berwujud yang dihasilkan s
ecara internal dan lainnya; a. masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunak
an; b. metode amortisasi yang digunakan; c. nilai tercatat bruto dan akumulasi a
mortisasi (yang digabungkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan
akhir periode; d. unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat amortisa
si aset tidak berwujud; dan e. rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir p
eriode dengan menunjukan: 1) penambahan aset tidak berwujud yang terjadi, dengan
mengungkapkan secara terpisah penambahan yang berasal dari 2) pengembangan di d
alam entitas dan dari penggabungan usaha; 3) penghentian dan pelepasan aset tida
k berwujud; 4) amortisasi yang diakui selama periode berjalan; dan perubahan lai
nnya dalam nilai tercatat selama periode berjalan; 4. pengungkapan lainnya. 1. 2
. 3.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan Db. Aset tidak berwujud Kr. Kas dan setara kas Amortisasi as
et tidak berwujud Db. Beban amortisasi Kr. Akumulasi amortisasi Pada saat penghe
ntian pengakuan Db. Akumulasi amortisasi Kr. Aset tidak berwujud
Bab III: Akuntansi Aset
2.
3.
114

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset/Liabilitas Pajak Tangguhan
Definisi
3.398. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihka
n pada periode mendatang sebagai akibat adanya: 1. perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan; dan 2. sisa kompensasi kerugian. Liabilitas pajak tangguhan adalah
jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer kena pajak. 3.399. Perbedaan temporer atau beda waktu adalah
perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas secara akuntansi dengan d
asar pengenaan pajak. Perbedaan temporer dapat berupa: 1. perbedaan temporer ken
a pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipuli
hkan atau nilai tercatat liabilitas tersebut diselesaikan; atau 2. perbedaan tem
porer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu ju
mlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pad
a saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat liabilitas tersebut di
selesaikan.
Dasar Pengaturan
3.400. Dasar pengaturan aset pajak tangguhan antara lain adalah PSAK 46: Pajak P
enghasilan.
Penjelasan
3.401. Pengakuan aset pajak tangguhan pada saat besar kemungkinan bahwa pemuliha
n aset akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih kec
il, kecuali pengakuan awal aset atau liabilitas pada suatu transaksi yang: 1. bu
kan transaksi kombinasi bisnis; dan 2. tidak mempengaruhi baik laba akuntansi ma
upun laba fiskal.
Bab III: Akuntansi Aset
115

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.402. Pengakuan liabilitas pada laporan keuangan entitas akan dapat melunasi ni
lai tercatat liabilitas tersebut. Apabila besar kemungkinan bahwa pelunasan liab
ilitas tersebut akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang
lebih besar, maka dalam ketentuan SAK, mengharuskan entitas untuk mengakui liabi
litas pajak tangguhan. 3.403. Pengakuan aset dan liabilitas pajak tangguhan pada
suatu kombinasi bisnis yang dilakukan oleh entitas, mempengaruhi saldo goodwill
yang timbul dari kombinasi bisnis tersebut.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.404. Aset pajak tangguhan diakui: 1. untuk seluruh perbedaan temporer yang bol
eh dikurangkan apabila nilai basis akuntansi lebih kecil daripada nilai basis pa
jak; 2. saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan. 3.405. Apabila diperkiraka
n sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tidak dapat direalisasikan pada per
iode mendatang, maka jumlahnya harus diturunkan. 3.406. Penyisihan aset pajak ta
ngguhan harus dievaluasi secara periodik, dan apabila pada akhir periode selanju
tnya ternyata aset pajak tangguhan diperkirakan dapat direalisasikan sepenuhnya
atau dalam jumlah yang lebih besar, maka dapat dinaikan kembali. 3.407. Liabilit
as pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer kena pajak apabila ni
lai basis akuntansi lebih besar nilai basis pajak yang akan mengakibatkan penamb
ahan penghasilan kena pajak di masa mendatang.
Penyajian
3.408. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan harus disajikan terpi
sah dari aset dan liabilitas lain dalam laporan posisi keuangan. 3.409. Aset paj
ak tangguhan harus dibedakan dari piutang pajak/pajak dibayar dimuka.
116
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.410. Liabilitas pajak tangguhan harus dibedakan dari utang pajak. 3.411. Aset
pajak tangguhan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. 3.412. Liabilitas pa
jak tangguhan disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panjang.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4.
5. 6.
7.
3.413. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: kebijakan akuntansi yang dite
rapkan; unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak; jumlah pajak kini dan pajak
tangguhan yang berasal dari transaksitransaksi yang langsung dibebankan atau di
kreditkan ke ekuitas; penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pa
jak dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini: a. rekons
iliasi antara beban (penghasilan) pajak hasil perkalian laba akuntansi dan tarif
pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang be
rlaku; atau b. rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak
yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku;
penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan
tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya; jumlah (dan batas wa
ktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rug
i yang dapat dikompensasi ke periode berikut, yang tidak diakui sebagai aset paj
ak tangguhan pada laporan posisi keuangan; untuk setiap kelompok perbedaan tempo
rer dan untuk setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikutnya:
a. jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui pada laporan posisi ke
uangan untuk setiap periode penyajian; b. jumlah beban (penghasilan) pajak tangg
uhan yang diakui pada laporan laba rugi jika jumlah tersebut tidak terlihat dari
perubahan jumlah aset atau liabilitas pajak tanguhan yang diakui pada laporan p
osisi keuangan; dan
Bab III: Akuntansi Aset
117

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


8.
9.
c. Untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari: 1) keunt
ungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan 2) laba atau rugi dari aktivit
as normal operasi yang tidak dilanjutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan
jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada laporan keuangan. jumla
h aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya, jika: a. pen
ggunaan aset pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fiskal yang dapat dihas
ilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer ken
a pajak yang telah ada; dan b. entitas telah menderita kerugian pada periode ber
jalan atau periode sebelumnya; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pembentukan aset pajak tangguhan Db. Beban pajak kini Db. Aset pajak t
angguhan Kr. Utang pajak penghasilan Kr. Penghasilan pajak tangguhan Pada saat p
embentukan liabilitas pajak tangguhan Db. Beban pajak kini Db. Beban pajak tangg
uhan Kr. Utang pajak penghasilan Kr. Liabilitas pajak tangguhan
2.
118
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Aset Tidak Lancar Lain
Definisi
3.414. Aset tidak lancar lain adalah pos-pos yang tidak dapat secara layak digol
ongkan dalam kelompok pos aset tidak lancar yang ada dan tidak material untuk di
sajikan tersendiri.
Dasar Pengaturan
3.415. Dasar pengaturan aset tidak lancar lain antara lain adalah PSAK 1: Penyaj
ian Laporan Keuangan.
Penjelasan
3.416. Contoh aset tidak lancar lain, antara lain: 1. kas dan setara kas yang di
batasi penggunaannya lebih dari satu tahun; 2. biaya ditangguhkan lebih dari sat
u tahun; 3. lain-lain. 3.417. Biaya tangguhan adalah biaya yang telah dikeluarka
n tetapi belum diakui sebagai beban pada periode terjadinya dan memiliki masa ma
nfaat tertentu. Contoh beban ditangguhkan antara lain beban pengurusan sertifika
si, misalnya ISO, GMP, HCCP. 3.418. Biaya tangguhan diamortisasi selama umur man
faat. 3.419. Biaya-biaya yang tidak mempunyai masa mafaat lebih dari satu period
e tidak dapat ditangguhkan, termasuk kerugian yang timbul dari kegiatan awal ope
rasi dan biaya praoperasi/perintisan usaha.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
3.420. Aset tidak lancar lain diakui pada saat diperoleh sebesar biaya perolehan
.
Penyajian
3.421. Pos-pos aset tidak lancar lain disajikan dalam kelompok aset tidak lancar
.
119
Bab III: Akuntansi Aset

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.422. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: kebijakan akuntansi; rincian
aset lainnya; sifat dan uraian penting dari aset yang bersangkutan; alasan perub
ahan klasifikasi aset yang sebelumnya tidak termasuk dalam aset tidak lancar lai
n; untuk kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya, alasan dan maksud pembat
asan tersebut; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Saat perolehan (pembatasan atas kas dan setara kas) Db. Aset tidak lancar lain (
kas dan setara kas yang dibatasi/beban sertifikasi ISO) Kr. Kas dan setara kas S
aat amortisasi biaya yang ditangguhkan Db. Beban amortisasi Kr. Biaya yang ditan
gguhkan Saat selesainya pembatasan Db. Kas dan setara kas Kr. Aset tidak lancar
lain kas dan setara kas yang dibatasi
2.
3.
120
Bab III: Akuntansi Aset

Bab IV AKUNTANSI LIABILITAS DAN EKUITAS


akuntansi liabilitas
Pengertian dan Karakteristik
4.1 Liabilitas adalah kewajiban masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
dan penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi. 4.2 Karakteristik dasar liabilitas adalah bahwa ent
itas mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban merupakan suatu tugas dan tanggung
jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kew
ajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat
atau peraturan perundang-undangan yang disertai jumlah yang terutang untuk pemba
yaran barang dan jasa yang telah diterima. Kewajiban juga dapat timbul dari prak
tik usaha yang lazim, kebiasaan, dan keinginan untuk memelihara hubungan yang ba
ik atau bertindak dengan cara yang adil. 4.3 Kewajiban masa kini berbeda dengan
komitmen di masa depan. Keputusan untuk membeli aset di masa depan tidak dengan
sendirinya menimbulkan kewajiban kini. Kewajiban biasanya timbul hanya jika aset
telah diterima atau telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk
membeli aset. Perjanjian tidak dapat dibatalkan jika terdapat konsekuensi ekonom
i berupa keluarnya sumber daya kepada pihak lain jika gagal untuk memenuhi kewaj
iban tersebut. 4.4 Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya mengakibatkan penye
rahan atau pengorbanan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk m
emenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban masa kini dapat dilakukan de
ngan berbagai cara, misalnya, dengan:
121
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1. pembayaran kas; 2. penyerahan aset lain; 3. pemberian jasa; 4. penggantian ke
wajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau 5. konversi kewajiban menjadi ekuit
as. Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebask
an atau membatalkan haknya. 4.5 Liabilitas timbul dari transaksi atau peristiwa
masa lalu. Sebagai contoh, pembelian barang atau penggunaan jasa dapat menimbulk
an utang usaha (kecuali kalau dibayarkan dimuka atau pada saat penyerahan) dan p
enerimaan pinjaman bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali pinjaman te
rsebut. 4.6 Beberapa jenis liabilitas hanya dapat diukur dengan menggunakan esti
masi dalam derajat yang substansial. Secara umum, liabilitas ini disebut sebagai
provisi. Dalam pengertian sempit, provisi tidak dipandang sebagai liabilitas, k
arena liabilitas hanya mencakup jumlah yang dapat ditentukan tanpa perlu membuat
estimasi. Namun demikian, definisi liabilitas di atas mengikuti pendekatan luas
. Jadi, kalau provisi menyangkut kewajiban masa kini dan memenuhi ketentuan lain
dalam definisi tersebut, maka pos yang bersangkutan merupakan liabilitas meskip
un jumlahnya hanya diestimasi. Sebagai contoh, provisi untuk menutup kewajiban m
anfaat pensiun karyawan. 4.7 Liabilitas kontijensi adalah: 1. kewajiban potensia
l yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan te
rjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak s
epenuhnya berada dalam kendali entitas; atau 2. kewajiban kini yang timbul sebag
ai peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena: a. tidak terdapat kemungkina
n entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk menyele
saikan kewajibannya. b. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara anda
l. 4.8 Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan apabila besar kemungkinan
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk me
nyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal.
122
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.9 Liabilitas keuangan yang dimiliki oleh entitas dikategorikan sebagai liabili
tas lain (amortized cost) atau bukan liabilitas yang diukur pada nilai wajar mel
alui laba rugi. Liabilitas keungan pada awalnya diukur sebesar nilai wajar ditam
bah biaya transaksi dan premium/diskonto. Selanjutnya liabilitas keuangan diamor
tisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. 4.10. Liabilitas diklasifikasikan
menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. 4.11. Suatu liab
ilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika: 1. entitas mengha
rapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya; 2.
entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan; 3. liabilitas
tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
setelah periode pelaporan; atau 4. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untu
k menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan
setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termas
uk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka panjang. 4.12. Entitas mengklasif
ikasikan liabilitas keuangan sebagai liabilitas jangka pendek jika liabilitas te
rsebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode
pelaporan, meskipun: 1. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan ; dan 2. perjanjian untuk pembiayaan kembali, at
au penjadualan kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan
setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit. 4.13. Liabilitas jangka panjang adalah semua liabilitas selain yang ter
masuk dalam liabilitas jangka pendek. 4.14. Liabilitas jangka panjang yang akan
jatuh tempo dalam siklus operasional tahun berikutnya, diperkirakan dapat dibiay
ai kembali atau diperpanjang kembali sehingga diperkirakan tidak akan ada penggu
naan modal kerja lancar. Liabilitas tersebut merupakan bagian dari pembiayaan ja
ngka panjang entitas dan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
123

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.15. Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka pemb
iayaan kembali tidak dapat diasumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga lia
bilitas harus diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek.
Biaya Pinjaman
4.16. Aset kualifikasian adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar
siap digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya. 4.17. Biaya pinjaman adalah
biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman
dana.
Komponen Biaya Pinjaman
4.18. Biaya pinjaman meliputi bunga kontraktual, biaya transaksi, dan premi sert
a diskonto. 4.19. Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan se
cara langsung dengan perolehan suatu pinjaman, misalnya biaya provisi, administr
asi, perikatan agunan dan sebagainya. 4.20. Beban bunga dihitung menggunakan suk
u bunga efektif.
Biaya Pinjaman yang Layak Dikapitalisasi
4.21. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi aset ya
ng memenuhi syarat (aset kualifikasian) sebagai bagian dari biaya perolehan aset
tersebut. Biaya pinjaman selain itu diakui sebagai beban pada periode terjadiny
a; 4.22. Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan peroleha
n, konstruksi atau pembuatan aset kualifikasian adalah biaya-biaya pinjaman yang
dapat dihindari jika pengeluaran atas aset kualifikasian tidak dilakukan. Jika
entitas meminjam dana secara langsung untuk tujuan memperoleh suatu aset kualifi
kasian tertentu, maka biaya pinjaman yang terkait dengan aset kualifikasian dapa
t diidentikasi dengan mudah.
124
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.23. Apabila pinjaman secara spesifik digunakan untuk memperoleh suatu aset ter
tentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinja
man yang timbul selama peminjaman dana tersebut dikurangi pendapatan bunga dari
investasi sementara dana pinjaman yang belum digunakan; 4.24. Apabila pinjaman t
idak secara spesifik digunakan untuk memperoleh aset tertentu, maka jumlah biaya
pinjaman yang dapat dikapitalisasi ditentukan dengan mengalikan tingkat kapital
isasi terhadap pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh aset tersebut. Tingkat
kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibag
i dengan jumlah pinjaman dari suatu periode (tidak termasuk jumlah pinjaman yang
secara khusus digunakan untuk perolehan aset tertentu). Jumlah biaya pinjaman y
ang dikapitalisasi dalam periode tertentu tidak boleh melebihi jumlah biaya pinj
aman yang terjadi selama periode tersebut.
Waktu Kapitalisasi
4.25. Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aset
dimulai ketika: 1. pengeluaran untuk aset tersebut telah mulai dilakukan; 2. bi
aya pinjaman sedang terjadi; dan 3. aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapka
n pembangunan atau memproduksi aset tersebut sedang berlangsung. 4.26. Kapitalis
asi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam suatu periode yang cukup lama
entitas menangguhkan atau menunda aktivitas perolehan, pembangunan ataupun produ
ksi suatu aset. 4.27. Kapitalisasi biaya pinjaman harus diakhiri apabila aktivit
as untuk memperoleh, membangun atau memproduksi suatu aset sesuai dengan tujuann
ya secara substansial telah selesai. 4.28. Apabila pembangunan atau konstruksi s
uatu aset dapat diselesaikan perbagian dimana bagian yang telah selesai dapat se
gera digunakan sementara bagian lainnya masih dalam penyelesaian, maka jumlah bi
aya pinjaman yang dikapitalisasi adalah untuk bagian yang belum selesai saja.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
125

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


liabilitas jangka pendek
Utang Usaha
Definisi
4.29. Utang usaha adalah kewajiban yang timbul karena pengadaan kebutuhan barang
atau jasa untuk pelaksanaan aktivitas operasional.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
4.30. Dasar pengaturan utang usaha antara lain: PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak
Berelasi PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pe
ngakuan dan Pengukuran PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan
Penjelasan
4.31. Utang usaha meliputi utang kepada pemasok untuk pengadaan bahan baku dan b
ahan pelengkap, bangunan, fasilitas pabrik, mesin, alat-alat fasilitas produksi,
instalasi fasilitas produksi, peralatan, kendaraan, dan sebagainya. 4.32. Nilai
utang usaha yang dimaksud terdiri dari jumlah pokok utang dan bunga (jika ada),
dan tidak ada diskonto/premium dan biaya transaksi atas utang usaha tersebut. S
ehingga secara umum, jumlah tercatat utang usaha sama dengan jumlah terutang dan
tidak ada amortisasi diskon/premium dan biaya transaksi.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.33. Utang usaha diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesa
ikan. 4.34. Utang usaha berkurang pada saat dilakukan pembayaran, pelunasan atau
dilakukan penyelesaian lainnya.
126
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.35.
Utang usaha disajikan dalam kelompok liabilitas jangka pendek.
Pengungkapan
4.36. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. rincian jenis dan jumlah ma
sing-masing utang usaha; 2. serta utang usaha dengan pihak-pihak berelasi; 3. pe
ngungkapan lainnya. 4.37. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur d
alam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan Db. Persediaan Kr. Utang usaha Pada saat pembayaran Db. Utan
g usaha Kr. Kas dan setara kas
2.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
127

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Utang Pajak
Definisi
4.38.
Utang pajak adalah pajak yang belum disetorkan ke kas negara.
Dasar Pengaturan
4.39. Dasar pengaturan mengenai utang pajak antara lain adalah PSAK 46: Pajak Pe
nghasilan
Penjelasan
1. 2. 3. 4. 5.
4.40. Utang pajak antara lain: utang PPh Pasal 21; utang PPh Pasal 23; utang PPh
Pasal 29; utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN); utang Pajak Bumi dan Bangunan (P
BB) dan utang pajak lainnya.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.41. Utang pajak diakui pada saat terjadinya transaksi atau kejadian yang telah
mewajibkan entitas untuk membayar/menyetor pajak kepada negara. 4.42. 1. 2. 3.
4. 5. Utang pajak berkurang pada saat disetorkan ke kas negara.
4.43. Utang pajak dinilai sebesar: PPh yang dipotong/dipungut tetapi belum diset
orkan ke kas negara; PPh Pasal 29 yang belum dibayar berdasarkan SPT Tahunan; PP
N yang dipungut tetapi belum disetor ke kas negara; PBB yang belum dibayar sebes
ar SPPT; Pajak yang terutang berdasarkan SKPKB, SKPKBT, STP dan SK Peninjauan Ke
mbali.
128
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.44.
Utang pajak disajikan dalam kelompok liabilitas jangka pendek.
Pengungkapan
4.45. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain jumlah dan rincian utang pajak
berdasarkan jenis pajak yang terutang.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan utang pajak untuk: a. PPh pasal 21 dan 23 Db. Beban yang ter
kait Kr. Utang pajak PPh pasal 21dan 23 Kr. Kas dan setara kas b. PPh pasal 25 D
b. Uang muka pajak Kr. Kas dan setara kas PPh Pasal 29 Db. Pajak PPh badan Kr. U
ang muka PPh pasal 25 Kr. Utang pajak PPh pasal 29
c.
d. PPN keluaran Db. Kas dan setara kas Kr. PPN keluaran Kr. Pendapatan yang terk
ait e. PBB pada saat menerima SPPT Db. Pajak PBB Kr. Utang pajak PBB
2.
Pada saat pembayaran/penyetoran pajak: Db. Utang pajak Kr. Kas dan setara kas
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
129

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Biaya yang Masih Harus Dibayar
Definisi
4.46. Biaya yang masih harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah jatuh tempo a
tau yang telah diterima manfaatnya oleh entitas tetapi belum dibayar, termasuk b
agian biaya yang telah diakru sampai tanggal laporan posisi keuangan namun biaya
secara keseluruhan belum jatuh tempo.
Dasar Pengaturan
4.47. Dasar pengaturan untuk biaya yang masih harus dibayar antara lain adalah K
erangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Penjelasan
4.48. Biaya yang masih harus dibayar antara lain: 1. beban langganan seperti lis
trik, telepon, air, gas, majalah, surat kabar, dan sejenisnya; 2. beban yang sud
ah diterima manfaatnya dan belum dilunasi pada tanggal laporan posisi keuangan.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.49. Biaya yang masih harus dibayar diakui pada saat entitas menerima manfaat e
konomi dari pihak lain tetapi belum melunasi pembayaran atas manfaat ekonomi ter
sebut. 4.50. Biaya yang masih harus dibayar berkurang pada saat dilakukan pembay
aran atau pelunasan oleh entitas. 4.51. Biaya yang masih harus dibayar dinilai s
ebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan
kepada pihak lain untuk menyelesaikan liabilitas tersebut.
130
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.52. pendek.
Biaya yang harus dibayar disajikan dalam kelompok liabilitas jangka
Pengungkapan
4.53. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian biaya yang masih harus
dibayar berdasarkan jenis dan jumlah masing-masing beban; 2. pengungkapan lainn
ya. 1.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan Db. Beban yang terkait Kr. Biaya yang masih harus dibayar Pa
da saat penyelesaian Db. Biaya yang masih harus dibayar Kr. Kas dan setara kas
2.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
131

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek
Definisi
4.54. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja yang akan jatu
h tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pe
kerja memberikan jasa.
Dasar Pengaturan
4.55. Dasar pengaturan untuk liabilitas imbalan kerja jangka pendek antara lain
adalah PSAK 24: Imbalan Kerja.
Penjelasan
1. 2.
3. 4.
4.56. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek meliputi: upah, gaji dan iuran jami
nan sosial; cuti berimbalan jangka pendek dimana ketidakhadiran terjadi dalam wa
ktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasanya; utang bagi laba dan utang bonus dalam waktu 12 (dua belas) bulan setel
ah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasanya; imbalan nonmoneter u
ntuk pekerja, seperti imbalan kesehatan, rumah, mobil dan barang atau jasa yang
diberikan secara cuma-cuma atau melalui subsidi.
4.57. Utang tantiem yang merupakan pembagian insentif kepada direksi dan komisar
is ditetapkan oleh RUPS, yang dapat dihitung dari laba bersih dan dibebankan pad
a periode yang bersangkutan. 4.58. Utang dana pensiun adalah utang iuran pensiun
yang ditanggung oleh entitas, sebagai pemberi kerja, yang telah jatuh tempo dan
belum dibayarkan kepada entitas dana pensiun. 4.59. Utang diestimasi imbalan ke
rja jangka pendek adalah utang atas imbalan kerja jangka pendek yang waktu dan j
umlahnya belum pasti. 4.60. Contoh dari liabilitas imbalan kerja jangka pendek a
ntara lain utang iuran Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) dan iuran Jamsostek ya
ng diakru pada tanggal laporan posisi keuangan.
132
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.61. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek diakui pada saat pekerja/ pegawai t
elah memberikan jasanya kepada entitas dalam suatu periode. 4.62. Liabilitas imb
alan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah tidak terdiskonto (undiscounted b
asis). 4.63. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek berkurang pada saat diselesa
ikan.
Penyajian
4.64. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek disajikan dalam kelompok liabilitas
jangka pendek.
Pengungkapan
4.65. Entitas harus mengungkapkan antara lain: 1. rincian liabilitas imbalan ker
ja jangka pendek berdasarkan jenisnya; 2. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Beban imbalan kerja Kr. Liabilitas imbalan kerja ja
ngka pendek Pada saat penyelesaian Db. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek Kr
. Kas dan Setara Kas
2.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
133

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pendapatan Diterima Dimuka
Definisi
4.66. Pendapatan diterima dimuka adalah penerimaan uang dari pihak lain sehubung
an dengan penjualan produk yang akan dilakukan oleh entitas di masa depan, tetap
i produk tersebut belum diserahkan kepada pihak tersebut.
Dasar Pengaturan
4.67. Dasar pengaturan untuk pendapatan diterima dimuka antara lain adalah Keran
gka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Penjelasan
4.68. Pendapatan diterima dimuka berasal dari: 1. pendapatan diterima dimuka seh
ubungan dengan penjualan produk seperti uang muka penjualan produk dari pemesan/
pembeli; 2. penyelesaian pesanan akan dilakukan dalam siklus normal operasional
entitas.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
4.69. Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat diterimanya uang dari pihak la
in dan entitas belum menyerahkan/memberikan manfaat ekonominya kepada pihak lain
tersebut. 4.70. Pendapatan diterima dimuka dinilai sebesar nilai manfaat ekonom
i yang belum diserahkan kepada pihak lain. 4.71. Pendapatan diterima dimuka berk
urang pada saat diserahkannya produk atau manfaat ekonomi kepada pihak lain atau
sejalan dengan berlalunya waktu.
134
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.72. Pendapatan diterima dimuka disajikan dalam kelompok liabilitas jangka pend
ek.
Pengungkapan
1. 2. 3.
4.73. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian pendapatan diterima di
muka berdasarkan jenis; jumlah masing-masing pendapatan diterima dimuka; pengung
kapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat penerimaan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapatan diterima dimuka Pada
saat penyelesaian di akhir periode Db. Pendapatan diterima dimuka Kr. Pendapatan
2.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
135

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Utang Bank Jangka Pendek
Definisi
4.74. Utang bank jangka pendek adalah kewajiban kepada bank atau lembaga keuanga
n yang akan dibayar atau diselesaikan dalam periode kurang dari 12 (dua belas) b
ulan atau siklus normal operasional entitas yang digunakan untuk pelaksanaan keg
iatannya.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4. 5.
4.75. Dasar pengaturan utang bank jangka pendek antara lain: PSAK 7: Pengungkapa
n Pihak-Pihak Berelasi PSAK 26: Biaya Pinjaman PSAK 50: Instrumen Keuangan: Peny
ajian PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PSAK 60: Instrumen K
euangan: Pengungkapan
Penjelasan
4.76. Utang bank jangka pendek merupakan pinjaman kepada bank yang akan diselesa
ikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau satu periode pelaporan keuanga
n, antara lain terdiri dari kredit modal kerja, kredit restrukturisasi utang, pe
njualan wesel bayar jangka pendek kepada bank, dan segala pinjaman jangka pendek
lainnya pada bank. 4.77. Komponen suku bunga efektif mencakup bunga kontraktual
dan biaya transaksi (biaya-biaya yang terkait langsung dengan perolehan pinjama
n tersebut, misalnya: provisi, administrasi, perikatan jaminan dan lain-lain).
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.78. Pada saat pengakuan awal, utang bank jangka pendek diakui sebesar pokok di
kurangi biaya transaksi. 4.79. Selanjutnya, utang bank jangka pendek diukur sebe
sar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga efektif. Beban bunga yan
g timbul diakui sebagai beban pada periode berjalan, kecuali memenuhi syarat dik
apitalisasi (lihat bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18. 4.24.)
136
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.80. Utang bank jangka pendek berkurang pada saat dilunasi atau cara penyelesai
an lainnya.
Penyajian
4.81. Utang bank jangka pendek disajikan dalam kelompok liabilitas jangka pendek
.
Pengungkapan
1. 2.
3. 4. 5. 6.
4.82. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian utang bank jangka pend
ek berdasarkan jenis dan jumlah; cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersif
at signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus
kas di masa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk k
riteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan; eksposur risiko suku bun
ga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku bunga efektif; agunan dan nilai agunan
; pengungkapan lainnya.
4.83. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan in
strumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Kas dan setara kas Db. Utang bank jangka pendek - b
iaya transaksi Kr. Utang bank jangka pendek Pada akhir periode pelaporan Db. Beb
an bunga Kr. Utang bank jangka pendek - biaya transaksi Kr. Kas dan setara kas P
ada saat pelunasan Db. Utang bank jangka pendek Kr. Kas dan setara kas
137
2.
3.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Liabilitas Jangka Pendek Lain
Definisi
4.84. Liabilitas jangka pendek lain adalah pos yang dimaksudkan untuk menampung
liabilitas entitas yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos liabilit
as jangka pendek yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos ter
sendiri.
Dasar Pengaturan
4.85. Dasar pengaturan untuk liabilitas jangka pendek lain antara lain adalah PS
AK 1: Penyajian Laporan Keuangan.
Penjelasan
1. 2. 3.
4.86. Liabilitas jangka pendek lain terdiri dari: utang kepada pihak ketiga; uan
g titipan; utang lainnya
4.87. Komponen liabilitas jangka pendek lain dengan jumlah yang meterial disajik
an dalam pos tersendiri.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.88. Liabilitas jangka pendek lain diakui pada saat terjadinya sebesar nilai ya
ng harus diselesaikan. 4.89. Liabilitas jangka pendek lain berkurang pada saat d
ilakukan pembayaran atau penyelesaian.
Penyajian
4.90. Liabilitas jangka pendek lain disajikan dalam kelompok liabilitas jangka p
endek.
138
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
4.91. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. rincian liabilitas jangka p
endek lain; 2. jumlah liabilitas jangka pendek lain dengan pihak-pihak berelasi;
3. pengungkapan lain.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan Db. Kas dan setara kas/pos yang terkait Kr. Liabilitas jangk
a pendek lain Pada saat penyelesaian Db. Liabilitas jangka pendek lain Kr. Kas d
an setara kas/pos yang terkait
2.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
139

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


liabilitas jangka panjang
Utang Antar Badan Hukum
Definisi
4.92. Utang antar badan hukum adalah utang yang timbul sebagai akibat dari trans
aksi nonusaha dengan BUMN Perkebunan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
4.93. Dasar pengaturan untuk utang antar badan hukum antara lain: PSAK 7: Pengun
gkapan Pihak-Pihak Berelasi PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 55: Inst
rumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkap
an
Penjelasan
4.94. Utang antar badan hukum terdiri dari utang antar badan hukum jangka pendek
dan utang antar badan hukum jangka panjang 4.95. Utang antar badan hukum diukur
pada nilai wajarnya (pada umumnya nilai nominal). 4.96. Pada umumnya bahwa dala
m utang antar badan hukum ini tidak ada komponen biaya transaksi.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
4.97.
Utang antar badan hukum diakui sebesar jumlah terutang.
4.98. Utang antar badan hukum berkurang pada saat dilunasi atau cara penyelesaia
n lainnya.
140
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.99. Utang antar badan hukum jangka pendek disajikan dalam kelompok liabilitas
jangka pendek, sedangkan utang antar badan hukum jangka panjang disajikan dalam
kelompok liabilitas jangka panjang.
Pengungkapan
1. 2.
3. 4. 5. 6.
4.100. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian utang antar badan huk
um berdasarkan jenis, umur dan jumlah; cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang
bersifat signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian
arus kas di masa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, terma
suk kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan; eksposur risiko suk
u bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku bunga efektif; rincian nama pihak
-pihak berelasi, dan jumlah utang; pengungkapan lainnya.
4.101. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Kas dan setara kas Kr. Utang antar badan hukum Pada
akhir periode pelaporan Db. Beban bunga Kr. Utang bunga Pada saat pembayaran bu
nga Db. Utang bunga Kr. Kas dan setara kas Pada saat penyelesaian pokok Db. Utan
g antar badan hukum Kr. Kas dan setara kas
141
2.
3.
4.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.
Pada saat pengakuan bagian utang antara badan hukum jangka panjang yang akan jat
uh tempo Db. Utang antar badan hukum jangka panjang Kr. Bagian jangka pendek uta
ng antar badan hukum jangka panjang Pada saat penyelesaian Db. Bagian jangka pen
dek utang antar badan hukum jangka panjang Kr. Kas dan setara kas
6.
142
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Utang Kepada Pemerintah
Definisi
4.102. Utang kepada pemerintah adalah utang yang timbul dari pemberian pinjaman
oleh pemerintah yang bersumber dari penerusan pinjaman. 4103. Penerusan pinjaman
adalah pinjaman yang berasal dari dalam dan luar negeri kepada BUMN/entitas ata
u yang dipersamakan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4. 5.
4.104. Dasar pengaturan utang kepada pemerintah antara lain: PSAK 7: Pengungkapa
n Pihak-Pihak Berelasi PSAK 26: Biaya Pinjaman PSAK 50: Instrumen Keuangan: Peny
ajian PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PSAK 60: Instrumen K
euangan: Pengungkapan
Penjelasan
4.105. Utang kepada pemerintah yang dimaksud di sini adalah utang yang berasal d
ari penerusan pinjaman. 1. 2. 4.106. Penyelesaian utang kepada pemerintah dapat
berbentuk: pelunasan; penjadwalan kembali yang mengakibatkan perubahan besaran p
embayaran pokok utang, bunga/biaya administrasi, biaya komitmen, denda, dan biay
a lainnya; perubahan persyaratan baik sebagian atau seluruh persyaratan pinjaman
kecuali jangka waktu pinjaman; dikonversi menjadi penyertaan modal negara (keka
yaan negara yang dipisahkan) dengan mengubah utang kepada pemerintah menjadi mod
al apabila tidak dapat dilakukan penjadwalan kembali atau perubahan persyaratan,
dimana diikuti dengan keluarnya Peraturan Pemerintah untuk mencatat penyertaan
modal negara tersebut;
3. 4.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
143

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.
dihapuskan sebagian atau seluruhnya apabila tidak bisa dijadwalkan kembali, diub
ah persyaratan atau dikonversi menjadi penyertaan modal negara, yang diatur sesu
ai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.107. Pembayaran angsuran utang kepada pemerintah dibagi menjadi pelunasan poko
k utang dan beban bunga. 4.108. Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pin
jaman diperhitungkan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan s
uku bunga efektif. Komponen suku bunga efektif mencakup bunga kontraktual dan bi
aya transaksi (biaya-biaya yang terkait langsung dengan perolehan pinjaman). Apa
bila suku bunga kontraktual berbeda dengan suku bunga pasar, maka digunakan suku
bunga pasar. 4.109. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di B
ab IV paragraf 4.18 4.24.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
4.110. Pada saat pengakuan awal, utang kepada pemerintah diakui sebesar pokok di
kurangi biaya transaksi. 4.111. Selanjutnya, utang kepada pemerintah diukur sebe
sar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga efektif. Beban bunga yan
g timbul diakui sebagai beban pada periode berjalan kecuali memenuhi syarat dika
pitalisasi (lihat bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18. - 4.24). 4.1
12. Utang kepada pemerintah berkurang pada saat dilunasi atau cara penyelesaian
lainnya.
Penyajian
4.113. Utang kepada pemerintah disajikan dalam pos liabilitas jangka panjang.
144
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1. 2.
3. 4. 5. 6.
4.114. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian utang kepada pemerint
ah berdasarkan jenis dan jumlah; cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersif
at signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus
kas di masa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk k
riteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan; eksposur risiko suku bun
ga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku bunga efektif; rincian nama pihak pihak
berelasi, dan jumlah utang; pengungkapan lainnya.
4.115. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Kas dan setara kas Kr. Utang kepada pemerintah Pada
saat pengakuan bagian utang kepada pemerintah yang akan jatuh tempo Db. Utang k
epada pemerintah Kr. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah Pada akhir per
iode pelaporan Db. Beban bunga Kr. Utang bunga Pada saat pembayaran bunga Db. Ut
ang bunga Kr. Kas dan setara kas
2.
3.
4.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
145

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.
Pada saat penyelesaian a. Pelunasan Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemeri
ntah Kr. Kas dan setara kas b. c. Penjadwalan kembali Tidak ada jurnal Konversi
menjadi Penyertaan Modal Negara Db. Utang kepada pemerintah Db. Bagian jangka pe
ndek utang kepada pemerintah Kr. Penyertaan Modal Negara
6.
Penghapusan sebagian atau seluruh Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemerint
ah Kr. Keuntungan penghapusan utang kepada pemerintah
146
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Utang Bank Jangka Panjang
Definisi
4.116. Utang bank jangka panjang adalah utang kepada bank atau lembaga keuangan
yang akan dibayar atau diselesaikan dalam periode lebih dari satu tahun atau sat
u siklus normal operasional entitas, mana yang lebih panjang yang digunakan untu
k pelaksanaan kegiatan entitas. 4.117. Bagian liabilitas jangka panjang yang aka
n jatuh tempo adalah bagian dari utang jangka panjang yang telah jatuh tempo dal
am periode berjalan atau akan dilunasi dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bu
lan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4. 5.
4.118. Dasar pengaturan utang bank jangka panjang antara lain: PSAK 7: Pengungka
pan Pihak-Pihak Berelasi PSAK 26: Biaya Pinjaman PSAK 50: Instrumen Keuangan: Pe
nyajian PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PSAK 60: Instrumen
Keuangan: Pengungkapan
Penjelasan
4.119. Utang bank jangka panjang adalah utang kepada bank atau lembaga keuangan
lain yang berjangka panjang, antara lain adalah kredit investasi, kredit pembiay
aan bersama, kredit restrukturisasi utang, penjualan wesel bayar jangka panjang
kepada bank dan segala pinjaman jangka panjang pada bank lainnya.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.120. Pada saat pengakuan awal, utang bank jangka panjang diakui sebesar pokok
dikurangi biaya transaksi. 4.121. Selanjutnya, utang bank jangka panjang diukur
sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga efektif. Beban bunga
yang timbul diakui sebagai beban pada periode berjalan kecuali memenuhi syarat
dikapitalisasi (lihat bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18.-4.24).
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
147

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.122. Utang bank jangka panjang berkurang pada saat dilunasi atau cara penyeles
aian lainnya.
Penyajian
4.123. Utang bank jangka panjang disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panj
ang.
Pengungkapan
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7.
4.124. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian utang jangka panjang
serta rincian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo berdasarkan jenis
dan jumlah; cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang da
pat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang
; kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan
dasar pengukuran yang diterapkan; eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal
jatuh tempo dan suku bunga efektif; eksposur kredit; eksposur liabilitas; pengun
gkapan lainnya.
4.125. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Kas dan setara kas Db. Utang bank jangka panjang biaya transaksi Kr. Utang bank jangka panjang Pada akhir periode pelaporan Db. B
eban bunga Kr. Utang bank jangka panjang - biaya transaksi Kr. Utang bunga
2.
148
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.
Pada saat pembayaran bunga Db. Utang bunga Kr. Kas dan setara kas Pada saat rekl
asifikasi liabilitas jangka panjang ke liabilitas jangka pendek Db. Utang bank j
angka panjang Kr. Bagian jangka pendek utang bank jangka panjang Pada saat pelun
asan Db. Bagian jangka pendek utang bank jangka panjang Kr. Kas dan setara kas
4.
5.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
149

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Utang Sewa Pembiayaan
Definisi
4.126. Utang sewa pembiayaan adalah liabilitas kepada perusahaan pembiayaan (les
sor) sebagai akibat perjanjian sewa pembiayaan (finance lease) yang dilakukan ol
eh entitas (lessee) untuk pelaksanaan kegiatan operasional.
Dasar Pengaturan
4.127. Dasar pengaturan utang sewa pembiayaan antara lain adalah PSAK 30: Sewa.
Penjelasan
4.128. Utang sewa pembiayaan timbul dari perjanjian sewa yang diklasifikasikan d
alam sewa pembiayaan sebagaimana yang dijelaskan pada Bab III paragraf 3.337.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.129. Utang sewa pembiayaan diakui pada saat awal masa sewa. 4.130. Utang sewa
pembiayaan diakui sebesar nilai kini pembayaran sewa minimum atau nilai wajar as
et sewaan (jika lebih rendah). 4.131. Pembayaran utang sewa pembiayaan dibagi me
njadi pelunasan pokok dan beban bunga. 4.132. Beban bunga yang memenuhi persyara
tan dapat dikapitalisasi ke aset yang terkait sebagaimana dijelaskan pada Bab IV
paragraf 4.18-4.24.
Penyajian
4.133. Utang sewa pembiayaan disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panjang.
150
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1. 2.
3. 4.
5.
6.
4.134. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rekonsiliasi antara total pem
bayaran sewa minimum di masa mendatang pada tanggal laporan posisi keuangan, den
gan nilai kininya; total pembayaran sewa minimum di masa mendatang pada tanggal
laporan posisi keuangan, dan nilai kininya, untuk setiap periode berikut: a. sam
pai dengan satu tahun; b. lebih dari satu tahun sampai lima tahun; c. lebih dari
lima tahun. sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut; tot
al perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa di masa mendatang dari kontrak s
ewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada tanggal laporan posisi keuangan; des
kripsi umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi, tetapi tidak terba
tas pada, hal berikut: a. dasar penentuan sewa kontinjen; b. ada tidaknya klausu
l-klausul yang berkaitan dengan opsi perpanjangan atau pembelian dan eskalasi be
serta syarat-syaratnya; dan c. pembatasan-pembatasan dalam perjanjian sewa. peng
ungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat perolehan Db. Aset tetap Kr. Utang sewa pembiayaan Reklasifikasi ke li
abilitas jangka pendek Db. Utang sewa pembiayaan Kr. Bagian jangka pendek dari u
tang sewa pembiayaan Saat pembayaran angsuran Db. Bagian jangka pendek dari utan
g sewa pembiayaan Db. Beban bunga Kr. Kas dan setara kas
2.
3.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
151

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Utang Medium Term Note dan Obligasi
Definisi
4.135. Medium term note (MTN) adalah surat utang jangka menengah yang mencermink
an kewajiban kontraktual entitas untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. 4.136.
Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang yang mencerminkan kewajiban kont
raktual entitas untuk membayar bunga dan pokok. 4.137. Nilai par adalah nilai ya
ng tertera (nilai pokok) dalam instrumen obligasi ketika diterbitkan. 4.138. Pre
mium adalah jumlah lebih harga jual obligasi daripada nilai par. 4.139. Diskonto
adalah jumlah kurang harga jual obligasi daripada nilai par.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4.
4.140. Dasar pengaturan utang MTN dan obligasi antara lain: PSAK 26: Biaya Pinja
man PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakua
n dan Pengukuran PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan
Penjelasan
4.141. Utang MTN dan obligasi merupakan liabilitas keuangan yang dikategorikan s
ebagai liabilitas lain (amortized cost). 4.142. Utang MTN dan obligasi diukur se
besar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. 1. bia
ya-biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk dalam biaya
perolehan diamortisasi tersebut, misalnya biaya legal, penjamin emisi, dan seba
gainya;
152
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2. 3.
premium atau diskonto termasuk dalam perhitungan biaya perolehan diamortisasi; s
uku bunga efektif ditentukan saat awal penerbitan MTN dan obligasi.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.143. Pada saat pengakuan awal, utang MTN dan obligasi diakui sebesar pokok dik
urangi biaya transaksi dan diskonto/premium. 4.144. Selanjutnya, utang MTN dan o
bligasi diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga efekt
if. Beban bunga yang timbul diakui sebagai beban pada periode berjalan kecuali m
emenuhi syarat dikapitalisasi (lihat bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf
4.18.- 4.24). 4.145. Utang MTN dan obligasi berkurang pada saat dilunasi atau c
ara penyelesaian lainnya.
Penyajian
4.146. Utang MTN dan obligasi disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panjang
.
Pengungkapan
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7.
4.147. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: rincian utang kepada pemerint
ah berdasarkan jenis dan jumlah; cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersif
at signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus
kas di masa mendatang; kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk k
riteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan; eksposur risiko suku bun
ga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku bunga efektif; eksposur kredit; ekspos
ur liabilitas; pengungkapan lainnya.
153
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.148. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan i
nstrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal a. Dijual pada nilai par Db. Kas dan setara kas Db. Uta
ng MTN dan obligasi biaya transaksi Kr. Utang MTN dan obligasi (nilai par) b. Di
jual pada premium Db. Kas dan setara kas Db. Utang MTN dan obligasi biaya transa
ksi Kr. Utang MTN dan obligasi (nilai par) Kr. Utang MTN dan obligasi premium Di
jual pada diskonto Db. Kas dan setara kas Db. Utang MTN dan obligasi diskonto Db.
Utang MTN dan obligasi biaya transaksi Kr. Utang MTN dan obligasi (nilai par)
c.
2.
Pada akhir periode pelaporan a. Dijual pada nilai par Db. Beban bunga Kr. Utang
MTN dan obligasi biaya transaksi Kr. Utang bunga b. Dijual pada premium Db. Beba
n bunga Db. Utang MTN dan obligasi premium Kr. Utang MTN dan obligasi biaya tran
saksi Kr. Utang bunga c. Dijual pada diskonto Db. Beban bunga Kr. Utang MTN dan
obligasi diskonto Kr. Utang MTN dan obligasi biaya transaksi Kr. Utang bunga
154
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


3.
Pada saat pembayaran Db. Utang bunga Kr. Kas dan setara kas Pada saat penyisihan
dana kepada sinking fund Db. Kas dan setara kas sinking fund (sebagai bagian da
ri aset tidak lancar lain) Kr. Kas dan setara kas Pada saat direklasifikasi menj
adi liabilitas jangka pendek Db. Utang MTN dan obligasi Kr. Bagian utang MTN dan
obligasi yang akan jatuh tempo Pada saat pelunasan Db. Bagian utang MTN dan obl
igasi yang akan jatuh tempo Kr. Kas dan setara kas sinking fund (sebagai bagian
dari aset tidak lancar lain)
4.
5.
6.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
155

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Liabilitas Imbalan Kerja Jangka panjang
Definisi
4.149. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang adalah liabilitas atas imbalan ke
rja yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelap
oran saat pekerja memberikan jasa.
Dasar Pengaturan
4.150. Dasar pengaturan liabilitas imbalan kerja jangka panjang antara lain adal
ah PSAK 24: Imbalan Kerja.
Penjelasan
4.151. Imbalan kerja jangka panjang meliputi: 1. tunjangan pensiun; 2. imbalan p
asca kerja lainnya, seperti tunjangan kesehatan jangka panjang, asuransi jiwa ja
ngka panjang. 4.152. Program imbalan kerja jangka panjang dapat diklasifikasikan
sebagai iuran pasti atau imbalan pasti tergantung dari substansi ekonomis progr
am tersebut. 4.153. Karakteristik dalam program iuran pasti adalah: kewajiban hu
kum atau kewajiban konstruktif entitas terbatas pada jumlah yang disepakati seba
gai iuran kepada dana (entitas terpisah); 2. jumlah imbalan kerja yang diterima
pekerja ditentukan berdasarkan jumlah iuran yang dibayarkan entitas (dan mungkin
juga oleh pekerja) kepada program imbalan pasca kerja atau perusahaan asuransi
ditambah dengan hasil investasinya; 3. risiko aktuarial dan risiko investasi dit
anggung oleh pekerja. 1. 4.154. Karakteristik dalam program imbalan pasti adalah
: 1. kewajiban entitas adalah menyediakan imbalan yang dijanjikan kepada pekerja
maupun matan pekerja; 2. risiko aktuarial dan risiko investasi ditanggung oleh
entitas. 4.155. Liabilitas imbalan jangka panjang dalam program imbalan pasti di
hitung dengan projected unit credit.
156
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan pengukuran 4.156. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang diakui s
aat pekerja/pegawai telah memberikan jasanya kepada entitas dalam suatu periode.
4.157. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang diakui sebesar jumlah terdiskont
o (discounted amount). 4.158. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang berkurang
saat dibayarkan. 4.159. Keuntungan atau kerugian aktuarial dari program imbalan
pasti diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
Penyajian
4.160. Liabilitas imbalan jangka kerja panjang disajikan dalam kelompok liabilit
as jangka panjang.
Pengungkapan
4.161. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. rincian liabilitas imbalan
kerja jangka panjang berdasarkan jenisnya. 2. jika menggunakan program iuran pa
sti, entitas mengungkapkan jumlah yang diakui sebagai beban untuk program iuran
pasti. 3. jika menggunakan program imbalan pasti, entitas harus mengungkapkan in
formasi berikut: a. kebijakan akuntansi entitas dalam mengakui keuntungan dan ke
rugian aktuarial; b. gambaran umum mengenai program; c. rekonsiliasi aset dan li
abilitas yang diakui di laporan posisi keuangan, setidaknya menunjukkan: 1) nila
i kini liabilitas imbalan pasti per tanggal laporan posisi keuangan yang seluruh
nya tidak didanai; 2) nilai kini (sebelum dikurangi nilai wajar aset program) li
abilitas imbalan pasti per tanggal laporan posisi keuangan yang seluruhnya atau
sebagian didanai; 3) nilai wajar setiap aset program per tanggal laporan posisi
keuangan;
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
157

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


d.
e. f.
g. h.
4) nilai bersih keuntungan dan kerugian aktuarial yang tidak diakui di laporan p
osisi keuangan; 5) biaya jasa lalu yang diakui di laporan posisi keuangan; 6) ju
mlah yang tidak diakui sebagai aset, karena pembatasan; 7) nilai wajar pada tang
gal laporan posisi keuangan hak penggantian yang diakui sebagai aset; dan 8) jum
lah lain yang diakui dalam laporan posisi keuangan. jumlah yang termasuk dalam n
ilai wajar aset program: 1) tiap kategori instrumen keuangan yang diterbitkan ol
eh entitas; 2) properti atau aset lain yang digunakan oleh entitas. rekonsiliasi
yang menunjukkan mutasi nilai bersih liabilitas (aset) selama suatu periode di
laporan posisi keuangan; total beban yang diakui di laporan laba rugi komprehens
if untuk setiap hal berikut dan jumlah yang dilaporkan dalam laporan laba rugi y
ang didalamnya terdapat: 1) biaya jasa kini; 2) biaya bunga; 3) hasil yang dihar
apkan dari aset program; 4) hasil yang diharapkan dari hak penggantian yang diak
ui sebagai aset; 5) keuntungan dan kerugian aktuarial; 6) biaya jasa lalu; 7) da
mpak dari adanya kurtailmen atau penyelesaian. hasil aktual dari aset program, s
ama baiknya dengan hasil aktual atas hak penggantian yang diakui sebagai aset; a
sumsi aktuarial utama yang digunakan per tanggal laporan posisi keuangan, termas
uk, jika dapat diterapkan: 1) tingkat diskonto; 2) tingkat hasil yang diharapkan
dari setiap aset program untuk periode-periode penyajian laporan keuangan; 3) t
ingkat hasil yang diharapkan dari hak penggantian yang diakui sebagai aset untuk
periode yang di sajikan dalam laporan keuangan; 4) tingkat kenaikan gaji yang d
iharapkan (dan perubahan dari indeks atau variabel lain yang dirinci dalam keten
tuan formal atau konstruktif sebuah program sebagai dasar dari kenaikan imbalan
di masa mendatang);
158
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.
5) tingkat tren biaya kesehatan; dan 6) asumsi aktuarial material lainnya yang d
ipergunakan; 7) setiap asumsi aktuarial dalam angka absolut (sebagai contoh dala
m persentase absolut) dan tidak hanya sebagai selisih persentasepersentase atau
variabel-variabel lainnya. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Beban imbalan kerja Kr. Liabilitas imbalan jangka p
anjang Pada saat penyelesaian Db. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek Kr. Kas
dan setara kas
2.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
159

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Provisi
Definisi
4.162. Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti. 4.163. Pr
ovisi adalah liabilitas entitas yang jumlah dan waktunya belum pasti serta diben
tuk untuk estimasi pengeluaran dalam jangka pendek (diperkirakan akan diselesaik
an dalam jangka waktu satu siklus normal operasi entitas atau jatuh tempo dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal laporan posisi keuangan). 4.164.
Provisi jangka panjang adalah liabilitas entitas yang jumlah dan waktunya belum
pasti yang dibentuk untuk estimasi pengeluaran dalam jangka panjang (diperkiraka
n akan diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus normal operasi ent
itas atau jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dari ta
nggal laporan posisi keuangan). 4.165. Kewajiban hukum adalah kewajiban yang tim
bul dari: 1. suatu kontrak (secara eksplisit atau implisit); 2. peraturan perund
ang-undangan; atau 3. pelaksanaan produk hukum lainnya. 4.166. Kewajiban konstru
ktif adalah kewajiban yang timbul dari entitas yang dalam hal ini: 1. berdasarka
n praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi, atau pernyataan baru
yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa
entitas akan menerima tanggung jawab tertentu; dan 2. akibatnya, entitas telah m
enciptakan ekspektasi valid kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan ta
nggung jawab tersebut.
Dasar Pengaturan
4.167. Dasar pengaturan untuk provisi antara lain adalah PSAK 57: Provisi, Liabi
litas Kontijensi dan Aset Kontijensi
160
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penjelasan
4.168. Provisi jangka pendek diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi dapat dibu
at estimasi andal) karena provisi tersebut merupakan kewajiban kini dan kemungki
nan besar (probable) mengakibatkan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan k
ewajiban tersebut, dimana penyelesaian kewajiban tersebut akan dilakukan dalam j
angka pendek. 4.169. Penyelesaian liabilitas dalam jangka pendek apabila: 1. dip
erkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus normal operasi entita
s; atau 2. jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal lapo
ran posisi keuangan. 4.170. Penyelesaian liabilitas dalam jangka panjang terjadi
apabila: 1. diperkirakan akan diselesaikan lebih dari jangka waktu satu siklus
normal operasi entitas; atau 2. jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 12 (du
a belas) bulan dari tanggal laporan posisi keuangan. 4.171. Liabilitas kontijens
i tidak diakui sebagai liabilitas dalam laporan posisi keuangan karena liabilita
s kontijensi tersebut merupakan salah satu dari berikut ini: 1. kewajiban potens
ial karena belum pasti apakah entitas memiliki kewajiban kini yang akan menimbul
kan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; atau 2. kewajiban k
ini yang tidak memenuhi kriteria pengakuan (karena tidak besar kemungkinannya (n
ot probable) bahwa penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sum
ber daya atau yang mengandung manfaat ekonomi karena estimasi memadai yang andal
mengenai jumlah kewajiban tidak dapat dibuat). 4.172. Kewajiban kini, dalam per
istiwa yang jarang terjadi, tidak dapat ditentukan secara jelas apakah terdapat
kewajiban kini. Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap menimbulkan kewajiba
n kini jika, setelah mempertimbangkan semua bukti tersedia, terdapat kemungkinan
lebih besar daripada tidak terjadi bahwa kewajiban kini muncul pada akhir perio
de pelaporan.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
161

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.173. Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban kini disebut peristiwa men
gikat. Dalam peristiwa mengikat, entitas tidak mempunyai alternatif realistis se
lain kewajiban yang timbul dari persitiwa tersebut. Ini akan terjadi hanya jika:
1. penyelesaian kewajiban dipaksakan oleh hukum; atau 2. dalam kasus kewajiban
konstruktif, suatu peristiwa (mungkin berupa tidakan entitas) menciptakan ekspek
tasi yang valid pada pihak lain bahwa entitas akan bertangung jawab terhadap kew
ajiban tersebut. 4.174. Suatu peristiwa tidak segera menimbulkan kewajiban konst
ruktif. Namun dikemudian hari peristiwa tersebut dapat menimbulkan kewajiban kos
ntruktif karena peraturan perundang-undangan atau tindakan entitas. 4.175. Arus
keluar sumber daya atau terjadinya suatu peristiwa dianggap sebagai suatu kemungk
inan besar jika kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut lebih besar daripada ke
mungkinan tidak terjadinya. 4.176. Apabila tidak terdapat kemungkinan besar bahw
a kewajiban kini telah ada, maka entitas mengungkapkan kewajiban kontijensi. Pen
gungkapan tersebut tidak perlu dilakukan jika arus keluar sumber daya yang menga
ndung manfaat ekonomi kemungkinannya kecil.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.177. Provisi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi: 1. entitas
memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebaga
i akibat peristiwa masa lalu; 2. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban terseb
ut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan 3.
estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. 4.178. Pro
visi diakui sebesar peritungan hasil estimasi terbaik. 4.179. Provisi harus dite
laah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan esti
masi terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan
kewajiban kemungkinan tidak terjadi, maka provisi tersebut dibatalkan.
162
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.180. Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung
dengan tujuan pembentukan provisi. 4.181. Provisi jangka panjang pengukurannya
menggunakan present value, selama masa atau berlalunya waktu akan diakui sebagai
beban bunga.
Penyajian
4.182. Provisi jangka pendek disajikan dalam kelompok liabilitas jangka pendek,
sedangkan provisi jangka panjang disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panj
ang.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5.
4.183. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: nilai tercatat pada awal dan
akhir periode; provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah provisi yang ada; jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang t
erjadi dan dibebankan pada provisi selama periode bersangkutan; jumlah yang belu
m digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan peningkatan, selama
periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu
dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.
4.184. Entitas juga harus mengungkapkan: uraian singkat mengenai karakteristik k
ewajiban dan perkiraan saat arus keluar sumber daya ekonomi terjadi; 2. indikasi
mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut. Jika diperlukan
dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, maka entitas mengungkapkan asum
si utama yang mendasari perkiraan peristiwa masa depan; 3. jumlah estimasi pengg
antian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aset yang telah diakui untuk
estimasi penggantian tersebut. 1.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
163

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan provisi jangka pendek Db. Beban/pos yang terkait Kr. Provisi
jangka pendek Pada saat penyelesaian Db. Provisi jangka pendek Kr. Kas atau set
ara kas Pada saat pengakuan provisi jangka panjang Db. Beban yang terkait Kr. Pr
ovisi jangka panjang Pada akhir periode pelaporan Db. Beban bunga Kr. Provisi ja
ngka panjang Pada saat reklasifikasi menjadi provisi jangka pendek Db. Provisi j
angka panjang Kr. Provisi jangka pendek Pada saat penyelesaian Db. Provisi jangk
a pendek Kr. Kas atau setara kas Apabila terjadi selisih jumlah penyelesaian den
gan jumlah estimasi maka diakui sebagai penambah atau pengurang beban periode be
rjalan.
2.
3.
4.
5.
6.
164
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Liabilitas Jangka Panjang Lain
Definisi
4.185. Liabilitas jangka panjang lain adalah liabilitas jangka panjang yang tida
k dapat digolongkan ke dalam salah satu pos liabilitas jangka panjang yang ada d
an tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
Dasar Pengaturan
4.186. Dasar pengaturan mengenai liabilitas jangka panjang lain antara lain adal
ah PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
Penjelasan
4.187. Liabilitas jangka panjang lain dimaksudkan untuk menampung liabilitas ent
itas yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos liabilitas jangka panj
ang yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri. Apab
ila jumlahnya material, maka disajikan dalam pos tersendiri.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
4.188. Liabilitas jangka panjang lain diakui pada saat terjadinya liabilitas seb
esar nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain unt
uk menyelesaikan liabilitas tersebut. 4.189. Liabilitas jangka panjang lain berk
urang pada saat dilakukan pembayaran atau pelunasan.
Penyajian
4.190. Liabilitas jangka panjang lain disajikan dalam kelompok liabilitas jangka
panjang.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
165

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
1. 2.
4.191. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain yaitu: jumlah dan rincian liab
ilitas jangka panjang; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat pengakuan awal Db. Beban/pos yang terkait Kr. Liabilitas jangka panjan
g lain Pada saat direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek Db. Liabilitas
jangka panjang lain Kr. Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo
Pada saat penyelesaian Db. Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh temp
o Kr. Kas dan setara kas
2.
3.
166
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


akuntansi ekuitas
Pengertian dan Karakteristik
4.192. Ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset entitas setelah dikurangi s
emua liabilitas. 4.193. Bentuk kepemilikan dapat ditunjukkan dengan bukti kepemi
likan berupa saham atau bukti kepemilikan lainnya. 4.194. Meskipun ekuitas didef
inisikan sebagai residual, unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi pos-p
os ekuitas. Misalnya, dalam perseroan terbatas, setoran pemegang saham, saldo la
ba, penyisihan saldo laba, dan penyisihan pemeliharaan modal yang disajikan dala
m pos-pos terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk pengambi
lan keputusan pengguna laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan pem
batasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan perseroan untuk membagi
kan atau menggunakan ekuitas. 4.195. Pembentukan cadangan diharuskan oleh peratu
ran perundangundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan kepada
entitas terhadap kerugian yang terjadi. Pemindahan ke cadangan tersebut lebih m
erupakan penyisihan saldo laba daripada beban. Eksistensi dan besarnya cadangan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ini merupakan informasi yang r
elevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan bagi para pengguna laporan keuangan
. 4.196. Jumlah ekuitas yang disajikan dalam laporan posisi keuangan bergantung
pada pengukuran aset dan liabilitas. Ekuitas entitas antara lain terdiri atas: 1
. Modal disetor. 2. Tambahan modal disetor. 3. Selisih kombinasi bisnis entitas
sepengendali. 4. Pendapatan komprehensif lain. 5. Saldo laba. 6. Kepentingan non
pengendali.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
167

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Modal Disetor
Definisi
4.197. Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan Anggaran Das
ar. 4.198. Modal disetor adalah modal yang telah efektif diterima entitas dari p
emilik sebesar nilai nominal saham.
Dasar Pengaturan
4.199. Dasar pengaturan mengenai modal disetor antara lain: 1. Undang-Undang nom
or 40 tahun 2007 tentang Perseroan T erbatas. 2. PSAK 50 (revisi 2010): Instrume
n Keuangan: Penyajian 3. PSAK 60 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Pengungkapan
Penjelasan
4.200. Modal disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang telah disetor
penuh oleh pemilik. 4.201. Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan: 1. juml
ah uang yang diterima; 2. nilai wajar aset nonkas yang diterima. 4.202. Penguran
gan modal disetor dicatat berdasarkan: 1. jumlah uang yang dibayarkan; 2. nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.203. Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal dari pemilik baik
berupa dana kas maupun aset nonkas.
168
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


4.204. Penambahan modal disetor diukur dengan cara: 1. setoran modal berupa kas
dinilai sebesar kas yang diterima; 2. setoran modal berupa aset nonkas dinilai s
ebesar nilai wajar aset nonkas yang diterima; 3. pengurangan modal disetor dinil
ai sebesar: a) kerugian yang disetujui sebagai pengurang modal disetor oleh RUPS
; b) jumlah uang yang dibayarkan untuk penebusan atau penarikan kembali kepada p
emilik; c) nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk penebusan atau penarika
n kembali kepada pemilik.
Penyajian
4.205. Modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5.
4.206. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: modal dasar, modal yang ditem
patkan, dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham; hak dan keist
imewaan pemilik sebagai pemegang saham; perubahan atas modal yang ditanam dalam
tahun berjalan; saham beredar yang diperoleh kembali. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pada saat penyetoran modal oleh pihak ketiga dalam bentuk kas/bank sebesar nilai
nominal: Db. Kas dan setara kas Kr. Modal disetor Penyetoran modal dalam bentuk
aset nonkas Db. Aset yang diterima (nilai wajar) Kr. Modal disetor Pengurangan
modal disetor akibat adanya kerugian Db. Modal disetor Kr. Saldo laba
2.
3.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
169

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Tambahan Modal Disetor
Definisi
4.207. Tambahan modal disetor adalah selisih lebih dari nilai nominal saham yang
telah diterima entitas dari pemilik.
Dasar Pengaturan
4.208. Dasar pengaturan mengenai tambahan modal disetor adalah: 1. Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan T erbatas. 2. PSAK 50 (revisi 2010): Inst
rumen Keuangan: Penyajian 3. PSAK 60 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Pengungk
apan
Penjelasan
4.209. Tambahan modal disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang telah
disetor penuh oleh pemilik. 4.210. Pos tambahan modal disetor terdiri dari berb
agai macam unsur penambah modal, agio saham, dan selisih perolehan dari pelepasa
n saham treasuri. 4.211. Biaya-biaya terkait dengan penerbitan saham merupakan p
engurang agio saham. 4.212. Pos tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau
dikredit dengan pos laba rugi.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
4.213. Tambahan modal disetor (agio saham) diakui pada saat penerimaan setoran m
odal dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun aset nonkas. 4.214. Tambahan
modal disetor (agio saham) diakui sebesar selisih antara jumlah yang diterima da
n nilai nominal saham.
170
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.215. Tambahan modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas.
Pengungkapan
4.216. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. agio saham; 2. selisih per
olehan dan pelepasan saham treasuri; dan 3. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
Db. Kr. Kr.
Kas dan setara kas Modal disetor Tambahan modal disetor - agio saham
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
171

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Selisih Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
Definisi
4.217. Entitas sepengendali adalah entitas yang secara langsung atau tidak langs
ung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh at
au berada di bawah pengendalian yang sama. 4.218. Kombinasi bisnis entitas sepen
gendali adalah kombinasi bisnis yang semua entitas atau bisnis yang bergabung, p
ada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama (baik sebelum maupun sesudah komb
inasi bisnis) dan pengendaliannya tidak bersifat sementara. 4.219. Selisih kombi
nasi bisnis entitas sepengendali adalah selisih antara harga pengalihan dan juml
ah tercatat setiap transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali.
Dasar Pengaturan
4.220. Dasar pengaturan untuk selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali anta
ra lain adalah PSAK 38: Akuntansi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.
Penjelasan
4.221. Transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah transaksi pengalih
an aset, liabilitas, saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya antara piha
k-pihak (perorangan, perseroan atau bentuk entitas lainnya) yang, secara langsun
g atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau di
kendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang sama. 4.222. Pengalihan a
set, liabilitas atau instrumen kepemilikan lainnya termasuk dalam kategori kombi
nasi bisnis apabila yang dialihkan merupakan suatu bisnis.
172
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.223. Selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali diakui pada
saat terjadinya pengalihan aset, liabilitas atau instrumen kepemilikan kepada a
tau dari entitas sepengendali. 4.224. Selisih nilai transaksi kombinasi bisnis e
ntitas sepengendali diakui sebesar selisih antara harga pengalihan dengan nilai
buku setiap transaksi kombinasi bisnis antara entitas sepengendali. 4.225. Saldo
pos selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali dapat berubah
pada saat adanya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama.
Penyajian
4.226. Selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali disajikan s
ebagai pos tersendiri dalam kelompok ekuitas.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
4.227. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: nama dan penjelasan entitas a
tau bisnis yang berkombinasi penjelasan hubungan kesepengendalian; tanggal efekt
if transaksi; operasi atau kegiatan bisnis yang dihentikan/dijual akibat kombina
si bisnis; kepemilikan entitas/bisnis yang ditransfer serta jenis dan imbalan ya
ng terjadi; nilai tercatat bisnis yang terkombinasikan serta selisih antara nila
i tersebut dengan jumlah imbalan yang diberikan; pengungkapan mengenai penyajian
kembali laporan keuangan; pengungkapan lainnya.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
173

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
Db Kr. Kr. Kr. Db. Db. Kr. Kr.
Aset yang diperoleh Liabilitas yang diambil alih Selisih kombinasi bisnis entita
s sepengendali Kas dan setara kas Aset yang diperoleh Selisih kombinasi bisnis e
ntitas sepengendali Liabilitas yang diambil alih Kas dan setara kas
174
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pendapatan Komprehensif Lain
Definisi
4.228. Pendapatan komprehensif lain adalah pendapatan dan beban termasuk penyesu
aian reklasifikasi yang tidak diakui dalam bagian laba rugi.
Dasar Pengaturan
4.229. Dasar pengaturan mengenai pendapatan komprehensif lain antara lain: 1. PS
AK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing; 2. PSAK 12: Bagian Partisipasi dala
m Ventura Bersama; 3. PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi; 4. PSAK 24: Imba
lan Kerja; 5. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
Penjelasan
1. 2. 3. 4.
4.230. Pendapatan komprehensif lain entitas terdiri dari: selisih penilaian aset
keuangan kategori AFS (investasi jangka pendek dan investasi pada entitas lain)
; selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing; keuntungan ata
u kerugian aktuarial dari program pensiun imbalan pasti; bagian pendapatan kompr
ehensif lain dari entitas asosiasi atau ventura bersama.
4.231. Penjelasan lebih rinci untuk pendapatan komprehensif lain di atas terdapa
t dalam bagian yang terkait.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.232. Pengakuan dan pengukuran setiap komponen pendapatan komprehensif lain men
gacu pada pengakuan dan pengukuran pos-pos terkait.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
175

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.233. Pendapatan komprehensif lain disajikan di kelompok ekuitas.
Pengungkapan
4.234. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain jumlah dan rincian pendapatan
komprehensif lain.
Ilustrasi Jurnal
4.235. Ilustrasi jurnal mengacu pada ilustrasi jurnal pos-pos terkait.
176
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Saldo Laba
Definisi
4.236. Saldo laba adalah laba bersih setelah pajak yang belum didistribusikan ya
ng terdiri dari cadangan umum, cadangan tujuan, dan laba yang belum ditentukan p
enggunaannya.
Dasar Pengaturan
4.237. Dasar pengaturan untuk saldo laba antara lain: 1. 2. Undang-Undang nomor
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; Anggaran dasar atau anggaran rumah tan
gga yang mengatur pembagian laba.
Penjelasan
4.238. Pos saldo laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos modal disetor. 4
.239. Saldo laba tahun lalu tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pospos yan
g seharusnya diperhitungkan pada laba rugi tahun berjalan, misalnya tantiem dan
bonus.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.240. Laba atau rugi periode berjalan diklasifikasikan ke saldo laba pada akhir
periode pelaporan. 4.241. Dividen diakui sebagai pengurang saldo laba.
Penyajian
4.242. Saldo laba disajikan sebagai pos tersendiri dalam kelompok ekuitas.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
177

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
4.243. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. penjelasan jenis, tujuan,
jumlah, untuk setiap alokasi saldo laba; 2. dasar pelaksanaan pendistribusian sa
ldo laba; 3. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pemindahan laba tahun berjalan ke saldo laba Db. Ikhtisar laba rugi Kr. Saldo la
ba Pemindahan rugi tahun berjalan ke saldo laba Db. Saldo rugi Kr. Ikhtisar laba
rugi Pada saat alokasi saldo laba a) Pada saat diumumkan Db. Saldo laba Kr. Cad
angan umum Kr. Utang dividen b) Pada saat dibayar Db. Utang dividen Kr. Kas dan
setara kas
2.
3
178
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Kepentingan Nonpengendali
Definisi
4.244. Kepentingan nonpengendali adalah ekuitas entitas anak yang tidak dapat di
atribusikan secara langsung atau tidak langsung pada entitas induk.
Dasar Pengaturan
4.245. Dasar pengaturan mengenai kepentingan nonpengendali antara lain: 1. PSAK
1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan; 2. PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Ke
uangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri; 3. PSAK 22 (revisi 2010):
Kombinasi Bisnis;
Penjelasan
4.246. Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas dalam laporan posisi keuan
gan konsolidasian, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk. 4.247. Kepenting
an nonpengendali timbul dalam laporan keuangan konsolidasian. 4.248. Kepentingan
nonpengendali atas aset neto entitas anak terdiri dari: 1. jumlah kepentingan n
onpengendali pada tanggal kombinasi awal; 2. bagian kepentingan nonpengendali at
as perubahan ekuitas sejak tanggal kombinasi bisnis tersebut. 4.249. Saat kombin
asi bisnis, kepentingan nonpengendali diukur berdasarkan nilai wajar atau propor
si aset neto.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
4.250. Kepentingan nonpengendali diakui pada saat kombinasi bisnis sebesar nilai
wajar atau proporsi aset neto serta perubahan ekuitas sejak tanggal kombinasi b
isnis.
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas
179

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
4.251. Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas terpisah dari ekuitas pemi
lik entitas induk.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4.
4.252. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: jumlah kepentingan nonpengend
ali pada tanggal kombinasi awal; bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan
ekuitas sejak tanggal kombinasi bisnis. nilai kepentingan nonpengendali untuk m
asing-masing entitas anak; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
Db. Kr. Kr. Kr.
Aset yang terkait Liabilitas yang terkait Investasi pada entitas anak Kepentinga
n nonpengendali
180
Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas

Bab V LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF


pengertian
5.1. Laporan laba rugi komprehensif disajikan secara berjenjang. Laporan laba ru
gi komprehensif yang disajikan secara berjenjang menyajikan beban berdasarkan fu
ngsinya sebagai harga pokok penjualan, beban kegiatan usaha, dan beban kegiatan
bukan usaha. Penyajian dengan metode ini memberikan informasi yang lebih relevan
kepada pengguna laporan keuangan. Namun demikian, di sisi lain alokasi biaya ke
masing-masing fungsi merupakan proses arbitrase dan membutuhkan banyak pertimba
ngan. 5.2. Pedoman ini mensyaratkan entitas untuk menyajikan laporan laba rugi k
omprehensif dalam satu bentuk laporan.
penghasilan
5.3. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatk
an kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pemilik. 5.4. Penghasilan
meliputi: 1. pendapatan yaitu penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivita
s entitas yang biasa, seperti: penghasilan dari penjualan tanaman perkebunan; da
n 2. keuntungan yang merupakan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan da
n mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksaan aktivitas entitas yan
g biasa, seperti keuntungan penjualan aset tetap.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
181

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.5. Penghasilan juga mencakup keuntungan yang belum direalisasi, seperti keuntu
ngan dari penilaian aset keuangan dalam kategori FVTPL. 5.6. Penghasilan diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif jika kenaikan manfaat ekonomi di masa datan
g yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi
dan dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti bahwa pengakuan penghasilan terj
adi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas.
182
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pendapatan Usaha
Definisi
5.7. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang diseb
utkan dalam anggaran dasar.
Dasar Pengaturan
5.8. Dasar pengaturan pendapatan usaha antara lain adalah PSAK 23: Pendapatan
Penjelasan
5.9. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berkaitan langsung dengan produk ut
ama entitas dan produk turunannya, atau pendapatan yang berkaitan langsung denga
n aktivitas perkebunan sebagaimana yang disebutkan dalam anggaran dasar. 5.10. P
roduk utama, antara lain terdiri dari: komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu,
tembakau, kakao, kopi, dan kina. 5.11. Produk turunan adalah produk turunan dari
produk utama, antara lain, produk turunan dari komoditi kelapa sawit, karet, te
h, tebu, tembakau, kakao, kopi, dan kina. 5.12. Apabila terjadi perubahan anggar
an dasar entitas yang mencakup juga aktivitas di luar bidang perkebunan, maka pe
ndapatan usaha dapat meliputi pendapatan yang berasal dari aktivitas nonperkebun
an atau turunannya. Misalnya, pendapatan dari aktivitas di bidang properti, kawa
san industri, atau pertambangan. 5.13. ekspor. 5.14. Penjualan ekspor adalah pen
jualan yang didukung oleh dokumen Penjualan lokal adalah penjualan selain penjua
lan ekspor.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
183

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penjualan Barang
5.15. Penjualan barang dapat dilakukan sebagai berikut: 1. FOB shipping point ya
itu penjualan diakui pada saat entitas menyerahkan barang yang dijual kepada per
usahaan pengiriman; atau 2. FOB destination yaitu penjualan diakui pada saat bar
ang diterima pembeli. 5.16. Syarat-syarat pengakuan penjualan barang yaitu: 1. a
danya pemindahan manfaat dan risiko kepemilikan atas barang kepada pembeli dan p
enjual tidak mengendalikan barang tersebut; 2. besar kemungkinan adanya aliran m
anfaat ekonomi ke penjual; dan 3. pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal
. 5.17. Pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan barang terjadi saat: 1. bersam
aan waktunya dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas barang;
atau 2. pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau pemindahan peng
uasaan atas barang. 5.18. Jika entitas menahan risiko signifikan atas kepemilika
n barang, maka tidak terjadi suatu penjualan dan pendapatan tidak diakui. Misaln
ya, penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapat
an pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan. 5.19. Jika en
titas menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan barang, maka terjadi penj
ualan dan pendapatan diakui. Misalnya, entitas menahan hak milik atas barang sem
ata-mata untuk melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh tempo.
Penjualan Jasa
5.20. Persyaratan pengakuan penjualan jasa meliputi: 1. tingkat penyelesaian dap
at diukur secara andal; 2. besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh; dan
3. pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal. 5.21. Jika hasil transaksi p
enjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan yang diakui h
anya yang berkaitan dengan biaya yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
184
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.22. Namun, jika kecil kemungkinan biaya tersebut dapat diperoleh kembali, maka
pendapatan tidak diakui dan biaya tersebut diakui sebagai beban.
Aliran Manfaat Ekonomi
5.23. Pendapatan usaha diakui jika besar kemungkinan manfaat ekonomi dari transa
ksi penjualan akan mengalir ke entitas. 5.24. Kadang-kadang kemungkinan hal ters
ebut terjadi sangat kecil sampai imbalan diterima atau ketidakpastian dihilangka
n.
Keandalan Pengukuran Pendapatan dan Biaya
5.25. Pendapatan dan beban diakui secara bersamaan (matching revenue and expense
). 5.26. Beban biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengak
uan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. 5.27. Pendapatan tidak dapat diaku
i bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal.
Penjualan Ekspor
5.28. Dalam hal penjualan ekspor maka dicatat berdasarkan kurs transaksi Bank In
donesia pada tanggal transaksi.
Pembayaran secara Tangguhan
5.29. Penjualan dengan pembayaran secara tangguhan diukur sebesar nilai kininya.
Selisih antara harga jual dan nilai kini merupakan pendapatan bunga yang diakui
secara bertahap sampai dengan jatuh tempo pembayaran.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
185

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Agen atau Prinsipal
5.30. Dalam hal terdapat kerjasama antara entitas dan entitas lain, entitas dapa
t bertindak sebagai prinsipal atau agen secara substansi. Entitas bertindak seba
gai prinsipal jika menanggung dampak manfaat dan risiko signifikan atas penjuala
n barang atau jasa. Sebaliknya jika tidak menanggung dampak manfaat dan risiko s
ignifikan, maka entitas bertindak sebagai agen. 1. 2. 3. 4. 5.31. Kriteria entit
as bertindak sebagai prinsipal antara lain: adanya tanggung jawab utama dalam pe
nyediaan barang atau jasa; adanya kebebasan dalam menentukan harga; adanya kewaj
iban menanggung risiko persediaan; adanya kewajiban menanggung risiko kredit.
5.32. Contoh kriteria entitas bertindak sebagai agen yaitu jika imbalan yang dit
erima telah ditetapkan sebelumnya (imbalan tetap per transaksi atau presentase t
ertentu dari jumlah tagihan). 5.33. Entitas harus mengidentifikasi untuk setiap
transaksi apakah bertindak sebagai agen atau prinsipal. Apabila entitas bertinda
k sebagai prinsipal, maka entitas mengakui pendapatan dengan basis bruto (gross)
. Sebaliknya, apabila entitas bertindak sebagai agen, maka entitas mengakui pend
apatan dengan basis neto (net).
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
Penjualan barang 5.34. Penjualan barang diakui pada saat terjadinya pengalihan h
ak atas barang yang dijual tersebut sesuai dengan perjanjian yaitu sebagai berik
ut: 1. FOB shipping point pada saat barang diserahkan kepada perusahaan pengirim
an; 2. FOB destination pada saat barang diterima oleh pembeli. 5.35. Penjualan d
iukur sebesar jumlah tagihan dikurangi diskon, pengembalian, dan kewajiban lain
yang harus dipenuhi di masa mendatang sehubungan dengan penjualan barang tersebu
t.
186
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.36. Penjualan produk sampingan diakui secara terpisah dan tidak diperkenankan
untuk mengurangi beban pokok penjualan produk utama. 5.37. Dalam hal penjualan d
ilakukan secara terpusat melalui entitas lain, maka pengakuan penjualan dilakuka
n sesuai persyaratan pengakuan penjualan barang Penjualan jasa 5.38. Penjualan j
asa diakui pada saat penyelesaian pemberian jasa sebesar jumlah yang setara deng
an penyelesaian pekerjaan.
Penyajian
5.39. Pendapatan usaha disajikan secara neto setelah diskon, pengembalian, dan s
ebagainya dalam laporan laba rugi komprehensif. 5.40. Pendapatan usaha disajikan
sebagai pos tersendiri dalam laporan laba rugi komprehensif yang dibagi menjadi
: 1. penjualan ekspor; 2. penjualan lokal.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
5.41. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: kebijakan akuntansi yang digun
akan dalam pengakuan pendapatan dan metode dalam menentukan tingkat penyelesaian
transaksi penjualan jasa; rincian penjualan berdasarkan jenis, jumlah, dan pasa
r; jumlah penjualan secara bruto dan pos-pos pengurang; penjelasan penjualan yan
g dilakukan melalui pemasaran bersama dengan entitas lain; penjualan dengan piha
k-pihak berelasi; pengungkapan lainnya.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
187

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Saat pengakuan awal a. Penjualan lokal Db. Piutang usaha Db. Penjualan lokal dis
kon Kr. Penjualan lokal b. Penjualan ekspor Db. Piutang usaha Db. Penjualan eksp
or diskon Kr. Penjualan ekspor Db. Db. Kr. Uang muka penjualan Penjualan lokal d
iskon Penjualan lokal
2.
Saat penerimaan barang yang dikembalikan a. Penjualan lokal Db. Penjualan lokal
pengembalian barang Kr. Piutang usaha b. Penjualan ekspor Db. Penjualan ekspor p
engembalian barang Kr. Piutang usaha
3.
Saat penyelesaian/pelunasan a. Penjualan lokal Db. Kas dan setara kas Kr. Piutan
g usaha b. Penjualan ekspor Db. Kas dan setara kas Kr. Piutang usaha Dapat terja
di keuntungan atau kerugian selisih kurs valas.
188
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pendapatan Nonusaha
Definisi
5.42. Pendapatan nonusaha adalah semua jenis pendapatan entitas yang berasal dar
i aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama entitas, baik pendapatan lain d
an keuntungan, termasuk pendapatan bunga dari transaksi pembayaran ditangguhkan.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3.
5.43. Dasar pengaturan pendapatan nonusaha antara lain: PSAK 23 : Pendapatan PSA
K 30: Sewa PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
Penjelasan
5.44. Pendapatan nonusaha berasal dari kegiatan di luar aktivitas entitas yang d
isebutkan dalam anggaran dasar. 5.45. Pendapatan nonusaha terdiri dari: 1. penda
patan selain pendapatan usaha; 2. keuntungan. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 5.46. Pendapatan
selain pendapatan usaha terdiri dari: pendapatan sewa; pendapatan jasa giro; pe
ndapatan bunga deposito; pendapatan investasi; penjualan nonkomoditi utama; penj
ualan produk sampingan.
5.47. Pendapatan sewa adalah pendapatan yang diperoleh penyewaan aset tetap, ban
gunan atau tanah (properti investasi) yang diklasifikasikan sebagai sewa operasi
. 5.48. Pendapatan jasa giro adalah pendapatan yang diperoleh dari simpanan dana
rekening giro.
189
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.49. Pendapatan bunga deposito adalah pendapatan yang diperoleh dari dana depos
ito. 5.50. Pendapatan investasi adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan i
nvestasi dalam instrumen keuangan, misalnya obligasi atau saham, seperti pendapa
tan bunga dan dividen. 5.51. Keuntungan antara lain terdiri dari: 1. keuntungan
penjualan aset tetap; 2. keuntungan penjualan investasi jangka pendek; 3. keuntu
ngan selisih kurs mata uang asing. 5.52. Keuntungan lainnya dapat terjadi untuk
transaksi-transaksi yang tidak disebutkan di atas.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
5.53. Pendapatan nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat telah terjadi pen
galihan risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut sebesar hasil neto set
elah dikurangi jumlah tercatat aset dan biaya untuk menjual. 5.54. Pendapatan no
nusaha dari penjualan jasa diakui pada saat jumlah penjualan diestimasi secara a
ndal sebesar tingkat penyelesaian. 5.55. efektif. Pendapatan bunga diakui menggu
nakan metode suku bunga
5.56. Pendapatan dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayara
n ditetapkan. 5.57. Pendapatan sewa operasi diakui dengan dasar akrual sesuai de
ngan substansi perjanjiannya.
Penyajian
5.58. Pendapatan nonusaha disajikan secara neto dalam laporan laba rugi komprehe
nsif.
190
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
5.59. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian jenis dan jumlah pendap
atan nonusaha.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pendapatan nonusaha a. Pada saat pengakuan Db. Kas dan setara kas Kr. Pendapatan
nonusaha b. Pada saat akhir periode Db. Pendapatan yang masih akan diterima Kr.
Pendapatan nonusaha Pada saat penerimaan (pada periode berikutnya) Db. Kas dan
setara kas Kr. Pendapatan yang masih akan diterima
c.
2.
Keuntungan Db. Kas dan setara kas Db. Akumulasi penyusutan aset tetap Kr. Aset t
etap Kr. Keuntungan penjualan aset tetap
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
191

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


beban
5.60. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dala
m bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang meng
akibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik. 5.61
. Beban meliputi: 1. beban yang timbul dalam aktivitas entitas yang biasa, misal
nya beban usaha; 2. kerugian yang merupakan pos lainnya yang memenuhi definisi b
eban dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan entitas yang biasa,
misalnya kerugian pelepasan aset tetap. 5.62. Beban juga mencakup kerugian yang
belum direalisasi, seperti kerugian yang berasal dari penilaian aset keuangan da
lam kategori FVTPL. 5.63. Kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehen
sif biasanya disajikan secara terpisah dan disajikan dalam jumlah neto. 5.64. Be
ban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif jika penurunan manfaat ekonomi d
i masa datang yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan liabilitas t
elah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti pengakuan beban terj
adi bersamaan dengan kenaikan liabilitas atau penurunan aset. 5.65. Beban segera
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif jika pengeluaran tidak menghasilkan
manfaat ekonomi masa datang atau jika sepanjang manfaat ekonomi masa datang tid
ak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui sebagai aset.
5.66. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada saat timbul li
abilitas tanpa adanya pengakuan aset.
192
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Beban Pokok Penjualan
Definisi
5.67.
Beban pokok penjualan adalah biaya suatu produk yang dijual.
5.68. Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi suatu produk yang terdiri da
ri biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pr
oduksi. 5.69. Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan yang menjadi bagian y
ang menyatu dari suatu produk jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya pro
duksi. 5.70. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam mengubah bahan menjadi produk jadi dan jumlahnya signifikan dari
total biaya produksi. 5.71. Biaya overhead produksi adalah biaya selain biaya b
ahan langsung atau biaya tenaga kerja langsung yang terjadi dalam proses produks
i suatu produk.
Dasar Pengaturan
5.72. Dasar pengaturan beban pokok penjualan antara lain adalah PSAK 14: Persedi
aan.
Penjelasan
5.73. Biaya dapat dibagi menjadi: 1. biaya produksi atau manufakturing (product
cost); 2. biaya periode atau nonmanufakturing (period cost). 1. 5.74. Biaya prod
uksi terdiri dari: Biaya langsung yaitu: a. biaya bahan baku langsung 1) biaya p
ersediaan hasil perkebunan yang ditransfer ke proses produksi selanjutnya (jika
bahan baku berasal dari internal entitas), atau biaya perolehan bahan baku (jika
bahan baku bukan berasal dari internal entitas);
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
193

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2) biaya bahan baku langsung lainnya atau bahan baku langsung di luar persediaan
yang ditransfer atau bahan baku yang diperoleh. b. biaya tenaga kerja langsung
adalah biaya tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses konversi bahan
baku menjadi produk yang siap dijual; 2. Biaya overhead produksi yaitu: a. biay
a overhead produksi merupakan biaya overhead yang terjadi dalam unit atau bagian
yang terlibat langsung dalam proses produksi, misalnya overhead produksi di uni
t/pabrik; b. biaya overhead produksi terdiri dari biaya overhead produksi tetap
dan biaya overhead produksi variabel, serta dialokasikan secara sistematis ke pe
rsediaan; c. biaya overhead produksi tetap adalah biaya overhead yang relatif ko
nstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan d
an pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik; d. biaya overhead produksi variab
el adalah biaya yang berubah secara langsung mengikuti perubahan volume produksi
, seperti bahan tidak langsung dan upah tidak langsung; e. dalam mengalokasikan
biaya overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas normal
fasilitas produksi; f. kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diperkir
akan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan
memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produ
ksi aktual dapat digunakan bila mendekati kapasitas normal; g. pembebanan biaya
overhead produksi tetap pada setiap unit produk tidak bertambah sebagai akibat d
ari rendahnya produksi atau tidak terpakainya kapasitas pabrik. Biaya overhead y
ang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode
produksi luar biasa tinggi, biaya overhead yang dialokasikan pada unit produk d
iturunkan, agar persediaan tidak dinilai di atas biaya; h. biaya overhead produk
si variabel dialokasikan pada unit produk atas dasar penggunaan fasilitas produk
si yang sebenarnya.
194
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


5.75. Biaya produksi terkait secara langsung dengan pengaturan mengenai aset tan
aman untuk menentukan beban penyusutan aset tanaman semusim dan tahunan yang aka
n diubah menjadi biaya perolehan persediaan. 5.76. Biaya produksi terkait persed
iaan akan digunakan untuk menentukan biaya persediaan yang akan siap dijual atau
digunakan. 5.77. Apabila biaya produksi merupakan biaya produksi untuk menghasi
lkan lebih dari satu produk, maka biaya produksi tersebut harus dibebankan kepad
a masing-masing produk dengan menggunakan metoda alokasi biaya sesuai kebijakan
masing-masing entitas. 5.78. Beban pokok penjualan merupakan biaya produksi untu
k produk yang dijual dan dihitung secara perpetual (perpetual system) atau perio
dik (periodic system).
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
5.79. Dalam sistem perpetual, beban pokok penjualan diakui pada saat terjadi pen
jualan sebesar nilai persediaan yang dijual. 5.80. Dalam sistem periodik, beban
pokok penjualan diakui pada secara periodik sebesar selisih antara nilai persedi
aan awal dan penambahan persediaan selama periode berjalan dikurangi nilai perse
diaan akhir.
Penyajian
5.81. Beban pokok penjualan disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba
rugi komprehensif.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4. 5.
5.82. Hal-hal yang harus diungkapkan entitas antara lain: jumlah beban pokok pen
jualan untuk penjualan lokal dan ekspor; sistem pencatatan beban pokok penjualan
yang digunakan (perpetual atau periodik); rumus biaya persediaan yang digunakan
; metode alokasi biaya untuk joint cost; pengungkapan lainnya.
195
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Ilustrasi Jurnal
1.
Sistem perpetual a. Pada saat penjualan Db. Kas dan setara kas/piutang usaha Kr.
Penjualan Db. Beban pokok penjualan Kr. Persediaan b. Pada saat akhir periode T
idak ada jurnal
2.
Sistem periodik a. Pada saat penjualan Db. Kas dan setara kas/piutang usaha Kr.
Penjualan b. Pada saat akhir periode Db. Persediaan akhir (sesuai perhitungan) D
b. Beban pokok penjualan Kr. Persediaan (penambahan selama periode berjalan) Kr.
Persediaan awal
196
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Beban Usaha
Definisi
5.83. Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha, tetapi
tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk atau jasa yang dijual.
Dasar Pengaturan
5.84. Dasar pengaturan beban usaha antara lain adalah Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan.
Penjelasan
5.85. Beban usaha terdiri dari: 1. beban penjualan; 2. beban umum dan administra
si. 5.86. Beban penjualan adalah beban yang timbul terkait dengan aktivitas penj
ualan produk, misalnya beban gudang diluar unit produksi, pengiriman barang, pro
mosi, marketing fee, beban pemindahan produk ke pembeli dan sebagainya. 5.87. Be
ban umum dan administrasi adalah beban yang timbul terkait dengan aktivitas duku
ngan dan tidak secara langsung terkait dengan aktivitas produksi atau penjualan,
misalnya beban pegawai, beban pemeliharaan, beban penyusutan dan amortisasi kan
tor pusat, beban asuransi diluar unit produksi, beban sewa kecuali untuk kepenti
ngan produksi, beban administrasi, dan beban umum. 5.88. Beban umum dan administ
rasi kantor direksi/kantor pusat dan unit usaha/kebun tidak dialokasikan ke aset
tanaman/produksi atau persediaan, tetapi langsung dibebankan pada periode terja
dinya.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
197

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
5.89. Beban usaha diakui pada saat terjadinya transaksi atau peristiwa yang meny
ebabkan terjadinya arus keluar sumber daya ekonomis entitas. 5.90.
Penyajian
Beban usaha diakui sebesar jumlah yang harus diselesaikan.
5.91. Beban usaha disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi kompreh
ensif.
Pengungkapan
5.92. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain jumlah dan rincian beban usaha.
Ilustrasi Jurnal
Db. Kr.
Pos beban yang terkait Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang terkait
198
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Beban Nonusaha
Definisi
5.93. Beban nonusaha adalah adalah beban yang tidak berhubungan dengan pelaksana
an usaha atau beban aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama, baik beban l
ainnya dan kerugian.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3.
5.94. Dasar pengaturan beban nonusaha antara lain: PSAK 10: Pengaruh Perubahan K
urs Valuta Asing PSAK 16: Aset Tetap PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran
Penjelasan
5.95. Beban nonusaha terdiri dari beban yang bukan berasal dari aktivitas utama
entitas dan kerugian lainnya, misalnya beban administrasi bank dan beban bunga.
5.96. Contoh kerugian lainnya antara lain kerugian yang timbul dari penjualan as
et tetap dan investasi jangka pendek, selisih kurs, dan sebagainya.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan pengukuran
5.97. Beban nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat telah terjadi pengalih
an risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut (true sale) sebesar jumlah
tercatat aset dan biaya untuk menjual setelah dikurangi hasil neto. 5.98. Kerugi
an selisih kurs diakui pada saat terjadinya.
Penyajian
5.99. Beban nonusaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba rugi ko
mprehensif.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
199

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pengungkapan
5.100. Hal-hal yang harus diungkapkan anatara lain rincian jenis dan jumlah beba
n nonusaha.
Ilustrasi Jurnal
1.
Beban lain a. Pada saat perolehan Db. Beban nonusaha Kr. Kas dan setara kas/beba
n yang masih harus dibayar b. Pada saat akhir periode Db. Beban nonusaha Kr. Beb
an yang masih harus dibayar Pada saat pembayaran (pada periode berikutnya) Db. B
eban yang masih harus dibayar Kr. Kas dan setara kas
c.
2.
Kerugian Db. Kas dan setara kas Db. Akumulasi penyusutan aset tetap Db. Kerugian
penjualan aset tetap Kr. Aset tetap
200
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pajak Penghasilan
Definisi
5.101. Beban pajak penghasilan adalah jumlah beban pajak kini dan pajak tangguha
n yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode. 5.102
. Beban pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan ken
a pajak pada satu periode. 5.103. Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak peng
hasilan terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan tempore
r kena pajak. 5.104. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang setel
ah pelunasannya, liabilitas pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan p
ajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terk
ena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
Dasar Pengaturan
5.105. Dasar pengaturan pajak penghasilan antara lain adalah PSAK 46: Pajak Peng
hasilan .
Penjelasan
5.106. Beban pajak yang diakui di laporan laba rugi komprehensif yaitu beban (pe
nghasilan) pajak kini dan beban pajak tangguhan. 5.107. Beban (penghasilan) paja
k kini dihitung berdasarkan laba fiskal dan bersifat sentralisasi, yaitu dihitun
g, disetor, dan dilaporkan oleh kantor pusat. 5.108. Beban (penghasilan) pajak t
angguhan dihitung berdasarkan laba akuntansi, sehingga terdapat perbedaan tempor
er kena pajak setelah dikurangkan dengan beban (penghasilan) pajak kini.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
201

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
5.109. Beban (penghasilan) pajak kini diakui sebesar penghasilan kena pajak dika
likan tarif pajak. 5.110. Penghasilan kena pajak adalah selisih antara laba kome
rsial ditambah koreksi fiskal positif dan dikurangi koreksi fiskal negatif. 5.11
1. Beban (penghasilan) pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer ken
a pajak yang dapat mengakibatkan penambahan dan pengurangan penghasilan kena paj
ak di masa datang.
Penyajian
5.112. Beban (penghasilan) pajak kini disajikan pada laporan laba rugi komprehen
sif dalam pos tersendiri. 5.113. Beban (penghasilan) pajak tangguhan disajikan p
ada laporan laba rugi komprehensif dan terpisah dari beban pajak kini.
Pengungkapan
1. 2. 3.
4. 5.
5.114. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: unsur-unsur utama beban (peng
hasilan) pajak; jumlah pajak kini dan tangguhan yang berasal dari transaksi-tran
saksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas; penjelasan hubungan
antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dengan cara berikut: a. reko
nsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil kali laba akuntansi dan t
arif pajak yang berlaku; atau b. rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-ra
ta sama dengan beban (penghasilan) pajak dibagi laba akuntansi dengan tarif paja
k. penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingannya de
ngan tarif pada periode sebelumnya; jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada
) perbedaan temporer dan sisa rugi kompensasi yang boleh/tidak boleh diakui seba
gai aset pajak tangguhan;
202
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


6.
7.
untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang dap
at dikompensasikan ke tahun berikut: a. jumlah aset dan kewajiban pajak tangguha
n yang diakui pada laporan posisi keuangan untuk setiap periode penyajian; b. ju
mlah beban/penghasilan pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi kompre
hensif apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aset atau ke
wajiban pajak tangguhan yang diakui pada laporan posisi keuangan; untuk usaha ya
ng dihentikan, beban pajak yang berasal dari: a. keuntungan atau kerugian atas p
enghentian usaha; b. laba (rugi) dari aktivitas normal usaha yang dihentikan unt
uk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya yang di
sajikan dalam laporan keuangan.
Ilustrasi Jurnal
1.
Pencatatan transaksi pada saat terjadi kenaikan pajak penghasilan terutang pada
periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer. Db. Beban pajak kini D
b. Beban pajak tangguhan Kr. Utang pajak penghasilan Kr. Liabilitas pajak tanggu
han Ketika aset pajak tangguhan dapat mencerminkan bahwa sejumlah pajak penghasi
lan dapat diperoleh kembali sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh d
ikurangkan pada akhir periode pelaporan. Db. Beban pajak kini Db. Aset pajak tang
guhan Kr. Utang pajak penghasilan Kr. Beban pajak tangguhan
2.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
203

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Pendapatan Komprehensif Lain
Definisi
5.115. Pendapatan komprehensif lain adalah pendapatan dan beban termasuk penyesu
aian reklasifikasi yang tidak diakui dalam bagian laba rugi.
Dasar Pengaturan
1. 2. 3. 4. 5.
5.116. Dasar pengaturan pendapatan komprehensif lain antara lain: PSAK 1: Penyaj
ian Laporan Keuangan PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama PSAK 15:
Investasi pada Entitas Asosiasi PSAK 24: Imbalan Kerja PSAK 55: Instrumen Keuang
an: Pengakuan dan Pengukuran
Penjelasan
1. 2. 3. 4.
5.117. Pendapatan komprehensif lain terdiri dari: selisih penilaian aset keuanga
n dalam kategori AFS; selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata
uang asing; keuntungan atau kerugian aktuarial dari program pasca kerja imbalan
pasti; bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi/pengendalian b
ersama entitas.
Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran
5.118. Selisih penilaian aset keuangan dalam kategori AFS mengacu pada perlakuan
akuntansi perubahan nilai wajar Bab III bagian Investasi Jangka Pendek dan Inve
stasi pada Entitas Lain. 5.119. Bagian atas pendapatan komprehensif lain dari as
osiasi/pengendalian bersama entitas diakui sebesar porsi kepemilikan terhadap pe
ndapatan komprehensif lain entitas asosiasi/pengendalian bersama entitas.
204
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Penyajian
5.120. Pendapatan komprehensif lain disajikan dalam laporan laba rugi komprehens
if setelah laba tahun berjalan sebesar neto setelah pajak terkait.
Pengungkapan
1. 2. 3. 4.
5.121. Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain: rincian pendapatan komprehens
if lain; jumlah pajak penghasilan terkait; penyesuaian reklasifikasi terkait pen
dapatan komprehensif lain; pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal
1.
Selisih penilaian investasi aset keuangan dalam kategori AFS (Lihat contoh ilust
rasi jurnal dalam Bab III bagian Investasi Jangka Pendek dan Investasi pada Enti
tas Lain). Bagian atas pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ve
ntura bersama a. Jika bersaldo debit: Db. Bagian atas pendapatan komprehensif la
in Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama b. Jika bersaldo kredit:
Db. Investasi entitas asosiasi/ventura bersama Kr. Bagian atas pendapatan kompre
hensif lain
2.
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif
205

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


206
Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif

Bab VI PERUBAHAN EKUITAS


pengertian
6.1. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas
entitas yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan s
elama periode pelaporan.
dasar pengaturan
6.2. Dasar pengaturan laporan perubahan ekuitas antara lain adalah PSAK 1: Penya
jian Laporan Keuangan.
penjelasan
6.3. Entitas menyusun laporan perubahan ekuitas, dimana divisi atau unit tidak p
erlu menyusun laporan perubahan ekuitas. 6.4. Perubahan ekuitas entitas antara a
wal dan akhir periode pelaporan menggambarkan peningkatan atau penurunan aset ne
to atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tert
entu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 6.5. Laporan peru
bahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemega
ng saham (transaksi ekuitas) seperti setoran modal, menggambarkan jumlah keuntun
gan dan kerugian yang berasal dari kegiatan entitas selama periode yang bersangk
utan. 6.6. Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama l
aporan keuangan, yang menunjukkan: 1. total laba atau rugi komprehensif selama p
eriode pelaporan, terdiri dari laba rugi dan pendapatan komprehensif lain;
207
Bab VI: Perubahan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2. 3.
total penyesuaian atas pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali re
trospektif terhadap komponen ekuitas; rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada a
wal dan akhir periode untuk setiap komponen ekuitas. Entitas secara terpisah har
us mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: a. laba rugi periode
berjalan; b. pendapatan komprehensif lain (selisih kurs karena penjabaran lapora
n keuangan dalam mata uang asing, selisih nilai wajar aset keuangan dalam katego
ri AFS, bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi/ventura bersam
a dan keuntungan atau kerugian aktuarial dari program imbalan pasti). c. transak
si ekuitas, yaitu transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, y
ang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pe
milik (misalnya penerbitan saham baru dan pembagian dividen) dan perubahan hak k
epemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.
6.7. Pos-pos laporan perubahan ekuitas antara lain: 1. modal saham yang ditempat
kan dan disetor penuh; 2. tambahan modal disetor; 3. selisih kombinasi bisnis en
titas sepengendali; 4. selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mat
a uang asing; 5. selisih nilai wajar aset keuangan dalam kategori AFS; 6. bagian
pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi/ventura bersama; 7. keuntung
an atau kerugian aktuarial; 8. cadangan umum; 9. cadangan tujuan; 10. saldo laba
yang belum ditetapkan penggunaannya.
208
Bab VI: Perubahan Ekuitas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


6.8. Laporan perubahan ekuitas disajikan dalam bentuk tabel matriks dengan keten
tuan: 1. pada bagian baris mencerminkan gambaran transaksi mutasi pos-pos ekuita
s; 2. pada bagian kolom dibagi berdasarkan jenis pos yang ada dalam struktur eku
itas.
Bab VI: Perubahan Ekuitas
209

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


210
Bab VI: Perubahan Ekuitas

Bab VII LAPORAN ARUS KAS


pengertian
7.1. Informasi tentang arus kas berguna bagi para pengguna laporan keuangan seba
gai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas
serta menilai kebutuhan penggunaan arus kas tersebut. 7.2. Dalam proses pengambi
lan keputusan ekonomi, para pengguna laporan keuangan perlu melakukan evaluasi t
erhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian
perolehannya. Evaluasi tersebut untuk mengetahui bagaimana entitas menghasilkan
dan menggunakan kas dan setara kas, serta kebutuhan kas dan setara kas untuk mel
aksanakan usaha, melunasi liabilitas, dan membagikan dividen kepada pemegang sah
am. 7.3. Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas d
an setara kas dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan selama suatu periode akuntansi. 7.4. Beberapa istilah y
ang dipergunakan dalam Pedoman ini didefinisikan sebagai berikut: a. laporan aru
s kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dan seta
ra kas selama periode tertentu yang dikelompokkan ke dalam aktivitas operasi, in
vestasi, dan pendanaan. b. kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro. c. seta
ra kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki
risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. d. arus kas adalah arus masuk dan
arus keluar kas dan setara kas.
Bab VI: Laporan Arus Kas
211

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


e.
f. g.
aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan dan aktivitas lain
yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. aktivitas inv
estasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain y
ang tidak termasuk setara kas. aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengaki
batkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman.
dasar pengaturan
7.5. Dasar pengaturan mengenai laporan arus kas antara lain adalah PSAK 2: Lapor
an Arus Kas.
penjelasan
7.6. Entitas harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Ped
oman ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian dari yang tidak te
rpisahkan atau integral dengan laporan keuangan untuk setiap periode sajian lapo
ran keuangan. 7.7. Pedoman ini mewajibkan semua entitas menyajikan laporan arus
kas dengan metode langsung (direct method). 7.8. Laporan arus kas dapat memberik
an informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam a
set neto, struktur keuangan, termasuk likuiditas dan solvabilitas, dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhada
p keadaan dan peluang yang berubah. 7.9. Informasi arus kas berguna untuk menila
i kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para
pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai kini arus kas
masa depan dari berbagai entitas.
212
Bab VII: Laporan Arus Kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


7.10. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah
, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Selain itu, informasi arus kas histo
ris juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yan
g telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas da
n arus kas neto serta dampak perubahan harga. 7.11. Entitas menyajikan arus kas
dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai
dengan bisnis entitas. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang m
emungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh aktivitas ters
ebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas.
Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ke
tiga aktivitas tersebut. 7.12. Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa a
rus kas yang diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Misalnya, jika
pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka unsur bunga dap
at diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan unsur pokok pinjaman diklasifi
kasikan sebagai aktivitas pendanaan. 7.13. Jumlah arus kas yang berasal dari akt
ivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas
dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kema
mpuan operasi, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis,
bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa
depan. 7.14. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas p
enghasil utama pendapatan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya beras
al dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi
neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: 1. penerimaan kas
dari penjualan barang dan pemberian jasa; 2. penerimaan kas dari pendapatan lain
; 3. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; 4. pembayaran kas kepada dan
untuk kepentingan karyawan; 5. pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitus
i) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai
bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
Bab VII: Laporan Arus Kas
213

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


7.15. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adala
h penting karena arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi u
ntuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depa
n. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: 1. pem
bayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset tidak lancar
lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang diban
gun sendiri; 2. penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, d
an aset tidak lancar lain; 3. pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau
instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama; 4. penerim
aan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan ke
pemilikan dalam ventura bersama; 5. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada
pihak lain; 6. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberi
kan kepada pihak lain. 7.16. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari ak
tivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas aru
s kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah: 1. penerimaan kas dari penerbitan saha
m; 2. pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas; 3.
penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, dan pinjaman jangka pendek d
an jangka panjang lain; 4. pelunasan pinjaman; 5. pembayaran kas untuk mengurang
i saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. 7.17. Entitas diharusk
an untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode la
ngsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus k
as masa depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak langsung. Dengan met
ode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengelu
aran kas bruto dapat diperoleh dengan cara antara lain:
214
Bab VII: Laporan Arus Kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


1. 2.
melalui catatan akuntansi; atau menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, d
an pos-pos lain dalam laporan laba rugi komprehensif untuk; a. perubahan persedi
aan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode berjalan; b. pos bukan kas la
innya; dan c. pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
7.18. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saa
t terjadinya transaksi. 7.19. Pada tanggal pelaporan, pos aset dan liabilitas mo
neter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan mengguna
kan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal pelaporan. Sedangkan untuk pos nonmo
neter harus menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi. 7.20.
Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang timbul akibat perubahan nil
ai tukar mata uang asing bukan merupakan arus kas. Namun demikian, pengaruh peru
bahan nilai tukar atas kas dan setara kas dalam mata uang asing dilaporkan dalam
laporan arus kas untuk merekonsiliasikan saldo awal dan akhir dari kas dan seta
ra kas. Jumlah selisih kurs tersebut disajikan terpisah dari arus kas aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan, dan termasuk perbedaan, jika ada, seandainya
arus kas tersebut telah dilaporkan dengan nilai tukar pada akhir periode. 7.21.
Pajak penghasilan dikenakan atas transaksi yang menghasilkan arus kas yang dikla
sifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan. Walaupun beban
pajak penghasilan dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan aktivitas investa
si atau pendanaan, namun arus kas yang bersangkutan sering kali tidak mudah diid
entifikasikan dan dapat terjadi dalam periode yang berbeda dengan transaksi arus
kas yang mendasarinya. Oleh karena itu, pajak yang dibayarkan biasanya diklasif
ikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi. Namun demikian, jika arus kas
pajak tersebut dapat diidentifikasikan dengan transaksi individual yang menimbul
kan arus kas, maka arus kas tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaa
n atau investasi, sesuai dengan jenis aktivitas tersebut. Jika arus kas pajak di
alokasikan pada lebih dari satu jenis aktivitas, maka jumlah keseluruhan pajak y
ang dibayar diungkapkan.
Bab VII: Laporan Arus Kas
215

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


7.22. Untuk investasi pada entitas asosiasi atau ventura bersama yang dicatat de
ngan menggunakan metode ekuitas, entitas membatasi pelaporannya dalam laporan ar
us kas hanya pada arus kas yang terjadi antara entitas dan entitas asosiasi/vent
ura bersama, misalnya jumlah dividen dan uang muka yang diterima. 7.23. Arus kas
dari pelaporan kepemilikan di entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pen
gendalian merupakan arus kas pendanaan. Jika menyebabkan hilangnya pengendalian
merupakan arus kas investasi.
216
Bab VII: Laporan Arus Kas

Bab VIII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


pengertian
8.1. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari lapor
an keuangan. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai gambaran u
mum entitas, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan d
an informasi penting lainnya. 8.2. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan
secara sistematis. Setiap pos dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas harus berkaitan de
ngan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan. 8.3. Catatan atas l
aporan keuangan harus menyajikan pernyataan yang eksplisit bahwa laporan keuanga
n telah patuh terhadap SAK. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuang
an telah patuh terhadap SAK, kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terha
dap semua yang disyaratkan dalam SAK. 8.4. Catatan atas laporan keuangan maupun
pengungkapan kebijakan akuntansi tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk meng
ungkapan atas perbaikan kebijakan akuntansi yang tidak tepat. 8.5. Dalam Pedoman
ini diatur hal-hal yang harus diungkapkan mencakup, tetapi tidak terbatas, pada
unsur-unsur yang diuraikan dalam bagian ini. Secara umum, catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan: a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan d
an kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transa
ksi yang penting;
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan
217

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


b.
c.
d.
e.
informasi yang diwajibkan dalam SAK tetapi tidak disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas; informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan
, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus ka
s tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar; informasi tentang asums
i yang dibuat mengenai masa depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian
lain pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan yang mengaki
batkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam p
eriode pelaporan berikutnya; informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuang
an untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola pemo
dalannya.
8.6. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam ca
tatan atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus
dirinci dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan
materialitasnya; 8.7. Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa pos
sejenis dirinci dan dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas lapo
ran keuangan. 8.8. Catatan atas laporan keuangan harus menunjukkan secara terpis
ah jumlah dari setiap jenis transaksi dan saldo dengan pihak-pihak berelasi. Ikh
tisar terpisah tersebut diperlukan untuk piutang, utang, penjualan atau pendapat
an dan beban.
dasar pengaturan
8.9. Dasar pengaturan antara lain adalah PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan dan
SAK lain.
218
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


penjelasan
8.10. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam laporan keuang
an periode sebelumnya masih tetap relevan untuk diungkapkan pada periode berjala
n. Misalnya, rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya
belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses peny
elesaian, perlu diungkapkan kembali pada periode berjalan. Pengguna laporan keua
ngan akan memperoleh manfaat dari informasi adanya ketidakpastian pada akhir per
iode pelaporan sebelumnya, dan langkah yang telah dilakukan selama periode berja
lan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut. 8.11. Peningkatkan daya banding inf
ormasi antar periode membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan
ekonomi, khususnya memungkinkan penilaian atas trend informasi keuangan untuk tu
juan prediksi. Dalam beberapa keadaan, reklasifikasi informasi komparatif tidak
praktis untuk dilakukan untuk periode tertentu sebelumnya untuk mencapai daya ba
nding dengan periode berjalan. Misalnya, entitas mungkin belum mengumpulkan data
dalam periode sebelumnya yang memungkinkan untuk melakukan reklasifikasi, dan m
ungkin tidak praktis untuk menyusun kembali informasi tersebut. 8.12. Rincian su
bklasifikasi bergantung pada ketentuan SAK, serta ukuran dan fungsi jumlah yang
terkait. Pertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasar
kan pada penilaian dari: a. sifat, likuiditas, fungsi dan aset; b. jumlah, sifat
dan jangka waktu liabilitas. 8.13. Catatan atas laporan keuangan meliputi penje
lasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan posisi keuangan, la
poran laba rugi komprehensif, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas ser
ta informasi tambahan seperti liabilitas kontinjensi dan komitmen. Catatan atas
laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk di
ungkapkan dalam SAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk m
enghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan
219

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


8.14. Entitas menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan urutan sebagai ber
ikut: a. pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK; b. ringkasan kebijakan akuntans
i signifikan yang diterapkan; c. informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan
dalam laporan perubahan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, lap
oran perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian lapo
ran dan penyajian masing-masing pos; dan d. pengungkapan lainnya. 8.15. Hal yang
penting bagi entitas untuk menginformasikan kepada pengguna laporan keuangan me
ngenai dasar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (misalnya, biaya h
istoris, biaya perolehan kini, nilai realisasi neto, nilai wajar atau jumlah ter
pulihkan). 8.16. Dalam memutuskan apakah kebijakan akuntansi tertentu diungkapka
n, manajemen mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut akan membantu penggun
a laporan keuangan untuk memahami bagaimana transaksi, peristiwa lain dan kondis
i yang tercermin dalam laporan kinerja keuangan dan posisi keuangan yang dilapor
kan. 8.17. Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi, manajemen membuat berbaga
i pertimbangan secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah yang diakui dalam lap
oran keuangan. 8.18. Entitas menyajikan pengungkapan sumber estimasi ketidakpast
ian dalam suatu cara yang dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk memaham
i pertimbangan yang dibuat manajemen tentang masa depan dan tentang sumber estim
asi ketidakpastian lain. Sifat dan luasnya informasi yang diberikan bervariasi s
esuai dengan sifat asumsi dan kondisi lainnya. Contoh pengungkapan yang dibuat a
dalah: a. sifat asumsi atau estimasi ketidakpastian lain; b. sensitivitas jumlah
tercatat terhadap metode, asumsi dan estimasi yang mendasari penghitungan jumla
h tercatat tersebut, termasuk alasan atas sensitivitas tersebut; c. penyelesaian
yang diharapkan atas ketidakpastian dan kisaran hasil yang mungkin selama perio
de pelaporan berikutnya atas jumlah tercatat aset dan liabilitas yang terpengaru
h; dan
220
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


d.
penjelasan tentang perubahan yang dilakukan terhadap asumsi sebelumnya yang terk
ait dengan aset dan liabilitas tersebut, jika ketidakpastian tetap belum dapat d
iselesaikan.
8.19. Untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola permodalannya
entitas mengungkapkan hal-hal berikut: a. informasi kualitatif tentang tujuan,
kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola permodalannya. b. ringkasan data k
uantitatif tentang apa yang dikelolanya sebagai modal. c. setiap perubahan di (a
) dan (b) dari periode sebelumnya.
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan
221

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


unsur-unsur
Kepatuhan terhadap SAK
8.20. Entitas membuat penyataan secara terpisah mengenai kepatuhan terhadap SAK.
Gambaran Umum Entitas
a. b. c. 8.21. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: pendirian. riwayat ri
ngkas. nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan terakhir, pengesahan kem
enterian hukum dan hak asasi manusia dan atau nomor dan tanggal berita negara ya
ng bersangkutan. bidang usaha utama sesuai anggaran dasar dan kegiatan utama pad
a periode pelaporan. tempat kedudukan dan lokasi utama kegiatan usaha. tanggal m
ulai beroperasi. apabila entitas melakukan ekspansi atau penciutan usaha secara
signifikan pada periode laporan yang disajikan, harus disebutkan saat dimulainya
ekspansi atau penciutan usaha dan kapasitas usaha. karyawan, direksi dan komisa
ris: 1) nama anggota direksi dan dewan komisaris; 2) jumlah karyawan pada akhir
periode atau rata-rata jumlah karyawan selama periode yang bersangkutan. struktu
r kepemilikan entitas dan entitas anak. penjelasan hubungan kepemilikan antara e
ntitas dan entitas anak baik yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung
. Penjelasan tersebut mencakup hal-hal berikut: 1) nama entitas anak yang dimili
ki; 2) tempat kedudukan entitas anak; 3) jenis usaha entitas anak; 4) tahun bero
perasi entitas anak secara komersial; 5) persentase kepemilikan pada entitas ana
k; 6) total aset entitas anak; 7) informasi penting lain:
d. e. f.
g.
h. i.
222
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


j.
penjelasan kerja sama usaha antara entitas dan entitas anak dengan mitra usahany
a. Penjelasan tersebut mencakup hal-hal berikut: 1) nama mitra usaha; 2) jenis a
ktivitas yang tercakup dalam kerja sama usaha; 3) jangka waktu kerja sama usaha;
4) aset entitas/entitas anak dan mitra usaha yang digunakan dalam kerja sama us
aha; 5) persentase pembagian hasil; 6) informasi penting lain yang berkaitan den
gan kerja sama usaha.
Ikhtisar Kebijakan Akuntansi
8.22. Dalam bagian ini harus diungkapkan hal-hal sebagai berikut: a. Dasar pengu
kuran dan penyusunan laporan keuangan. 1) dasar pengukuran laporan keuangan. 2)
dasar penyusunan laporan keuangan yaitu dasar akrual kecuali untuk laporan arus
kas. 3) kebijakan akuntansi tertentu. b. Kebijakan akuntansi antara lain meliput
i hal-hal berikut: 1) konsep dasar pengukuran laporan keuangan; 2) prinsip-prins
ip konsolidasi; 3) transaksi dalam mata uang asing; 4) kas dan setara kas; 5) pi
utang dan penyisihan piutang; 6) persediaan; 7) aset tanaman semusim 8) aset tan
aman tahunan 9) aset tetap dan penyusutan; 10) aset tidak berwujud 11) investasi
pada aset keuangan, entitas asosiasi, dan ventura bersama; 12) utang usaha; 13)
pendapatan diterima dimuka; 14) pengakuan pendapatan; 15) pengakuan beban; 16)
pajak penghasilan; 17) imbalan kerja; 18) sewa;
223
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


19) hibah pemerintah; 20) pos lainnya.
Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan
8.23. Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan disusun dengan memperhatikan urut
an penyajian laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan pe
rubahan ekuitas, dan laporan arus kas, serta informasi tambahan sesuai dengan ke
tentuan pengungkapan pada setiap pos pada bagian yang terkait, ditambah dengan p
engungkapan: a. Kepentingan nonpengendali Rincian bagian pemilik kepentingan non
pengendali atas aset neto entitas anak untuk masing-masing entitas. b. Bagian ke
pentingan nonpengendali Rincian bagian kepentingan nonpengendali atas laba tahun
berjalan dan laba komprehensif entitas anak untuk masing-masing entitas. c. Tra
nsaksi pihak-pihak berelasi 1) Pihak-pihak berelasi dengan pemerintah a) nama de
partemen atau instansi pemerintah dan sifat hubungannya dengan entitas; b) infor
masi tentang sifat dan jumlah transaksi yang secara individual signifikan, dan t
ransaksi lainnya yang secara kolektif signifikan termasuk indikasi kualitatif at
au kuantitatif luasnya transaksi. 2) Pihak-pihak berelasi lainnya a) sifat hubun
gan. b) transaksi dan saldo. 3) Kompensasi personal manajemen kunci: a) imbalan
kerja jangka pendek b) imbalan pascakerja c) imbalan kerja jangka panjang lain d
) pesangon pemutusan kontrak kerja d. Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan
1) Perubahan estimasi akuntansi a) sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi
yang berdampak pada periode berjalan. b) pengaruh estimasi terhadap periode men
datang.
224
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


2) Perubahan kebijakan akuntansi a) Ketika penerapan awal suatu SAK (1) judul SA
K; (2) bahwa kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan ketentuan transisinya;
(3) sifat perubahan akuntansi; (4) penjelasan ketentuan transisi; (5) ketentuan
transisi yang mungkin memiliki dampak periode mendatang, ketika dapat diterapkan
; (6) apabila penerapan awal SAK berdampak terhadap periode berjalan dan periode
sebelumnya yang disajikan, diungkapkan jumlah penyesuaian setiap pos laporan ke
uangan yang terpengaruh; (7) jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode s
ebelum periode tersebut disajikan; (8) apabila penerapan retrospektif tidak prak
tis maka entitas mengungkapkan keadaan yang menyebabkan menjadi tidak praktis, s
ejak kapan perubahan kebijakan tersebut menjadi praktis dan alasannya; (9) pengu
ngkapan diatas tidak perlu diulang pada laporan keuangan periode berikutnya. b)
Perubahan kebijakan akuntansi yang bersifat sukarela (1) sifat perubahan kebijak
an akuntansi; (2) alasan penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi
yang lebih andal dan relevan; (3) jumlah penyesuaian setiap pos laporan keuanga
n yang terpengaruh pada periode berjalan dan periode sebelumnya yang disajikan;
(4) apabila penerapan retrospektif tidak praktis maka entitas mengungkapkan kead
aan yang menyebabkan menjadi tidak praktis, sejak kapan perubahan kebijakan ters
ebut menjadi praktis dan alasannya; (5) pengungkapan diatas tidak perlu diulang
pada laporan keuangan periode berikutnya.
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan
225

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


e.
f.
c) Ketika SAK telah terbit tetapi belum efektif berlaku, entitas mengungkapkan:
(1) fakta tersebut; (2) informasi relevan yang dapat diestimasi secara wajar ata
u dapat diketahui untuk menilai dampak yang mungkin terjadi atas penerapan SAK t
ersebut pada laporan keuangan pada awal penerapannya. 3) Kesalahan periode lalu
a) sifat kesalahan periode lalu; b) jumlah koreksi untuk setiap periode sajian,
yang disajikan; c) jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; d) apabi
la penyajian kembali retrospektif tidak praktis maka entitas mengungkapkan keada
an yang menyebabkan menjadi tidak praktis, sejak kapan perubahan kebijakan terse
but menjadi praktis dan alasannya. Sumber estimasi ketidakpastian Informasi asum
si masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian yang memiliki risiko sign
ifikan terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas untuk periode berikutnya har
us diungkapkan atas catatan atas laporan keuangan, meliputi sifat dan jumlah ter
catat pada akhir periode pelaporan. entitas mempertimbangkan sifat kegiatan oper
asi dan kebijakan yang diharapkan pengguna laporan keuangan untuk diungkapkan ol
eh entitas yang berjenis demikian. Komitmen dan kontinjensi 1) Perikatan a) Kont
rak/perjanjian yang memerlukan penggunaan dana di masa yang akan datang, seperti
perjanjian jual beli dan ikatan untuk investasi. (1) pihak-pihak yang terkait d
alam perjanjian; (2) periode berlakunya perikatan; (3) nilai keseluruhan, mata u
ang, dan bagian yang telah direalisasi; dan (4) sanksi-sanksi. b) Uraian mengena
i sifat, jenis, jumlah, dan batasan-batasannya
226
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


g.
h.
i.
j.
2) Kontinjensi a) Perkara/sengketa hukum: (1) pihak-pihak yang terkait; (2) juml
ah yang diperkarakan; (3) latar belakang, isi dan status perkara dan pendapat hu
kum; b) Peraturan pemerintah yang mengikat entitas seperti: masalah ketenagakerj
aan, diungkapkan uraian singkat tentang peraturan dan dampaknya terhadap entitas
. c) Kemungkinan liabilitas pajak tambahan: (1) jenis ketetapan/tagihan pajak, j
enis pajak, tahun pajak serta jumlah pokok dan denda/bunganya; (2) sikap entitas
terhadap ketetapan/tagihan pajak (keberatan, banding dan sebagainya). Modal 1)
informasi kualitatif mengenai tujuan kebijakan dan proses dalam mengelola permod
alan; 2) ringkasan data kuantitatif tentang apa yang dikelola sebagai modal; 3)
setiap perubahan dari periode sebelumnya; Peristiwa setelah periode pelaporan 1)
uraian peristiwa, misalnya tanggal terjadinya, sifat peristiwa, dan 2) jumlah m
oneter yang mempengaruhi akun-akun laporan keuangan. Perkembangan terakhir SAK d
an peraturan lainnya 1) penjelasan mengenai SAK dan peraturan baru yang akan dit
erapkan dan mempengaruhi aktivitas entitas; 2) estimasi dampak penerapannya. Inf
ormasi penting lainnya Informasi penting lainnya antara lain sifat, jenis, jumla
h dan dampak dari peristiwa atau keadaan tertentu yang mempengaruhi kinerja enti
tas, seperti peristiwa/keadaan yang mempengaruhi kelangsungan hidup entitas.
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan
227

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


228
Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan

LAMPIRAN ilustrasi laporan keuangan


PT PERKEBUNAN NUSANTARA LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 20X2 dan 20X1 (d
alam jutaan Rupiah) Keterangan ASET Aset Lancar Kas dan setara kas Piutang usaha
Piutang antar badan hukum jangka pendek Piutang lain-lain Investasi jangka pend
ek Persediaan Aset dimiliki untuk dijual Biaya dibayar dimuka Pajak dibayar dimu
ka Aset lancar lainnya Jumlah aset lancar Aset Tidak Lancar Piutang pengembangan
perkebunan rakyat Piutang antar badan hukum jangka panjang Investasi jangka pan
jang Investasi pada entitas lainnya Investasi pada entitas asosiasi/ventura bers
ama Properti investasi Aset tanaman semusim Aset tanaman tahunan Aset tetap Aset
tidak berwujud Goodwill Aset pajak tangguhan Aset tidak lancar lain Jumlah aset
tidak lancar JUMLAH ASET 20X2 xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx 20X1 xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Berlanjut
Lampiran
229

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS


Lanjutan
LIABILITAS Liabilitas jangka pendek Utang usaha Utang pajak Biaya yang masih har
us dibayar Liabilitas imbalan kerja jangka pendek Pendapatan diterima dimuka Uta
ng bank jangka pendek Utang antar badan hukum jangka pendek Bagian liabilitas ja
ngka panjang yang akan jatuh tempo Provisi jangka pendek Liabilitas jangka pende
k lain Jumlah liabilitas jangka pendek Liabilitas jangka panjang Utang kepada pe
merintah Utang antar badan hukum jangka panjang Utang bank jangka panjang Utang
sewa pembiayaan Utang medium term note Utang obligasi Utang imbalan kerja jangka
panjang Provisi jangka panjang Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas jangka pan
jang lain Jumlah liabilitas jangka panjang JUMLAH LIABILITAS EKUITAS Ekuitas pem
ilik entitas induk Modal disetor Tambahan modal disetor Selisih kombinasi bisnis
entitas sepengendali Selisih nilai wajar aset keuangan AFS Keuntungan / kerugia
n aktuarial Selisih kurs penjabaran laporan keuangan Bagian pendapatan komprehen
sif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama Saldo laba Kepentingan nonpen
gendali JUMLAH EKUITAS JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
230
Lampiran

PT PERKEBUNAN NUSANTARA LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Untuk periode yang berakh
ir pada tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X2 (dalam jutaan Rupiah) Keterangan Penda
patan usaha Penjualan Ekspor Lokal Beban pokok penjualan Laba bruto Beban usaha
Beban penjualan Beban umum dan administrasi Laba usaha Pendapatan (beban) nonusa
ha Bagian laba (rugi) entitas asosiasi/ventura bersama Laba (rugi) sebelum pajak
penghasilan Beban pajak penghasilan Beban pajak kini Beban pajak tangguhan Laba
dari operasi yang dilanjutkan Kerugian dari operasi yang dihentikan Laba (rugi)
neto Pendapatan komprehensif lain Selisih nilai wajar aset keuangan AFS Selisih
penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Keuntungan (kerugian) aktuari
al Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi/ventura bersama Pendapat
an komprehensif lain Total laba komprehensif Laba neto yang dapat diatribusikan
kepada: Pemilik entitas induk Kepentingan nonpengendali Laba komprehensif yang d
apat diatribusikan kepada: Pemilik entitas induk Kepentingan nonpengendali Catat
an 20X1 20X2
xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx
(xxxx) (xxxx) xxxx xxxx xxxx xxxx (xxxx) (xxxx) (xxxx) xxxx (xxxx) xxxx
(xxxx) (xxxx) xxxx xxxx xxxx xxxx (xxxx) (xxxx) (xxxx) xxxx (xxxx) xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx
xxxx xxxx
xxxx xxxx
xxxx xxxx
Lampiran
231

Lampiran Selisih penilaian AFS Keuntungan dan kerugian aktuarial Bagian komprehe
nsif lain dari entitas asosiasi /ventura bersama xxxx xxxx xxxx (xxxx) (xxxx) (x
xxx) xxxx xxxx (xxxx) (xxxx) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx (xxxx) (xxxx) (xxxx) xxxx
XXXX (xxxx) (xxxx) xxxx XXXX Saldo laba Jumlah Ekuitas Selisih kurs penjabaran l
aporan keuangan dalam mata uang asing xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xx
xx
PT PERKEBUNAN NUSANTARA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Untuk periode yang berakhir pa
da tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan
Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali
Saldo per 31 Des 20X0
Catatan Modal disetor dan tambahan modal disetor xxxx
xxxx
Setoran Modal
xxxx
Dividen
Cadangan umum
Cadangan tujuan
Laba (rugi ) neto periode berjalan Saldo per 31 Des 20X1
xxxx
xxxx
Dividen
-

Cadangan umum
Laba (rugi ) neto periode berjalan Saldo per 31 Des 20X2
xxxx
xxxx
232

PT PERKEBUNAN NUSANTARA LAPORAN ARUS KAS Untuk periode yang berakhir pada tangga
l 31 Desember 20X2 dan 20X1 (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan Pelanggan/pembeli Bunga La
in-lain Total penerimaan Pengeluaran Pemasok Mitra usaha Karyawan Pajak Lain-lai
n Total Pengeluaran Jumlah arus kas dari aktivitas operasi ARUS KAS DARI AKTIVIT
AS INVESTASI Penerimaan Penerimaan dividen Penjualan investasi Lain-lain Total p
enerimaan Pengeluaran Perolehan entitas anak Pembelian aset tetap Lain-lain Tota
l pengeluaran Jumlah arus dari aktivitas investasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDA
NAAN Penerimaan Emisi saham Emisi obligasi / MTN Pinjaman bank Penjualan investa
si pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian Lain-lain Tot
al Penerimaan Pengeluaran Pembelian kembali saham Pembayaran utang bank Pembayar
an dividen Lain-lain Total Pengeluaran Jumlah arus kas dari aktivitas pendanaan
Kenaikan (penurunan) arus kas neto Saldo kas dan setara kas awal periode Saldo k
as dan setara kas akhir periode Catatan 20X2 20X1
xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Lampiran
233

komparasi standar akuntansi keuangan


Lampiran
Berikut ini komparasi secara umum ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan per
1 Oktober 2011 yang relevan untuk BUMN Perkebunan dibandingkan dengan ketentuan
sebelumnya:
SAAT INI Laporan posisi keuangan Laporan laba rugi komprehensif Laporan perubaha
n ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan
SAK PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan

PERIHAL Komponen laporan keuangan lengkap


Terdapat perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif, atau koreksi kesalah
an, sehingga laporan keuangan harus disajikan kembali, atau reklasifikasi pos la
poran keuangan Kepentingan non-pengendali (hak minoritas) Disajikan dalam ekuita
s. Liabilitas tersebut diklasifikasn sebagai liabilitas jangka pendek
Tambahan laporan posisi keuangan awal periode komparatif
SEBELUMNYA
Neraca
Laporan laba rugi
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan keuangan Tidak diatur
Penjadualan kembali atau pembiayaan kembali yang dilakukan setelah tanggal pelap
oran dan sebelum tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit atas liabilit
as jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode selanjutnya Tepat waktu Pen
gungkapan
Disajikan di antara liabilitas dan ekuitas Liabilitas tersebut diklasifikasikan
sebagai liabilitas jangka panjang
PSAK 2 tentang laporan arus kas
Pelepasan kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengend
alian
Tidak diatur Pernyataan kepatuhan terhadap SAK, sumber estimasi ketidakpastian,
dan permodalan Arus kas dari aktivitas pendanaan
Sampai dengan empat bulan Tidak diatur Arus kas dari aktivitas investasi
234

235
SAAT INI Laporan keuangan lengkap atau ringkas SEBELUMNYA Tidak diatur Laporan p
osisi keuangan 30 Jun 2xx1 Tidak diatur Laporan posisi keuangan 31 Des 2xx0 Lapo
ran laba rugi Laporan laba rugi komprehensif: komprehensif: 1 Jan sd 30 Jun 2xx1
1 Jan sd 30 Jun 1 Apr sd 30 Jun 2xx1 2xx0 1 Apr sd 30 Jun 2xx0 Laporan perubaha
n ekuitas Laporan perubahan 30 Jun 2xx1 ekuitas 30 Jun 2xx0 Laporan arus kas Lap
oran arus kas 30 Jun 2xx1 30 Jun 2xx1 Seluruh entitas anak harus dikonsolidasi D
apat bersaldo negatif Selisih diakui di ekuitas Seluruh entitas anak harus dikon
solidasi, kecuali entitas anak yg diperoleh untuk dijual kembali dan terdapat re
striksi jangka panjang Minimal bersaldo nol Selisih diakui di laba rugi Transaks
i tersebut digabungkan jika disepakati Tidak diatur pada waktu sama atau terkait
, suatu transaksi tunggal secara komersial, adanya ketergantungan antar perjanji
an, atau secara ekonomi tidak dapat dijustifikasi secara individual tetapi dapat
dijustifikasi secara gabungan
SAK PSAK 3 tentang laporan keuangan interim
PERIHAL Isi laporan keuangan interim
Periode komparatif (kuartalan pada kuartal kedua)
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
PSAK 4 Laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri
Entitas anak yang dikonsolidasi
Kepentingan non-pengendali (hak minoritas) Pelepasan kepemilikan pada entitas an
ak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian Beberapa transaksi pelepasan at
as suatu kepemilikan pada entitas
Lampiran

Lampiran
SAK
PSAK 5 Segmen operasi
PERIHAL Kepemilikan pada entitas anak dalam laporan keuangan tersendiri Segmen o
perasi Aktivitas untuk menghasilkan pendapatan dan terjadinya beban, diikaji sec
ara reguler untuk alokasi sumber daya dan menilai kinerja, dan tersedia infomasi
terpisah Syarat kuantitatif dan kualitatif Level segmen dan entitas Harus diung
kapkan Departemen dan instansi pemerintah Tidak diatur Tanggal laporan audit Dib
edakan dalam menghasilkan produk/jasa dan risiko dan imbalan berbeda dari segmen
lain Syarat kuantitatif Level segmen Tidak diatur
SAAT INI Nilai wajar atau biaya perolehan
SEBELUMNYA Metode ekuitas
Segmen dilaporkan Level pengungkapan PSAK 7 Pengungkapan Imbalan kerja personil
manajemen kunci pihak-pihak berelasi Pihak tidak berelasi
Pihak berelasi dengan pemerintah
Tanggal penyelesaian laporan keuangan
Departemen dan instansi pemerintah yg tidak mengendalikan, mengendalikan bersama
, dan memiliki pengaruh signifikan Pengungkapan normal atau pengungkapan lebih s
ederhana Tanggal otorisasi untuk terbit
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
PSAK 8 Peristiwa setelah periode pelaporan PSAK 10 Pengaruh perubahan kurs valut
a asing
Mata uang fungsional

Indikator primer: harga jual dan kekuatan persaingan dan peraturan negara yang
mempengaruhi harga jual
Indikator sekunder: perolehan pendanaan dan penyimpan o
perasi
Mata uang pengukuran
Mata uang fungsional

Indikator arus kas: kegiatan utama


Indikator harga jual: pengaruh pergerak
an kurs jangka pendek dan ekspor
Indikator biaya Rupiah, selain rupiah d
apat digunakan jika merupakan mata uang fungsional
236

237
SAAT INI Bebas, umumnya rupiah Tidak diatur SEBELUMNYA Sama dengan mata uang fun
gsional Dikapitalisasi ke aset Metode ekuitas atau konsolidasi proporsional, dan
dianjurkan metode ekuitas Tanah dan bangunan Tidak diatur Biaya dan nilai wajar
LIFO, FIFO dan rata-rata tertimbang FIFO dan rata-rata tertimbang Tidak diatur
Indikator kuantitatif yaitu jumlah kepemilikan Metode ekuitas dan metode biaya j
ika ada pembatasan Tidak berlaku untuk investasi pada entitas asosiasi yang diuk
ur pada nilai untuk beberapa jenis entitas tertentu Indikator kuantitatif yaitu
jumlah kepemilikan dan indikator kualitatif, termasuk hak suara potensial Metode
ekuitas, kecuali investasi pada entitas asosiasi yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual Harga beli, biaya yang dapat dikaitkan secara langsung, da
n estimasi biaya perbongkaran, pemindahan dan restorasi Berdasarkan pendekatan a
danya substansi komersial Berdasarkan komponen aset tetap Harga beli dan biaya y
ang dapat dikaitkan secara langsung Berdasarkan pendekatan adanya kesamaan jenis
aset tetap Berdasarkan jenis aset tetap
SAK
PERIHAL
Mata uang penyajian
Selisih kurs yang disebabkan devaluasi atau depresiasi luar biasa dimana tidak m
ungkin dilakukan lindung nilai Pengendalian bersama entitas
PSAK 12 Bagian partisipasi dalam ventura bersama PSAK 13 Properti investasi1
Cakupan
PSAK 14 Persediaan
Pengukuran Rumus biaya
PSAK 15 Investasi pada entitas asosiasi
Cakupan
Pengaruh signifikan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Metode pencatatan
PSAK 16 Aset tetap2
Biaya perolehan
Pertukaran aset tetap
Lampiran
Penyusutan
1
2
Saat ini sudah dikeluarkan ED PSAK 13 (revisi 2011) dan tidak ada perubahan kete
ntuan yang signifikan Saat ini sudah dikeluarkan ED PSAK 16 (revisi 2011) dan ti
dak ada perubahan ketentuan yang signifikan

SAK
PERIHAL
Lampiran
Review tahunan
Model pengukuran Tidak relevan Terbatas dan tidak terbatas Aset tidak berwujud y
ang belum digunakan Model biaya dan model revaluasi Metode akuisisi Terbatas
SAAT INI SEBELUMNYA Review atas metode penyusutan, umur manfaat, dan Tidak ada n
ilai residu Model biaya dan model revaluasi Model biaya
PSAK 18 Akuntansi dan pelaporan program manfaat purnakarya PSAK 19 Aset takberwu
jud
Umur manfaat
PSAK 22 Kombinasi bisnis
Review tahunan Model pengukuran Metode pencatatan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
PSAK 23 Pendapatan
Biaya terkait akuisisi Akuisisi bertahap Pengukuran kepentingan non-pengendali G
oodwill Goodwill negatif Pendapatan secara bruto atau neto
Tidak diatur Model biaya Metode pembelian dan penyatuan kepemilikan Bagian dari
biaya akuisisi Nilai tercatat aset neto Diamortisasi Pendapatan ditangguhkan Tid
ak diatur
PSAK 24 Imbalan kerja
Keuntungan dan kerugian aktuarial
Saling hapus aset dan liabilitas PSAK 25 Kebijakan Tidak praktis akuntansi, peru
bahan estimasi akuntansi, dan kesalahan
Beban Pengukuran ulang atas kepemilikan sebelumnya Nilai wajar dan proporsi aset
neto Uji penurunan nilai Pendapatan Tanggung jawab penyediaan barang/jasa, risi
ko persediaan, penentuan harga, dan risiko kredit pelanggan Pendekatan koridor d
an pendekatan pendapatan komprehensif lain Tidak diatur Setelah dilakukan seluru
h usaha yang rasional
Pendekatan koridor Diatur tersendiri Tidak diatur
238

239
SAAT INI Tidak ada perubahan yang signifikan Tidak relevan Perjanjian sewa dan p
erjanjian non-sewa yang mengandung sewa Perjanjian sewa barang modal SEBELUMNYA
Jika ada pengalihan manfaat dan risiko signifikan dari Jika memenuhi seluruh kep
emilikan aset, sebagai sewa pembiayaan syarat di bawah, sebagai sewa pembiayaan
Ada hak opsi beli Indikasi yang mengarah kepada sewa pembiayaan:
Pembaya
ran berkala
Pengalihan kepemilikan pada akhir masa sewa Opsi beli yang
dapat dipastikan akan dilakukan ditambah nilai sisa
Masa sewa adalah untuk
sebagian besar umur mencakup harga ekonomis aset perolehan dan bunga (full payou
t lease)
Nilai kini dari pembayaran sewa minimum
Masa sewa minim
um mendekati nilai wajar aset Aset bersifat khusus dan hanya lessee yang dua
tahun dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material
Jika se
wa dibatalkan, kerugian lessor ditanggung lessee
Laba atau rugi dari flu
ktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee
Lessee berkemampuan unt
uk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang lebih rendah da
ripada nilai pasar
SAK PSAK 26 Biaya pinjaman PSAK 28 Akuntansi kontrak asuransi kerugian PSAK 30 S
ewa3
PERIHAL
Cakupan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Klasifikasi sewa
Lampiran
3
Saat ini sudah dikeluarkan ED PSAK 30 (revisi 2011) dan tidak ada perubahan kete
ntuan yang signifikan

Lampiran
PERIHAL
SAAT INI
SEBELUMNYA
Tidak relevan
Tidak relevan Tidak relevan Kombinasi bisnis entitas sepengendali Transaksi rest
rukturisasi entitas sepengendali Tidak diatur Bagian dari ekuitas dan direklasif
ikasi ke laba rugi ketika hilang sepengendalian dan pengalihan ke pihak tidak se
pengendali
SAK PSAK 33 Aktivitas pengupasan lapisan tanah dan pengelolaan lingkungan hidup
pada pertambangan umum PSAK 34 Kontrak konstruksi PSAK 36 Akuntansi kontrak asur
ansi jiwa PSAK 38 Kombinasi bisnis entitas sepengendali4 Tidak bersifat sementar
a Bagian dari modal
Cakupan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Pengendalian Selisih antara jumlah imbalan dan nilai buku
Tidak relevan Tidak perubahan yang signifikan
PSAK 45 Pelaporan keuangan entitas nirlaba PSAK 46 Pajak penghasilan
4
Perbandingan antara ED PSAK 38 (revisi 2011) dan PSAK 38 (revisi 2004)
240

241
SAAT INI Tidak ada perubahan Seluruh aset dilakukan uji penurunan nilai setelah
ada indikasi penurunan nilai SEBELUMNYA Tidak diatur indikasi tersebut Seluruh a
set dilakukan uji penurunan nilai setelah ada indikasi penurunan nilai, kecuali
goodwill, aset tidak berwujud yang umurnya tidak terbatas, dan aset tidak berwuj
ud yang belum digunakan, harus dilakukan uji penurunan nilai secara periodik
Nilai tercatat melebihi nilai kapitalisasi pasar
Nilai investasi melebih
i nilai aset neto
Dividen melebihi laba Goodwill dialokasikan ke unit pen
ghasil kas terkecil
Goodwill
Aset lain secara pro rata Tidak diatur
Goodwill
Aset tidak berwujud tanpa harga pasar
Aset yang harga jual le
bih kecil daripada nilai tercatat
Aset lain secara pro rata Termasuk good
will Tidak diatur Tidak berlaku untuk goodwill Tidak ada kewajiban kontraktual u
ntuk menyerahkan aset keuangan, atau mempertukarkan aset keuangan atau liabilita
s keuangan dalam kondisi tidak menguntungkan Hak yang dapat dipaksakan secara hu
kum dan Tidak diatur berniat menyelesaikan atau merealisasikan aset dan liabilit
as dengan dasar neto secara simultan Tidak relevan saat ini
PERIHAL
SAK PSAK 47 Akuntansi tanah5 PSAK 48 Penurunan nilai aset
Identifikasi penurunan nilai
Indikasi penurunan nilai
Goodwill Rugi penurunan nilai unit penghasil kas
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
PSAK 50 Instrumen keuangan: penyajian
Pemulihan rugi penurunan nilai Klasifikasi instrumen keuangan sebagai instrumen
ekuitas
Saling hapus aset dan liabilitas keuangan
Lampiran
PSAK 53 Pembayaran berbasis saham
5
Saat ini sudah dikeluarkan ED ISAK 25 dan tidak ada perubahan ketentuan yang sig
nifikan

Lampiran
SAK PSAK 55 Instrumen Klasifikasi keuangan: pengakuan dan pengukuran

Metode suku bunga efektif Berbasis kerugian yang sudah terjadi


(incurred loss) Tidak ada perubahan signifikan Tidak ada perubahan signifikan Ti
dak diatur
PERIHAL
SAAT INI Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi Tersedia untuk dijual Dimilik
i hingga jatuh tempo Pinjaman yang diberikan dan piutang
SEBELUMNYA
empo

Diperdagangkan

Tersedia untuk dijual

Dimiliki hingga jatu

Perhitungan bunga
Penurunan nilai
Metode suku bunga sederhana Berbasisi kerugian yang akan terjadi (expected loss)
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
PSAK 56 Laba per saham PSAK 57 Provisi, liabilitas kontijensi, dan aset kontinje
nsi PSAK 58 Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan
Syarat aset dimiliki untuk dijual
Pengukuran dan penyajian

Tersedia untuk segera dijual dalam kondisinya sekarang dan sesuai dengan persya
ratan dalam penjualan, dan
Penjualan harus kemungkinan besar terjadi (komi
tmen manajemen, program aktif cari pembeli, harga wajar, diperkirakan dijual dal
am satu tahun, dan pembatalan kecil terjadi) Diukur pada nilai yang lebih re
ndah antara jumlah tercatat dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
Tidak disusutkan
Disajikan di aset lancar Tidak relevan
Tidak diatur
PSAK 59 Akuntansi perbankan syariah
242

243
SAAT INI
Signifikansi terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan
Sifat dan luas risiko yang timbul Diakui sebagai pendapatan SEBELUMNYA
Signifi
kansi terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan
Sifat risiko yang timbu
l Diakui sebagai modal donasi Disajikan sebagai pengurang biaya peroleha aset at
au Tidak diatur pendapatan ditangguhkan Disajikan dalam pos tersendiri atau pos
umum Tidak diatur Tidak relevan Tidak relevan saat ini Tidak relevan Tidak ada p
erubahan yang signifikan Ketergantungan aset tertentu dan hak menggunakan aset T
idak diatur
PERIHAL
SAK PSAK 60 Instrumen keuangan: pengungkapan
Hal yang diungkapkan
PSAK 61 Akuntansi hibah pemerintah dan pengungkapan bantuan pemerintah
Hibah pemerintah
Hibah terkait dengan aset
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Hibah terkait dengan pendapatan
PSAK 62 Kontrak asuransi PSAK 63 Pelaporan keuangan dalam ekonomi hiperinflasi P
SAK 64 Aktivitas eksplorasi dan evaluasi pada pertambangan sumber daya mineral I
SAK 7 Konsolidasi entitas bertujuan khusus ISAK 8 Penentuan apakah suatu perjanj
ian mengandung sewa
Kriteria perjanjian mengandung sewa
Lampiran

Lampiran
PERIHAL Perubahan liabilitas purnaoperasi, restorasi, dan liabilitas serupa
SAK ISAK 9 Perubahan liabilitas purnaoperasi, restorasi, dan liabilitas serupa I
SAK 10 Program loyalitas pelanggan
Program sendiri atau jumlah signifikan
SAAT INI SEBELUMNYA Model biaya, menyesuaikan jumlah tercatat aset Tidak diatur
tetap Model revaluasi, penurunan liabilitas diakui sebagai kenaikan surplus r
evaluasi, dan kenaikan liabilitas diakui sebagai kerugian Diakui sebagai pendapa
tan ditangguhkan dan Tidak diatur kemudian diakui sebagai pendapatan ketika penu
karan poin Diakui sebagai beban Tidak diatur Tidak relevan Selisih nilai wajar d
an nilai buku diakui sebagai keuntungan atau kerugian sebesar porsi pemegang sah
am lain Tidak diatur
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Tidak relevan saat ini Diakui sebagai aset tidak berwujud Tidak diatur
Diakui sebagai beban
Tidak diatur
Program pihak lain atau jumlah tidak signifikan ISAK 11 Distribusi aset nonkas k
epada pemilik ISAK 12 Pengendalian Penyertaan saham dalam bentuk aset non-monete
r bersama entitas kontribusi aset nonmoneter oleh venturer ISAK 13 Lindung nilai
investasi neto atas kegiatan usaha luar negeri ISAK 14 Aset tidak Situs web yan
g menghasilkan pendapatan secara langsung berwujud biaya situs web Situs web yan
g tidak menghasilkan pendapatan secara langsung ISAK 15 PSAK 24 batas aset manfa
at pasti, persyaratan pendanaan minimum dan interaksinya Tidak relevan saat ini
244

245
SAAT INI Tidak
utnya Termasuk
k relevan saat
ak terpisahkan

relevan Tidak ada pemulihan dalam laporan keuangan interim selanj


bagian hibah pemerintah Tidak diatur Tidak diatur SEBELUMNYA Tida
ini Tidak relevan saat ini Tidak relevan Tidak relevan Bagian tid
dari imbalan neto yang disepakati dalam sewa Tidak diatur

PERIHAL
Goodwill dan instrumen ekuitas yang dicatat pada biaya perolehan
Bantuan pemerintah yang tidak terkait spesifik dengan aktivitas
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
SAK ISAK 16 Perjanjian konsesi jasa ISAK 17 Laporan keuangan interim dan penurun
an nilai ISAK 18 Bantuan pemerintah tidak ada relasi spesifik dengan aktitivas o
perasi ISAK 19 Penerapan pendekatan penyajian kembali PSAK 63 pelaporan keuangan
dalam ekonomi hiperinflasi ISAK 20 Pajak penghasilan perubahan status pajak ent
itas dan para pemegang sahamnya ISAK 21 Perjanjian konstruksi real estat ISAK 22
Perjanjian konsesi jasa pengungkapan ISAK 23 Sewa operasi insentif
Insentif untuk sewa operasi baru atau yang diperbarui
Lampiran

Lampiran
SAK ISAK 24 Evaluasi substansi beberapa transaksi yang melibatkan suatu bentuk l
egal sewa
PERIHAL Indikasi perjanjian yang melibatkan suatu bentuk legal sewa tetapi bukan
perjanjian sewa
SAAT INI Tidak ada pengalihan manfaat dan risiko terkait kepemilikan aset dan ha
k atas penggunaan aset sebagaimana sebelum perjanjian, alasan untuk memperoleh m
anfaat pajak, dan adanya opsi yang hampir dilaksanakan.
SEBELUMNYA Tidak diatur
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
246

Anda mungkin juga menyukai